Modul Kegawatdaruratan PDF
Modul Kegawatdaruratan PDF
ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL
2015
NAMA : …………………………………..
NIM : …………………………………..
Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Kebidanan
AKBID Griya Husada Surabaya
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan
benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:
Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang
benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta memperoleh
kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Pengertian Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstremitas bawah janin berada di
pintu atas panggul. Dengan insidensi angka kejadian 3-4% (Cunningham, 2005).
1
7. Panggul sempit
8. Hidosephalus, anensephalus
9. Kehamilan kembar
Penyulit Pada presentasi bokong persisten terjadi peningkatan frekuensi penyulit, yaitu:
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit
2. Berat lahir rendah pada kelahiran preterm, pertumbuhan terhambat atau
keduanya
3. Prolaps tali pusat
4. Plasenta previa
5. Anomali janin, neonates dan bayi
6. Anomali dan tumor uterus
7. Janin multiple
2
uterus) fase ini harus sudah berakhir
Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga
dapat menyebabkan asfiksia janin
3. Fase lambat kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala
Pertolongan persalinan pada tahap ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena
persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat
menyebabkan terjadinya dekompresi mendadak pada kepala janin yang
menyebabkan perdarahan intracranial
3. Pada saat bokong mencapai dasar panggul , saluran jalan lahir menyebabkan
bokong mengalami PPD (putar paksi dalam) sehingga bitrochanterika
berada pada anteroposterior PBP (pintu bawah panggul).
3
4. Bokong depan nampak di vulva
5. Dengan his berikutnya, bokong akan meregang PBP (pintu bawah panggul)
6. Terjadi laterofleksi tubuh janin dan bahu berputar sehingga akan melewati
PAP (pintu atas panggul)
7. Pada saat ini penolong persalinan mengenakan perlengkapan persalinan dan
dan siap menolong persalinan
8. Bokong sudah lahir dan bahu saat ini masuk pada transversa PAP
9. Gerakan ini menyebabkan PPL (putar paksi luar) bokong sehingga punggung
anak menghadap atas
4
10. Bahu anak melewati saluran jalan lahir dan mengalami PPD (putar paksi
dalam) sehingga bis achromial menempati anteroposterior PBP.
11. Secara serempak bokong berputar keanterior sejauh 900 (restitusi)
12. Kepala janin sekarang memasuki (engagement) PAP dengan sutura sagitalis
berada pada traversalis PAP
13. Desensus kedalam pelvis terjadi dengan kepala dalam keadaan fleksi
14. Bahu depan lahir dari belakang simfisis pubis melalui gerakan laterofleksi
5
15. Anak dibiarkan tergantung beberapa saat didepan vulva. Dilakukan tekanan
pada daerah suprasimfisis untuk menambah fleksi kepala (bukan mendorong
fundus uteri). Bila tengkuk anak sudah terlihat, penolong persalinan
memegang kaki anak dan melakukan gerakan melingkar keatas.
16. Maneuver ini menggunakan referensi tepi bawah sacrum, menarik kepala
anak kebawah dan memutar melalui PBP sehingga dagu, hidung dan dahi
Nampak dan lahir didepan vulva.
6
janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada
bokong janin
7
9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti
pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepal
Prognosis
Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang
kepala.
Prognosa lebih buruk oleh karena:
o Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi
terjadinya peristiwa “after coming head”.
o Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi
8
Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang
berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan
dapat dilahirkan
Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu
belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Tehnik :
9
Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Bila dengan cara no.3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka lengan
tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara :
1. Bahu dan lengan bayi yang sudah lahir di pegang dengan kedua tangan
10
penolong sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung anak dan
sejajar denagn sumbu badan janin, sedangkan jari-jari lain didepan dada.
2. Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga
lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang
sudah dijelaskan pada no.2
Keuntungan :
Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian :
Masuknya tangan kedalam jalan lahir menimbulkan faktor resiko infeksi
Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu
dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
11
Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari
tangan kiri penolong)
Tekniknya :
1. Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik
2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh
janin sampai bahu depan lahir dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan
tangan kanan dan dilakukan elevasi dan traksi keatas. Traksi dan elevasi
sesuai arah tanda panah sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila
tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan
lengan belakang anak.
Keuntungan :
Penggunaan teknik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu
jauh kedalam jalan lahir, maka resiko infeksi berkurang.
Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior : (dekat dengan sakrum)
1. Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
berada dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh anak dan jari-jari lain
didepan dada.
12
2. Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan yang
dibelakang leher sehingga lengan tersebut akan menjadi berada didepan
dada (menjadi lengan depan).
3. Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara
KLASIK.
13
Menurunkan lengan anak
Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior : (dekat dengan sinfisis) maka:
Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak pada cara
memegang tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu jari penolong berada
didepan dada sementara jari-jari lain dipunggung janin.
PERSALINAN KEPALA
14
~ After Coming Head
1. Cara MOURICEAU
2. Cara PRAGUE TERBALIK
Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,
jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina.
15
1. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang
kuda”.
2. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang lain.
3. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah
suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
4. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.
16
a. Fraktur humerus dan klavikula
b. Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus
c. Paralisis tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu
Mortalitas perinatal terutama akibat :
a. Persalinan preterm
b. Asfiksia intrapartum
c. Kelainan kongenital
Komplikasi Komplikasi ibu :
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
Komplikasi anak :
Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus
yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase
cepat
Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
Panggul sempit
Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
Fraktura tulang kepala
Fraktura humerus
Fraktura klavikula
Fraktura femur
Dislokasi bahu
Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat
tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi
dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
Referensi
17
CEK LIST
18
memulai Kristeller. Nilai apakah kedua bahu dapat lahir spontan. Bila
kedua bahu lahir spontan, Bracht dilanjutkan
8. Dengan gerakan hiperlordosis berturut – turut lahirlah pusar, perut,
bahu, lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.
9. Letakkan bayi di perut ibu.
10. Memotong tali pusat bayi
11. Melakukan resusitasi bayi baru lahir
Cara Klasik/ Deventer (melahirkan bahu belakang lalu bahu depan)
1. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari
tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fosa kubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
4. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
5. Bila lengan depan susah dilahirkan, lengan depan harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkam
dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan
janin sedang jari-jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan ke
perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di belakang.
Kemudian lengan belakang dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Muller (melahirkan bahu depan dulu baru bahu belakang)
1. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krista iliaka dan jari-jari lain mencengkam paha bagian depan.
2. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelvik ditarik ke atas sampai bahu belakang
lahir.
4. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Cara Lovset
1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang secara femuro-
pelvik dengan kedua tangan.
2. Memutar bayi 1800 sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
3. Memutar kembali 1800 ke arah yang berlawanan ke kiri/ kanan
beberapa kali hingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan
lengan dapat dilahirkan.
4. Bila lengan tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin
19
dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.
Teknik Ekstraksi Kaki
1. Tangan kanan masuk secara obstetrik mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi,
tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki bawah
fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar
dari vagina sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari
lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha
lahir.
3. Pegangan dipindah ke pangkal paha, sejajar sumbu panjang paha dan
jari lain di depan paha.
4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir
berarti bokong lahir.
5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahilu maka yang
lahir lebih dahulu adalah trokhanter belakang dan untuk melahirkan
trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
20
Menjahit luka jalan lahir jika ada
Mengajari ibu untuk melakukan masase fundus uteri sendiri
Merapikan pasien
Membereskan alat – alat
Mencuci tangan
DOKUMENTASI
1. Mencatat seluruh hasil pengkajian dalam partograf
2. Mencatat seluruh tindakan dan hasil evaluasi dalam catatan
perkembangan (SOAP)
21
KETRAMPILAN KLINIK
PENATALAKSANAAN PADA DISTOSIA BAHU
II. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan
dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada
Distosia Bahu
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik
dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini
ditujukan untuk:
Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan
urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill
acquisition) dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas
terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan pada
distosia bahu, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar.
Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan
tindakan penataksanaan pada distosia bahu dengan menggunakan
model anatomik.
23
meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus
dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa
pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4
kriteria sebagai berikut :
0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan
oleh mahasiswa
1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak
dilakukan dengan benar dan
atau tidak sesuai urutannya
atau ada langkah yang
dihilangkan
2 Mampu : langkah-langkah dilakukan
dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi
kurang tepat dan atau
pembimbing perlu
mengingatkan peserta tentang
hal-hal kecil yang tidak terlalu
penting
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan
dengan benar, sesuai dengan
urutannya dan tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan
Pengertian Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat
halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Jadi distosia bahu adalah
peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
Etiologi Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia)
,disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada
multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan
bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Penilaian Klinik 1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
24
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampakmasuk kembali ke dalam vagina.
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang symphisis
Faktor Resiko 1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu
dengan diabetes gestasional (Keller, dkk). Pada ibu diabetes yang
pelahiran sebelumnya dipersulit dengan distosia bahu akan
terdapat peningkatan resiko berulangnya hal tersebut sampai 9,8%,
pada populasi umum, resiko berulangnya distosia bahu adalah
0,58% (Smih et al 1994 dalam Myles, 2011).
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada
bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir
separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari
4000 g.
3. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar
4. Ibu dengan obesitas (BB lebih dari 90 kg saat pelahiran) :
perempuan yang memiliki 125 kg diperkirakan berisiko mengalami
distosia bahu delapan kali lipat lebih besar.
5. Multiparitas
6. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena
janin terus tumbuh setelah usia 42 mingu.
7. Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau
riwayat distosia bahu, akan terdapat peningkatan risiko
berulangnya hal tersebut sampai 9,8%. Terdapat kasus distosia
bahu rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita (Smith dkk., 1994)
8. Cephalopelvic disproportion
Komplikasi janin :
Brachial plexus palsy
Fraktura Clavicle
25
Kematian janin
Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis
permanen
Fraktura humerus
Tatalaksana
Lakukan Episiotomi
Harus diingat bahwa masalah yang dihadapi bidan adalah obstruksi
pintu atas pelvis dan distosia tulang, bukan obstruksi akibat jaringan
lunak, walaupun episiotomy tidak akan membantu melepaskan
bahu, bidan harus tetap melakukannya untuk memberikan akses
pada janin (Myles, 2011). Pertimbangkan episiotomy mediolateral
26
atau episioproktotomi, dapat memberikan ruang di posterior
(Cunningham, 2013).
27
Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah
bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di
bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada
bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.
Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan
sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan
lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu
lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri.
Tekanan harus dilakukan pada sisi punggung bayi, ke arah dada
bayi. Perasat ini membantu adupsi bahu dan mendorong bahu
anterior menjauh dari simfisis pubis (Myles, 2011).
28
diharapkan diameter bahu akan menjadi lebih kecil dan
persalinan dapat berlangsung.
Rubin Manuver
Wood Corkscrew
1) Bahu belakang sudah diharapkan berada di daerah sacrum
dengan ruang yang lebih luas dan posisi yang lebih rendah.
2) Tangan dimasukkan di belakang bahu belakang. Selanjutnya
diputar sebesar 1800 (menjadi bahu depan searah jarum jam),
diharapkan kedua bahu akn lahir dengan sendirinya.
3) Setelah kedua bahu lahir badan bayi dilahirkan seperti biasa.
Teknik Woods
29
1) Remove The Posterior Arm (pelahiran lengan posterior :r)
30
Langkah dari Gaskin maneuver ini sering di sebut FlipFLOP
Flip = memutar ibu dari posisi berbaring menjadi merangkak
FLOP =
F Flips Mom Over (memutar ibu dari posisi berbaring menjadi
merangkak). Setelah ibu posisi terbalik menggunakan Gaskin's
Manuver kebanyakan bayi akan lahir spontan. Namun, jika bayi
tidak lahir segera, bidan atau asistennya mengarahkan langkah
berikutnya dilakukan ketika kontraksi berikutnya terjadi atau
sebelum ada kontraksi.
L Lift Legs, Dengan di bantu bidan, mintalah ibu mengangkat satu
kaki, arahkan ke depan posisi ini persis seperti posisi ketika atlet
lari hendak bersiap-siap untuk mulai balapan lari. Jadi posisinya
seperti gambar berikut ini:
Perhatikan posisi kaki, sehingga lutut tidak terlalu jauh dari tubuhnya.
31
Sekarang mulailah melakukan lekukan atau menggulung bahu anterior
bayi dari tulang kemaluan hingga bergerak disamping simfisis pubis.
pergeseran Pubis dari gerakan menempatkan kaki ke dalam posisi
"Running Start" seperti diatas seolah-olah ini adalah seperti maneuver
setengah McRoberts yang dilakukan dengan ibu di dalam posisi
terlentang. Setengah dari tulang kemaluan yang terguling atau bergeser
ketika kaki diangkat. Jika lengan tidak dapat diputar, pindah ke manuver
berikutnya lebih cepat.
O Oblique (Rotete Shoulder To Oblique) memutar bahu
kearah oblique. jika bayi tidak langsung lahir ketika kontraksi setelah
dilakukan perubahan posisi menjadi posisi "Running Start”, selipkan
tangan bidan ke ibu sampai ia menemukan bagian belakang bahu
posterior bayi. memutar bahu posterior ke arah dada bayi ke diameter
miring dari panggul ibu. Ada ruangan yang paling dalam dari diameter
miring (diameter oblique) panggul. Dengan demikian bayi akan mudah
dari memutar bahu posterior ke diameter miring. Jika tetap gagal
Lanjutkan upaya.
P Posterior Arm To Get it. ini dilakukan dengan mencari lengan
bayi dan mengeluarkannya menyapu tangan ke arah dada bayi . Sehingga
lengan ini akan flexi, yang berarti itu akan membuat sebuah
tikungan. Sekarang bidan dapat menangkap pergelangan tangan bayi,
Kemudian seluruh lengan lalu goyangkan dengan hati-hati. Hal ini akan
mengurangi diameter tubuh bayi sekitar 2 cm. Jika itu tidak cukup, bayi
diputar 180 derajat sehingga lengan sebelumnya anterior sekarang
posterior dan lengan dibawa keluar. Sekarang ibu bisa mendorong dan
bayi akan keluar. Manuver Gaskin ini angka keberhasilannya cukup
tinggi yaitu 80-90%
Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu,
terdapat manuver-manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya
kleidotomi, simfisiotomi, metode sling atau manuver Zavanelli. Namun
manuvermanuver ini hanya boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih.
32
(terbutaline 250 mg).
3) Lakukan fleksi kepala janin dan dorong perlahan-lahan ke arah
kavum abdominalis.
4) Sementara itu, rencana seksio sesarea sudah mulai dilakukan untuk
menghemat waktu sehingga mortalitas dan morbiditas dapat
diturunkan.
Keterangan Lain :
Upaya Pencegahan
33
Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko
cedera pada janin
34
CEK LIST
PENUNTUN BELAJAR
PENATALAKSANAAN PADA DISTOSIA BAHU
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN 1 2 3
SEBELUM TINDAKAN PERHATIKAN
1. Kandung kemih harus kosong
2. Kemungkinan tindakan episiotomy lebar/ luas
35
MANUVER MASSANTI/ EXTERNAL PRESSURE SUPRAPUBIC/
RUBIN I
6. Asisten menekan suprapubik (menekan ke bawah bahu janin)
menggunakan telapak tangan bagian bawah. Oleh karena distosia bahu
disebabkan karena bahu janin memasuki panggul pada posisi antero-
posterior, maka penekanan bahu depan ke satu sisi akan mengubah
posisi bahu menjadi oblique, sehingga bahu dapat dilahirkan.
7. Melahirkan bahu sesuai APN.
MANUVER RUBIN
8. Menyusuri bahu depan menggunakan 2 jari.
9. Mendekatkan bahu depan ke arah dada (300) dengan menekan dinding
belakang bahu depan.
10. Melahirkan bahu sesuai APN.
36
MANUVER CORKCREW (WOODS)
11. Memutar bahu belakang menjadi bahu depan untuk melepaskan bahu
depan yang berada di bawah simfisis, sehingga menyebabkan fleksi
bahu ke arah dada dan pemendeken jarak antara kedua bahu.
12. Melahirkan bahu sesuai APN
37
38
MANUVER SCHWARTZ & DIXON/ DELIVERY OF THE
POSTERIOR ARM
13. Memasukkan jari tengah dan jari telunjuk mengikuti lengkung sacrum
hingga mencapai fosa antecubiti.
14. Dengan tekanan jari tengah, lipat lengan bawah ke arah dada.
15. Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari bayi dari vagina
(menggunakan jari telunjuk untuk melewati dada dan kepala bayi atau
seperti mengusap muka), kemudian tarik hingga bahu belakang dan
seluruh lengan belakang dapat dilahirkan.
16. Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan lengn
belakang dilahirkan.
17. Bila bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu belakang ke depan (jangan
menarik lengan bayi tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu
depan ke belakang (mendorong anterior bahu depan dengan telunjuk
dan jari tengah operator) mengikuti arah panggung bayi sehingga bahu
depan dapat dilahirkan.
18. Melanjutkan tindakan sesuai dengan APN.
39
40
MANUVER ZAVANELLI
Jarang sekali dilakukan pada distosia bahu. Hanya dilakukan apabila
persalinan dilakukan di meja operasi dan kondisi siap SC. Bayi dapat
diselamatkan apabila tidak terjadi kompresi tali pusat
19. Mengembalikan kepala ke dalam jalan lahir
20. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior/posterior, sesuai
dengan arah putaran paksi luar yang sudah terjadi
21. Membuat kepala anak menjadi fleksi secara perlahan, mendorong
kepala ke arah vagina
41
DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
42
KETRAMPILAN KLINIK
PENATALAKSANAAN PADA RETENSIO PLASENTA
III. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan
dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada
Retensio Plasenta
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik
dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini
ditujukan untuk:
Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan
yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas terlebih
dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan pada Retensio
Plasenta, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain
itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan
penataksanaan pada Retensio Plasenta dengan menggunakan model
anatomik.
43
dan atau tidak sesuai urutannya atau ada
langkah yang dihilangkan
2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat
dan atau pembimbing perlu mengingatkan
peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu
penting
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai
dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu
atau tanpa perlu bantuan
Pengertian Retensio plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit
(Manuaba, 2007).
44
dan sulit dihentikan, atau pervorasi
o Tindakan definitive : hanya histrektomi
5. Plasenta inkaserata :
o Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan oleh karena
kontraksi SBR
Prosedur Persiapan :
Plasenta Manual 1. Pasang cairan infuse
2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3. Lakukan anesthesia verbal atau analgesia per rectal
4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
45
4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/ penolong lain
untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus uteri
5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)
46
maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke
kanan dan ke kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
Mengeluarkan plasenta :
9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan ekslorasi
untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal
10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segme
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/ penolong untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari
terjadinya percikan darah)
11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis)
uterus keraha dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.
47
3. Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar
fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap
dan utuh :
o Periksa plasenta sisi maternal untuk memastikan bahwa semuanya
lengkap dan utuh
o Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian yang hilang
o Periksa plasenta sisi foetal, untuk memastikan tidak adanya
kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata)
o Evauasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi
6. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri.
Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik
7. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
pascapersalinan.
48
CEK LIST
PENUNTUN BELAJAR
PENATALAKSANAAN PADA PLASENTA MANUAL
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika harus
berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan
dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN 1 2 3
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1. PASIEN
Infus dan cairan
Oksitosin
Verbal-anestesia atau analgesia per rektal
Kateter nelaton steril dan penampung urin
Klem penjepit atau kocker
Kain alas bokong
Tensimeter dan stetoskop
2. PENOLONG
Sarung tangan panjang DTT (untuk tangan dalam)
Sarung tangan DTT (untuk tangan luar)
Topi, masker, kacamata pelindung, celemek
49
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih
Pastikan kateter masuk dengan benar
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan
3. Jepit klem tali pusat dg klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, regangkan
dg tangan sejajar lantai (tangan kiri)
4. Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) ke dalam vagina dg menelusuri sisi bawah tali
pusat
5. Setelah tangan mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten untuk
memegang klem dan menegangkan tali pusat kemudian pindahkan
tangan luar untuk menahan fundus uteri
6. Sambil menahan fundus uteri, teruskan memasukkan tangan kanan
sampai pada kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi
plasenta.
7. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat
ke pangkal jari telunjuk)
MELEPAS PLACENTA DARI DINDING UTERUS
8. Tentukan daerah implantasi placenta, temukan tepi plasenta yang
paling bawah.
Bila placenta berimplantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap
pada sisi bawah tali pusat. Bila implantasi di korpus depan,
pindahkan tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan punggung
tangan menghadap keatas.
Implantasi di korpus belakang → lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan pada
dinding dalam uterus bagian belakang (menghadap sisi bawah tali
pusat).
Implantasi di korpus depan → lakukan penyisipan ujung jari
diantara plasenta dan dinding uterus dalam punggung tangan pada
dinding dalam uterus bagian depan (mengahadap sisi atas tali
pusat).
50
13. Instruksikan pada asisten untuk menarik tali pusat dg menggunakan
klem
14. Setelah placenta keluar, letakkan placenta ke dalam wadah yg sudah
disediakan
15. Lakukan sedikit pendorongan uterus (tangan kiri) ke dorsokranial
setelah placenta keluar seluruhnya
16. Lakukan masase agar uterus tetap berkontraksi
17. Perikasa placenta untuk meyakinkan bahwa placenta lengkap dan
perikasa robekan dan jumlah perdarahan
18. Lakukan penjahitan jalan lahir, jika ada robekan
LANGKAH SETELAH PROSEDUR
15. Celup dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
16. Cuci tangan dg sabun dan air mengalir kemudian keringkan
17. Periksa kembali tanda vital pasien, dan observasi 2 jam PP (sesuai APN)
dan segera lakukan tindakan apabila diperlukan
18. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yg
tersedia
19. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal penting untuk dipantau
20. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai,
tetapi masih perlu perawatan
21. Jelaskan pada petugas, tentang perawatan apa yg masih diperlukan,
lama perawatan dan apa yang dilaporka
Tutor,
(…………………………………….)
51
KETRAMPILAN KLINIK
PENATALAKSANAAN PADA ATONIA UTERI
IV. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan
dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada
Atonia Uteri
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik
dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini
ditujukan untuk:
Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan
urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill
acquisition) dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas
terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan
pada Atonia Uteri, dengan menggunakan video, slide dan penuntun
belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan
menyaksikan tindakan penataksanaan pada Atonia Uteri dengan
menggunakan model anatomik.
52
pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4
kriteria sebagai berikut :
0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan oleh
mahasiswa
1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya atau
ada langkah yang dihilangkan
2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar
dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang
tepat dan atau pembimbing perlu
mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil
yang tidak terlalu penting
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar,
sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan
Pengertian Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang akan keluar dari
bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (APN,
2008).
Tujuan KBI dan KBE Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghentikan perdarahan secara mekanik.
53
uterus
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat
kala III dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga
mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan
perdarahan.
3. Anetesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksas
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang
kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi
miometrium jika dalam kala III.
5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara
berlebihan akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar,
polihidramnion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu
yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.
7. Grande-multipara : uterus yang lemah banyak melahirkan anak
cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
8. Mioma iteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan
mengganggu kontraksi dan retraksi miometrium uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur
operatif seperti forsep dan versi ekstraksi.
54
Pencegahan Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III, yaitu:
Penatalaksanaan 1. Pakai sarung tangan DTT atau steril, dengan lembut masukkan
secara obstetric (menyatukan kelima jari) melalui introitus dan ke
dalam vagina ibu.
2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban/ bekuan
darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak
dapat berkontraksi secara penuh.
3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior,
tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan
dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga
uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
55
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi
laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan.
c) Jika uterus tiak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan KBE kemudian lakukan langkah-
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta
keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
56
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
Kompresi manual pada aorta harus dilakukan hanya pada kasus
hemoragi yang berat, jika kompresi internal dan eksternal pada uterus
tidak efektif. Kompresi aorta dilakukan hanya pada kondisi
kedaruratan saat penyebab perdarahan sedang ditentukan.
Langkah tindakan
57
d) Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari
titik pulsasi tersebut.
e) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk,
tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke arah kolumna
vertebralis dengan arah tegak lurus.
58
berkontraksi setelah pemberian prostatglandin, pertahankan
posisi demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.
Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung
maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi
demikian hingga pasien mencapai fasilitas rujukan.
Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus menerus maka
lakukan pemasangan tampon padat uterovaginal, pasang gurita
ibu dengan kencang dan lakukan rujukan.
Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi dengan baik. Teruskan pemberian uterotonika
h) Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan lakukan pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus
berkontraksi dengan baik.
59
CEK LIST
PENUNTUN BELAJAR
PENATALAKSANAAN PADA ATONIA UTERI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan
dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN 1 2 3
1. PERSIAPAN
a. Persiapan tempat :
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan tenang
b. Persiapan alat :
O2 dan regulator
Cairan infuse (kristaloid)
Infuse set/blodd set
Spuit 5ml dan jarum suntik no. 23
Abocath ukuran 16 atau 18
Kateter nelaton
Povidon iodine 10%
Kapas DTT
Bengkok
Korentang dan tempatnya
Sarung tangan panjang DTT/steril 2 pasang
Sarung tangan pendek DTT/steril 2 pasang
Tensimeter
Stetoskop
Lampu sorot
Uterotonika (oksitosin 10 IU/ml dan ergometrin 0,20 mg/ml)
Antibiotic
b. Persiapan pasien :
Inform consent
c. Persiapan petugas
Mengunakan APD : apron, kacamata, masker, sepatu boaat, penutup
60
kepala, baju kamar tindakan
2. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15
detik)
3. Bersihkan bekuan darah dan atauselaput ketuban dari vagina dan
saluran serviks
4. Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh atau dapat
dipalpasi lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptic
5. Lakukan kompresi bimanual interna (KBI) selama 5 menit
6. KOMPRESI BIMANUAL INTERNA (KBI)
1) Penolong berdiri di depan vulva, pakai sarung tangan panjang DTT
atau steril, basahi tangan kanan dg antiseptic, kemudian dg lembut
masukkan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui
introitus ke dalam vagina ibu
2) Perikasa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan
darah dalam kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak
dapat berkontraksi secara penuh
3) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan dataran punggung jari
telunjuk hingga jari kelingking pada forniks anterior dan tekan
dinding anterior uterus (segmen bawah rahim) ke kranio anterior
4) Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut (dinding posterior
uterus), upayakan untuk mencakup bagian belakang korpus uteri
seluas/sebanyak mungkin
5) Tekan uterus diantara kedua tangan (uterus ditekan dari arah depan
dan belakang) dengan cara mendekatkan telapak tangan luar dg
kepalan tangan dalam (kompresi selama 5 menit)
6) Evaluasi Keberhasilan :
a. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan KBI
selama 2 menit, kemudian keluarkan tangan perlahan-lahan dan
pantau ibu secara ketat selama kala IV
b. Jika uterus berkontraksi, tetapi perdarahan terus berlangsung,
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi
laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan
c. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk kompresi bimanual eksterna (KBE) kemudian
lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya. Mintalah keluarga menyiapkan rujukan
Catatan :
Atonia uteri seringkali bisa diatasi dg KBI, jika KBI tidak berhasil
dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain
7. KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA (KBE)
1) Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu. Tekan ujung jari
telunjuk, tengah dan manis tangan kanan di antara simfisi dan
umbilicus pada korpus depan bawah sehingga fundus uteri naik ke
arah dinding abdomen
61
2) Letakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus uteri bagian
belakang dan dorong uterus ke arah dinding abdomen
3) Geser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama ke arah
fundus dan ubah tangan kanan menjadi kepalan. Lalu dorong
kepalan ke arah korpus uteri bagian depan
4) Lakukan kompresi korpus uteri dg jalan menekan dinding belakang
dan dan dinding depan uterus dg telapak kiri dan kanan (saling
mendekatkan tangan depan dan belakang), agar pembuluh darah di
dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual
5) Sementara keluarga melakukan KBE, keluarkan tangan penolong
dari vagina dg hati-hati
6) Celupkan sarung tangan panjang ke dalam larutan klorin 0,5% dan
ganti sarung tangan pendek
8. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (kontra indikasi hipertensi) atau
misoprostol 600-1000 mcg per rectal
9. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500
cc larutan ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama
secepat mungkin (habiskan dalam waktu 10 menit)
Jika Uterus Tetap Atonia Dan Atau Perdarahan Terus Berlangsung
10. Pakai sarung tangan panjang steril/DTT dan ulangi KBI
Alasan : KBI dg ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi
11. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera
rujuk ibu
12. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan
infuse cairan
13. Lanjutkan infuse RL 500 cc + 20 unit oksitosin dg laju 500 cc/jam hingga
tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yg diinfuskan
mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam. Jika
cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse
dg tetesan sedang dan ditambah dg pemberian cairan secara oral
untuk rehidrasi
14. Evaluasi Keberhasilan :
a. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-lahan,
masukkan kedua tangan ke dalam wadah yg berisi larutan klorin
0,5% dan lepaskan. Cuci tangan lalu keringkan dg handuk bersih
kering. Pantau kala IV persalinan dg cermat
b. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah
kompresi aorta
Catatan :
Kompresi manual pada aorta adalah alternative untuk kompresi
bimanual. Kompresi hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat
sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
15. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
1) Pakai sarung tangan steril/DTT
62
2) Baringkan ibu di atas ranjang, penolong menghadap sisi kanan
pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada pada
ketinggian yg sama dg pinggul penolong
3) Tungkai diletakkan pada dasar yg rata dg sedikit fleksi pada
artikulasio koksae
4) Raba pulsasi arteri femoralis dg jalan meletakkan ujung jari
telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipatan paha, yaitu pada
perpotongan garis lipat paha dg garis horizontal yg melalui titik 1
cm di atas dan sejajar d tepi atas simfisis pubis. Pastikan pulsasi
arteri tersebut teraba dg baik
5) Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua jari dari titik
pulsasi tersebut
6) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk,
tengah, manis, dan kelingking melalui dinding perut ke atas aorta
abdominalis yaitu pada umbilicus dan sedikit ke arah kiri dg arah
tegak lurus
7) Dorongan kepalan tangan akan mengenai bagian tengah/sumbu
badan ibu apabila tekanan tekanan kepalan tangan kiri mencapai
aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yg dipantau dg
ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan) akan
berkurang/berhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta)
8) Lakukan kompresi selama 5 sampai 7 menit, kemudian lepaskan
atau kurangi kompresi selama 1 menit agar bagian lain tidak
kekurangan darah
9) Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan d perubahan
pulsasi arteri femoralis)
Perhatikan :
a. Bila perdarahan berhenti sedangka uterus tidak berkontraksi dg
baik, usahakan pemberian preparat prostaglandin. Bila bahan
tersebut tidak tersedia atau uterus tetap tidak berkontraksi
setelah pemberian bahan tersebut, pertahankan posisi tersebut
sehingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.
b. Apabila kontraksi membaik tetapi perdarahan tetap
berlangsung, maka lakukan kompresi eksternal dan
pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai tempat
rujukan
c. Bila kompresi sulit dilakukan secara terus menerus maka
lakukan pemasangan kondom kateter
d. Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi dg baik. Teruskan pemberian uterotonika
16. Apabila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan lakukan masase hingga uterus berkontraksi dg baik
17. Masukkan kedua tangan ke dalam wadah yg berisi larutan klorin 0,5%,
lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam wadah
tersebut
18. Cuci tangan dg air mengalir dan sabun, keringkan tangan dg handuk
63
bersih dan kering
19. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus setiap 10-15
menit atau pantau kala IV dg ketat
20. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi (gunakan antibiotika
berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti 500 mg per oral
setiap 6 jam ditambah metronidazol 400-500 gr per oral setiap 8 jam
selama 5 hari)
Tutor,
(…………………………………..)
64
KETRAMPILAN KLINIK
PENANGANAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
V. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan
dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penanganan asfiksia bayi
baru lahir.
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik
dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini
ditujukan untuk:
Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan
urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill
acquisition) dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas
terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penanganan asfiksia
bayi baru lahir, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar.
Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan
tindakan penanganan asfiksia bayi baru lahir penanganan asfiksia bayi
baru lahir dengan menggunakan model anatomik.
65
Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan
ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-
hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik
akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut :
0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa
Etiologi Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya
terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir
(BBL).
Keadaan ibu :
Preeklampsia dan eklampsia
Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:
Keadaan tali pusat :
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
66
Pada keadaan berikutnya bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun
tanpa didahului tanda gawat janin:
Keadaan bayi :
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forsep)
Kelainan kongenital/ bawaan
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Gawat Janin Banyak kemungkinan kenapa bayi mungkin tidak bernapas saat lahir.
Seringkali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin,
Akibat gawat janin bayi tidak menerima oksigen yang cukup.
67
Bagaimana menangani gawat janin?
Jika terdapat gawat janin:
Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara berikut:
Mintalah ibu merubah posisi tidurnya
(Anjurkan ibu hamil inpartu berbaring ke sisi kiri untuk meningkatkan
aliran oksigen ke janinnya, Hal ini biasanya meningkatkan aliran
darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi
miring ke kiri tidak membantu, coba posisi lain – miring ke kanan,
posisi “sujud”. Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau
mengobati gawat janin.
Berikan cairan kepada ibu secara oral dan atau IV
Berikan oksigen (bila tersedia)
Periksa kembali denyut jantung janin setelah 10-15 menit tindakan di
atas.
Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak normal:
Rujuk
Bila merujuk tidak mungkin,
Siapkan untuk menolong BBL dengan asfiksia.
68
Resusitasi
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan
persalinan.
69
pintu terbuka).
Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi.
Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.
70
Keterangan :
Alat penghidap lendir DeLee adalah alat yang digunakan untuk
menghisap lendir khusus untuk BBL
Tabung dan sungkup/ balon dan sungkup merupakan alat yang
sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan
sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
Tabung/ balon serta sungkup dan alat penghisap lendir DeLee
dalam keadaan steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.
Persiapan Diri
Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk
melindungi dari kemungkinan infeksi:
Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik,
masker, penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan
campuran alkohol dan gliserin.
Mengeringkan dengan kain/ tissue bersih.
Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan
Keputusan Penilaian
Resusitasi Bayi Sebelum bayi lahir:
Baru Lahir Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :
Apakah air ketuban jernih tidak bercampur mekonium (warna
kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?
Menilai apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Keputusan
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:
Bayi tidak cukup bulan dan/ atau
Air ketuban bercampur mekonium
Bayi megap-megap/ tidak bernapas dan/ atau
Tonus otot bayi tidak baik/ bayi lemas
Tindakan
Mulai lakukan resusitasi segera jika:
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi mega-megap/ tidak bernapas
71
dan/ atau tonus otot bayi tidak baik/ bayi lemas
Air Ketuban bercampur mekonium
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir.
Segera setelah lahir, sambil meletakkan dan menyelimuti bayi di atas
perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan
tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar apakah bayi perlu resusitasi.
Tindakan Jika bayi tidak cukup bulan dan tidak bernapas atau bernapas mega-
Resusitasi megap dan atau tonus otot tidak baik
Bayi Baru Sambil memulai langkah awal:
Lahir Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan
bernapas dan bahwa Anda akan menolongnya
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang
telah digelar di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
kering dan hangat.
Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah
pemancar panas.
2. Atur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu.
72
3. Isap lendir
Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut:
Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung
73
Tekan bola di luar mulut dan hidung
Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola
(lendir akan terisap)
Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan
lepaskan.
4. Keringkan dan rangsang bayi
Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat
merangsang BBL mulai menangis
74
5. Atur kembali posisi kepala bayi
Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering
dibawahnya.
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka
dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi.
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidu.
75
Tahap II: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah
volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah:
1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
76
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang
77
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan
Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika
dada mengembang lakukan tahap berikutnya
78
setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.
79
Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau
menangis, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali
dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan
mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
80
berwarna hijau kehitaman.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat
air ketuban bercampur mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur
mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika
air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air
ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/
bernapas/ bernapas normal/ megap-megap/ tidak bernapas?
81
Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah
awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap
lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Asuhan Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang
Pasca diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Berbicaralah dengan
resusitasi ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL setelah
menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan:
Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah
82
menerima tindakan sesudah ventilasi
Resusitasi belum/ kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah
resusitasi 2 menit belum bernapas atau megap-megap atau pada
pemantauan didapatkan kondisinya memburuk
Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi
tidak bernapas dan detak jantung 0.
Resusitasi Berhasil
Ajari ibu atau keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi.
Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.
"Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum
dirujuk lakukan tindakan pra rujukan."
Pencegahan hipotermi
Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya
Mendekap bayi (kontak kulit bayi ke kulit ibu) sesering mungkin
Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil
Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
83
sebagian-sebagian.
Pemberian vitamin K1
Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL.
Pencegahan infeksi
Memberikan salep/ tetes mata antibiotika
Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha
kanan, 1 jam setelah pemberian vitamin K1
Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bayi pasca resusitasi harus lebih hati-hati. Pemeriksaan
awal diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan jantung dengan
monitoring tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan
dalam 24 jam dan setelah bayi stabil.
84
o Apakah tonus otot baik?
Waktu mulai resusitasi
Langkah resusitasi yang dilakukan
Hasil resusitasi.
85
Resusitasi Tidak Berhasil
Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi selama 10 menit dan denyut
jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya bayi
tersebut tidak tertolong dan meninggal. Ibu maupun keluarga
memerlukan banyak dukungan moral. Bicaralah dengan keluarga secara
hati-hati/ bijaksana dan berikan dukungan moral sesuai budaya setempat.
Konseling
Dukungan moral:
Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarga tentang tindakan resusitasi
dan kematian bayinya. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan.
Berikan asuhan terhadap ibu bayi dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan nilai budaya/ kebiasaan setempat. Tunjukkan
kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang mereka
inginkan terhadap bayi yang telah meninggal
Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan
hormon setelah kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu
sangat sensitif, terlebih bayi meninggal. Bila ibu ingin
mengungkapkannya, ajak bicara dengan orang terdekat atau bidan
Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa ibu memerlukan
istirahat, dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu
tidak mulai bekerja kembali dalam waktu terlalu cepat.
Asuhan ibu
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami
demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah
pembengkakan payudara dengan melakukan hal berikut:
Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit
tekanan menggunakan selendang/ kemben/ kain sehingga ASI
tidak keluar
Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
86
baik-baik sebagai dokumen untuk pertanggungan jawab.
Kompresi Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
dada setelah dilakukan VTP selama 30 detik.
Tindakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri dari kompresi yang
teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung kearah tulang belakang,
meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah
87
keseluruh organ vital tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-
paru diberi oksigen, sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukan
kompresi dada yang efektif, satu orang menekan dada dan yang lainnya
melanjutkan ventilasi. Orang kedua juga bisa melakukan pemantauan
frekuensi jantung dan suara nafas selama VTP. Ventilasi dan kompresi
harus dilakukan secara bergantian.
88
Teknik ibu jari lebih direkomendasikan pada reusitasi bayi baru lahir
karena akan menghasilkan puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih
besar.
Prinsip dasar pada kompresi dada :
1) Posisi bayi : topangan yang keras pada bagian belakang bayi dengan
leher sedikit tengadah
2) Kompresi :
o Lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan
diberikan pada 1/3 bawah tulang dada yang terletak antara
processus xiphoideus dan garis khayal yang menghubungkan
kedua putting susu.
89
o Frekuensi :
Kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi dengan baik,
dengan aturan satu ventilsai diberikan setiap selesai tiga kali
kompresi, dengan frekuensi 30 ventilasi dan 90 kompresi
permenit. Satu siklus yang berlangsung selama 2 detik terdiri dari
satu ventilasi dan tiga kompresi.
90 kompresi + 30 ventilasi (dalam 1 menit) Rasio 3:1
1 1/2 detik 3 kompresi dada, ½ detik 1 ventilasi 2 detik (1
siklus)
o Penghentian kompresi :
Setelah 30 detik untuk menilai frekuensi jantung ventilasi
dihentikan.
Frekuensi jantung dihitung dalam waktu 6 detik kemudian
dikalikan 10. Jika frekuensi jantung telah diatas 60x/mnt
kompresi dada dihentikan, namun ventilasi diteruskan dengan
kecepatan 40-60x/mnt. Jika frekuensi jantung tetap kurang
dari 60x/mnt, maka pemasangan kateter umbilical untuk
memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus dilakukan.
Jika frekuensi jantung > dari 100x/mnt dan bayi dapat bernafas
spontan, VTP dapat dihentikan tetapi bayi masih mendapat
oksigen aliran bebas yang kemudian secara bertahap
90
dihentikan.
Komplikasi :
Tulang iga patah
Trauma/laserasi hepar
Pneumotorak
91
CEK LIST
PENUNTUN BELAJAR
PENANGANAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN 1 2 3
PERSIAPAN
1. Siapkan peralatan :
Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh
(kain hangat/ kering atau lampu sorot)
3 helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi,
membungkus bayi dan pengganjal bahu)
Jam dengan jarum detik atau penunjuk waktu
Penghisap lendir De lee
Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
Sarung tangan
O2
PENILAIAN BBL DAN KEBUTUHAN TINDAKAN RESUSITASI
1. Nilai bayi :
o Apakah bayi bernafas menangis atau bernafas/ tidak megap-megap
o Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif
2. Jika bayi tidak bernafas, megap-megap atau lemas maka potong tali
pusat dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
3. Jika mekoneum kental buka mulut lebar, usap dan isap lendir dari mulut,
potong tali pusat dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
4. Beritahu keluarga bahwa bayi memerlukan tindakan resusitasi
MELAKUKAN LANGKAH AWAL RESUSITASI (dalam waktu kurang 30 detik)
1. Jaga bayi tetap hangat
92
o Keringkan tubuh bayi dan selimuti dengan kain bersih, kering dan
hangat
o Tempatkan pada ruangan hangat dan terhindar dari tiupan angin
o Dekatkan bayi ke pemanas tubuh
o Letakkan pada tempat yang kering dan hangat
o Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat
meletakkan bayi
2. Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah
ekstensi) untuk membuka jalan napas dengan cara mengganjal bahu bayi
dengan kain yang dilipat
3. Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir dari mulut kemudian
hidung
o Gunakan penghisap lendir De Lee
o Mulai bersihkan lendir dari mulut, baru kemusdian hisap lendir di
hidung
o Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang
penghisap
o Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat
menimbulkan reaksi vaso-gasal dan menyebabkan henti napas
4. Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
o Dengan sedikit penekanan, gosok tubuh bayi melalui kain
pembungkus tubuh bayi
o Dengan telapak tangan, lakukan rangsangan taktil pada telapak kaki
atau punggung bayi atau menyentil telapak kaki bayi
o Ganti kain yang basah dengan kain baru yang bersih, kering dan
hangat. Bagian muka dan dada bayi dibiarkan terbuka untuk
keperluan resusitasi dan evaluasi keberhasilan tindakan
5. Atur kembali posisi dan jaga kehangatan tubuh dengan membungkus
badan bayi
o Atur kembali ganjal bahu untuk memberikan posisi terbaik bagi jalan
napas
6. Penilaian ulang :
o Nilai apakah bayi bernapas spontan dan normal atau masih
mengalami kesulitan bernapas
o Bila bayi bernapas spontan dan baik, lakukan asuhan bayi baru lahir
yang normal dan berikan pada ibunya
1) Menjaga suhu tubuh (metode kangguru atau diselimuti dengan
baik)
2) Mendapat ASI
3) Kontak batin dan saying
4) Bila bayi masih megap-megap atau belum bernapas spontan
VENTILASI POSITIF PADA BAYI ASFIKSIA
1. Pastikan posisi kepala sudah benar, kemudian pasang sungkup/
93
ambubag dengan benar sehingga melingkupi hidung dan mulut
2. L akukan ventilasi percobaan (dua kali)
o Bila menggunakan balon dan sungkup, lakukan ventilasi dengan
tekanan yang cukup sebanyak dua kali
o Bila menggunakan pipa dan sungkup, tiupkan udara yang
dikumpulkan dalam mulut ke dalam pipa (udara ruangan, bukan
udara ekspirasi)
1) Pastikan dada mengembang
2) Bila tidak mengembang
Periksa posisi kepala
Periksa posisi sungkup
Periksa lendir di jalan napas
3. Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan VTP sebanyak 20 kali
dalam 30 detik
o Pastikan dada mengembang saat ventilasi diberikan
o Hentikan ventilasi bila bayi menangis atau bernafas spontan
4. Setelah bayi menangis atau bernapas spontan hentikan ventilasi
o Jaga suhu tubuh bayi
o Berikan bayi pada ibunya (diselimuti berdua)
Perhatikan :
Bila bayi tetap belum bernapas atau megap-megap maka lanjutkan
ventilasi 20 x dalam 30 detik berikutnya dan lakukan penilaian ulang
setiap 0 detik dan penilaian kebugaran bayi setiap menit
5. Bila bayi tidak bernapas spontan setelah 2 menit resusitasi :
o Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan
o Teruskan resusitasi
o Pastikan ibu dalam keadaan baik dan stabil
6. Bila bayi tetap tidak bernapas seelah 10 menit sejak awal resusitasi
maka tindakan ini dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan
PEMANTAUAN DAN PERAWATAN SUPORTIF PASCA TINDAKAN
1. Lakukan pemantauan secara sekama. Perhatikan :
o Tanda-tanda kesulitan bernapas
Retraksi intercostal (cekungan antar iga)
Megap-megap
Frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau labih dari 60x/mnt
o Warna kuli kebiruan atau pucat
2. Lanjutkan rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan bayi
3. Jaga bayi tetap hangat, tunda untuk memandikan bayi selama 6-24 jam
setelah lahir
4. Bila pernapasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya :
o Menjaga kehangatan/ suhu tubuh bayi
o Mendapat ASI
o Kontak batin dan kasih sayang
94
5. Teruskan pemantauan, bila bayi menunjukkan tanda-tanda di bawah ini,
segera lakukan rujukan :
o Frekuensi pernapasan < 30 atau > 60x/ menit
o Retraksi intercostal
o Merintih atau megap-megap
o Seluruh tubuh pucat atau berwarna kebiruan
o Bayi menjadi lemah
TINDAKAN SESUDAH PROSEDUR RESUSITASI
1. Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai
(disposable) ke dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor
Untuk kateter dan ekstraktr lendir yang dipakai daur ulang :
o Rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
o Lanjutkan ke proses cuci, bilas hingg DTT atau sterilisasi
2. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
MENCATAT TINDAKAN RESUSITASI
1. Catat tanggal dan aktu bayi lahir
2. Catat kondisi bayi saat lahir
3. Catat waktu mulainya tindakan resusitasi
4. Catat tindakan apa yang dilakukan selama resusitasi
5. Catat waktu bayi bernapas spontan atau resusitasi dihentikan
6. Catat hasil tindakan resusitasi
7. Catat perawatan suportif pasca resusitasi
95
KETRAMPILAN KLINIK
PENANGANAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
V. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan
dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penanganan asfiksia bayi baru
lahir.
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik
dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini
ditujukan untuk:
Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan
yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition)
dan
Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas
terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penanganan asfiksia bayi
baru lahir, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain
itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan
penanganan asfiksia bayi baru lahir penanganan asfiksia bayi baru lahir
dengan menggunakan model anatomik.
Etiologi Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya
terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir
(BBL).
Keadaan ibu :
Preeklampsia dan eklampsia
Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:
Keadaan tali pusat :
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
Gawat Janin Banyak kemungkinan kenapa bayi mungkin tidak bernapas saat lahir.
Seringkali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin,
Akibat gawat janin bayi tidak menerima oksigen yang cukup.
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan
persalinan.
Keterangan :
Alat penghidap lendir DeLee adalah alat yang digunakan untuk
menghisap lendir khusus untuk BBL
Tabung dan sungkup/ balon dan sungkup merupakan alat yang
sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan
sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
Tabung/ balon serta sungkup dan alat penghisap lendir DeLee
dalam keadaan steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.
Persiapan Diri
Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk
melindungi dari kemungkinan infeksi:
Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker,
penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
alkohol dan gliserin.
Mengeringkan dengan kain/ tissue bersih.
Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan
Keputusan Penilaian
Resusitasi Bayi Sebelum bayi lahir:
Baru Lahir Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :
Apakah air ketuban jernih tidak bercampur mekonium (warna
kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?
Menilai apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Keputusan
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:
Bayi tidak cukup bulan dan/ atau
Air ketuban bercampur mekonium
Bayi megap-megap/ tidak bernapas dan/ atau
Tonus otot bayi tidak baik/ bayi lemas
Tindakan
Mulai lakukan resusitasi segera jika:
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi mega-megap/ tidak bernapas
dan/ atau tonus otot bayi tidak baik/ bayi lemas
Air Ketuban bercampur mekonium
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir.
Segera setelah lahir, sambil meletakkan dan menyelimuti bayi di atas perut
ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus
otot. Penilaian ini menjadi dasar apakah bayi perlu resusitasi.
Tindakan Jika bayi tidak cukup bulan dan tidak bernapas atau bernapas mega-megap
Resusitasi dan atau tonus otot tidak baik
Bayi Baru Sambil memulai langkah awal:
Lahir Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan
bernapas dan bahwa Anda akan menolongnya
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
Langkah-langkah:
1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang.
Jika tidak mengembang:
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan
Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada
mengembang lakukan tahap berikutnya
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali
dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan
mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat
air ketuban bercampur mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur
mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika
air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air
ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/
bernapas/ bernapas normal/ megap-megap/ tidak bernapas?
Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah
awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap
lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
"Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum
dirujuk lakukan tindakan pra rujukan."
Pencegahan hipotermi
Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya
Mendekap bayi (kontak kulit bayi ke kulit ibu) sesering mungkin
Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil
Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
sebagian-sebagian.
Pemberian vitamin K1
Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL.
Pencegahan infeksi
Memberikan salep/ tetes mata antibiotika
Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha kanan,
1 jam setelah pemberian vitamin K1
Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bayi pasca resusitasi harus lebih hati-hati. Pemeriksaan
awal diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan jantung dengan
monitoring tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan dalam
24 jam dan setelah bayi stabil.
Pencatatan dan pelaporan
Konseling
Dukungan moral:
Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarga tentang tindakan resusitasi
dan kematian bayinya. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan.
Berikan asuhan terhadap ibu bayi dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan nilai budaya/ kebiasaan setempat. Tunjukkan
kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang mereka
inginkan terhadap bayi yang telah meninggal
Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan
hormon setelah kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu
sangat sensitif, terlebih bayi meninggal. Bila ibu ingin
mengungkapkannya, ajak bicara dengan orang terdekat atau bidan
Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa ibu memerlukan
istirahat, dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak
mulai bekerja kembali dalam waktu terlalu cepat.
Asuhan ibu
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami
demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah pembengkakan
payudara dengan melakukan hal berikut:
Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan
menggunakan selendang/ kemben/ kain sehingga ASI tidak keluar
Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
o Penghentian kompresi :
Setelah 30 detik untuk menilai frekuensi jantung ventilasi
dihentikan.
Frekuensi jantung dihitung dalam waktu 6 detik kemudian
dikalikan 10. Jika frekuensi jantung telah diatas 60x/mnt
kompresi dada dihentikan, namun ventilasi diteruskan dengan
kecepatan 40-60x/mnt. Jika frekuensi jantung tetap kurang dari
60x/mnt, maka pemasangan kateter umbilical untuk
memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus dilakukan.
Jika frekuensi jantung > dari 100x/mnt dan bayi dapat bernafas
spontan, VTP dapat dihentikan tetapi bayi masih mendapat
oksigen aliran bebas yang kemudian secara bertahap
dihentikan.
Komplikasi :
Tulang iga patah
Trauma/laserasi hepar
Pneumotorak
CEK LIST
PENUNTUN BELAJAR
PENANGANAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan
dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN 1 2 3
PERSIAPAN
1. Siapkan peralatan :
Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh
(kain hangat/ kering atau lampu sorot)
3 helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi, membungkus
bayi dan pengganjal bahu)
Jam dengan jarum detik atau penunjuk waktu
Penghisap lendir De lee
Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
Sarung tangan
O2
PENILAIAN BBL DAN KEBUTUHAN TINDAKAN RESUSITASI
1. Nilai bayi :
o Apakah bayi bernafas menangis atau bernafas/ tidak megap-megap
o Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif
2. Jika bayi tidak bernafas, megap-megap atau lemas maka potong tali pusat
dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
3. Jika mekoneum kental buka mulut lebar, usap dan isap lendir dari mulut,
potong tali pusat dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
4. Beritahu keluarga bahwa bayi memerlukan tindakan resusitasi
MELAKUKAN LANGKAH AWAL RESUSITASI (dalam waktu kurang 30 detik)
1. Jaga bayi tetap hangat
o Keringkan tubuh bayi dan selimuti dengan kain bersih, kering dan
hangat
o Tempatkan pada ruangan hangat dan terhindar dari tiupan angin
o Dekatkan bayi ke pemanas tubuh
o Letakkan pada tempat yang kering dan hangat
o Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat
meletakkan bayi
2. Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah
ekstensi) untuk membuka jalan napas dengan cara mengganjal bahu bayi
dengan kain yang dilipat
3. Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir dari mulut kemudian
hidung
o Gunakan penghisap lendir De Lee
o Mulai bersihkan lendir dari mulut, baru kemusdian hisap lendir di
hidung
o Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang
penghisap
o Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat
menimbulkan reaksi vaso-gasal dan menyebabkan henti napas
4. Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
o Dengan sedikit penekanan, gosok tubuh bayi melalui kain
pembungkus tubuh bayi
o Dengan telapak tangan, lakukan rangsangan taktil pada telapak kaki
atau punggung bayi atau menyentil telapak kaki bayi
o Ganti kain yang basah dengan kain baru yang bersih, kering dan
hangat. Bagian muka dan dada bayi dibiarkan terbuka untuk keperluan
resusitasi dan evaluasi keberhasilan tindakan
5. Atur kembali posisi dan jaga kehangatan tubuh dengan membungkus
badan bayi
o Atur kembali ganjal bahu untuk memberikan posisi terbaik bagi jalan
napas
6. Penilaian ulang :
o Nilai apakah bayi bernapas spontan dan normal atau masih
mengalami kesulitan bernapas
o Bila bayi bernapas spontan dan baik, lakukan asuhan bayi baru lahir
yang normal dan berikan pada ibunya
1) Menjaga suhu tubuh (metode kangguru atau diselimuti dengan
baik)
2) Mendapat ASI
3) Kontak batin dan saying
4) Bila bayi masih megap-megap atau belum bernapas spontan
VENTILASI POSITIF PADA BAYI ASFIKSIA
1. Pastikan posisi kepala sudah benar, kemudian pasang sungkup/
ambubag dengan benar sehingga melingkupi hidung dan mulut
2. L akukan ventilasi percobaan (dua kali)
o Bila menggunakan balon dan sungkup, lakukan ventilasi dengan
tekanan yang cukup sebanyak dua kali
o Bila menggunakan pipa dan sungkup, tiupkan udara yang
dikumpulkan dalam mulut ke dalam pipa (udara ruangan, bukan
udara ekspirasi)
1) Pastikan dada mengembang
2) Bila tidak mengembang
Periksa posisi kepala
Periksa posisi sungkup
Periksa lendir di jalan napas
3. Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan VTP sebanyak 20 kali
dalam 30 detik
o Pastikan dada mengembang saat ventilasi diberikan
o Hentikan ventilasi bila bayi menangis atau bernafas spontan
4. Setelah bayi menangis atau bernapas spontan hentikan ventilasi
o Jaga suhu tubuh bayi
o Berikan bayi pada ibunya (diselimuti berdua)
Perhatikan :
Bila bayi tetap belum bernapas atau megap-megap maka lanjutkan
ventilasi 20 x dalam 30 detik berikutnya dan lakukan penilaian ulang
setiap 0 detik dan penilaian kebugaran bayi setiap menit
5. Bila bayi tidak bernapas spontan setelah 2 menit resusitasi :
o Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan
o Teruskan resusitasi
o Pastikan ibu dalam keadaan baik dan stabil
6. Bila bayi tetap tidak bernapas seelah 10 menit sejak awal resusitasi
maka tindakan ini dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan
PEMANTAUAN DAN PERAWATAN SUPORTIF PASCA TINDAKAN
1. Lakukan pemantauan secara sekama. Perhatikan :
o Tanda-tanda kesulitan bernapas
Retraksi intercostal (cekungan antar iga)
Megap-megap
Frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau labih dari 60x/mnt
o Warna kuli kebiruan atau pucat
2. Lanjutkan rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan bayi
3. Jaga bayi tetap hangat, tunda untuk memandikan bayi selama 6-24 jam
setelah lahir
4. Bila pernapasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya :
o Menjaga kehangatan/ suhu tubuh bayi
o Mendapat ASI
o Kontak batin dan kasih sayang
5. Teruskan pemantauan, bila bayi menunjukkan tanda-tanda di bawah ini,
segera lakukan rujukan :
o Frekuensi pernapasan < 30 atau > 60x/ menit
o Retraksi intercostal
o Merintih atau megap-megap
o Seluruh tubuh pucat atau berwarna kebiruan
o Bayi menjadi lemah
TINDAKAN SESUDAH PROSEDUR RESUSITASI
1. Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai
(disposable) ke dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor
Untuk kateter dan ekstraktr lendir yang dipakai daur ulang :
o Rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
o Lanjutkan ke proses cuci, bilas hingg DTT atau sterilisasi
2. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
MENCATAT TINDAKAN RESUSITASI
1. Catat tanggal dan aktu bayi lahir
2. Catat kondisi bayi saat lahir
3. Catat waktu mulainya tindakan resusitasi
4. Catat tindakan apa yang dilakukan selama resusitasi
5. Catat waktu bayi bernapas spontan atau resusitasi dihentikan
6. Catat hasil tindakan resusitasi
7. Catat perawatan suportif pasca resusitasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2006, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Depkes
RI, Jakarta
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta
Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo. Jakarta.