Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum tidak ada begitu saja dan keberadaannya juga tidak di biarkan begitu saja.
Namun kurikulum perlu disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman yang ada.
Sehingga dengan demikian kurikulum yang diterapkan disekolah juga sudah banyak
mengalami perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa,
ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum
yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan
masyarakat cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu
pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab
pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan adalah suatu upaya sosial-budaya manusia yang paling tua. Ketika manusia
berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan agar keturunan tersebut memiliki
apa yang sudah dimiliki manusia tersebut maka terjadilah proses komunikasi dan proses
pendidikan. Dalam komunikasi tersebut, segala aspek kehidupan (budaya, social, teknologi,
kepercayaan ilmu, cara berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan ke
keturunan tersebut. Melalui pendidikan terjadi proses pewarisan dan orang tua merasa yakin
bahwa anaknya dapat melanjutkan kehidupan keluarga, dan masyarakat yakin bahwa anggota
barunya dapat meneruskan keberlangsungan hidup kelompoknya. Ketika masyarakat tersebut
berkembang menjadi bangsa maka bangsa itu yakin pula bahwa melalui pendidikan generasi
keturunan itu dapat meneruskan kehidupan bangsa.
Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari perubahan kurikulum dari masa
ke masa. Karena hal ini akan semakin memberikan pemahaman kepada kita betapa
pentingnya keberadaan kurikulum dan penting pula untuk dikembangkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum?

1
2. Bagaimana langkah-langkah penyusunan kurikulum?
3. Apa yang dimaksud telaah kurikulum SD?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan sejarah perkembangan kurikulum
2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan kurikulum
3. Menjelaskan pengertian telaah kurikulum SD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum


Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara
pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai
permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri
terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi dan menentukan arah dan
intensitas proses pengembangan kurikulum. (Zainal Arifin, 2011)
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru
seperti yang telah diungkapkan diatas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar
semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suatu instansi
pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan
mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain,
prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta
kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk
selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang
digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat
penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses
pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan
dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.

3
Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan alat politik
oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda dan Jepang,
kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan politik kedua negara tersebut. Bahkan
ketika pemerintah Jepang berkuasa, kurikulum sekolah diubah sesuai dengan kepentingan
politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan Asia Timur Raya. Setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan
kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai
cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan
terus berlangsung.
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)
Sejak awal kemerdekaan pemerintah sudah memberikan perhatian yang cukup
besar pada dunia pendidikan. Kesadaran akan adanya suatu pendidikan nasional
dirasakan sebagai suatu yang mendesak sehingga secara tegas dinyatakan dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Pasal 31 ayat 1 Bab XIII Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan
”tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Semangat kebangsaan yang
sangat kuat dalam perjuangan kemerdekaan dan adanya kesadaran bahwa pendidikan
sebagai upaya utama dalam membangun jiwa bangsa menjadi penyebab perhatian besar
para pemimpin bangsa pada waktu itu terhadap dunia pendidikan.
Di awal-awal pemerintahannya, pemerintah secara bertahap mulai
mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga tahun setelah
Indonesia merdeka pemerintah memulai membuat kurikulum yang sederhana yang

4
disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini terus berjalan dengan
beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakan yang ada, hingga
bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Apa isi yang
terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran tersebut?
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular
ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa Indonesia
pada tahun 1947 adalah Rentjana Pelajaran 1947. Bentuknya memuat dua hal pokok,
yaitu (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, (2) garis-garis besar pengajaran.
Kurikulum pada tahun ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda
dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah digunakan sebelumnya
oleh Belanda. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada
pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Sedangkan materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
a) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
b) Garis-garis besar pengajaran (GBP)
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran pada masa Mr. Soewandi sebagai
Menteri PP dan K (Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan) adalah dalam rangka
mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Sebagai
konsekuensi dari perubahan sistem itu, maka kurikulum pada semua tingkat pendidikan
mengalami perubahan pula, sehingga yang semula diorientasikan kepada kepentingan
kolonial maka kini diubah selaras dengan kebutuhan bangsa yang merdeka. Salah satu
hasil panitia tersebut yang menyangkut kurikulum adalah bahwa setiap rencana pelajaran

5
pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud,
1979:108) :
a) Pendidikan pikiran harus dikurangi
b) Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
c) Pendidikan watak
d) Pendidikan jasmani
e) Kewarganegaraan dan masyarakat
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana (five principles of
development), yaitu :a) Daya cipta, b) Rasa, c) Karsa, d) Karya, e) Moral.
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 04 Tahun 1950
dikeluarkan, maka:
- Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki dasar-
dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta
mengembangkan bakat dan kesukaannya
- Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan
tinggi, serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus, sesuai
dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat
- Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat
menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan
kemajuan hidup kemasyarakatan.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:

6
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
Kurikulum 1964 tidak bertahan lama. Situasi politik mengalami perubahan pesat
dan terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama G.30.S/PKI. Pada tanggal 11 Maret 1966
Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang
memberikan wewenang kepada Mayjen Soeharto untuk mengamankan ajaran Panglima
Besar Revolusi. Dengan kewenangan yang dimilikinya, Mayjen Soeharto kemudian
membubarkan PKI, sesuai dengan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Manipol-USDEK dan
Nasakom tidak lagi menjadi ideologi negara. Revolusi menemukan titik akhir
perjalanannya. Pada tahun 1966, MPRS menetapkan kebijakan pendidikan untuk
menghilangkan pengaruh Manipol dan melarang ajaran komunis. TAP MPRS XXVI
tahun 1966 menentukan bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada (a) mempertinggi
mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, (b) mempertinggi
kecerdasan dan ketrampilan, dan (c) membina/ memperkembangkan fisik yang kuat dan
sehat. Oleh karena itu maka kurikulum baru diperlukan untuk membersihkan pikiran dan
hati generasi muda dari ideologi tersebut. Meski pun demikian, pendidikan ideologi terus
berlanjut. Kurikulum baru segera dikembangkan untuk menggantikan kurikulum 1964,
dibersihkan dari Manipol-USDEK dan Nasakom.
4. Kurikulum 1968
Lahirnya Orde Baru memberikan warna tersendiri dalam sistem pendidikan
Indonesia. Sesuai dengan ketetapan TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang
Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, maka dirumuskan mengenai tujuan pendidikan
sebagai bentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Isi dari kurikulum 1968 ialah mempertinggi
mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, membina/memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 –istilah yang

7
digunakan adalah Rencana Pendidikan –bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya Sembilan.
5. Kurikulum 1975
Pada tahun 1973, GBHN pertama dilaksanakan sebagai Keputusan MPR No.
II/MPR/1973. Berdasarkan TAP MPR ini dan juga hasil dari beberapa percobaan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran maka disusun kurikulum 1975. Untuk pertama kalinya
kurikulum ini didasarkan pada tujuan pendidikan yang jelas. Dari tujuan pendidikan
tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan instruksional umum,
tujuanj instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan
dicapai melalui kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini, satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya sistem
instruksional. Dalam tiap mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum, dan di tiap
bahasan, diberikan pula tujuan instruksional bagi guru dan siswa apa yang harus dicapai.
Jadi dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan yang setelah proses belajar, harus
dicapai oleh siswa. Hal ini tentu saja membuat bahan ajar tidak bisa berkembang. Proses
belajar ditentukan terlebih dahulu oleh pembuat kebijakan tentang output yang ingin
dihasilkan. Siswa dan guru akan cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar.
Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
- Berorientasi pada tujuan.
- Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

8
- Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.
- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kurikulum 1984
Pendidikan idiologi dalam kurikulum 1984 tetap menjadi warna yang dominan
dalam kurikulum. Pemerintah menetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran
wajib dalam kurikulum sejak SD sampai ke perguruan tinggi. Dalam TAP MPR Nomor
IV/MPR/1978 ditetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dan
diarahkan untuk menumbuhkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945. Berdasarkan TAP
MPR Nomor II/MPR/1978 ditetapkan pula Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila sebagai “penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara bagi setiap warganegara Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap
lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah dan
dilaksanakan secara bulat dan utuh.” Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
(P-4) dan juga dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa ditetapkan sebagai bagian dari
Pendidikan Pancasila melalui TAP MPR Nomor II/MPR/1983.
Sebelum pemberlakuan kurikulum 1984, yaitu pada tahun 1983 mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) ditetapkan sebagai mata pelajaran wajib.
Penetapan ini berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0461/U/1983 yang ditandatangani Prof. Dr. Nugroho Notosusanto. Posisi PSPB sebagai
materi dan mata kuliah wajib dalam kurikulum mendapat kedudukan hukum yang lebih
kuat ketika MPR mengeluarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1983 dimana dinyatakan
PSPB sebagai bagian dari Pendidikan Pancasila. Dengan demikian maka pendidikan
idiologi dilakukan melalui Pendidikan Pancasila yang memiliki komponen Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).

9
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model
ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
- Berorientasi pada tujuan instruksional
- Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
- Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas
semakin
banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
- Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat
peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1989 Indonesia memiliki undang-undang pendidikan baru yaitu
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Undang-Undang ini pasal 12 ayat (1) menetapkan bahwa wajib belajar menjadi 9 tahun.
Wajib belajar yang diartikan sebagai pendidikan minimal yang harus dimiliki bangsa
Indonesia. Sebelumnya wajib belajar tersebut hanya 6 tahun. Oleh karena itu maka
kurikulum SMP yang dalam Undang- Undang nomor 2 tahun 1989 diubah namanya
menjadi SLTP adalah bagian dari wajib belajar 9 tahun.

10
Meski pun Indonesia telah memiliki Undang-Undang pendidikan baru dan banyak
kebijakan tentang pendidikan dan kurikulum yang baru tetapi kurikulum tidak segera
berubah. Pada tahun 1994, sesuai dengan tradisi sepuluh tahunan, Pemerintah
meresmikan kurikulum baru. Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum
1984 tetapi pada dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi
pendidikan pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai instrumen
untuk ”transfer of knowledge”. Penyempurnaan terjadi pada materi pendidikan sejarah
karena materi pendidikan sejarah yang tercantum dalam kurikulum SMA 1984 (nama
baru SMA berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 adalah SMU) dianggap
tidak lengkap, maka kurikulum SMU 1994 menyempurnakannya.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari
pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
- Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
- Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban) dan penyelidikan.

11
- Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
- Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
- Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama
sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut:
 Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran.
 Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
 Bersifat populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa
diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih
dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk
soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan
lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitik-beratkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai
dengan standar performance yang telah ditetapkan. Secara singkat dengan KBK ini
ditekankan agar siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang

12
diinginkan. Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai
serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, E.,
2010:37). Sehingga KBK diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
keterampilan, tepat, dan berhasil dengan penuh tanggung jawab. KBK mencakup
beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan pembelajaran pun diarahkan untuk membantu siswa menguasai kompetensi-
kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhannya (Puskur, 2002a). Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengemukakan karakteristik
KBK, sebagai berikut:
- Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal
- Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode bervariasi
- Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya poenguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Berdarakan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah
bidang pendidikan dan kebudayaan telah diberlakukan sejak tahun 200. Visi pokok dari
otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan
terhadap masyarakat daerah untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum,
proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun untuk menjalankan amanah yang
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

13
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich, 2009:1)
Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi pada
perubahan sistem majanemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam
pengelolaan pendidikan (Muhaimin, dkk. 2008:2). Guru memiliki otoritas dalam
mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan
lingkungan di sekolahnya.
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum
2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan
(SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk
setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab
itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan
Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
10. Kurikulum 2013
Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan bahwa
kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013
yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan

14
mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah
mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.
Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada
lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan
berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi kesempatan
siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.
Pelajaran IPA ndan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti yang dirilis kemdikbud di website http:// kemdikbud.go.id ada empat
aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan
keterlaksanaan kurikulum 2013.
- Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut
metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru
(UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
- Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu
pengetahuan kepada siswa.
- Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada siswa
dan teman sejawat lainnya.
- Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan
digugu dan ditiru siswa.
Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini
akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka
peroleh setelah menerima materi pembelajaran.
2.2 Penyusunan Kurikulum Sekolah
Kurikulum sering kali berisi panduan bagi pendidik untuk mengajarkan materi dan
berbagai keahlian. Ada kurikulum yang berupa peta jalan bersifat umum, ada pula yang
cukup terperinci dan memiliki instruksi untuk pembelajaran dari hari ke hari. Penyusunan
kurikulum bisa menjadi tugas yang cukup menantang, terutama jika cakupan ekspektasinya
cukup luas. Apa pun situasinya, penting bagi Anda untuk memulai dengan topik yang umum

15
dan memasukkan lebih banyak perincian pada tahap berikutnya. Terakhir, evaluasi hasil
kerja Anda jika ada perubahan yang harus dilakukan.
A. Melihat Gambar Besarnya
1. Definisikan tujuan penyusunan kurikulum. Kurikulum harus memiliki topik dan
tujuan yang jelas. Topik harus disesuaikan dengan usia siswa dan lingkungan tempat
diajarkannya kurikulum tersebut.
 Jika Anda diminta untuk merancang suatu kursus, tanyakan pada diri sendiri
tentang tujuan umum kursus tersebut. Mengapa saya mengajarkan materi ini? Apa
yang harus diketahui oleh siswa? Apa yang akan mereka pelajari?
 Sebagai contoh, ketika menyusun kursus menulis selama liburan bagi siswa SMA,
Anda harus berpikir secara khusus tentang apa yang akan didapatkan oleh para
peserta kursus setelah menyelesaikan kursus tersebut. Contoh tujuan kurikulum
dalam hal ini adalah mengajarkan siswa cara menulis drama satu babak.
 Para guru di sekolah biasanya sudah ditugaskan dengan subjek tertentu sehingga
mereka tidak perlu lagi mengerjakan langkah ini.
2. Pilih judul yang tepat. Bergantung pada tujuan pembelajaran, penentuan judul
kurikulum bisa jadi proses yang langsung ke tujuan atau malah membutuhkan proses
berpikir yang lebih luas. Kurikulum untuk siswa yang akan menghadapi UAN bisa
diberi nama "Kurikulum Persiapan UAN". Sementara itu, program yang dirancang
untuk mendampingi para remaja yang memiliki gangguan makan mungkin
membutuhkan nama yang harus dipikirkan lebih mendalam. Nama yang dibuat untuk
menarik para remaja dan peka terhadap kebutuhan mereka
3. Tentukan lini waktunya. Bicarakan dengan penyelia Anda tentang lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengajar kursus ini. Ada kursus yang membutuhkan waktu setahun
penuh, ada juga yang hanya satu semester. Jika Anda tidak sedang mengajar di
sekolah, cari tahu tentang waktu yang dialokasikan untuk kelas Anda. Begitu Anda
mengetahui lini waktunya, mulailah untuk mengorganisasikan kurikulum Anda
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
4. Tentukan materi yang bisa disampaikan dalam alokasi waktu yang
diberikan. Gunakan pengetahuan Anda tentang siswa (usia, kemampuan, dan
sebagainya), dan pengetahuan tentang isi materi untuk merumuskan informasi apa

16
saja yang bisa disampaikan dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Anda belum
butuh untuk merencanakan kegiatan, tetapi kemungkinan-kemungkinan kegiatan bisa
mulai dipikirkan.
 Pertimbangkan banyaknya tatap muka dengan para siswa. Kelas yang
frekuensinya satu atau dua kali sepekan akan memiliki keluaran yang berbeda
dengan kelas yang tatap mukanya setiap hari.
 Sebagai contoh, bayangkan Anda sedang menyusun kurikulum teater. Ada
perbedaan yang signifikan antara kelas berdurasi dua jam yang memiliki tatap
muka sekali dalam sepekan selama tiga pekan, dan kelas berdurasi dua jam yang
sama dengan tatap muka setiap hari selama tiga bulan. Dalam waktu tiga pekan,
mungkin Anda bisa membuat drama sepanjang 10 menit. Sementara itu, tiga
bulan bisa jadi sudah cukup untuk membuat satu drama teater lengkap.
 Langkah ini mungkin tidak berlaku untuk semua guru. Sekolah dasar sering kali
mengikuti standar pendidikan nasional, yang telah menentukan garis besar topik
yang harus disampaikan selama satu tahun. Para siswa akan mengikuti ujian di
akhir tahun sehingga ada banyak tekanan untuk mencakup semua hal dalam
standar yang telah ditentukan.
5. Lakukan curah pendapat untuk menetapkan hasil yang diinginkan. Tulis semua
materi harus dipelajari para siswa dan kemampuan yang harus mereka miliki di akhir
rangkaian pembelajaran. Sangat penting untuk memiliki tujuan yang jelas, yang
menegaskan semua keahlian dan pengetahuan yang akan didapatkan oleh para siswa.
Tanpa adanya tujuan tersebut, Anda tidak akan bisa mengevaluasi siswa atau
efektivitas kurikulum.
 Sebagai contoh, dalam kursus menulis naskah drama selama liburan, mungkin
Anda ingin para siswa belajar cara menulis skenario, mengembangkan karakter
dengan baik, dan membuat jalan cerita.
 Para guru yang bekerja di sekolah-sekolah negeri harus mengikuti kurikulum
standar nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di Amerika Serikat,
sebagian besar negara bagian telah mengadopsi Common Core State
Standards yang menjelaskan secara terperinci keahlian dan pengetahuan yang

17
harus dimiliki oleh para siswa K-12 (usia TK sampai dengan SMA) di tiap akhir
tahun ajaran.
6. Pelajari kurikulum yang sudah ada untuk mendapat inspirasi. Cek di internet
tentang kurikulum yang telah dikembangkan di bidang mata pelajaran Anda. Jika
Anda bekerja di sekolah, berkonsultasilah dengan guru-guru lainnya dan penyelia
tentang kurikulum dari tahun sebelumnya. Anda akan lebih mudah dalam
mengembangkan kurikulum sendiri jika sudah memiliki contoh.
B. Mengisi Perincian
1. Buat suatu template. Biasanya suatu kurikulum ditata secara grafis untuk
menyediakan ruang bagi masing-masing komponen kurikulumnya. Beberapa lembaga
meminta pengajar untuk menggunakan templat yang telah distandardisasi. Pastikan
Anda memahami ekpektasi lembaga pendidikan terhadap Anda. Jika tidak ada
templat yang disediakan, temukan di internet atau buat templat sendiri. Templat akan
membantu agar kurikulum Anda tetap terorganisasi dan bisa disajikan dengan baik.
2. Identifikasi unit-unit dalam kurikulum. Unit, atau tema, adalah topik utama yang
berada dalam cakupan kurikulum. Organisasikan hasil curah pendapat atau standar
pendidikan nasional ke dalam bagian-bagian yang utuh dan mengikuti urutan yang
logis. Pada umumnya unit mengangkat ide-ide besar seperti cinta, planet, atau
persamaan. Jumlah unit dalam kurikulum bisa berbeda-beda tergantung
kurikulumnya. Selanjutnya, waktu pembelajaran bisa berlangsung selama satu pekan
atau delapan pekan.
 Judul unit bisa terdiri dari satu kata atau satu kalimat pendek. Unit tentang
pengembangan karakter, misalnya, dapat diberi judul, "Membuat karakter yang
mendalam."
3. Siapkan pengalaman belajar yang sesuai. Begitu Anda memiliki seperangkat unit
yang terorganisasi dengan baik, mulailah berpikir tentang jenis dan isi materi, serta
pengalaman yang akan dibutuhkan siswa untuk bisa memahami masing-masing tema.
Hal ini bisa dicakup dengan buku teks yang akan digunakan, teks yang akan dibaca,
proyek, diskusi, dan perjalanan.
 Ingat selalu siswa-siswa Anda. Pahami bahwa ada banyak cara yang bisa
membantu para siswa memperoleh keahlian dan pengetahuan. Cobalah untuk

18
memilih buku, multimedia, dan kegiatan yang mampu membuat siswa terlibat di
dalamnya.
4. Tulis pertanyaan-pertanyaan mendasar untuk tiap unit. Tiap unit membutuhkan
dua hingga empat pertanyaan umum yang harus digali begitu unit tersebut selesai
diajarkan. Pertanyaan-pertanyaan mendasar akan memandu siswa untuk memahami
bagian-bagian tema yang lebih penting. Pertanyaan semacam itu sering kali berupa
pertanyaan yang lebih besar, yang tidak bisa dijawab dalam satu pelajaran saja.
 Sebagai contoh, pertanyaan mendasar untuk unit kurikulum sekolah menengah
tentang fraksi matematika adalah, “Mengapa hasil pembagian tidak selalu lebih
kecil dari angka yang dibagi?” Pertanyaan mendasar untuk unit tentang
pengembangan karakter mungkin berbunyi, “Bagaimana keputusan dan tindakan
seseorang bisa menyingkap aspek-aspek kepribadiannya?”
5. Buat tujuan pembelajaran untuk tiap unit. Tujuan pembelajaran adalah hal-hal
spesifik yang harus dipahami atau mampu dilakukan siswa di akhir unit tersebut.
Anda sudah memikirkan sebagiannya ketika pertama kali melakukan curah pendapat
tentang kegiatan belajar mengajar di kelas, sekarang Anda harus lebih spesifik.
Sambil menulis tujuan pembelajaran, camkan pertanyaan-pertanyaan penting ini
dalam pikiran Anda. Negara mengharuskan siswa tahu tentang apa? Bagaimana
seharusnya siswa berpikir tentang topik ini? Siswa akan mampu melakukan apa?
Anda kerap kali bisa menentukan tujuan pembelajaran dengan tepat dari standar
pendidikan nasional.
 Gunakan kaidah "Siswa Akan Mampu Melakukan." Jika menemukan kebuntuan
dalam prosesnya, cobalah memulai tiap tujuan pembelajaran dengan kaidah
"Siswa akan mampu melakukan..." Kaidah ini bisa digunakan dalam konteks
keahlian maupun penguasaan materi. Sebagai contoh, “Siswa akan mampu
membuat analisis tertulis dua halaman tentang alasan-alasan di balik Perang Sipil
di Amerika.” Hal ini mengharuskan siwa untuk memahami informasi (berbagai
penyebab Perang Sipil), sekaligus mengolah informasi tersebut (analisis tertulis).
6. Sertakan rencana penilaian. Kinerja pembelajaran siswa harus dievaluasi. Evaluasi
bertujuan agar siswa tahu jika mereka berhasil memahami isi materi, sekaligus
membantu guru dalam mengetahui jika mereka berhasil menyampaikan isi materi.

19
Selain itu, penilaian membantu guru untuk menentukan apakah ada perubahan yang
harus dilakukan di masa depan terhadap kurikulum yang diajarkan. Terdapat banyak
cara untuk menilai kinerja pembelajaran siswa. Penilaian juga harus ada di tiap unit
kurikulum.
 Gunakan penilaian formatif. Penilaian formatif adalah penilaian yang lebih kecil
dan lebih informal untuk menghasilkan umpan balik dalam proses pembelajaran.
Meskipun penilaian formatif sudah menjadi bagian dari rencana pelaksanaan
pembelajaran harian, penilaian tersebut juga bisa dimasukkan dalam deskripsi unit
kurikulum. Contohnya antara lain adalah entri jurnal, kuis, kolase, atau respons
singkat tertulis.
 Gunakan penilaian sumatif. Penilaian sumatif dilakukan setelah satu topik penuh
selesai disampaikan. Penilaian semacam ini sesuai untuk diberikan di akhir suatu
unit atau di akhir rangkaian kegiatan belajar mengajar. Contoh penilaian sumatif
adalah ujian, presentasi, penampilan, makalah, atau portofolio. Penilaian sumatif
mencakup pendekatan terhadap berbagai perincian khusus hingga menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar, atau mendiskusikan tema yang bebih besar.
C. Menerapkan Kurikulum
1. Gunakan kurikulum untuk merencanakan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran biasanya terpisah dari proses penyusunan kurikulum. Meskipun banyak
guru yang menulis kurikulum sendiri, kenyataannya tidaklah selalu seperti itu.
Terkadang orang yang menulis kurikulum berbeda dengan orang yang akan
mengajarkannya. Apa pun kondisinya, pastikan bahwa panduan di kurikulum
digunakan untuk memandu perencanaan pembelajaran.
 Transfer informasi yang dibutuhkan dari kurikulum ke rencana pelaksanaan
pembelajaran. Sertakan judul unit, pertanyaan-pertanyaan mendasar, dan sasaran
unit yang sedang diajarkan selama proses belajar mengajar.
 Pastikan tujuan-tujuan kegiatan belajar mengajar mampu membimbing siswa
mencapai berbagai sasaran unit kurikulum. Tujuan kegiatan belajar mengajar
mirip dengan sasaran unit kurikulum, tetapi harus lebih spesifik. Ingatlah bahwa
siswa harus mampu menyelesakan tujuan tersebut di akhir kegiatan belajar
mengajar. Sebagai contoh, “Siswa mampu menjelaskan empat sebab terjadinya

20
Perang Sipil” sudah cukup spesifik untuk dilaksanakan dalam satu kali kegiatan
belajar mengajar.
2. Ajarkan dan observasi pembelajarannya. Setelah selesai menyusun kurikulum,
laksanakan kurikulum tersebut. Anda tidak akan tahu apakah kurikulum tersebut
berhasil atau tidak jika tidak dicoba dengan guru dan siswa yang sesungguhnya.
Selalu perhatikan cara siswa merespons topik, pengajaran metode, penilaian, dan
pembelajarannya.
3. Lakukan revisi. Lakukan refleksi terhadap cara siswa merespons materi. Refleksi
bisa dilakukan di tengah-tengah proses, atau setelah seluruh rangkaian pembelajaran
selesai. Beberapa sekolah menunggu hingga beberapa tahun untuk merevisi
kurikulum. Meskipun demikian, revisi senantiasa diperlukan karena standar,
teknologi, dan siswa selalu berubah.
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci mengapa Anda merevisi kurikulum. Apakah
para siswa berhasil mencapai sasaran pembelajaran? Apakah mereka mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar? Apakah para siswa memenuhi
standar nasional? Apakah para siswa siap untuk belajar di luar kelas? Jika tidak,
pertimbangkan untuk merevisi isi materi, gaya pengajaran, dan urutan materi.
 Anda bisa merevisi aspek mana saja pada kurikulum, tetapi kemudian semua
aspeknya harus diselaraskan. Ingat bahwa semua revisi yang Anda lakukan
terhadap topik-topik umum juga akan direfleksikan pada bagian-bagian lainnya.
Sebagai contoh, jika Anda mengganti topik suatu unit, ingatlah untuk menulis
pertanyaan-pertanyaan mendasar, tujuan, dan penilaiannya
2.3 Telaah Kurikulum SD
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Curir yang artinya pelari,
dan Curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Dan Curriculum berarti “jarak” yang
harus ditempuh. Kurikulum diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran
saja, tetapi lebih luas daripada itu, kurikuloum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan
sekolah dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan,
dapat dinamakan kurikulum, termasuk juga prosess belajar mengajar, mengatur strategi
dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sejenisnya.
Adapun fungsi umum kurikulum diantaranya :

21
1. The adjustive of adaftive function ( fungsi penyesuaian )
2. The intrgrating function ( fungsi pengintegrasian)
3. The differentiating funtion ( fungsi perbedaan)
4. The prapaedatic function ( fungsi persiapan)
5. The selective function ( fungsi pemilihan)
6. The diagnostic function ( fungsi diagnostik)
A. Kurikulum yang pernah Berlaku di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan sekarang 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.
B. Telaah Kurikulum SD
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Prinsip Umum Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi :
1) Peningkatan Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Penghayatan Nilai-nilai Budaya
2) Keseimbangan Etika, Logika, Estetika dan Kinestetika
3) Penguatan Integritas Nasional
4) Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
5) Pengembangan Kecakapan Hidup
6) Pilar Pendidikan
7) Komprehensif dan Berkesinambungan
8) Belajar Sepanjang Hayat
9) Diversifikasi Kurikulum
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal.

22
2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasan atau
suatu kompetensi.
Prinsip-prinsip Pembelajaran KBK
1) Berpusat Kepada Siswa
2) Belajar dengan Melakukan
3) Mengembangkan Kemampuan Sosial
4) Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi.
5) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
6) Mengembangkan Kreatifitas Siswa
7) Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
8) Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Neraga yang Baik
9) Belajar Sepanjang Hayat
Kelebihan/Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
berikut:
1) Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
2) KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara
pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing.
3) Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain.
4) Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa
(student oriented).

23
5) Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran.
6) Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian
yang terfokus pada konten.
7) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan ketrampilan.
Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
1) Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
peserta didik dan lingkungan.
2) Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang
pembelajaran secara berkelanjutan.
3) Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan ( BSNP ).
Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2) Beragam dan terpadu.
3) Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan.

24
6) Belajar sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1) KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan
program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2) Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3) Guru harus mandiri dan kreatif.
4) Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut :
1) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
3) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20%.
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia di samping memiliki kelebihan-
kelebihan juga memiliki kelemahan-kelamahannya. Sebagai konsekuansi logis dari
penerapan KTSP ini setidak-tidaknya menurut penulis terdapat beberapa kelemahan-
kelamahan dalam KTSP maupun penerapannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada.
2) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP.
3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
4) Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berdampak berkurang pendapatan para guru.

25
Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut :
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Kelompok mata pelajaran estetika
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Struktur
kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.
3. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan
tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.
Ciri-ciri Kurikulum 2013
Kurikumlum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik dan
ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Mewujudkan pendidikan berkarakter.
2) Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Wawasan lokal merupakan satu hal
yang sangat penting.
3) Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat Pendidikan tidak hanya
sebagai media pembelajaran.
Kelebihan Kurikulum 2013
1) Lebih menekankan pada pendidikan karakter.
2) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau
kota.
3) Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan
anak usia dini.

26
4) Kesiapan terletak pada guru.
Kelemahan Kurikulum 2013
1) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama
dalam kurikulum 2013.
2) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013.
3) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu
pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
Struktur Kurikulum 2013
Pada Kurikulum 2013 , ada perubahan mendasar dibanding kurikulum sekarang,
yaitu antara lain :
1) Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat
dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran:
a) IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll
b) IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll
c) Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
d) Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran
2) Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses
pembelajaran dan penilaian.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung.
2. Penyusun suatu kurikulum dapat melalui beberapa tahap diantaranya :
 Melihat Gambar Besarnya
a) Definisikan tujuan penyusunan kurikulum
b) Pilih judul yang tepat.
c) Tentukan lini waktunya.
d) Tentukan materi yang bisa disampaikan dalam alokasi waktu yang diberikan.
e) Lakukan curah pendapat untuk menetapkan hasil yang diinginkan.
f) Pelajari kurikulum yang sudah ada untuk mendapat inspirasi.
 Mengisi Perincian
a) Buat suatu template.
b) Identifikasi unit-unit dalam kurikulum.
c) Siapkan pengalaman belajar yang sesuai.
d) Tulis pertanyaan-pertanyaan mendasar untuk tiap unit.
e) Buat tujuan pembelajaran untuk tiap unit.
f) Sertakan rencana penilaian.
 Menerapkan Kurikulum

28
a) Gunakan kurikulum untuk merencanakan pembelajaran.
b) Ajarkan dan observasi pembelajarannya.
c) Lakukan revisi.
3. Telaah Kurikulum SD diantaranya :
1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
3) Kurikulum 2013 (K13)

29
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikihow.com/Menyusun-Kurikulum

http://miiwaku.blogspot.com/2014/05/telaah-kurikulum-sd.html

http://miiwaku.blogspot.com/2014/05/telaah-kurikulum-sd.html

http://eazt-widhianien.blogspot.com/2014/02/pengembangan-telaah-kurikulum-sd-kbk.html

30

Anda mungkin juga menyukai