INNA NADZIROTUL M BAB II-dikonversi-1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(Departemen Kesehatan RI. 1998 ).

Keluarga adalah sebagai unit kecil, terdiri dari dua orang atau lebih,

akan tetapi tidak selalu diikat dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian

darah, hidup dalam satu atap, berinteraksi satu sama lain, setiap anggota

keluarga menjalankan peran dan fungsinya masing-masing serta

menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan. ( Duval dalam Agus

Citra D. 2002 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya

(Baylon dan Maglaya di kutip oleh Arita Murwani 2007).

Dari kedua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang

atau lebih, dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian darah hidup dalam
suatu rumah tangga, dibawah asuhan seorang anggota keluarga mempunyai

peran masing-masing serta menciptakan dan juga mempertahankan suatu

kebudayaan.

2. Tipe Keluarga

Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan

derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga:

a. Tipe Keluarga Tradisisonal

1) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri,

dan anak (kandung atau angkat).

2) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,

keponakan, paman, bibi.

3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami

dan istri tanpa anak.

4) “Single Parent”, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang

dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost

untuk bekerja atau kuliah).


b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) “Commune family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah.

2) Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup dalam satu rumah tangga.

3) “Homoseksual”, yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup

satu rumah tangga.

3. Struktur keluarga

Mempelajari struktur keluarga akan memberikan penjelasan dengan

dominasi jalur hubungan darah, dominasi keberadaan tempat tinggal,

dominasi pengambilan keputusan. Di Indonesia terdapat beragam struktur

keluarga, penulis akan menjelaskan tentang struktur keluarga terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalu garis ayah.

b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

garis ibu.

c. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah dengan suami.

d. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah dengan ayah.


e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku intra personal

sifat, kegiatan yang bersifat berhubungan dengan individu dalam keluarga

didasari harapan dengan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Peran Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman serta sebagai kepala keluarga, ayah juga berperan sebagai anggota

dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota masyarakat

dilingkungannya.

b. Peran Ibu : Ibu berperan sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-

anaknya, mempunyai tugas untuk mengurus rumah tangga, pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dari keluarga.

c. Peran Anak : Anak-anak melakukan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannnya baik fisik, mental, social dan spiritual.


5. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain :

a. Fungsi Biologis

Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan

anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat

anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

b. Fungsi Psikologis

Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di

antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga dan memberikan indentitas keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-

nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-

sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan


datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan

sebagainya.

Fungsi ekonomi ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh

oleh kepala keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar,

banyak wanita sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.

e. Fungsi Pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak

dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk

perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan

mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi

fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan,

papan, sandang dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan

dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota

keluarga secara individu) merupakan bagian yang paling relevan dari

fungsi keluarga bagi perawatan keluarga.

f. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga

dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang


dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Menurut Friedman(1998) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai

berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan

Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan. kaji sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor

penyebab dan faktor yang mempengaruhinya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan keperawatan yang tepat, hal yang perlu dirasakan

oleh keluarga sejauh mana kemampuan keluarga mengenai sifat dan

luasnya masalah,apakah masalah masalah kesehatan dirasakan oleh

keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit, apakah keluarga

mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan,apakah keluarga

dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga

kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah keluarga

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi

masalah.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah sejauhmana


keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran,

komplikasi, prognosa dan cara perawatanya) sejauh mana keluarga

mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang

dibutuhkan, sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang

ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,

sumber keuangan, fasilitas fisik, psikososial) dan bagaimana sifat

keluarga terhadap yang sakit (khususnya sifat negatif).

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat (dari

segi fisik ,psikis, ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana

keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat, sejauh mana

mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauh mana

sifat/pandangan keluarga terhadap hiegene dan sanitasi dan sejauh

mana kekompakan antar anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

Umtuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang perlu dikaji

adalah sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan

yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan sejauh mana tingkat

kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.


6. Tahapan Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu

tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama

berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman,

1998, hal. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama.

Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga

agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan

diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller

(Friedman, 1998).

Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki

(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan

yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih

banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang

dimaksud dengan meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik.

Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan baru.

Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan

yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi

sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta beradaptasi

dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya


kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Dan sebagainya. Adapun tugas tahap

perkembangan keluarga pasangan baru yaitu :

a. Membina hubungan intim yang memuaskan

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

c. Mendiskusikan rencana anak

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu

keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan

menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina

hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-

masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu

yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.

Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri

melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.

Tahap perkembangan Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak

Pertama) :

a. Persiapan menjadi orang tua.

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,

hubungan seksual, dan kegiatan.

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.


Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam

keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan

merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana

orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon.

Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan

hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat

tercapai.

Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertam berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun.

Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat

tinggal , privasi dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi.

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak

yang lain juga harus terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling

repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak).

Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk dan anak sangat tergantung

pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa

sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh

waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam

merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan

perkawinan tetap utuh dan langgeng denga cara menguatkan hubungan kerja

sama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas

perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai

jumlah naggota keluarga maksimal, sehinga keluarga sangat sibuk. Selain

aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat

sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda

dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas

perkembangan (lihat tabel 4).

Tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah, yaitu

a. Membantu soisalisasi anak, tetangga, sekolah, dan lingkungan

b. Mempertahankan keintiman pasangan


c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,

memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di

sekolah maupun luar sekolah.

Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak

remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk

mempersipkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap- tahap

sebelumnya, pada tahap ini keluarga memilki tugas perkembanganya

Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasadan meningkatkan

otonominya

b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga.
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas

otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai

otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan

fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena

anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara

orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini

orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari

kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap

harmonis.

Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terkhir meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat terkhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini

tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersam orang tua. Tujuan utama pada tahap ini

adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam

melepas anak untuk hidup sendiri.

Tahap perkembangan. Keluarga dengan Anak Dewasa, yaitu

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

d. Membantu anak untuk mandrir di masyarakat


e. Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Keluarga mempersipkan anaknya yang tertua untuk membentuk

keluarga sendiri dan tetap membantu anak terkahir untuk lebih mandiri. Pada

saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan

membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan

merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ‘kosong’ karena

nak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini

orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai

pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.

Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada

beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia,

perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk

mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas

perkembangan.

Tahap perkembangan keluarga usia remaja, yaitu

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak

c. Meningkatkan keakraban pasangan


Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus

untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas: pola hidup

yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan,

dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman

sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga

antar generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan

kebahagian sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin

dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-

masing pasangan.

Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terkhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai

keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas

yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang

harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,

kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan

menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-

tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi

menghadapi stressor tersebut.

Tahap perkembangan keluarga usia lanjut, yaitu

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.


b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik, dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan ‘live review’.

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan

tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya; lebih dapat

beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.

Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang

lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang

tinggal dengan sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan ‘life review’

dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini

berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

7. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa

peran yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :

a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

b. Pengenal atau pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga .

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga

d. Fasilitator ,menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan

perawat dengan mudah menampung permasalahan yang dihadapi


keluarga dan menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan

memantau mencarikan jalan palan pemecahanya.

e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk

merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku

sehat .

f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan

petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga disamping

menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan

keluarga .

Anda mungkin juga menyukai