590-Article Text-894-1-10-20200127
590-Article Text-894-1-10-20200127
Ahyar Rasyidi
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Jami
Jl. Mesjid Jami No.1 Banjarmasin
Abstrak:
Dalam dunia pendidikan, lebih-lebih pendidikan Islam, anak didik
atau pelajar diposisikan sebagai objek utama pendidikan, yang
selanjutnya dibina dan diajari untuk menjadi manusia yang dewasa,
manusia yang mandiri dalam segala hal, dalam rangka pembiasaan
ketaatan diri menjadi hamba yang bertakwa di sisi Allah Swt.
Penegasan tentang posisi anak didik atau pelajar ini dalam menuntut
ilmu merupakan salah satu hasil pemikiran penting berkenaan
dengan anak didik. Di antara pemikir pendidikan Islam yang
terkenal melahirkan berbagai gagasan berkenaan dengan berbagai
unsur terkait dengan proses pendidikan adalah Ibn Jama’ah. Ibnu
Jama’ah dikenal sebagai seorang pemikir, pendidik, dan seorang
penulis yang produktif dalam berbagai bidang ilmu keislaman.
Salah satu karya tulisnya yang terkait dengan pendidikan adalah
Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘lim wa al-
Muta’allim. Dalam kitab ini, di antara permasalahan penting yang
dibicarakan adalah berkaitan dengan berbagai etika yang harus
dijaga, baik oleh pendidik maupun anak dalam proses
pembelajaran.
Kata-kata kunci:
Pemikiran pendidikan, Ibn Jama’ah, dan kitab Tadzkirah al-Sami
wa al-Mutakallim.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir
hingga tercapai kedewasaan jasmani dan ruhani dalam interaksi dengan
alam dan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan merupakan proses yang
terus-menerus, sehingga ada istilah bahwa pendidikan itu hendaknya
dilaksanakan secara berkelanjutan dalam kurun waktu yang panjang (live
long educations) dan tidak pernah berhenti, artinya bahwa selama ada
kehidupan dalam diri manusia maka selama itu pula ia belajar, tidak pernah
berhenti. Di dalam proses pendidikan ini keluhuran martabat manusia sangat
29
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
30
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
5
Abd al-Amir Syamsuddin, Al-Fikr al-Tarbawi ‘Inda Ibn Jamâ’ah, (Beirut:
Al-Syirkah al-‘Âlamiyyah Lil Kitâb, Cet. I, 1990), h.12.
6
Ibn Jama’ah al-Kinany, Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-
‘lim wa al-Muta’allim, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th), h.5-6.
31
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
7
Hasan Ibrahim Abd ‘Al, al-Fikr al-Tarbawy ‘inda Badruddin Ibn Jamaah
dalam Min A’lam li al-Tarbiyah al-Islamiyah, Jilid 3, (Kairo: Maktabah al-
Tarbiyah al-‘Arabi li Dauli al-Khalij), h.275.
8
Abd al-Jawad Khalaf, Al-Qadli Badruddin Ibn Jama’ah Hayatuhu Wa
Atsaruhu, (Pakistan: Jami’ah al-Dirasah al-Islamiyah, 1988), h.32.
9
Ibid., h.48.
10
Badruddin Ibnu Jama’ah, Tadzkirat al-Sâmi’ wa al-Mutakallim fî Adab
al-‘Âlim wa al-Muta’allim, (Beirut: Dâr al-Basyâ’ir al-Islâmiyyah, Cet. III, 1433
H), h.3.
11
Hasan Asari, Etika Akademis dalam Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2008), h.27.
32
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
12
Ibid., h.26.
13
Abd al-Jawwad Khalaf, Al-Qadi Badr al-Din Ibn Jama’ah, h.47.
14
Ibid., h.62.
33
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
15
Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun ‘an Asami al-Kutub wal-Funun, (Istanbul:
Wakalah al-Ma’arif, 1941-1943), h.720.
16
Abd al-Jawwad Khalaf, Al-Qadi Badr al-Din Ibn Jama’ah, h.68- 75.
17
Badruddin Ibn Jama’ah, Tadzkirat al-Sâmi’ wa al-Mutakallim, h.33.
34
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
18
Hasan Asari, Etika Akademis dalam Islam, h.41.
19
Ibid., h.42.
20
Badruddin Ibn Jama’ah, Tadzkirat al-Sâmi’ wa al-Mutakallim, h.44-55.
35
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
21
Hasan Asari, Etika Akademis dalam Islam, h.51.
36
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
22
Badruddin Ibn Jama’ah, Tadzkirat al-Sâmi’ wa al-Mutakallim, h.80-88.
37
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
pemilik buku boleh membuat hasyiyah, faidah, atau tanbih pada margin
buku.23
e. Etika Penghuni Madrasah
Untuk fokus dalam belajar perlu ada tempat untuk tinggal bagi
pelajar, apalagi bagi pelajar yang berasal dari daerah yang jauh, maka
mereka memerlukan tempat tinggal yang mendukung mereka belajar dengan
sungguh-sungguh. Ini sebagaimana yang diterapkan di pesantren-pesantren
pada lembaga pendidikan di Indonesia sekarang khususnya. Terkait dengan
itu untuk menjaga keharmonisan penghuni tempat tinggal atau asrama
pelajar, Ibn Jama’ah memberikan 11 etika yang harus diterapkan: pelajar
yang ingin tinggal di asrama harus memastikan bahwa madrasah dan waqaf
berasal dari harta halal, dan pemberi waqah adalah wara’; pengajar yang
mengajar madrasah harus ilmuan yang mendekati kriteria etika ilmuan baik;
pakar dibidangnya, religius, cerdas serta berwibawa; penghuni madrasah
harus berupaya semaksimal mungkin untuk selalu mentaati pelaturan yang
berlaku dan dicantumkan dalam waqfiyyah madrasah; jika pemberi waqaf
mensyaratkan yang berhak menghuni asrama adalah orang-orang yang dapat
beasiswa saja, maka seorang yang di luar itu tidak berhak tinggal;
seseoarang yang tinggal di madrasah harus benar-benar konsentrasi pada
menuntut ilmu; penghuni asrama harus saling menghormati, memberi
salam, saling membantu dan saling memaafkan; sedapat mungkin penghuni
asrama memilih kamar dengan bertetangga dengan yang saleh, rajin, dan
berperilaku baik; jika tinggal dekat dengan masjid atau perkumpulan lain
yang menggunakan karpet atau tikar, harus menjaga kebersihan dari kotoran
sandal yang jatuh; penghuni asrama dilarang duduk-duduk di pintu, kecuali
terpaksa, tidak dikoridor menuju jalan; tidak diperbolehkan melihat dari
celah pintu kamar orang lain meski lewat di depannya; mengupayakan agar
selalu tiba di majelis lebih dulu dari guru.
Ulama salaf mengatakan bahwa salah satu etika terhadap mudarris
adalah bahwa para murid menunggunya, bukan sebaliknya, guru menunggu
murid.24
23
Ibid., h.115-124.
24
Ibid., h.125-133.
38
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
D. Kesimpulan
Ibn Jama’ah secara lengkap bernama Badr al-Din Muhammad ibn
Ibrahim ibn Sa’d Allah ibn jama’ah ibn Ismail ibn Jama’ah ibn Hazim ibn
Sakhr ibn ’Abd Allah al-Kinani, lahir pada tanggal 4 Rabiul Akhir
639/1241, di Hamah, Syria.Beliau hidup di masa Ayyubiyah dan Mamluk. 26
Di masa kecil Ibn Jama’ah terdapat madrasah, khanqah, zawiyah,
dan masjid, lengkap dengan dukungan wakaf. Singkatnya, meskipun tidak
25
Hery Noer Aly, “Penciptaan Lingkungan Edukatif dalam Pembentukan
Karakter: Studi Terhadap Aplikasi Pemikiran Ibn Jama’ah”, Jurnal al-Tsaqafah,
Vol. 8, No.1, April 2012, h.57.
26
Badruddin Ibn Jama’ah, Tadzkirat al-Sâmi’ wa al-Mutakallim, h.3.
39
Jurnal Al Jami Volume 15, Nomor 29, Januari – Juni 2019
Referensi
Abd al-Amir Syamsuddin, Al-Fikr al-Tarbawi ‘Inda Ibn Jamâ’ah, Beirut:
Al-Syirkah al-‘Âlamiyyah Lil Kitâb, Cet. I, 1990.
Abd al-Jawad Khalaf, Al-Qadli Badruddin Ibn Jamaah Hayatuhu Wa
Atsaruhu, Pakistan: Jami’ah al-Dirasah al-Islamiyah, 1988.
Ali Ashraf, Horizon Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
27
Hasan Asari, Etika Akademis dalam Islam, h.27.
40
Ahyar Rasyidi, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Jama’ah
41