Anda di halaman 1dari 7

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Membangun Bangsa yang Sehat Produktif

Does Sampoerno*

Abstrak
Peran kesehatan yang dipahami pihak ekeskutif dan legislatif di Indonesia masih terbatas pada pengobatan dan penyembuhan penyakit, bukan membangun
sumber daya manusia yang berkualitas. Sejak masa penjajahan, kebijakan kesehatan tersebut didominasi oleh kebijakan kuratif dengan fasilitas kesehatan
utama Rumah Sakit, Puskesmas dan Balai Pengobat. Upaya kesehatan tersebut melemahkan argumentasi peran penting kesehatan dalam pembangunan
bangsa. Konsep tersebut berpengaruh terhadap tujuan upaya kesehatan mencapai keadaan sehat produktif untuk semua yang dapat mengantarkan pen-
duduk mencapai tingkat sehat produktif. Definisi sehat yang baru tersebut berpengaruh terhadap perubahan paradigma penanganan kesehatan dari “Health
Program for Survival” ke “Health Program for Human Development”. Tujuan akhir program kesehatan berubah menjadi sehat produktif yang bernilai ekonomis
bagi sebagian besar penduduk. Hak azasi kesehatan menurut WHO mencakup hak informasi, privasi, menikmati kemajuan teknologi kesehatan, pendidikan
kesehatan, ketersediaan makanan dan gizi, mencapai standard hidup optimal, dan jaminan sosial. Sudah saatnya upaya kesehatan tidak lagi bertumpu pa-
da pengobatan penyakit, tetapi pada upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta pencegahan penyakit dan penanguulangan risiko. Masyarakat
perlu dilibatkan secara aktif dalam pemeliharaan kesehatan melalui pendekatan: (1) “health gain approach” (2) “creation and production of their own health”
dan (3) upaya “people’s health empowerment”.
Kata kunci : Paradigma pembangunan kesehatan, pembangunan manusia

Abstract
The role of health as perceived and understood by executives and legislatives in Indonesia is limited to medication of illness and curative aspect and not per-
ceived as development of quality human resources. Since the Dutch colonial era, health policy in Indonesia is dominated by curative policy emphasizing on
health facilities such as hospital, community health center, and health clinic. Those perception, policy, and effort has weakened and suppressed arguments
on important roles of health in the development of nation. Newer concept of health stated that the goal of health effort is the achievement of productive health
status for all meaning leading most of population to the productive health level. New definition of “health” is influencing the paradigm shift from “Health Program
for Survival” to “Health Program for Human Development”. The end objective of health program has changed to productive health with economic value for
most of the people. WHO human rights on health includes rights of information, privacy, rights to enjoy the advancement of health technology, health edu-
cation, adequate food and nutrition, optimal living standard, and social security. Therefore, health effort should not be based on illness mediaction but on the
improvement and maintenance of health, disease prevention, and risk reduction. Communities should be involved actively in health preservation and pro-
motion through (1) “health gain approach” (2) “creation and production of their own health” and (3) “people’s health empowerment”.
Key words : Health development paradigm, human development

*Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI, Gd. F Lt. 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: does_sampoerno@yahoo.com)

23
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

Kesenjangan pemahaman peranan, fungsi dan makna pada keluarga. Sehingga, pasien yang berasal dari kelu-
sehat antara negara maju dan negara berkembang terasa arga miskin umumnya akan kembali jatuh sakit.
semakin melebar. Hal tersebut berakibat pada perbedaan Indikator yang sering digunakan pada upaya keseha-
penghargaan, penghayatan dan penempatan berbagai tan kuratif antara lain meliputi cakupan pelayanan, jum-
upaya kesehatan yang dilakukan. Di negara maju, peran lah rumah sakit, jumlah puskesmas, jumlah pustu, jum-
kesehatan tidak lagi terbatas pada pengobatan dan lah balai pengobatan, dan jumlah dokter per penduduk.
penyembuhan penyakit, tetapi lebih dari itu berperan pa- Padahal, secara rasional jumlah dokter, rumah sakit, pus-
da pembangunan ekonomi dan penyiapan sumber daya kesmas yang tinggi tidak menjamin derajat kesehatan
manusia (SDM) yang berkualitas guna mewujudkan masyarakat yang tinggi. Upaya kesehatan yang bertumpu
masyarakat yang sehat dan sejahtera. pada upaya kuratif tersebut justru memperlemah argu-
Di Indonesia, pemahaman pihak eksekutif dan legis- mentasi bahwa kesehatan itu berperan penting dalam
latif terhadap peran kesehatan masih terbatas pada upaya pembangunan bangsa yang menyebabkannya dianggap
pengobatan dan penyembuhan penyakit. Sementara, konsumtif dan tidak produktif. Pelayanan kesehatan ku-
pemahaman mereka tentang peran kesehatan dalam ratif sering disebut sebagai “Health Program for Survival”
membangun sumber daya manusia yang berkualitas re- atau upaya kesehatan untuk mempertahankan kehidu-
latif masih rendah. Selain itu, pemahaman mereka pada pan. Tujuan utamanya adalah meringankan penderitaan,
peran kesehatan pada pembangunan ekonomi juga masih menyembuhkan penyakit dan menghindarkan keluarga
kurang. Itulah sebabnya sampai kini upaya kesehatan di serta individu dari kematian.
Indonesia masih bersifat kuratif, bahkan masih ada yang Upaya kesehatan kuratif tersebut terbukti tidak
beranggapan bahwa penduduk sehat merupakan kon- menguntungkan karena melakukan intervensi setelah
tribusi pembangunan ekonomi, sementara sektor kese- orang menderita sakit. Paling tidak ada empat kerugian
hatan dianggap konsumtif dan tidak produktif. upaya kesehatan kuratif meliputi: (a) Setelah sakit orang
Kontribusi upaya kuratif tidak besar karena tidak ber- telah kehilangan nilai produktif dan mangkir kerja. (b)
daya ungkit mengantarkan masyarakat mencapai kondisi Orang harus berobat. (c) Pemulihan nilai produktif me-
sehat yang produktif. Membangun SDM yang berkualitas merlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. (d)
seharusnya dilakukan dalam seluruh proses kehidupan Penderita penyakit degeneratif sulit disembuhkan atau
mulai dari kesehatan calon ibu, janin dalam kandungan, bahkan menjadi cacat dan menjadi beban perusahaan.
bayi, anak balita, usia sekolah, remaja, pemuda, kelom- Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pok usia produktif sampai usia lanjut. SDM yang kesehatan kuratif tidak mungkin mengantarkan masyara-
berkualitas dibangun sejak usia dini sebagai bagian dari kat mencapai kondisi sehat dan sejahtera.
pembangunan generasi yang akan datang. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa desentralisasi penuh Makna Sehat
bidang kesehatan tidak serta merta dapat meningkatkan Sejak lama kesehatan mendapat tempat yang mulia
derajat kesehatan masyarakat di tingkat kabupaten/kota. dan terpandang dalam peradaban manusia. Pada zaman
Sejak zaman penjajahan Belanda, kebijakan keseha- keemasan Yunani pada sekitar 700 tahun SM, manusia
tan di Indonesia di dominasi oleh kebijakan kuratif menghargai kesehatan sebagai Virtue berupa sesuatu
dengan rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan se- yang membanggakan sedangkan sakit adalah sesuatu
bagai fasilitas pelayanan kesehatan utama. Tenaga kese- yang tidak berguna. Sesungguhnya, tidak ada suatu karu-
hatan yang tersedia umumnya adalah tenaga medis yang nia Allah sesudah iman yang lebih baik daripada sehat.
meliputi dokter, dokter gigi, keperawatan dan bidan. Mohonlah kepada Allah keselamatan dan Afiat (HR
Karakteristik program kesehatan kuratif meliputi: (a) Ibnumaajah). Schopen Hauer, menyatakan ”Health is not
Pelayanan kesehatan yang bersifat pasif, responsif, me- everything but without health everything is nothing”
nunggu orang sakit datang. (b) Tenaga utama adalah (Kesehatan bukanlah segalanya, tetapi tanpa kesehatan
dokter dan perawat. (c) Tujuan utama adalah penyem- segalanya bukan apa-apa). Kesehatan pada dasarnya ada-
buhan penyakit, meredakan kesakitan dan mencegah ke- lah faktor dan modal utama yang diperlukan untuk mem-
matian. (d) Sasaran utama adalah individu yang sakit. (e) bangun manusia. Dengan demikian, kesehatan merupa-
Kegiatan adalah padat karya, mudah dan mencari keun- kan prasyarat untuk membangun manusia dan kesehatan
tungan. (f) Program bersifat hilir yang tidak efektif men- pula yang menjadi prasyarat bagi manusia untuk dapat
cegah kesakitan. (g) Pelayanan kuratif umumnya terhim- hidup produktif. Jelaslah bahwa pada awal ataupun se-
pun di kota yang banyak uang. Di samping itu, pengoba- panjang kehidupan manusia, sehat/kesehatan berperan
tan orang sakit oleh dokter atau rumah sakit, biasanya sangat penting, unik dan spesifik.
sudah dihentikan sebelum pasien benar-benar sehat. Definisi sehat menurut WHO (1948),1 ”Health is
Upaya pemulihan kesehatan orang sakit dari keadaan state of complete physical, mental and social well being
baru sembuh sampai ke betul-betul sehat diserahkan ke- and not merely the absence of disease or imfirmity” Jika

24
Sampoerno, Membangun Bangsa yang Sehat Produktif

dicermati, definisi tersebut belum menyertakan penger- ap individu yang sangat diperlukan pada awal kehidupan
tian bahwa kesehatan merupakan faktor yang penting dan pada masa perkembangan. Jika tidak terpenuhi, hal
untuk hidup produktif. Dengan demikian, dapat di- tersebut dapat menghambat perkembangan fisik dan
mengerti jika sampai akhir tahun 1960, sehat/kesehatan mental seseorang.
hanya dipahami sebagai tujuan hidup dan belum di- Dengan batasan baru tersebut dapat diperlihatkan
hubungkan dengan kepentingan pembangunan. Dengan bahwa kesehatan di samping merupakan hak azasi juga
demikian, tujuan utama pelayanan kesehatan adalah mempunyai nilai intrinsik yang merupakan modal
mencapai keadaan hidup sehat. Itulah sebabnya sampai dengan nilai tambah dan berbagai tujuan lain dalam ke-
kini, pengertian tersebut masih mempengaruhi upaya hidupan. Definisi sehat tersebut perlu dibahas secara
pelayanan kesehatan di banyak negara berkembang ter- mendalam dalam The Future Health Forum atau juga or-
masuk Indonesia. Pemahaman sehat sebagai tujuan akhir ganisasi kesehatan lainnya seperti Konsorsium llmu
pelayanan kesehatan berdampak pada pengertian keliru Kesehatan Indonesia (KIKI), IAKMI atau AIPTKMI.
yang menggambarkan keadaan sehat-sakit sebagai diho- Hasil pembahasan lanjut tersebut diharapkan dapat di-
tomi hitam-putih. Tidak sakit berarti sehat, padahal itu sampaikan kepada WHO untuk dikritisi. Dalam dunia
tidak benar, karena tidak sakit tidak dengan sendirinya Internasional pemikiran, konsep dan pendekatan baru
berarti sehat. Pada bidang kesehatan publik ada yang yang memperlihatkan peran penting kesehatan dalam
mempertanyakan, seberapa sehat orang yang merasa atau pembangunan sosial dan ekonomi terus berkembang.
mengaku sehat. Dewasa ini telah dikembangkan berbagai Reformasi bidang kesehatan dan peran kesehatan dalam
metode untuk mengukur kesehatan positif, sehingga pembangunan berkelanjutan di negara maju sudah di-
tingkat kesehatan seseorang dapat dideteksi secara lebih mulai sejak tahun 1970. Beberapa pemikiran baru yang
tepat. penting antara lain meliputi kesehatan dan pembangunan
Pada sidang di Ottawa tahun 1986,2 WHO mem- ekonomi, berbagai determinan kesehatan penduduk dan
perkenalkan konsep baru sehat produktif yang konsep sehat produktif.
terangkum dalam The Ottawa Charter: “Health is a
source of everyday life, not merely the objective of living”. Kesehatan dan Pembangunan Ekonomi
Konsep ini berpengaruh terhadap tujuan dari upaya ke- Kesehatan merupakan fungsi produksi dan modal
sehatan yang tidak lagi hanya sekedar mencapai kehidu- yang tahan lama sehingga mirip dengan stok barang eko-
pan sehat individu atau masyarakat. Pada masa yang nomi lain yang dapat berkurang atau bertambah dengan
akan datang upaya kesehatan diharapkan dapat mem- pertambahan waktu atau umur. Bagi mereka yang mem-
bawa setiap individu anggota masyarakat mencapai kon- punyai stok kesehatan yang selalu meningkat maka pro-
disi sehat produktif. Selanjutnya, WHO mengubah defi- duksi mereka akan meningkat pula. Apabila stok kese-
nisi sehat tahun 1948 menjadi definisi WHO 1988,3 yang hatan ditunjang dengan stok faktor lain seperti pendi-
telah memasukkan unsur sehat produktif. Sehat adalah dikan, modal dan relasi maka nilai produksi akan lebih
keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memung- meningkat. Jika stok barang lain disebut X dan stok ke-
kinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan sehatan adalah S maka hubungan pemanfaatan (utilitas)
ekonomis. Definisi sehat inilah yang selanjutnya dikutip seseorang dapat dinyatakan dengan rumus U = f(X,S).
dan ditetapkan dalam UU Kesehatan R.I No. 23/1992.4 (Grossman (1972).5
Namun demikian, jika dicermati defenisi tersebut belum Di negara maju, umumnya perusahaan dan industri
mampu memperlihatkan peran unik dan spesifik bidang telah sangat memahami konsep tersebut sehingga
kesehatan dalam proses pembentukan kesehatan indi- menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pemeli-
vidu pada awal kehidupan dan selama perkembangan se- haraan kesehatan karyawan dan manajemennya.
tiap individu. Berbagai usaha kebugaran (wellness programe) yang di-
Selain itu, definisi tersebut melemahkan argumentasi lakukan oleh perusahaan terbukti berhasil meningkatkan
tentang peran kesehatan termasuk gizi yang penting, unik keuntungan perusahaan. Di negara maju, upaya untuk
dan spesifik pada tahap awal pembentukan dan perkem- menurunkan kesakitan dan mengurangi hak non-pro-
bangan manusia. Tanpa perkembangan kesehatan otak duktif senantiasa dilakukan untuk mencegah kehilangan
dan IQ yang baik pada masa janin, bayi dan anak, setiap fungsi produktifitas (lost of productivity). Pemikiran
upaya pemberian nilai tambah pada manusia akan tidak tersebut dapat dipahami jika upaya kuratif terbukti tidak
optimal. Agar peran kesehatan yang penting, spesifik dan “cost effective” karena intervensi dilakukan terbatas pa-
unik pada tahap awal kehidupan dan masa pertumbuhan da seseorang yang telah kehilangan fungsi sehat.
dapat digambarkan, penulis pernah mengusulkan dalam Sebaliknya, upaya promotif dan preventif merupakan
forum diskusi “The Future Health” yang diselenggarakan upaya pra-investasi yang dikeluarkan dan dikembalikan
oleh FKM Ul tanggal 2 Oktober 2002. Sehat perlu dalam bentuk pencegahan kehilangan produktivitas atau
didefinisikan sebagai unsur potensi dasar dan alam seti- pencegahan kerugian karena seseorang tidak jatuh dalam

25
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

kondisi sakit. Seorang yang tidak sakit tentu saja dapat duduknya mencapai tingkat sehat produktif bukan
terus bekerja dan akan meningkatkan pendapatan se- sekedar tingkat sehat seperti yang dialami oleh mereka
hingga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. yang baru saja sembuh dari sakit. Implikasi dari definisi
Dengan demikian, upaya promotif preventif yang di- sehat yang baru ini telah mengubah paradigma penanga-
lakukan secara tepat, jauh bersifat ‘cost effective’ daripa- nan kesehatan dari “Health Program for Survival” men-
da upaya kuratif. jadi “Health Program for Human Development”.
Keadaan sehat yang menjadi tujuan akhir program kese-
Determinan Kesehatan Penduduk hatan, berubah menjadi keadaan sehat produktif yang
Pelayanan kuratif lebih merupakan pelayanan pe- mempunyai nilai ekonomis bagi sebagian besar penduduk
nanganan penyakit individu secara episodik. Namun de- yang harus menjadi tujuan upaya kesehatan.
mikian, jika terjadi wabah maka pelayanan kuratif akan
menghadapi banyak masalah karena jumlah orang yang Kesehatan dan Pembangunan Manusia
sakit melebihi kapasitas yang dapat ditangani dalam wak- Pada tahun 1990, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tu bersamaan. Pelayanan kuratif memang tidak diran- mencanangkan “Decade of Human Development” seba-
cang dan disiapkan untuk menghadapi wabah seperti ju- gai bagian dari “Sustainable development of mankind”.
ga derajat kesehatan penduduk/kelompok masyarakat Perubahan besar pemikiran peran kesehatan di negara
bukan kontribusi pelayanan medis-kuratif. Empat faktor maju tidak semuanya dapat dipahami oleh negara-negara
utama yang menentukan derajat kesehatan penduduk berkembang termasuk Indonesia. Hal ini terbukti dengan
meliputi faktor lingkungan: fisik, biologis, sosial-ekono- lahirnya UU No. 23/1992,4 tentang kesehatan yang masih
mi (40%); faktor perilaku hidup sehat (30%); faktor ke- berorientasi pada upaya kuratif. UNFPA menyatakan
turunan/genetika (20%); faktor pelayanan medis (10%). tahun 1992 sebagai “The Year of Human Resourse
Temuan ini sangat berjasa mengubah fokus perhatian Development” sebagai pertanda dimulai gerakan baru
upaya kesehatan yang semula pada pelayanan medis-ku- pembangunan kesehatan yang lebih menekankan pada
ratif menjadi upaya promotif, preventif, protektif.6,7 pembangunan sumber daya manusia untuk kelangsungan
Temuan tersebut berpengaruh terhadap gerakan baru pembangunan. Indikator keberhasilan yang digunakan
yang lebih menekankan upaya promotif dan preventif adalah Angka Human Development Index (HDI).
serta mengembalikan tanggung jawab pemeliharaan ke- Seruan PBB (1990) dan UNFPA (1992) tersebut ter-
sehatan kepada individu dan masyarakat. Sesuatu yang tampung dalam TAP MPR 1993, tetapi seruan tersebut
sejak lama diserahkan sepenuhnya oleh masyarakat ke- tidak tertampung pada UU Kesehatan Rl No. 23/1992.
pada para pelaku pelayanan medis. Upaya promotif-pre- Padahal, setelah tahun 1999, GBHN tidak pernah lagi
ventif dan peningkatan kesehatan lingkungan tidak mu- menjadi rujukan program pemerintah. Dengan demikian,
ngkin hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, tetapi ju- program kesehatan untuk pembangunan SDM yang
stru diperlukan kerja sama lintas sektor. Upaya pening- berkualitas sering terlupakan. Seruan tersebut baru men-
katan perilaku hidup sehat masyarakat juga memerlukan dapat tanggapan yang layak pada 20 November 2005
kerja sama lintas sektor. Peningkatan derajat kesehatan dalam pertemuan Seruan Aksi Nasional yang dihadiri
penduduk dapat dicapai secara lebih mudah dan lebih oleh Gubemur dan Ketua DPRD Propinsi seluruh
murah melalui upaya promotif-preventif dan penanggu- Indonesia. Tingkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
langan risiko daripada upaya kuratif. Upaya kesehatan le- dalam rangka membangun manusia Indonesia.
bih ditekankan pada upaya “health gain approach”, “cre-
ation and production of health” and “people’s health Kesehatan sebagai Hak Azasi
empowerment”. Pelaksanaan hak azasi di negara berkembang terma-
suk Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan.
Konsep Sehat Produktif Hal tersebut ditandai oleh pelanggaran hak azasi berat
Makna sehat semakin diperjelas dengan pernyataan yang masih sering ditemukan dan mudah diidentifikasi.
“Health is therefore a source of everyday life, not merely Hak Azasi Manusia yang terkait dengan kesehatan masih
the objective of living”.2 Pernyataan tersebut kemudian sering dikategorikan pelanggaran ringan sehingga sering
diperkuat dalam definisi sehat baru yang memasukkan luput dari perhatian. Padahal, hak untuk memperoleh de-
unsur sehat produktif sosial dan ekonomi.3 Definisi sehat rajat kesehatan yang setinggi-tingginya telah diakui oleh
WHO itulah yang selanjutnya diadopsi UU No. 23 tahun masyarakat Internasional. Kesehatan sebagai Hak Azasi
1992,4 tentang kesehatan, yang masih berlaku sampai ki- tercantum dalam: (1) Konstitusi WHO, 1946; 1 (2)
ni. Pernyataan Ottawa tersebut telah memberikan penga- Universal Declaration of Human Right, 1948; 2 (3)
ruh besar terhadap berbagai program kesehatan di berba- Declaration of Alma Alta, 1978;8 (4) The World Health
gai negara. Upaya kesehatan yang baik adalah upaya ke- Declaration, 1998;9 (5) General Comment on the Right
sehatan yang dapat mengantarkan sebagian besar pen- to Health, 2000;10 dan (6) Special Rapporteur on the

26
Sampoerno, Membangun Bangsa yang Sehat Produktif

Right to Health, 2002.10 kematian atau “Health Program for Survival” membuat
Menurut WHO hak azasi kesehatan merupakan hak masyarakat sangat tergantung pada dokter, obat dan ru-
atas informasi, hak atas privasi, hak untuk menikmati mah sakit. Sebaliknya, keterlibatan masyarakat dalam
kemajuan teknologi kesehatan, hak atas pendidikan ten- memelihara kesehatan mereka sendiri terbukti rendah.
tang kesehatan, hak atas ketersediaan makanan dan gizi, Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, perilaku hi-
hak untuk mencapai standar hidup optimal, dan hak atas dup sehat juga rendah. Program kuratif yang disebut
jaminan sosial. Dalam Deklarasi Universal tentang Hak program kesehatan berparadigma sakit tersebut menye-
Azasi Manusia artikel 25 yang juga dimuat dalam kons- babkan biaya pengobatan terus meningkat.
titusi WHO “everyone has the right to a standard of liv- Mulai tahun 1970-an melalui pemikiran baru tentang
ing adequate for the health and well being of himself and makna dan definisi sehat, tersebut di atas, negara maju
of his family, including food, clothing, housing and memasuki era paradigma sehat. Titik berat upaya kese-
medical care” hatan tidak lagi pada upaya mengobati penyakit, tetapi
Secara universal, pengertian hak azasi dapat dianggap berubah menjadi upaya peningkatan dan pemeliharaan
sebagai hak azasi yang alami yaitu hak untuk bebas dari kesehatan, pencegahan penyakit dan penanggulangan ri-
rasa ketakutan, kekerasan, penyiksaan, penindasan, siko. Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam pemeliha-
teror, deskriminasi, kebebasan menyatakan pendapatan, raan kesehatan mereka sendiri melaiui pendekatan: (1)
ungkapan, pikiran dan lain-lain. Sampai dengan tahun “health gain approach” (2) “creation and production of
1999, Hak Azasi Manusia belum tercantum dalam UUD their own health” dan (3) upaya “people’s health empo-
1945, dia tercantum sebagai bab tersendiri setelah werment”. Upaya ini merupakan upaya investasi keseha-
Amandemen ke-2, UUD 1945 pada 18 Agustus 2000. tan baik jangka pendek, menengah maupun panjang
Sedangkan yang secara khusus berhubungan dengan program kesehatan berparadigma sehat. Sejak tahun
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan masih berada 1990, seluruh negara maju mengikuti seruan PBB dan
dalam Bab XIV Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial UNFPA melaksanakan upaya “Human Development”
pasal 34 ayat 3 yang berbunyi: Negara bertanggung (Pembangunan Manusia) dan “Human Resource
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan Development” (Pembangunan Sumber Daya Manusia).
fasilitas pelayanan umum yang layak. Keduanya merupakan bagian upaya besar dunia dalam
Apabila pelayanan kesehatan yang tersedia hanya se- upaya “Sustainable Development of Mankind” program
batas tingkat layak maka kesehatan penduduk yang di- kesehatan berparadigma pembangunan manusia.
layani juga hanya dapat mencapai tingkat layak. Hal
tersebut menunjukan betapa minimnya pengetahuan Reformasi Kesehatan Indonesia
para eksekutif dan legislatif di negeri kita tentang peran Sebuah reformasi dapat muncul akibat permasalahan
kesehatan dalam membangun dan mempersiapkan mendasar yang dihadapi oleh sebuah masyarakat yang ji-
manusia Indonesia yang berkualitas. Juga untuk mengu- ka tidak diatasi dapat mengancam kelangsungan hidup
payakan pelayanan kesehatan yang mampu mengantar masyarakat. Di Indonesia, krisis tahun 1997 merupakan
sebagian besar penduduk mencapai tingkat sehat pro- timbunan kumulatif berbagai permasalahan yang telah
duktif. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berlangsung sejak lama. Berbagai perubahan di tingkat
baik adalah bagian dari upaya mewujudkan serta mene- internasional juga berpengaruh mendorong reformasi
gakkan hak azasi manusia. Sebaliknya, perbuatan yang pada seluruh bidang kehidupan masyarakat. Salah satu
merugikan kesehatan masyarakat dapat dinilai sebagai persyaratan penting dari sebuah reformasi adalah ber-
tindakan yang melanggar hak azasi dan dapat dikenakan dirinya pemerintahan yang bersih dan demokratis.
sangsi. Implikasi kesehatan sebagai hak azasi di negara Reformasi pada dasarnya adalah sebuah perubahan fun-
yang berpendidikan maju merupakan wujud tuntutan damental yang menyangkut perubahan kebijaksanaan
hak azasi yang tidak lagi terbatas pada hak memperoleh dan perubahan institusional serta sistem. Ada dua faktor
pelayanan pengobatan yang layak, tapi tuntutan untuk penting yang berpengaruh terhadap reformasi kesehatan
mendapatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan un- yang meluputi : a) Tekanan pihak luar terhadap perumu-
tuk hidup sehat, sehingga tidak perlu jatuh sakit dan ke- san kebijaksanaan pelayanan kesehatan. Tidak jarang re-
hilangan nilai produktivitas. formasi kesehatan terjadi akibat perubahan yang lebih
besar menyangkut perbaikan kesejahteraan masyarakat
Perkembangan Program Kesehatan Negara Maju secara menyeluruh. b) Masalah di sektor kesehatan dan
Sampai dengan tahun 1960-an, program pelayanan pelayanan kesehatan akibat keinginan untuk memper-
kesehatan kuratif mendominasi program kesehatan. baiki model pelayanan atau menekan biaya pelayanan
Model pelayanan medis-kuratif dan rehabilitatif merupa- yang terus meningkat. Dari sini terlihat bahwa suatu re-
kan model pelayanan hilir yang bersifat pasif-responsif. formasi kesehatan tak dapat terlepas dari pengaruh fak-
Program pelayanan kesehatan yang bertujuan mencegah tor-faktor politik, ideologi, sosial, sejarah, budaya dan

27
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

ekonomi. Reformasi timbul karena permasalahan funda- pada November 2005, dengan koordinasi Menko Kesra,
mental yang dihadapi dan pemunculan pemikiran baru Indonesia mencanangkan Program Aksi Nasional pening-
yang lebih maju. katan derajat kesehatan masyarakat untuk membangun
Setelah pemerintahan Soeharto jatuh, Kabinet manusia Indonesia. Program Seruan Aksi Nasional
Reformasi B.J. Habibie pada tanggal 1 Maret 1999 (2005) dapat disebutkan sebagai program kesehatan
mencanangkan reformasi bidang kesehatan yang terdiri yang berparadigma pembangunan manusia, yang meru-
atas 3 komponen. (1) Reorientasi program kesehatan pakan bagian dari pelaksanaan program dunia interna-
dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Upaya tional ‘Sustainable development of mankind”. Ketiga
kesehatan lebih ditekankan pada peningkatan dan paradigma pengembangan program kesehatan di
pemeliharaan penduduk sehat melalui upaya promotif, Indonesia tersebut memenuhi prasyarat implementasi
preventif, dan protektif tanpa mengabaikan yang sakit. pembangunan kesehatan menuju masyarakat yang sehat
(2) Pencanangan, gerakan pembangunan nasional yang dan sejahtera. Pemerintah tinggal menentukan arah pem-
berwawasan kesehatan, bahwa setiap program bangunan kesehatan masyarakat yang menuju keadaan
pembangunan berbagai departemen tidak boleh sehat dan sejahtera.
mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan
penduduk. Program pembangunan tersebut perlu Kendala Anggaran bidang Kesehatan
dipantau agar tidak berdampak buruk seperti Sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 pelaksa-
pencemaran tanah, sungai, danau, laut, udara, makanan. naan program kesehatan senantiasa secara kuantitatif
(3) Mengimplementasikan Program Indonesia Sehat yang tidak menyebutkan alokasi dana untuk kesehatan.
2010 dengan tujuan utama memberi kesadaran, Sejak tanggal 10 Agustus 2002, hal ini sangat berbeda
kemauan dan kemampuan seluruh masyarakat untuk dengan bidang pendidikan yang secara nyata mendapat
hidup sehat atau membangun kemandirian masyarakat alokasi dana dari APBN dan APBO sebanyak 20%,
untuk hidup sehat. Reformasi bidang kesehatan yang walaupun dalam kenyataan baru mencapai 12%. UU
dicanangkan pemerintahan B.J. Habibie tersebut jika Kesehatan No. 23/1992 juga tidak menyebutkan alokasi
dilaksanakan secara benar akan mampu mengantar dana bidang kesehatan. Sejak reformasi bidang keseha-
masyarakat mencapai keadaan sehat dan sejahtera serta tan, pemerintah merasa perlu untuk melakukan peruba-
untuk membangun SDM yang berkualitas. han/amandemen UU Kesehatan No. 23/tahun 1992 dan
menetapkan alokasi dana kesehatan secara nyata. Namun
Perkembangan Program Kesehatan Indonesia demikian, meskipun telah berlangsung hampir 15 tahun,
Sejak zaman penjajahan Belanda sampai dengan akhir rencana amandemen UU Kesehatan No. 23/1992 terse-
order baru (1800 - 1998) program kesehatan di but sampai sekarang masih belum terlaksana. Dampak
Indonesia adalah upaya pelayanan pengobatan penyakit. negatif dari keadaan ini adalah alokasi dana kesehatan di
Program kesehatan hilir tersebut bertumpu pada dokter, tiap daerah kabupaten/kota yang rendah. Pemerintah ka-
obat dan rumah sakit. Upaya tersebut bersifat pasif res- bupaten/kota yang tidak menyediakan alokasi dana kese-
ponsif, ketergantungan tinggi terhadap petugas hatan tidak dikenakan sanksi melanggar konstitusi.
pelayanan kesehatan atau program kesehatan berpara-
digma sakit. Mulai tanggal 1 Maret 1999 Kabinet Mencapai Masyarakat Sehat dan Sejahtera
Reformasi Pemerintahan B.J. Habibie mencanangkan Uraian tersebut di atas terkait dengan berbagai
Reformasi Kesehatan yang terdiri atas 3 komponen yaitu: pemikiran baru dalam pembangunan bidang kesehatan.
(1) paradigma sehat; (2) gerakan pembangunan nasional Masyarakat sehat dan sejahtera yang diidam-idamkan itu
berwawasan kesehatan, (3) implementasi Program tidak mungkin dicapai melalui upaya kuratif dengan pa-
Kesehatan Indonesia Sehat 2010. Penekanan upaya ke- radigma sakit, tetapi melalui upaya promotif, preventif
sehatan berubah dari upaya pengobatan penyakit ke dan protektif. Tidak dicapai dengan upaya hilir yang
upaya promotif (peningkatan dan pemeliharaan pen- menangani akibat, tetapi harus dilakukan melalui upaya
duduk yang tidak sakit, upaya preventif pencegahan hulu menangani sebab atau faktor risiko. Di samping itu,
penyakit dan upaya protektif) memberi perlindungan Indonesia perlu melakukan pembangunan SDM/manu-
kepada masyarakat terhadap pencemaran, upaya penang- sia sebagai pembangunan “Human Capital”. Pimpinan
gulangan risiko. Program kesehatan berparadigma sehat eksekutif dan legislatif di provinsi, kabupaten dan kota
(tahun 1999-2005). perlu memahami makna, peranan, fungsi sehat/kese-
Tahun 1992 dinyatakan sebagai tahun pembangunan hatan sebagai modal dasar, sebagai prasyarat pembangu-
sumber daya manusia yang berkualitas, sesuai seruan nan manusia. Peran kesehatan yang unik spesifik tersebut
PBB (1990) tentang “Decade of Human Development” tidak tergantikan. Perlu dikembangkan kebijakan kese-
dan Seruan UNFPA (1992) tentang “the year of human hatan yang proposional antara pelaksanaan paradigma
resource development. Untuk merespon hal tersebut, sakit, paradigma sehat dan paradigma pembangunan

28
Sampoerno, Membangun Bangsa yang Sehat Produktif

manusia. Untuk melaksanakan program kesehatan hulu arahkan pada pemembangunan manusia Indonesia yang
dan hilir secara seimbang perlu rekrutmen tenaga kese- sehat, cerdas dan kreatif melalui upaya paradigma.
hatan hilir dan tenaga kesehatan hulu yang seimbang pu- Pembangun SDM Indonesia yang sehat produktif di-
la. Untuk kesehatan hulu, Badan Kepegawaian Negara lakukan melalui paradigma Human Development sebagai
telah mengeluarkan jabatan fungsional tenaga kesehatan “Human Capital” untuk pembangunan ekonomi.
masyarakat yang meliputi administrator kesehatan, epi- Menyediakan upaya pengobatan bagi penduduk yang ter-
demiolog, entomologi, sanitarian, penyuluhan kesehatan lanjur sakit (paradigma sakit).
dan ahli gizi masyarakat yang dapat di rekrut di tingkat
pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Meskipun, pem- Daftar Pustaka
biayaan program kesehatan terkendala peraturan dan un- 1. World Health Organization. Constitution. Geneva: WHO; 1948.
dang-undang, pemerintah kabupaten/kota dituntut 2. World Health Organization. Ottawa charter for health promotion.
mengalokasikan dana kesehatan yang cukup. Para pim- Ottawa: WHO; 1986.
pinan eksekutif dan legislatif harus memahami peran ke- 3. World Health Organization. Healthy public policy adelaide recommen-
sehatan yang penting dalam mencapai masyarakat yang dation. Geneva: WHO, 1988.
sehat dan sejahtera. Sehat adalah modal dasar pem- 4. Departemen Kesehatan RI. Undang-undang tentang kesehatan no. 23
bangunan manusia dan manusia yang sehat merupakan tahun 1992.
potensi dasar mencapai masyarakat yang sejahtera. 5. Grossman Michael. The demand for health: theoritical and empirical in-
vestigation. New York: Columbia University Press; 1972.
Kesimpulan 6. Lalonde, Marc. A new perspective on the health of canadians. Ottawa:
Masyarakat yang sehat dan sejahtera harus dicapai Office of Canadian Minister Health and Welfare; 1974.
melalui kebijakan yang menyeluruh dan tidak dilak- 7. Blum, Hendrick L. Planning for health. New York: Human Sciences
sanakan melalui upaya kuratif atau kebijakan jangka pen- Press; 1974.
dek yang populis seperti pengobatan penduduk miskin 8. World Health Organization. Global strategy for health for all by the year
gratis. Masyarakat sehat dan sejahtera harus dicapai 2000. Geneva: WHO; 1981.
melalui kebijakan kesehatan jangka menengah dan pan- 9. World Health Organization. The yakarta declaration on leading health
jang dengan program kesehatan yang bernilai investasi ke promotion into the 21st century. Geneva: WHO; 1998.
depan. Kebijakan kesehatan yang terkait dengan pem- 10. World Health Organization. Health and human right. Geneva:
bangunan SDM/manusia yang berkualitas perlu di- Publication Series Issue No.1 WHO/PAHO; 2002.

29

Anda mungkin juga menyukai