Materi, Artikel, Perangkat Pembelajaran Sejarah dan Segala Hal Mengenai Sejarah Indonesia dan
Sejarah Dunia
Skip to content
MENU
HOME
PERANGKAT PEMBELAJARAN
POWERPOINT
SOAL SEJARAH
×
Evaluasi Pembelajaran IPS Melalui Teknik Penilaian Tes, Non Tes, Dan Otentik
by adminPosted onJanuary 29, 2014
Pengertian
Evaluasi
Secara harafiah evaluasi
berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995)
evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa
evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program
pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi
program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana
tujuan pendidikan dapat dicapai.[1]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi
merupakan penilaian yang sistematik tentang manfaat dan kegunaan atau pemberian
nilai terhadap kualitas sesuatu objek. Selain dari itu, evaluasi juga dapat
dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Tujuan evaluasi pembelajaran
adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf
kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta untuk mengetahui keefektifan
pengajaran yang telah dilaksanakan guru.
Karakteristik Evaluasi Pembelajaran IPS
Karekteristik dari pendidikan IPS adalah upaya untuk mengembangkan
kompetensi sebagai warga negara yang baik. Hal ini dapat dibangun apabila dalam
diri setiap orang terbentuk perasaan yang menghargai terhadap segala perbedaan,
baik berupa pendapat, etnik agama, kelompok, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu pendidikan
IPS memiliki tanggung jawab untuk dapat
melatih siswa dalam membangun sikap yang demikian.
Dalam pembelajaran IPS evaluasi emiliki pengertian
penilaian progam, proses dan hasil pembelajaran IPS. Evaluasi pembelajaran IPS
yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus menerus sesuai dengan
keterlaksanaan pembelajarannya. Evaluasi seperti ini merupakan baro meter atau
pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapat diikuti dan dipahami oleh
peserta didik, serta seberapa besar penguasaan atau pemahaman peserta didik. Evaluasi
pembelajaran IPS pada setiap jenjang meniliki karakteristik
tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.[2]
Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah
dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/ fusi. Hal ini disesuaikan
dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada
taraf berpikir abstrak. Materi pendidikan IPS di Sekolah Dasar
disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di
sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat
dari fenomena fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar
siswa. Dengan demikian seorang guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran IPS harus
dibekali dengan sejumlah
pemahaman tentang karakteristik pendidikan IPS yang meliputi pengertian
dan tujuan pendidikan IPS, landasan filosofis pengembangan kurikulum
pendidikan IPS serta disiplin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam
pendidikan IPS.[3]
Evaluasi Dengan Penilaian Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai sejumlah tugas
yang harus dikerjakan oleh seseorang yang akan diuji. Hasil tugas ini biasanya
dilukiskan dalam bentuk angka-angka yang dalam istilah teknisnya dinamakan
scores, aspek kepribadian tersebut bisa berupa prestasi akademik, bakat, sikap,
minat penyesuaian sosial dan lain-lain.
Tujuan dari evaluasi melalui penilaian tes adalah
untuk mengetahui apakah seseorang siswa telah menguasai atau belum menguasai
bahan pelajaran yang bersangkutan. Dengan evaluai tes ini juga dapat melihat
perbedaan kemampuan, bakat, sikap, minat atau aspek-aspek kepribadaian lainnya.
Agar tes dapat menunaikan fungsinya sebagai alat
pengukur yang baik, maka guru harus memperhatikan hal berikut dalam menyusun
soal :
a.
Validitas
Syarat
ini menuntut keabsahan tes, dalam arti soal-soal yang diberikan benar-benar
sesuai untuk mengukur dan mengungkapkan kemampuan yang menjadi tujuan
instruksional.
b.
Reliabilitas
Tes
memberikan hasil yang konsisten dan mantap, hasilnya tidak menunjukkan
perubahan atau penyimpangan seandainya diterapkan untuk mengukur kemampuan
seseorang.
c.
Objektivitas
Soal-soal
tes seharusnya memberikan hasil sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh
pemberi tes (guru) yang melakukan penukuran atau faktor pengganggu lainnya.
d.
Efisiensi
Tes
dapat dilaksanakan secarah mudah, tidak memerlukan banyak waktu, tenaga, dan
biaya, tetapi bisa memenuhi tujuan sebaik-baiknya.[4]
Evaluasi Dengan Penilaian Non Tes
Salah satu ciri pembaharuan pengajaran ilmu
pengetahuan sosial bersangkutan dengan lingkup tujuan yang hendak dicapainya,
yang tidak terbatas pada aspek kognitif, tetapi mencangkup aspek ketrampilan
(intelectual skill and social skill) dan juga mencangkup aspek afektif.
Sebagai konsekuensinya tujuan program pengajaran IPS
harus mencangkup ketiga aspek tujuan tersebut dan guru IPS harus mampu
melaksanakan ketiga penilaian yaitu :
a.
Penilaian
Ketrampilan
Untuk mengetahi ketrampilan seseorang mengetahui
sesuatu diperlukan tes perbuatan (performance
tes). Dalam melaksanakan tes ini perlu diperhatikan dan dibedakan antara
hasil perbuatan dan proses pelaksanaan perbuatan itu sendiri.
b.
Penilaian
dengan Membuat Karangan (Laporan)
Dari hasil karangan siswa dapat diketahui seberapa
jauh kemampuan menerakan kemampuan siswa tersebut karena untuk membuat karangan
diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi karangan.
Dalam mengevaluasi karangan terdapat beberpa
kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan, seperti : materi dan sitematika
karangan, data penunjang dan cara pengambilan keputusan.
c.
Penilaian
dari Segi Afektif
Aspek ini bersangkutan dengan perasaan dan sikap
sesorang terhadap suatu stimulus. Aspek tujuan afektif mempunyai kedudukan
penting dalam pengajaran IPS. Karena sering kali cara dan alasan seseorang
melakukan suatu perbuatan lebih perlu diperhatikan dari pada jenis perbuatan
itu sendiri.
d.
Skala
Pilihan
Skala Pilihan (rating
scales) menyediakan daftar sebanyak 3-5 pilihan. Skala Pilihan dapat
digunakan untuk: observasi,wawancara, angket, juaga mengukur sikap, kebiasaan
ataupun nikmat. Skala pilihan dapat digunakan untuk : observasi, wawancara,
angket, sikap, kebiasan, atau minat.
e.
Studi
Kasus
Studi Kasus diperlukan untuk mempelajari peserta
didik yag bertingkah laku ekstrim. Disekolah menengah, studi kasus dilakukan
terhadap siswa yang bertingkahlaku ekstrim, mengganggu dan perlu bantuan
khusus.
f.
Portofolio
Pendekatan portofolio adalah suatu penilaian yang
bertujuan mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam mengkontruksi merefleksi
suatu pekerjaan/ tugas dengan mengumpulkan bahan yang relevan dengan tujuan dan
keinginan yang diktroksuksi oleh siswa dan selanjutnya dapat dinilai oleh guru.
Dengan kata lain penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilian
kinerja siswa.
Sistem penilaian ini bermanfaat bagi guru untuk
mengevaluasi kebutuhan, minat, kemampuan akademik dan karekteristik siswa
secara individiual.[5]
Penililaian Ranah
Ranah/dimensi keterampilan (skill) dan nilai-nilai (values)
secara eksplisit tidak tertuang dalam SK-KD. Mengajarkan keterampilan (skill)
dan nilai-nilai (values) dilakukan dengan cara mengintegrasikannya dalam
proses pembelajaran. Caranya adalah dengan menerapkan model-model pembelajaran
“inovatif” yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan (skill)
dan nilai-nilai (values) yang akan diintegrasikan. Pembelajaran yang
demikian menurut Joyce dan Weil (1996) mempunyai dua efek, yaitu efek pembelajaran
(instructional effect) dan efek pengiring (nurturant effect).
Efek pembelajaran mungkin dapat dilihat hasilnya dalam jangka waktu singkat.
Sebaliknya efek pengiring membutuhkan waktu yang cukup lama. Teknik penilaian
yang lebih cocok adalah non tes.
Acuan untuk menyusun
prosedur pengintegrasian dan penilaian ranah keterampilan dan nilai-nilai
sebagai berikut:
a.
menentukan
aspek keterampilan atau nilai-nilai yang akan diintegrasikan;
b.
merancang
metode pembelajaran dengan mengintegrasikan keterampilan atau nilai-nilai
tersebut;
c.
merumuskan
indikator pencapaian aspek keterampilan atau nilai-nilai yang diintegrasikan;
d.
menetapkan
tingkat pencapaian setiap indikator.
e.
menetapkan
skor tiap-tiap tingkatan;
f.
menyusun
rubrik.[6]
Evaluasi Dengan Penilaian Otentik
Penilaian Otentik (Authentic Assessment) adalah
proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Penilaian Otentik ini merupakan implikasi
pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi terhadap penilaian hasil
pembelajaran di sekolah. Selohah, dalam hal ini guru dan kepala sekolah menjadi
pengambil keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulumdan proses
pembelajaran. Sekolah menyusun silabus yang menjamin terlaksananya proses
pembelajaran yang terarah. selain itu sekolah melakukan continous-authentic assessment yang
menjamin ketuntasan belajar dan
pencapaian kompetensi oleh siswa.
Prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai
berikut:
a. Keeping Track
Prinsip Keeping Track menekankan
pada penelusuran dan pelacakan kemajuan siswa sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Checking Up
Prinsip Checking Up yaitu tahap
dalam pengecekan ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
c. Finding Out
Prinsip Finding Out yaitu
penilaia harus mampu mencari dan menemukan dan mendeteksi kesalahan-kesalahan
yang menyebabkan terjadinya kelemahan dala proses pembelajaran.
d. Sumning Up
Prinsip Sumning Up yaitu
penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Tujuan penilaian
otentik adalah sebagai berikut :
a. Menilai kemampuan individual melalui tugas
tertentu.
b. Membantu dan mendirong guru untuk mengajar yang
lebih baik
c. Meningkatakan kualitas pendidikan.
d. Menentukan strategi pembelajaran.
Beberapa karakteristik penilaian otentik adalah
sebagai berikut :
a. Penilaian merupakan dari proses pembelajaran,
bukan terpisah dariproses pembelajaran.
b. Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada
kehidupan nyata, tidak berdasarkan pada kondisi yang ada disekolah.
c. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran
dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengaman belajar.
Penilaian
harus bersifat komperhensif dan holistik yang mencangkup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.
Published by admin
View all posts by admin
Post navigation
Prev
Cinta Tanah Air
Next
Sejarah VOC di Indonesia
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name *
Email *
Website
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Search for:
Search …
SEARCH
Categories
Candi (68)
Museum (17)
Prasasti (9)
Sumber Sejarah (1)
Uncategorized (617)
Video (1)
Contact – Disclaimer – Sitemap – Privacy Policy