Anda di halaman 1dari 5

PERISTIWA - NASIONAL

Wabah Penyakit DBD, Dinkes DKI


Jakarta: Jakarta Selatan Tertinggi
Jumat, 01 Februari 2019 - 20:48 | 23.97k

Perawat saat melakukan pengecekan terhadap pasien DBD (FOTO: Liputan6)


Pewarta: Rizki Amana | Editor: Ferry Agusta Satrio

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dinkes DKI Jakarta (Dinas Kesehatan DKI


Jakarta) melaporkan peningkatan penyakit Demam Berdarah Dengeu (DBD) di
awal tahun 2019. Terdapat 813 kasus per 31 Januari 2019 kasus penyakit DBD di
wilayah Ibu Kota Jakarta.

"Nah iya betul itu terakhir (813 kasus DBD)," ucap Kepala Seksi Penyakit
Menular Vektor dan Zoonotik Dinkes DKI Jakarta, Inda Mutiara saat dikonfimasi
melalu sambungan telepon, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Dari data yang dipaparkan oleh Dinkes DKI Jakarta, tingkat kejadian (incidence
rate/IR) tertinggi kasus wabah DBD terjadi di wilayah Jakarta Selatan dengan
12,33 IR (277 pengidap DBD) dari 6 wilayah di Jakarta.

Sedangkan wilayah kedua kasus DBD tertinggi disusul oleh wilayah Jakarta Barat
dengan 8,60 IR (220 pengidap), disusul Jakarta Timur (7,75 IR / 226 pengidap),
Jakarta Pusat (4,22 IR / 39 pengidap), Jakarta Utara (2,84 IR / 51 pengidap) serta
Kepulauan Seribu yang tercatat tidak terkena wabah DBD.

Selanjutnya, Dinkes DKI Jakarta mencatat 5 Kecamatan dengan tertinggi kasus


DBD di wilayah DKI Jakarta terdapat pada Kalideres 23,25 IR, Cipayung 19,60
IR, Jagakarsa 17,01 IR, Kebayoran Baru 15,97 IR, dan Pasar Rebo dengan tingkat
kejadian 14,47 IR.

IR adalah perhitungan kejadian per 100.000 penduduk yang digunakan untuk


mengukur proporsi kejadian DBD. Semakin tinggi IR maka semakin tinggi tingkat
kejadiannya.

Untuk diketahui, data terkait peningkatan wabah penyakit DBD dikeluarkan


oleh Dinkes DKI Jakarta per tanggal 31 Januari 2019.
FKUI: Belum Ada Konfirmasi Terkena
Virus Corona di Indonesia
Reporter:
Moh Khory Alfarizi
Editor:
Erwin Prima
Kamis, 30 Januari 2020 12:34 WIB

(Dari kiri) Departemen Mikrobiologi FKUI Fera Ibrahim, Dekan FKUI Ari Fahrial Syam, Departemen
Pulmunologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Erlina Burhan dan Diah Handayani
dalam Seminar Awam dan Media Wabah Coronavirus: Status Terakhir di Indonesia di Gedung IMERI
FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Januari 2020. TEMPO/Khory

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona Wuhan, Cina, menjadi perhatian


dunia, termasuk Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
memastikan bahwa sampai dengan saat ini belum ada masyarakat di Indonesia
yang terinfeksi virus yang dijuluki 2019-nCoV itu.
Dekan FKUI Ari Fahrial Syam menjelaskan dalam acara Seminar Awam dan
Media Wabah Coronavirus: Status Terakhir di Indonesia, bahwa belum ada yang
terkonfirmasi spesifik terinfeksi 2019-nCoV. “Sampai hari ini memang yang
suspect itu ada, tapi yang terkonfirmasi spesifik saat ini belum ada,” ujarnya di
Gedung IMERI FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Januari 2020.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona merupakan keluarga


besar virus yang menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti SARS dan MARS. Virus ini umumnya ditemukan pada banyak
spesies hewan, termasuk unta dan keleawar.

Hingga Kamis siang, 30 Januari 2020, infeksi virus corona yang menyebar dari
Wuhan di Provinsi Hubei, terus bertambah menjadi 7.783 kasus di seluruh Cina.
Di antara jumlah itu, sebanyak 170 di antaranya berujung kematian dan 133 yang
dipastikan sembuh kembali. Angka itu belum menghitung kasus yang sudah
terkonfirmasi di 20 negara di luar Cina.

Namun, menurut Ari yang juga ahli penyakit dalam, fenomena ramainya virus
corona itu masih membawa hikmah positif. “Ini seperti mengingatkan kita harus
hidup sehat. Seperti mencuci tangan salah satu hal sederhananya, sehingga bisa
terhindar dari penyakit apapun,” tuturnya.

Lulusan Ilmu Biomedik FKUI itu berharap bahwa tren virus corona cepat selesai,
karena sampai dengan hari ini trennya terus bertambah dan meningkat. “Yang
menariknya itu angka kematiannya masih kecil. Artinya masih ada yang selamat,
kenapa selamat ini biasanya karena daya tahan tubuh,” lanjut dia.

Sementara, pengajar di Departemen Mikrobiologi FKUI Fera Ibrahim yang


menjadi pemateri dalam acara seminar tersebut juga, sependapat dengan Ari dan
menegaskan bahwa di Indonesia belum ada yang secara spesifk orang di
Indonesia yang terinfeksi virus asal Wuhan itu.

Fera yang juga pakar virus meminta masyarakat untuk mengikuti perkembangan
virus corona melalui sumber-sumber yang terpercaya, mulai jumlahnya berapa,
negara mana yang terdampak. “Tadi malam saya melihat sudah banyak dan
terkonfirmasi termasuk sebaran dari negaranya,” tutur Fera. “Kenapa kita tahu?
karena kita harus paham yang dinamakan suspect atau dalam pengawasan, itu
terkait dengan negara yang terjangkit. Itu mungkin kita harus mengetahui
gejalanya, jadi harus melihat pada data yang benar.”
Wabah DBD Hantui Kota
Bekasi, Selama 6 Bulan
610 Orang Dirawat
Abdullah M Surjaya
Minggu, 23 Juni 2019 - 22:06 WIBFoto: Ilustrasi/SINDOnews

BEKASI - Penyakit mematikan yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti


masih mengkhawatirkan di wilayah Kota Bekasi. Sebab, penderita demam
berdarah dengue (DBD) tergolong sangat tinggi.

"Selama lima bulan kita data ada sebanyak 610 kasus DBD yang menimpa warga
Bekasi," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian, Dinas Kesehatan Kota Bekasi,
Dezi Syukrawati, Minggu (23/6/2019). Menurutnya, jumlah warga yang terkena
penyakit tersebut tercatat intansinya sejak awal Januari hingga Mei 2019.

Rincianya, kata dia, Januari 2019 lalu jumlah penderita penyakit ini mencapai 75
orang. Lalu pada Februari angkanya menurun jadi 53 kasus. Pada bulan Maret
angkanya melonjak hingga 200 kasus.

Anda mungkin juga menyukai