Neonatus Atresia
Neonatus Atresia
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali
fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu
pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak
bersambung.
4. Komplikasi
4. Persiapan operasi
a. Prinsip umum persiapan terapi pada neonatus.
b. Koreksi cairan dan elektrolit.
c. Pertimbangan khusus diberikan pada atresia duodenum : koreksi
emergensi tidak dibutuhkan kecuali diduga ada malrotasi- pada
obstruksi parsial yang lama, malnutrisi biasanya berat. Koreksi
melalui TPN selama seminggu atau lebih sebelum operasi.
5. Perawatan Operasi
a. End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side
b. Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis dari
duodenum ke jejunum.Pankreas sendiri tidak diincisi.
c. Eksisi merupakan pilihan tepat bagi atresia duodenum yang
berbentuk diafragmatik, setelah identifikasi ampula vateri.
d. Deformitas “windsock” harus disangkakan dan dicari bagi semua
pasien dengan atresia duodenum yang berkelanjutan. Kateter
dimasukkan dari proksimal sampai distal untuk memastikan
patensinya.
e. Gastrostomy dilakukan jika gejalanya menetap serta perbaikan dini
tidak terjadi.
f. Akses pada vena sentral tatau transanastomosis tube ke dalam
jejunum diindikasikan baginutrisi pasca operasi pada pasien yang
berat.
6. Perawatan pasca operasi
a. Dekompresi gaster dilakukan sampai duodenum benar-benar
kosong, selanjutnya dimulai feeding. Sebagian pasien dapat diberi
makan dalam seminggu setelah operasi.
b. TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.
c. Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan
tidak ada gangguan vaskuler.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola
gelembung ganda yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
2. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan
malrotasi.
Atresi Oesphagus
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa
menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan
angka rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang
terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi
21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori
tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses
embriopatologi masih terus berlanjut.
1. Trisomi
2. Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika,
atresia duodenal, dan anus imperforata).
3. Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot,
dan patent ductus arteriosus).
4. Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau
horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
5. Gangguan Muskuloskeletal
6. Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah
bening).
7. Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus
memiliki kelainan lahir
1. Faktor obat.
Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu
thali domine .
2. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi
pada gen
3. Faktor gizi
4. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari
masing –masing menjadi esopagus dan trachea .
5. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
6. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna
sehingga terjadi fistula trachea esophagus
7. Tumor esophagus.
8. Kehamilan dengan hidramnion
9. Bayi lahir premature.
Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat
ini . Gross pada tahun 1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara
Kluth 1976 menerbitkan "Atlas Atresia Esofagus" yang terdiri dari 10 tipe
utama, dengan masing-masing subtipe yang didasarkan pada klasifikasi
asli dari Vogt. Hal ini terlihat lebih mudah untuk menggambarkan kelainan
anatomi dibandingkan memberi label yang sulit untuk dikenali.
1. Dismotilitas esophagus
Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin
esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi
ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan
minum.
2. Gastroesofagus refluk
Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana
mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau
dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke esophagus.
Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau
pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau kesulitan menelan
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat
esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan
menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya
ulkus.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan
makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam
trakea.
6. Batuk kronis
Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi
perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari
trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan
Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk
dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
8. Patofisiologi Atresia Esophagus
Pada Gross type II, tidur terlentang kepala lebih tinggi. Pada Gross
type I, tidur terlentang kepala lebih rendah. Bayi dipuasakan dan diinfus.
Kemudian segera siapkan operasi.(FKUI.1982).
1. Pasang sonde lambung antara No 6-8 F yang cukup kalen dan radio
opak sampai di esophagus yang buntu. Lalu isap air liur secara
teratur setiap 10-15 menit.
2. Pada groos II bayi tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi.
3. Bayi di puasakan dan di infuse
4. Konsultasi dengan yang lebih kompeten
5. Rujuk ke rumah sakit
10. Pengobatan pada Atresia Esophagus
1. Keperawatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung ke dalam paru, cairan
lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi.
2. Medik
Pengobatan dilakukan dengan operasi. Pada penderita atresia anus ini
dapat diberikan pengobatan sebagai berikut :
3. Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan koreksi sekaligus
4. Eksisi membran anal