Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1903),

seorang ahli botani Rusia. Tswest menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk

kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang

dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk

lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik

pemisahan baru ini, dimana “chroma” berarti warna serta “graphein” yang berarti

tulisan. Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter (1872-1942)

menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni untuk pemisahan pigmen klorofil.

Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan

atas distribusi deferensial komponen sampel diantara dua fasa. Hal tersebut

mengacu pada beberapa sifat komponen, yaitu (Gritter, 1991):

 Melarut dalam cairan

 Melekat pada permukaan padatan halus

 Bereaksi secara kimia

Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,

yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel. Pada makalah ini

akan dibahas secara khusus mengenai kromatografi gas yang merupakan salah

satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran

berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya.

Kromatografi gas ditemukan pada tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan

untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas (Adnan,

1997).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa prinsip kromatografi gas?

2. Apa-apa saja komponen-komponen kromatografi gas?

3. Apa kelebihan dan kekurangan kromatografi gas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui prinsip kromatografi gas.

2. Mengetahui komponen-komponen kromatografi gas.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kromatografi gas.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Kromatografi Gas (Gas Chromatography)


Kromatografi gas adalah jenis umum dari kromatografi yang digunakan
dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat
menguap tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian kemurnian zat
tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran (jumlah relatif
komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu senyawa. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom
yang diisi dengan fasa tidak bergerak yang terdiri dari bahan terbagi halus
yang cocok. Gas pembawa mengalir melalui kolom dengan kecepatan tetap,
memisahkan zat dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk padat pada keadaan
normal. Cara ini digunakan untuk percobaan identifikasi dan kemurnian, atau
untuk penetapan kadar.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert,
sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer
ataupun larutan. Kromatografi gas-cair (GLC), atau hanya kromatografi gas (GC),
merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalamkimia organik untuk
pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari
bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam
beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah kompleks.
Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (atau "mobile phase") adalah
sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak
reactive seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa diam merupakan tahap
mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di dalam
bagian darisistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen
yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas
chromatograph (atau "aerograph", "gas pemisah").
Compounds gas yang sedang dianalisis berinteraksi dengan dinding kolom
yang dilapisi dengan berbagai tahapan stationary. Ini menyebabkan setiap
kompleks ke elute di waktu yang berbeda, yang dikenal sebagai ingatan waktu
yang kompleks. Perbandingan dari ingatan kali yang memberikan
kegunaan analisis GC-nya.
Adapun gambaran umum dari GC adalah sebagai berikut :

2.1.1 Dasar Teori Kromatografi Gas


Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi deferensial diantara dua fasa mengacu pada beberapa sifat
komponen sampel, yaitu :
 Melarut dalam cairan
 Melekat pada permukaan padatan halus
 Bereaksi secara kimia
Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,
yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel.
Pada prinsipnya pemisahan dalam GC adalah disisebabkan oleh perbedaan
dalam kemampuan distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam di dalam
kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.
Kromatografi gas yang pada prinsipnya sama dengan kromatografi kolom
(serta yang lainnya bentuk kromatografi, seperti HPLC, TLC), tapi memiliki
beberapa perbedaan penting. Pertama, proses memisahkan compounds
dalam campuran dilakukan antara stationary fase cair dan gas fase bergerak,
sedangkan pada kromatografi kolom yang seimbang adalah tahap yang solid dan
bergerak adalah fase cair. (Jadi, nama lengkap prosedur adalah "kromatografi gas-
cair", merujuk ke ponsel dan stationary tahapan,masing-masing.) Kedua, melalui
kolom yang lolos tahap gas terletak di sebuah oven dimana temperatur gas
yang dapat dikontrol, sedangkan kromatografi kolom (biasanya) tidak memiliki
kontrol seperti suhu. Ketiga, konsentrasi yang majemuk dalam fase gas adalah
hanya salah satu fungsi dari tekanan uap dari gas.
Kromatografi gas juga mirip dengan pecahan penyulingan, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan titik didih
(atau tekanan uap) perbedaan. Namun, pecahan penyulingan biasanya
digunakan untuk memisahkan komponen campuran pada skala besar, sedangkan
GCdapat digunakan pada skala yang lebih kecil (yakni microscale).

2.1.2 Prinsip Kromatografi Gas


Kromatografi gas adalah merupakan teknik pemisahan yang mana solut-
solut yang mudah menguap (dan stabil terhaddap panas) bermigrasi melalui
kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada
rasio distribusinya. Pemisahan pada Kromatografi Gas didasarkan pada titik didih
suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara
solute dengan fasa diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fasa.
Salah satu fasa ialah fasa diam yang permukaannya luas dan fasa yang lain yaitu
gas yang mengelusi fasa diam. Fasa gerak yang berupa gas akan mengelusi solute
dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama pemisahan
dalam kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-
masing komponen dalam melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi
dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya (Tr) (adamovics, 1997).

2.1.3 JENIS DAN MACAM ALAT GC


Kromatografi gas terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan dengan
mekanisme pemisahan partisi, yaitu:
1. Kromatografi gas–cair (KGC)
Fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga
solut akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen cuplikan didasarkan atas
kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa diam)
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Pada
kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas fenomena
adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam). Namun KGP jarang digunakan
sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat ini adalah KGC.
Instrumentasi dalam kromatografi gas telah berevolusi secara terus-menerus
sejak 1954. Bagian-bagian dari instrumen kromatografi gas terdiri atas gas
pembawa, pengatur aliran, sample inlet, kolom, oven (pengatur suhu), detektor,
sistem output. Alur kerja GC adalah sebagai berikut. Gas pembawa yang inert
mengalir secara terus- menerus dari silinder gas ke tempat injeksi, kolom, dan
detektor. Laju alir gas pembawa ini dikendalikan sepenuhnya untuk memastikan
waktu retensi yang konsisten dan untuk meminimalisir pergeseran detektor dan
noise. Sample diinjeksi ke dalam tempat injeksi yang dipanaskan sehingga sampel
diuapkan dan dibawa ke kolom, yang dilapisi dengan lapisan tipis cairan bertitik
didih tinggi. Partisi sampel antara fase gerak dan fase diam dan terpisah menjadi
komponen-komponennya berdasarkan pada kelarutan dalam fase cair dan fasa uap.
Setelah melewati kolom, gas pembawa dan sampel melewati detektor. Bagian ini
mengukur kuantitas sampel dan menghasilkan sinyal elektik. Sinyal ini
diterjemahkan oleh sistem data menjadi kromatogram. Berikut adalah gambaran
instrumentasi kromatografi gas (McNair, 2009):

2.2 Komponen Alat Kromatografi Gas


2.2.1 Gas Pembawa
Fungsi utama gas pembawa adalah membawa sampel melalui kolom. Gas
pembawa ini juga disebut sebagai fasa gerak. Gas pembawa harus bersifat inert
dan tidak berinteraksi secara kimia dengan sampel. Fungsi lain gas pembawa
adalah menyediakan matriks yang sesuai untuk detektor untuk mengukur
komponen sampel. Berikut adalah beberapa gas pembawa yang digunakan untuk
beberapa detektor (McNair, 2009):
Tabel : Jenis gas pembawa dan detektornya.

Kemurnian gas pembawa sangat penting karena pengotor seperti oksigen, air
dapat merusak fasa cair dalam kolom. Kolom polyester, polyglicol, dan poliamida
umumnya rentan. Air dalam jumlah kecil juga dapat melepaskan kontaminan
dalam kolom dan menghasilkan “ghostpeak”. Hidrokarbon dalam jumlah kecil
dalam gas pembawa dapat menyebabkan ghostpeak dengan detektor ionisasi
sehingga membatasi kemampuan deteksinya (McNair, 2009).

2.2.2 Pengatur Aliran


Pengukuran dan pengatur aliran gas pembawa sangat penting untuk
efisiensi kolom dan analisis kualitatif. Efisiensi kolom bergantung pada laju aliran
gas yang dapat diatur dengan mudah dengan mengubah laju alir hingga nilai plat
maksimum tercapai. Nilai optimumnya adalah 75-90 mL/min untuk kolom kemas
berdiameter luar 0,25 inci; 25 mL/min untuk 0,125 inci; dan 0,75 mL/min untuk
kolom kapiler berdiameter dalam 0,25 μm. Nilai ini hanyalah acuan. Nilai
optimum yang sebenarnya harus ditentukan secara eksperimental (McNair, 2009).
Laju alir yang konstan dan reproducible pada analisis kualitatif harus
diatur agar diperoleh waktu retensi yang memiliki presisi yang tinggi. Hal ini
dikarenakan waktu retensi merupakan parameter yang sangat tepat untuk
mengidentifikasi suatu senyawa. Beberapa senyawa dapat memiliki waktu retensi
yang sama tetapi tidak ada senyawa yang memiliki 2 waktu retensi yang berbeda.
Oleh karena itu, waktu retensi bersifat karakteristik dari pelarut, tetapi tidak khas.
Pengaturan aliran yang baik sangat penting dalam proses identifikasi dengan
menggunakan kromatografi gas (McNair, 2009).
Pengatur aliran pertama adalah regulator yang terhubung dengan tabung
gas pembawa untuk menurunkan tekanan dari 2500 psig menjadi 20-50 psig.
Katup pengaman dan penyaring pada inlet berfungsi untuk menangkal partikulat
yang dapat masuk ke dalam sistem. Diafragma berbahan stainless steel digunakan
untuk mencegah kebocoran dalam sistem (McNair, 2009).
2.2.3 Tempat injeksi ( injection port)

Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan
uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam
kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk
pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi
dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyaititik didih yang paling
tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan maka kita
harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan.
Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu
percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak
boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas
atau penguraian dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe".
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan
efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas
pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan
(biasanya antara 0,1-3,0 μL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa
menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di pasaran
sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet,
setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan
mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan
untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injector pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk
menuju kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan
pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-
senyawa yang mudah menguap. Karena kalau penyuntikannya melalui lubang
suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut
karena suhu yang tinggi atau pirolisis.
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan
terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan 0,2
- 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di bawah.

2.2.4 Kolom
Kolom berfungsi sebagai jantung paa kromatografi gas. Kolom yang biasa
digunakan sangat bermacam-macam dan bentuknya sangat beragam. Panjang
kolom yang digunakan mulai dari 1 m sampai dengan 30 m. Diameter kolom
biasanya antara 0,3 mm hingga 0,5 mm. Isi kolom berupa padatan pendukung dari
fase diam yang berfungsi untuk mengikat fase diam tersebut. Padatan atau
“diatomite” berupa tanah diatom yang telah dipanaskan atau dikeringkan (Pamuji,
2013).
Persyaratan padatan pendukung yang baik:
a. Inert, tidak menyerap cuplikan
b. Kuat, stabil pada suhu tinggi
c. Memiliki luas permukaan yang besar : 1-20 m2/g
d. Permukaan yang teratur, ukuran yang sama, ukuran pori sekitar 10μ
Jika suatu cuplikan dianalisis dengan GC maka pemisahan terjadi pada
kolom. Kolom di dalam GC sering disebut dengan ”jantung GC”. Hal ini
disebabkan karena keberhasilan suatu analisis ditentukan oleh tepat dan tidaknya
kolom yang dipilih serta jenis cuplikan yang akan dianalisis.
Kolom GC terdiri dari 3 bagian yaitu wadah luar yang terbuat dari logam
(tembaga, baja tahan karat, nikel),gelas atau plastik mislanya teflon dan isi kolom
yang terdiri dari padtan pendukung dan fasa cairan.
a.Kolom isian
Fasa stasioner dalam kromatografi gas cair (KGC) adalah cairan, tetapi
cairan itu tidak boleh dibiarkan bergerak – gerak di dalam tabung. Cairan tersebut
harus dimobilisasi, biasanya dalam bentuk satu lapisan tipis dengan luas
permukaan besar. Ini paling lazim dilakukan dengan mengimpregnasi suatu bahan
padat dengan fasa cair sebelum kolom diisi. Padatan tersebut harus bersifat inert
secara kimiawi terhadap zat – zat yang nantinya akan dikromatografikan, stabil
pada temperatur operasi, dan memilki luas permukaan yang besar persatuan berat.
Penurunan tekanan yang dibutuhkan untuk laju alir gas yamg diinginkan harus
tidak boleh berlebihan. Kekuatan mekanis lebih diinginkan agar partikel –
partikelnya tidak pecah dan mengubah distribusi ukuran partikel dengan
penanganan. Kebanyakan padatan yang digunakan sebagai penyangga pada KGC
sangat berpori. Adsorben aktif seperti karbon aktif dan silika gel adalah
penyangga padat yang buruk. Bahkan jika dilapisi dengan lapisan cairan tipis
maka padatan ini akan menyerap komponen – komponen sampel yang
menyebabkan pengekoran (tailing). Bahan penyangga padat yang paling umum
adalah tanah diatom. Untuk dapat digunakan sebagai penyangga padatan maka
tanah diatom dijadikan seperti bata dan dipanaskan di dalam tanur kemudian
digerus halus sampai dan disaring dengan ukuran mesh tertentu.
b. Pemilihan fasa cair
Fasa cair harus dipilih dengan mempertimbangkan masalah pemisahan
tertentu. Cairan tersebut harus memiliki tekanan uap yang sangat rendah pad
temperatur kolom; sebuah petunjuk praktis mengusulkan suatu titik didih
sekurang – kurangnya 2000C di atas temperatur di mana cairan akan diberikan.
Dua alasan penting untuk menginginkan volatilitas yang rendah adalah pertama,
hilangnya cairan akan menghancurkan kolom itu, dan kedua, detektor akan
memberi respon pada uap fasa stasioner dengan hasil penyimpangan pada garis
dasar perekam dan menurunkan kepekaan terhadap komponen – komponen
sampel yang dianalisis. Jelas, fasa cair harus stabil secara termal pada temperatur
kolom, dan kecuali dalam kasus – kasus khusus, cairan itu tidak bereaksi secara
kimia dengan komponen – komponen sampel. Cairan tersebut harus memiliki
daya pelarut yang cukup untuk sampel. Mengingat aturan lama bahwa ”sejenis
melarutkan sejenis” , bisa dinyatakan bahwa secara umum seharusnya ada sedikit
kesamaan kimiawi antara zat cair dan zat terlarut yang dipisahkan.
Jumlah cairan yang diberikan pada penyangga padatan adalah penting.
Jika terlalu banyak cairan, zat terlarut akan menghabiskan terlalu banyak waktu
berdifusi ke fasa cair, dan efisiensi pemisahan menjadi berkurang. Terlalu sedikit
cairan menyebabkan zat terlarut berinteraksi dengan padatan itu sendiri., adsorpsi
dapat menyebabkan pengekoran dan tumpang tindihnya pita – pita elusi.
Pemuatan cairan berbeda – beda dengan sifat penyangga padatan, ukuran sampel
yang diantisispasi dan faktor – faktor lain, tetapi umumnya dalam rentang 2 atau 3
sampai sekitar 20% berat cairan. Biasanya padatan diolah dengan suatu larutan
dari cairan yang diinginkan dalam suatu pelaut yang volatil, dimana pelarut
dipindahkan dengan pemanasan dan selanjutnya dibuang dengan gas pembawa.

Gambar 1. Kolom paking


2.2.5 Oven
Tekanan uap dan kelarutan substansi dalam substansi lain berubah oleh
suhu. Oleh karena itu, ketepatan pengendalian suhu kolom menjadi sangat penting
sebab pemisahan tergantung pad a tekanan uap dan kelarutan. Pemilihan suhu
isotermal (konstan) dan suhu terprogram (suhu berubah secara kontinyu)
dilakukan dengan percobaan. Untuk pemisahan sederhana, mode isotermal sudah
cukup baik. Hal ini disebabkan perbedaan antara tekanan uap dan kelarutan dari
campuran komponen sudah cukup mempengaruhi pemisahan yang baik pada suhu
yang dipilih. Namun, untuk campuran yang lebih kompleks, pemisahan yang
kompleks membutuhkan suhu yang bervariasi (Widada, 2000).

2.2.6 Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data
yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan
mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan
mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi
sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan
respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang
(DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya
(Adnan, 1997).
A. Macam-macam Detektor
1. Detektor Konduktifitas termal (Katherometer)
Detektor ini paling banyak digunakan untuk analisis mikrogram. Detektor ini
menggunakan serabut logam yang dipanaskan untuk mendeteksi perubahan
konduktivitas termal dari aliran gas pembawa.
2. Detektor Pengionan Nyala (Foto Ionize Detektor)
Prinsip detektor ini adalah afluen yang keluar dari kolom dicampur dengan
hidrogen dan dibakar di udara dan menghasilkan radikal CH yang selanjutnya
menghasilkan ion CHO+ dalam nyala hidrogen udara.
3. Detektor Penangkapan Elektron (Electron Capture Detector)
Detektor ini peka terhadap senyawa yang mengandung halogen, karbonil
terkonjugasi, nitro, nitril dan organologam. Akan tetapi, detektor ini tidak peka
terhadap hidrokarbon, alkohol dan keton
4. Detektor Fotometri Nyala
Detektor ini merupakan fotometer emisi optik yang berfungsi untuk mendeteksi
senyawa-senyawa yang mengandung fosfor atau belerang seperti pestisida dalam
polutan udara
5. Detektor Nyala Alkali
Detektor nyala alkali merupakan modifikasi dari FID yang selektif terhadap fosfor
dan nitrogen. Detektor ini digunakan dalam analisa obat-obatan
6. Detektor Spektroskopi Massa
Spektrometer massa disambungkan dengan keluaran GC. Ketika gas solut
memasuki spektrometer massa maka molekul senyawa organik ditembaki dengan
elektron berenergi tinggi. Molekul tersebut pecahmenjadi molekul-molekul yang
lebih kecil dan terdeteksi berdasarkan massanya yang digambarkan sebagai
spektra massa
7. Detektor NPD (Nitrogen Phosphorus Detector)
NPD sering digunakan untuk mendeteksi pestisida, herbisida, penyalahgunaan
obat dan senyawa lainnya.

Gambar 2. Gas pembawa dan detector

2.2.7 Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas
berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Jumlah
puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran.
Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya (Gritter, 1991).
2.2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Kromatografi Gas
A. Kelebihan Kromatografi Gas

Adapun beberapa kelebihan kromatografi gas (Gritter, 1991):

1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.


2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.

B. Kekurangan Kromatografi Gas


Adapun beberapa kekurangan kromatografi gas (Gritter, 1991):
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan
perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam melalui kolom.
Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu
retensinya (Tr).
2. Komponen-komponen instrumen kromatografi gas terdiri atas gas pembawa,
pengatur aliran, tempat injeksi, kolom, oven, detector dan rekorder.
3. Kelebihan utama kromatografi gas adalah waktu analisis yang singkat dan
ketajaman pemisahan yang tinggal, sedangkan kekurangan kromatografi gas
adalah teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami meminta saran maupun kritikan yang
membangun, agar kedepannya penulis bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adamovics, J.A,. 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals 2nd


Edition, Marcel Dekker, New York.

Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi
Offset, Yogyakarta.

Gritter, R.J., 1991, Pengantar Kromatografi edisi 2, Penerbit ITB, Bandung.

McNair, H.M., dan Miller, J.M., 2009, Basic Gas Chromatography, John Wiley
and Sons, Inc., New Jersey.
Pamudji, F.D., 2013, Identifikasi Benzo (a) Pyrene, Public ITS, Surabaya.

Widada, B., 2000, Pengenalan Alat Kromatografi Gas, Urania, 7(23): 3-6.

Anda mungkin juga menyukai