Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KEPERAWATAN DASAR

“Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan”

Dosen Pengampu :

Ns. Yesi Fadriyanti, S. Kep, M. Kep

Oleh :

Zahratul Jannah

193110200

1B

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kita semua dalam keadaan sehat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Penyusun juga panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan keridhoan-Nya makalah
dengan judul “Konsep dan Prinsip Patient Safety” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa
kendala.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah mendukung pembuatan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan untuk itu kritik dan saran yang m,embangun
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Demikian kata pengantar ini
penyusun buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi dan pembaca pada
umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Padang, 23 Februari 2020

Zahratul Jannah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II KONSEP DAN PRINSIP .................................................................................... 3

A. Struktur Sistem Muskuloskeletal dan Persarafan yang Memengaruhi Pergerakan ..... 3

B. Mekanisme Tubuh dalam Fisiologi Pergerakan ................................................ 5

C. Mobilisasi dan Imobilisasi serta Efeknya Terhadap Tubuh .................................... 7

D. Respon Fisiologis dan Psikologis Klien Terhadap Imobibilisasi ........................ 7

E. Prinsip-Prinsip Mekanika Tubuh ........................................................................ 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS 11

A. Pengkajian Keperawatan .................................................................................... 11

B. Diagnosis Keperawatan .................................................................................... 12

C. Intervensi Keperawatan .................................................................................... 14

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................................ 17

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 30

A. Kesimpulan ................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu mempunyai pola atau irama dalam
menjalani aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat adalah adanya
kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja, makan dan minum,
personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain tubuh menjadi sehat,
juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang.
Pergerakan atau mekanik tubuh pada dasarnya adalah baimana menggunakan
secara efektif, terkoordinasi,dan aman, sehingga menghasilkan gerakan yang baik dan
keseimbangan selama beraktivitas. Peran perawat sangat penting untuk mencengah
terjadinya gangguan mekaniktubuh terutama pada klien yang mengalami tirah baring
lama dan cedera dan lain-lain, hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan tonus otot. Dengan demikian perawat harus bisa melatih mekanik tubuh
dengan benar, sehingga mencengah komplikasi klien seperti jatuh, tekanan fisik, cedera
dan dampak imobilisasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas pasien seperti gangguan saraf, fungsi
sistem muscular, hambatan mobilitas, kelemahan dan keletihan oleh penyakit tertentu dan
lain-lain, perawat harus dengan tempat membantu latihan aktivitas baik aktif maupun
pasif dan melatih berjalan dengan aman sebelum pasien bisa mampu melakukan
aktifitasnya secara mandiri.
Sebelum melakukan semua tindakan latihan range of movement(ROM) dan
latihan jalan, perawat harus melakukan persiapan termasuk mengkaji kekuatan otot,
sendi, adanya paralisis, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan,dan kemampuan untuk
mengikuti instruksi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur sistem muskuloskeletal dan persarafan yang mempengaruhi
pergerakan?
2. Bagaimana mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan?
3. Apa itu mobilisasi dan imobilisasi serta efeknya terhadap tubuh?
4. Bagaimana respons fisiologis dan psikologis klien terhadap imobilisasi?
5. Bagaiamana prinsip-prinsip mekanika tubuh edit?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami struktur sistem muskuloskeletal dan persarafan
yang mempengaruhi pergerakan
2. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan
3. Untuk mengetahui mobilisasi dan imobilisasi, serta efeknya terhadap tubuh
4. Untuk mengetahui dan memahami respons fisiologis dan psikologis klien terhadap
imobilisasi
5. Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip mekanika tubuh edit
6. Untuk mengetahuic dan memahami asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
aktivitas.

2
BAB II

KONSEP DAN PRINSIP

A. Struktur Sistem Muskuloskeletal dan Persarafan yang Memengaruhi Pergerakan


Gerakan tulang dan tulang sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi
secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Ada 2 tipe kontraksi otot isotonik dan
isometrik.
Kontraksi isotonik : peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik : peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan.
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan
khusus, gelondong otot.
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot.

1. Otot yang Penting dalam Pergerakan


Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat pergerakan
itu ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu
seperti humelus, ulna dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku
bekerja sama sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada ujung
tulang mengangkat berat pada itik yang lain untuk memutar tulang pada arah yang
berlawanan dengan gaya yang diberikan. Otot yang melekat dengan tulang
pengungkit memberikan kekuatan yang penting untuk menggerakan objek.
Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas. Otot
lengan sejajar satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang secara
maksimal. Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan tulang dan
sendi untuk memampukan lengan mengangkat objek.
a. Otot yang penting dalam membentuk poatur/ kesejajaran tubuh
Otot terutama berfungsi memepertahankan postur, bebentuk pendek dan
menyerupai kulit karena membungkus tendon dengan arah miring
berkumpul secara tidak langsung pada tendon. Otot ekstremitas bawah,

3
tubuh, leher dan punggug yang terutama berfungsi membentuk postur tubuh
(posisi tubuh dalam kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok otot itu
bekerja sama untuk menstabilkan dan menopang berat badan saat berdiri
atau duduk dan memungkinkan individu tersebut umtuk mempertahankan
postur duduk atau berdiri.
b. Pengaturan postur dan gerakan otot
Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana hati
seseorang. Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan
perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot yang
ber5beda tergantung pada tonus otot dan aktifitas dari otot antagonistik,
sinergistik dan antigravitas.
2. Tonus Otot : tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot
yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi dan relaksasi secra
bergantian tanpa gerakan aktif, serat dan kelompok otot tertentu. Tonus otot
memungkinkan bagian tubuh mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan
otot. Tonus otot juga mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti
yang terjadi pada otot kaki. Tonus otot dipertahankan melalui penggunaan otot
yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari membutuhkan kerja otot dan membantu
mempertahankan tonus otot akibatnya dari imobilisasi atau tirah baring
menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.
3. Kelompok otot.
Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan antigravitas dikoordinasi oleh sistem
saraf, dan bekerja sama untuk mempertahankan postur dan memulai pergerakan.
a. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang
sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dari otot bisep brakhialis
ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu brakhialis. Selanjutnya aktifitas otot
sinergistik terdapat dua penggerakan aktif yaitu bisep brakhialis dan
brakhialis berkontraksi sementara otot antogonistik yaitu otot trisep brakialis
berelaksasi.
b. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi. Selama
pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya

4
relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi maka otot bisep brakhialis aktif
berkontraksi dan otot antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama
lengan diekstensikan maka otot trisep brakhialis aktif berkontraksi sehingga
lawannya yaitu otot bisep brakhialis relaksasi.
c. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus
menerus melawan efek gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak
atau duduk. Pada orang dewasaotot anti grafitasi adalah otot ekstensor kaki,
gluetus maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung .

B. Mekanisme Tubuh dalam Fisiologi Pergerakan


Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien dan
efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang
terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan didalam tubuh.
Mekanisme kontraksi otot : membran otot mengandung myofibril, kemudian
pelepasan asetikolin. Akibatnya, pintu kalsium diretikulum sarkoplasma membuka dan
melepaskan ion kalsium ke sitoplasma sel otot, lalu berikatan dengan troposin,
kemudian membuka dinding sites, terjadilah jembatan silang (Cross bridges), antara
filamin aktin dan myosin. Selajutnya dengan katalis enzim myosin-ATP ase terjadi
hidrolikis ATP menjadi ADP + P + energy, sehingga terjadilah kontraksi.

5
6
C. Mobilisasi dan Imobilisasi serta Efeknya Terhadap Tubuh
1. Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Efek : tubuh menjadi segar, memperbaiki tonus otot, mengontrol berat badan,
merangsang peredaran darah, mengurangi stres, meningkatkan relaksasi,
memperlambat proses penyakit (penyakit degeneratif), untuk aktualisasi diri
(harga diri dan citra tubuh), sedang untuk anak merangsang pertumbuhan.
2. Imobilisasi
Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas yang disebabkan
kondisi tertentu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry 2006).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya.
Efek :
a. Fisik, seperti kerusakan integumen/integritas kulit, sistem kardiovaskuler,
sistem eliminasi, muskuloskeletal, sistem pencernaan, dan respirasi.
b. Psikologis, seperti depresi dan istirahat tidur.
c. Tumbuh kembang.

D. Respon Fisiologis dan Psikologis Klien Terhadap Imobibilisasi


1. Fisiologis
Sistem Integumen
a. Turgor kulit menurun : kulit mengalami atropi akibat imobilisasi dan
perpindahan cairan antar-komportemen pada area yang mengantung, hal ini
dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis dan jaringan subkutan.
b. Kerusakan kulit : kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrisi pada area tertentu, hal ini berakibat iskemia dan nekrosis jaringan
superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.
Sistem Kardiovaskuler

7
a. Hipotensi ortostatik : terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat
menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh saat klien bangun dari posisi
berbaring yang lama. Darah berkumpul di eksteremitas, dan tekanan darah
menurun drastis dan perfusi di otak mengalami gangguan, akibatnya klien
dapat mengalami pusing, berkunang-kunang, bahkan pingsan.
b. Pembentukan trambus : trombus atau massa padat darah di jantung atau
pembuluh darah biasa disebabkan oleh, gangguan aliran balik vena menuju
jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera dinding pembuluh darah. Jika
trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke siskulasi disebut
embolus.
c. Edema dependen : biasa terjadi pada area yang menggantung seperti kaki
dan tungkai bawah, edema akan menghambat aliran balik vena menuju
jantung yang akan meninbulkan lebih banyak edema.
Sistem Eleminasi
a. Stasis urin : terhentinya atau terhambatnya aliran urin. Klien berbaring lama
pengosongan ginjal dan kandung kemih terlambat, akibat dari gravitasi yang
memainkan peran dalam proses pengosongan urin.
b. Batu ginjal : imobilisasi bisa terjadi ketidakseimbangan antara kalsium dan
asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium, akibatnya urin menjadi
lebih basa, dan garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal.
c. Retensi urin : penurunan tonus otot kandung kemih menghambat
kemampuan mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
d. Infeksi perkemihan : urin yang statis dan juga sifat urin yang basa akibat
hiperkalsiuria merupakan media baik pertumbuhan bakteri. Organisme
penyebab infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli.
Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoporosis : tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang akan
mengalami demineralisasi (osteoporosis), hal ini menyebabkan tulang
kehilangan kekuatan dan kepadatan sehingga tulang menjadi keropos dan
mudah patah.

8
b. Atrofi otot : otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
c. Kontraktur dan nyeri sendi : kondisi imobilisasi jaringan kolagen pada sendi
mengalami ankilosa dan tulang terjadi demineralisasi yang menyebabkan
akumulasi kalsium pada sendi yang berakibat kekakuan dan nyeri pada
sendi.
Sistem Pencernaan
Konstipasi : imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu konstipasi akibat
penurunan peristaltik dan mobilitas usus. Jika konstipasi berlanjut dan feses
sangat keras, maka perlu upaya kuat untuk mengeluarkannya.
Respirasi
a. Penurunan gerakan pernafasan : kondisi ini disebabkan oleh pembatasan
gerak, hilangnya kordinasi otot.
b. Penumpukan sekret : normalnya sekret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi, postur tubuh, dan batuk. Pada klien
imobilisasi sekret terkumpul pada jalan nafas akibat gravitasi, sehingga
mengganggu proses difusi oksigen dan karbon dioksida di alveoli, serta
pengeluaran sekret dengan batuk terhambat karena melemahnya tonus otot
pernafasan.
c. Atelektasis : imobilisasi terjadi perubahan aliran darah regional dan
menurunkan produksi surfaktan, ditambah sumbatan sekret pada jalan
napas.
2. Psikologis
Pasien mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering
tidak memahami pendidikan kesehatan yang diberikan maupun sulit menerima
anjuran-anjuran. Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai
cara misalnya menarik diri, apatis, atau agresif. Pada keaadaan lebih lanjut pasien
mengalami perubahan konsep diri serta memberikan reaksi emosi yang sering
tidak sesuai dengan situasi.

9
E. Prinsip-Prinsip Mekanika Tubuh
Berdasarkan Alimul A. Aziz. (2006. p. 96) prinsip yang digunakan dalam
mekanika tubuh adalah :
1. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi :
a. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.
b. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui
pusat gravitasi.
c. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang
dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
2. Kseseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan
memengaruhi mekanika tubuh.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian harus dilihat dari dua bagian yaitu mobilisasi dan imobilisasi dengan
menggerakan semua indra dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dengan palpasi, aukultasi, hasil tes
laboratorium, bb(berat badan), asupan cairan, dan haluaran cairan. Menggali data yang
akurat selama pemeriksaan fisik yang meliputi :
1. Perawat harus menanyakan tingkat aktivitas klien, hal ini untuk mengidentifikasi
mobilisasi dan resiko cedera yang meliputi pola aktivitas, jenis, frekuensi, dan
lamanya.
2. Selain itu, perawat juga perlu mengkaji kecepatan aktivitas.
3. Tanyakan tingkat kelelahan meliputi aktivitas yang membuat lelah dan gangguan
pergerakan meliputi penyebab, gejala, dan efek dari gangguan pergerakan.
4. Perawat mengkaji tingkat aktivitas klien meliputi :
a. Tingkat 0 : klien mampu merawat diri sendiri secara penuh.
b. Tingkat 1 : klien memerlukan penggunaan alat.
c. Tingkat 2 : klien perlu bantuan atau pengawasan orang lain.
d. Tingkat 3 : memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan.
e. Tingkat 4 : sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan.
5. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan data adanya
indikasi rintangan dan keterbatasan, sehingga klien perlu bantuan perawat
meliputi :
a. Tingkat kesadaran dan postur/bentuk tubuh.
b. Skoliosis, kiposis, lordosis dan cara berjalan.
c. Ekstremitas : kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot, atropi, tremor,
gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan
duduk, kemampuan berdiri.

11
d. Pergerakan, kemerahan, deformitas, nyeri sendi dan kripitasi, suhu sekitar
sendi.

B. Diagnosis Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.
Penyebab :
1. Kerusakan integritas struktur tulang.
2. Perubahan metabolisme.
3. Ketidakbugaran fisik.
4. Penurunan kendali otot.
5. Penurunan massa otot.
6. Penurunan kekuatan otot.
7. Keterlambatan perkembangan.
8. Kekakuan sendi.
9. Kontraktur.
10. Malnutrisi.
11. Gangguan muskuloskeletal.
12. Gangguan neuromuskular.
13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia.
14. Efek agen farmakologis.
15. Program pembatasan gerak.
16. Nyeri.
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik.
18. Kecemasan.
19. Gangguan kognitif.
20. Keengganan melakukan pergerakan.
21. Gangguan sensoripersepsi.

12
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh sulit menggerakkan 1. Kekuatan otot menurun.

ekstremitas. 2. Rentang gerak (ROM) menurun.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Sendi kaku.
1. Nyeri saat bergerak.
2. Gerakan tidak terkoordinasi.
2. Enggan melakukan pergerakan.
3. Gerakan terbatas.
3. Merasa cemas saat bergerak.
4. Fisik lemah.

Kondisi Klinis Terkait :


1. Stroke.
2. Cedera medula spinalis.
3. Trauma.
4. Fraktur.
5. Osteoarthritis.
6. Ostemalasia.
7. Keganasan.
Intoleransi Aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Tirah baring.
3. Kelemahan.
4. Imobilitas.
5. Gaya hidup monoton.

13
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20%


1. Mengeluh lelah.
dari kondisi istirahat.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari

1. Dispnea saat/setelah aktivitas. kondisi istirahat.

2. Merasa tidak nyaman setelah 2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia

beraktivitas. saat/setelah aktivitas.

3. Merasa lemah. 3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia.


4. Sianosis.

Kondisi Klinis Terkait :


1. Anemia.
2. Gagal jantung kongestif.
3. Penyakit jantung koroner.
4. Penyakit katup jantung.
5. Aritmia.
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
7. Gangguan metabolik.
8. Gangguan muskuloskeletal.

C. Intervensi Keperawatan
Dukungan Mobilisasi
Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik.
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi adnya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi.
14
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur).
2. Fisilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi).
Terapi Aktivitas
Definisi : menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spiritual tertentu untuk
memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas individu atau kelompok.
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas.
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu.
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan.
4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang.
6. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami.
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktifitas.
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial.
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia.
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih.
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai.
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih.

15
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri) ,
sesuai kebutuhan.
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau
gerak.
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif.
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai.
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasikan otot.
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika sesuai.
14. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif.
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki dan kartu).
16. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu.
17. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri.
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan.
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari.
20. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas.
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu.
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih.
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga
funsi dan kesehatan.
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai.
5. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai.

16
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


1. Range of Movement (ROM)
PRINSIP DASAR :
Range of movement (ROM) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas. ROM dapat dilakukan secara aktif atau pasif.
Aktif jika pasien dapat melakukan secara mandiri. Pasif jika latihan dijalankan
oleh seseorang, atau aktif dengan bantuan jika pasien melakukan sendiri , tetapi
perlu bantuan orang lain. Pasien dengan bed rest lama akan beresiko terjadi
penurunan pergerakan sendi dan massa otot. Latihan ROM memperbaiki
mobilitas ektemitas, mencegah kontraktur/atropi dan memberikan kenyamanan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ROM
Pengertian Range of movement (ROM) merupkan latihan
gerak sendi yang dilakukan oleh perawat kepada
pasien.

Indikasi Pasien yang bedrest lama dan beresiko untuk terjadi


kontraktur persendian .

Tujuan Memperbaiki tingkat mobilitas fungsional


ekstremitas klien, mencegah kontraktur dan
pengecilan otot dan tendon, serta meningkatkan
sirkulasi darah pada ekstremitas, menurunkan
komplikasi vaskular immobilisasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.

Persiapan tempat dan alat 1. Tempat tidur.


2. Bantal.
3. Balok drop food.
4. Hanskoon.

Persiapan pasien 1. Menjelaskan tujuan pelaksanaan.

17
2. Mengatur posisi lateral lurus (terlentang biasa).
Persiapan Lingkungan 1. Menutuppintu dan jendela.
2. Memasang tabir dan tirai.

Pelaksanaan 1. Leher :
a. Letakkan tangan kiri perawat di bawah
kepala pasien dan tangan kanan pada
pipi/wajah pasien.
b. Lakukan gerakan :
1) Rotasi : tundukkan kepala, putar ke kiri
dan ke kanan.
2) Fleksi dan ekstensi : gerakkan kepala
menyentuh dada kemudian kepala sedikit
ditengadahkkan.
3) Fleksi lateral : gerakkan kepala ke
samping kanan dan kiri hingga telinga
dan bahu hampir bersentuhan.
c. Observasi perubahan yang terjadi.
2. Bahu
a. Fleksi/Ekstensi
1) Letakkan satu tangan perawat di atas
siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
2) Angkat lengan pasien pada posisi awal.
3) Lakukan gerakan mendekati tubuh.
4) Lakukan observasi perubahan yang
terjadi. Misalnya : rentang gerak bahu
dan kekakuan.
b. Abduksi dan Adduksi
1) Letakkan satu tangan perawat di atas
siku pasien dan pegang tangan pasien

18
dengan tangan lainnya.
2) Gerakkan lengan pasien menjauh dari
tubuhnya ke arah perawat (ke arah
samping).
3) Kembalikan ke posisi semula.
4) Catat perubahan yang terjadi. Misal :
rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.
c. Rotasi Bahu
1) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari
tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
2) Letakkan satu tangan perawat di
lengan atas dekat siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
3) Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke
bawahsampai menyentuh tempat tidur.
4) Kembalikan lengan ke posisi awal.
5) Gerakkan lengan bawah ke belakang
sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
6) Kembalikan ke posisi awal.
7) Catat perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.
3. Siku
a. Fleksi dan Ekstensi
1) Atur posisi lengan pasien dengan
menjauhi sisi tubuh dan telapak
mengarah ke tubuh pasien.

19
2) Letakkan tangan perawat di atas siku
pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
3) Tekuk siku pasien sehingga tangan
pasien mendekat ke bahu.
4) Lakukan dan kembalikan ke posisi
sebelumnya.
5) Lakukan observasi terhadap perubahan
yang terjadi. Misalnya, rentang gerak
pada siku, kekakuan sendi, dan adanya
nyeri.
4. Lengan bawah
a. Pronasi dan Supinasi
1) Atur posisi lengan pasien dengan siku
menekuk/lurus.
2) Letakkan satu tangan perawat pada
pergelangan tangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
3) Putar lengan bawah pasien kearah kanan
atau kiri.
4) Kembalikan ke posisi awal sebelum
dilakukan pronasi dan supinasi.
5) Lakukan observasi terhadap perubahan
yng terjadi. Misal, rentang gerak lengan
bawah dan kekakuan.
5. Pergelangan tangan
a. Fleksi dan Ekstensi
1) Atur posisi lengan pasien dengan
menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk.
2) Pegang tangan pasien dengan satu
tangan dan tangan yang lain

20
memegang pergelangan tangan pasien.
3) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh
mungkin.
4) Lakukan observasi terhadap
perubahan yang terjadi. Misalnya,
rentang gerak pergelangan dan kekakuan
sendi.
6. Jari-jari
a. Fleksi dan Ekstensi
1) Pegang jari-jari tangan pasien dengan
satu tangan sementara tangan lain
memegang pergelangan.
2) Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari
ke bawah.
3) Luruskan jari-jari (ekstensikan)
kemudian dorong ke belakang
(hiperekstensikan).
4) Gerakkan kesamping kiri kanan
(Abduksi-adduksikan).
5) Kembalikan ke posisi awal.
6) Catat perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
7. Paha
a. Rotasi
1) Letakkan satu tangan perawat pada
pergelangan kaki pasien dan satu tangan
yang lain di atas lutut pasien.
2) Putar kaki kearah pasien.
3) Putar kaki ke arah pelaksana.
4) Kembalikan ke posisi semula.

21
5) Observasi perubahan yang terjadi.
b. Abduksi dan Adduksi
1) Letakkan satu tangan perawat di bawah
lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
2) Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm
dari tempat tidur dan pertahankan
posisi tetap lurus. Gerakan kaki
menjauhi badan pasien ataukesamping
ke arah perawat.
3) Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi
badan pasien.
4) Kembalikan ke posisi semula.
5) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
6) Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.
8. Lutut
a. Fleksi dan Ekstensi
1) Letakkan satu tangan di bawah lutut
pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.
2) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan
pangkal paha.
3) Lanjutkan menekuk lutut kea rah dada
pasien sejauh mungkin dan semampu
pasien.
4) Turunkan dan luruskan lutut dengantetap
mengangkat kaki ke atas.
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukang.
Observasi perubahan yang terjadi.

22
Misal, rentang gerak dan adanya
kekakuan sendi.
9. Pergelangan kaki
a. Fleksi dan Ekstensi
1) Letakkan satu tangan pada telapak
kaki pasien dan satu tangan yang lain
di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus
dan rileks.
2) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-
jari kaki ke arah dada atau ke bagian
atas tubuh pasien.
3) Kembalikan ke posisi awal.
4) Tekuk pergelangan kaki menjauhi
dada pasien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah.
5) Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak dan kekakuan.
b. Infersi dan Efersi
1) Pegang separuh bagian atas kaki pasien
dengan tangan kita (pelaksana) dan
pegang pergelangan kaki pasien dengan
tangan satunya.
2) Putar kaki dengan arah ke dalam
sehingga telapak kaki menghadap ke
kaki lainnya.
3) Kembalikan ke posisi semula.
4) Putar kaki keluar sehingga bagian
telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
5) Kembalikan ke posisi awal.
6) Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak, dan adanya kekakuan

23
sendi.
10. Jari-jari
a. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
1) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu
tangan sementara tangan lain memegang
kaki.
2) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke
bawah.
3) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke
belakang.
4) Gerakan kesamping kiri kanan (Abduksi-
adduksikan).
5) Kembalikan ke posisi awal.
6) Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat perubahan yang terjadi. Misal : rentang
gerak, dan adanya kekakuan sendi.
Sikap Sikap selama pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.

Evaluasi 1. Tidak terjadi cedera.


2. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien
setelah tindakan.
3. Peningkatan rentang gerak sendi.

24
25
26
2. Melatih Klien Berjalan
PRINSIP DASAR :
Latihan berjalan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas. Membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat
mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi.
Latihan berjalan ini bisa tanpa menggunakan alat atau mungkin memerlukan alat
seperti seperti tongkat, dan kruk, tergantung pengkajian yang ditemukan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MELATIH PASIEN BERJALAN
Pengertian Melatih jalan merupakan cara membantu klien
dalam aktivitas berjalan sebagai bentuk
kemampuan seseorang untuk bergerak dalam upaya
melatih aktivitas berjalan (tanpa alat atau bantuan
alat seperti tongkat).

Indikasi Pasien yang bedrest lama atau pasien cedera.

Tujuan Memperbaiki tingkat mobilitas fungsional


ekstremitas klien, mencegah kontraktur dan
pengecilan otot dan tendon, serta meningkatkan
sirkulasi darah pada ekstremitas, menurunkan
komplikasi vaskular immobilisasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.

Persiapan tempat dan alat Alat atau bahan disesuaikan dengan kondisi pasien.

27
Persiapan pasien 1. Menjelaskan tujuan pelaksanaan.
2. Mengadakan kontrak waktu pelaksanaan.

Persiapan Lingkungan Beri lingkungan aman dengan hindari lantai licin.

Pelaksanaan 1. Mencuci tangan.


2. Mintalah pasien untuk meletakkan tangan
disamping badan atau memegang telapak
tangan perawat (bisa dua perawat).
3. Perawat berdiri disamping pasien dan pegang
telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien(bisa dua perawat).
4. Bantu pasien untukberjalan dan ikuti sesuai
dengan langkah pasien sesuai kemampuan
(bisa dua perawat).
5. Selalu observasi respon pasien saat berdiri dari
tempat tidur dan saat jalan (frekwensi nadi dan
tanda pusing kepala).
6. Mencuci tangan.
7. Catat tindakan dan respon pasien.

Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :


1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.

Evaluasi 1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien


setelah tindakan.
2. Respon klien kooperatif.

28
29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilisasi dan imobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannnya.
Imobilitas adalah keadaan dimana individu tidak dapat bergerak denganbebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang
belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Adanya
imobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi sistim tubuh, seperti perubahan pada
metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan
nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan
kardiovaskuler, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi,
dan perubahan perilaku.
Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien dan
efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang
terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan didalam tubuh.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kasiati, dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta :
Pusdik SDM.

Kasiati, dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta : Pusdik SDM.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI.

31

Anda mungkin juga menyukai