Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MENGANGKAT POTENSI LOKAL PADI PANDAN WANGI CIANJUR


DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etnopedagogi

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si.

oleh
RIA ANITA EKSELSA 1907468

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan saran/masukan sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Namun saya memahami makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II ISI ..................................................................................................................... 3
A. Isi .................................................................................................................................. 3
1. Tinjauan Umum Tanaman Padi ................................................................................ 3
2. Tinjauan Tentang Padi Pandan Wangi ...................................................................... 4
3. Letak Geografis Daerah Cianjur ............................................................................... 8
4. Cara Budidaya Padi Pandan Wangi ........................................................................ 10
5. Upaya Pelestarian Padi Pandan Wangi ................................................................... 14
B. Nilai yang Terkandung Dalam Potensi atau Kearifan Lokal ...................................... 16
1. Nilai Ekonomi ......................................................................................................... 16
2. Nilai Konservasi...................................................................................................... 17
3. Nilai Budaya ........................................................................................................... 17
C. Implementasi Potensi atau Kearifan Lokal dalam Kurikulum 2013 ........................... 18
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... v

iii | P a g e
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Padi Pandan Wangi (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011) 4
Gambar 2 Bentuk malai pandan wangi (Sumber : MP3C, 2016) ................................. 4
Gambar 3 Spesifik Lokasi Padi Pandan wangi (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten
Cianjur, 2011) ............................................................................................................... 6
Gambar 4 Etem atau ani-ani untuk panen padi ............................................................. 8
Gambar 5 Bentuk beras pandan wangi.......................................................................... 8
Gambar 6 Kampung Budaya Padi Pandan Wangi (Sumber : http://cianjurkab.go.id)
..................................................................................................................................... 16

iv | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya provinsi Jawa Barat,
memiliki keanekaragaman sumber daya genetik tanaman, termasuk tanaman
pangan, khususnya padi. Cianjur termasuk salah satu kabupaten di provinsi Jawa
Barat yang memiliki berbagai jenis padi lokal. Jenis padi lokal ini berpotensi
sebagai alternatif sumber daya pangan yang perlu di inventarisasi dan di konservasi
untuk dikembangkan menjadi varietas unggul lokal.
Jenis padi lokal di kabupaten Cianjur diantaranya padi pandan wangi, peuteuy,
hawara batu, dan beureum seungit (Hoshikawa K,1989 diacu dalam Sari CW,
2008). Padi pandan wangi dikenal sebagai salah satu produk unggulan khas
Cianjur, Jawa Barat, sekaligus produk kebanggaan nasional. Sebabnya, padi
pandan wangi ini memiliki karakteristik aroma yang khas dan tidak akan ditemukan
di daerah lain karena varietas ini hanya bisa tumbuh di wilayah tertentu.
Pelestarian padi pandan wangi sebagai plasma nutfah asli Cianjur harus
dilakukan. Faktanya, banyak permasalahan mulai dari pemalsuan beras hingga alih
fungsi lahan membuat beras pandan wangi yang menjadi icon Cianjur terancam
menghilang dari peredaran.
Makalah ini ingin mengkaji lebih dalam mengenai padi pandan wangi sebagai
plasma nutfah khas Cianjur, serta cara budidaya yang dilakukan petani dan upaya
konservasinya. Varietas lokal padi pandan wangi ini diharapkan bisa diangkat
dalam pembelajaran biologi sebagai keanekaragaman sumber daya genetik
tanaman yang dimiliki Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik padi pandan wangi sebagai varietas lokal unggul
Cianjur?
2. Bagaimana budidaya padi pandan wangi yang dilakukan oleh petani di Cianjur?

1|Page
3. Bagaimana kendala dan upaya pelestarian padi pandan wangi di Cianjur?

C. Tujuan Penulisan Masalah


Tujuan dari disusunnya makalah ini ialah untuk mengkaji lebih dalam tentang
padi pandan wangi dan cara budidaya yang dilakukan petani. Serta untuk
mengetahui upaya pelestarian padi pandan wangi dan mengidentifikasi kendalanya.
Varietas lokal padi pandan wangi ini diharapkan bisa diangkat dalam
pembelajaran biologi sebagai keanekaragaman sumber daya genetik tanaman yang
dimiliki Indonesia. Dengan demikian, lebih mengenalkan kepada masyarakat
khususnya anak muda mengenai padi pandan wangi dalam pembelajaran biologi.

2|Page
BAB II ISI

A. Isi
1. Tinjauan Umum Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan tetapi
padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya tercukupi.
Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis dengan
dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (ladang).
Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman
yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali
berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi
berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5 m tergantung pada
jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat
buku, pada tiap-tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga
telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping.
Iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman padi. Tanaman
padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya terbuka serta banyak
sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara 20-30°C. Padi memerlukan

3|Page
curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih. Curah hujan yang cocok untuk padi
bisa tumbuh dengan baik adalah 1500-2000 mm/tahun. Tanah yang baik untuk
tanaman padi sawah adalah berstuktur lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan
atas antara 15-30 cm harus merupakan lumpur yaitu struktur butir tanah yang serba
sama dan dapat menahan air.

2. Tinjauan Tentang Padi Pandan Wangi


Padi pandan wangi Cianjur merupakan jenis padi aromatik yang tergolong padi
bulu (Javonica) (Nurjaya & Maulida N, 2018). Selain beraroma pandan, uniknya
padi pandan wangi Cianjur dipanen dan disimpan dalam bentuk malai. Padi panda
wangi cocok tumbuh pada suhu 25-30°C, dengan ketinggian 450-800 mdpl. Gabah
padi pandan wangi Cianjur berbentuk bulat agak panjang, warna kuning emas,
bulunya menyerupai keris dan harum pandan (Supyandi et al, 2018). Pada tahun
2004 varietas pandan wangi telah dipublikasikan sebagai varietas unggul lokal,
dengan SK Menteri Pertanian No. 63 tahun 2014.

Gambar 1 Padi Pandan Wangi (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011)

Gambar 2 Bentuk malai pandan wangi (Sumber : MP3C, 2016)

4|Page
pandan wangi

Jenis Keterangan

Tinggi tanaman 168 cm

Bentuk tanaman Kompak

Umur tanaman 155 hari


Anakan produktif 15-18 batang
Warna helai daun Tidak berwarna
Muka daun Hijau
Bentuk gabah Bulat
Warna gabah Kuning mas
Tekstur nasi Pulen
Bobot 1000 butir 29,7 gram
Kadar amilosa 24,6%
Potensi hasil 7,4 ton GKG/Ha
Rata-rata hasil 5,7 ton GKG/Ha
(Sumber : SK Mentan RI No. 163 /Kpts/LB.240/3/2004)
Varietas unggul lokal pandan wangi cocok ditanam di dataran sedang dengan
ketinggian ± 700 meter diatas permukaan laut. Jenis padi ini sudah lama dikenal
dan dibudidayakan oleh para petani yang bermukim di sekitar kaki Gunung Gede,
terutama di Wilayah Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cianjur Kota,
Cilaku, Cibeber dan Cempaka. Daerah ini merupakan sentra pelestarian dan
pengembangan produksi padi pandan wangi (Dinas Pertananian Kabupaten
Cianjur, 2011 di acu dalam Hadikusumah 2017).

5|Page
Gambar 3 Spesifik Lokasi Padi Pandan wangi (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011)

Padi pandan wangi banyak ditanam pada musim penanaman Januari-Februari


dengan masa panen pada bulan Mei-Juni. Sedangkan pada musim penanaman Juli-
Agustus diperkirakan panen bulan November-Desember. Berdasarkan pengalaman
petani, harga tertinggi gabah atau padi pandan wangi terjadi pada bulan Mei-Juni.
Sebaliknya pada musim panen November-Desember harga padi menurun. Hal ini
diduga karena pada bulan Mei-Juni merupakan bulan kering, sehingga tanaman
tidak mudah rebah dan menghasilkan padi yang berisi penuh. Selain hal itu, proses
pengeringan penjemuran lebih cepat sehingga dapat menghasilkan padi (beras)
yang berkualitas baik (Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur, 2011 di
acu dalam Hadikusumah, 2017).
Menurut Ibrahim Naswari Gandana, ketua Asosiasi Petani Pandan Wangi
Cianjur, pada tahun 1970-an, masyarakat Cianjur menemukan padi yang tumbuh
liar. Dari sekian banyak varietas padi lokal di Cianjur, ternyata ada yang berbeda
dari padi yang baru ditemukan petani. Padi yang baru ditemukan tersebut beraroma
wangi. Sejak ditemukan padi pandan wangi tersebut, seorang pedagang beras
bernama Haji Jalal yang berasal dari Warungkondang, Cianjur memperkenalkan ke
sebuah restoran di Jakarta. Setelah usaha Haji Jalal berhasil, sejumlah petani mulai
ikut menanam padi pandan wangi.
Pada tahun 1980-an, beras pandan wangi mulai banyak dikenal di pasaran
Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Melihat potensi besar dari beras ini, Pemkab

6|Page
Cianjur terus berupaya melakukan berbagai terobosan untuk mempromosikan dan
memasarkannya. Hasilnya, beras pandan wangi ini pun sudah mendapatkan lisensi
dan hak paten dari dinas terkait sebagai merk dagang (Bappebti, 2012).
Sayangnya perkembangan padi ini sempat tertahan yakni sekitar tahun 2000.
Hal ini karena banyak pedagang yang mengoplos beras pandan wangi. Namun
petani di kecamatan Warungkondang dan Cibeber bertahan menanam padi pandan
wangi. Karena mulai surut dan sering dipalsukan, Tjetjep Muchtar, bupati Cianjur
membeli lahan padi pandan wangi seluas 5000 ha guna menjaga keberadaan
varietas tersebut (Bappebti, 2012).
Dari hasil penelitian, padi yang berasnya berbentuk bulat dan beraroma wangi
pandan ini, ternyata hanya cocok dibudidayakan di kabupaten Cianjur. Terutama,
di tujuh kecamatan yakni, Kadupandak, Gekbrong, Cibeber, Cilaku, Cianjur,
Cugenang, dan Warungkondang. Jika varietas padi pandan wangi ini ditanam di
luar tujuh kecamatan tersebut, hasil yang diperoleh akan berbeda, terutama rasa dan
aromanya. Kekhasan ini lebih dikarenakan spesifikasi letak geografis dan ekologis
sumber produksinya. Jadi beras pandan wangi khas Cianjur sesungguhnya tercipta
karena paduan faktor genetik dan lingkungan.
Dari hasil kajian, ketujuh kecamatan tersebut memiliki jenis tanah rendzina.
Jenis tanah ini hanya terdapat di dua negara, yaitu Indonesia dan Siberia. Jenis
tanah redzina ini terbentuk dari batuan kapur yang mengandung bahan organik
tinggi.
Ibrahim menjelaskan, untuk budidaya padi pandan wangi memerlukan
perlakuan khusus. Misalnya dalam pemupukan tidak boleh pupuk yang
mengandung banyak urea, tapi harus KCl lebih tinggi. Begitu juga waktu
pemupukan. Karena umur tanaman 6 bulan, pemupukan dilakukan sebanyak tiga
kali. Pertama, saat waktu tanam. Kedua, waktu umur tanaman menginjak 3 minggu.
Ketiga, waktu fase primordia (pembentukan malai) yakni umur tanaman 60 hari.
Jumlah benih saat tanam juga berbeda. Jika budidaya padi biasanya hanya
memerlukan benih sebanyak 25 kg/kha, maka padi pandan wangi jumlah benihnya
sebanyak 40 kg/ha.

7|Page
Padi pandan wangi berumur tanam 150-165 hari, tinggi tanamannya mencapai
150-170 cm, gabahnya bulat/gemuk berperut, bermutu, tahan rontok, berat 1000
butir, gabah 300 gr, rasa nasi enak, beraroma pandan dan mempunyai bagian
berkapur pada bagian perutnya yang ditunjukkan dengan warna putih. Panen
pandan wangi sendiri membutuhkan waktu 5,5 bulan, sehingga satu tahun dua kali.
Padan wangi harus ada perlakuan khusus yakni dengan menggunakan etem dari
ane-ane untuk memetik padi, bukannya dengan arit. Bahkan perlakuan khusus
lainnya dalam proses melepaskan butir gabah tidak bisa dalam kondisi basah,
namun harus kering dengan alat perontok.

Gambar 4 Etem atau ani-ani untuk panen padi

Gambar 5 Bentuk beras pandan wangi

3. Letak Geografis Daerah Cianjur

8|Page
Daerah Cianjur berada di posisi 106°4 sampai 107°25 bujur timur dan 6°21
sampai 7°32 lintang selatan. Letaknya berbatasan dengan daerah-daerah lainnya,
yakni sebelah utara berbatasan dengan wilayah kabupaten Bogor dan kabupaten
Purwakarta, sebelah timur berbatasan dengan wilayah kabupaten Bandung dan
Garut, sebelah selatan berbatasan dengan samudera Indonesia dan disebelah barat
berbatasan dengan wilayah kabupaten Sukabumi.
Secara umum Cianjur beriklim tropis, dengan pengaruh angin yang sangat
besar, sehingga terdapat pergantian musim, yakni musim kemarau dan musim
penghujan, curah hujan per tahunnya rata-rata berkisar antara 2.500 milimeter
sampai 4000 milimeter dengan jumlah hari hujan 150 hari per tahun.
Adapun suhu udara kabupaten Cianjur berkisar antara 15°C. Suhu terendah
terjadi di Cianjur bagian utara dan suhu tertinggi terjadi di Cianjur bagian selatan.
Ditinjau dari topografinya, kabupaten Cianjur dibagi menjadi Cianjur utara dan
Cianjur tengah. Cianjur utara yang merupakan dataran tinggi di kaki gunung gede
meliputi daerah Puncak dan Cipanas. Ketinggian daerah Puncak 1.450 meter di atas
permukaan laut. Daerah ini dari kota Cianjur berjarak lebih kurang 1,5 kilometer.
Daerah sentra produksi pandan wangi terdapat di sejumlah kecamatan di
kabupaten Cianjur, diantaranya di kecamatan Warungkondang, Cibeber,
Cugenang, Cilaku, Cianjur, Gekbrong, dan Campaka (Supyandi et al, 2018).
Gambaran singkat dari kecamatan-kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Sentra produksi padi pandan wangi kabupaten Cianjur
Kecamatan Jumlah Desa Luas Sawah Jenis Ketinggian
(Ha) Tanah Tempat (mdpl)
Warung kondang 11 1.644 Latosol, 300-900
andosol
Cianjur 11 1.047 Latosol 436-675
Cilaku 12 2.570 Latosol 436-675

9|Page
Cibeber 18 3.198 Latosol, 200-1.250
posdolik
Cugenang 16 3.174 Latosol, 300-1.035
andosol
Campaka 1.432 Podsolik 470-700
Gekbrong 8 891 Latosol 300-900
Sumber : MP3C (2015)

4. Cara Budidaya Padi Pandan Wangi


Berikut adalah tahapan-tahapan dalam penanaman padi :
a) Persiapan benih
Benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudidayaan tanaman.
Penggunaan benih yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko
kegagalan usaha tani. Dalam memproduksi benih, perlu diperhatikan
kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran, bebas dari
hama dan penyakit, serta kadar air.
b) Persemaian
Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.
Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman dan
pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk
mendapatkan benih yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup
untuk keperluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar benih dapat
berkecambah. Benih yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas
lahan persemaian yang sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang
dan disemprot dengan insektisida sebanyak 2 kali.
c) Pengolahan tanah dan pemupukan dasar
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul.
Pengolahan tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk
menjadi humus dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Dalam pengolahan
tanah, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk urea sebanyak 1/3

10 | P a g e
dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila
dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg urea, 100 kg
TSP, dan 100 Kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg urea, 100
kg TSP, dan 100 kg KCl.
d) Penanaman
Penanaman padi didahului dengan pencabutan bibit persemaian. Bibit yang
siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7
helai. Penanaman bibit padi sawah dilakukan dengan cara bagian pangkal
batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4 cm ke dalam lumpur. Penanaman padi
pandan wangi yang baik menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm atau 35
cm x 35 cm.
e) Pemeliharaan
Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan
rutin. Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi
1. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah.
Saat pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan umur tanaman. Dari segi pengairan biasanya
petani pandan wangi memiliki pengaturan air tersendiri seperti pada
usia 25-30 hari setelah tanam dilakukan proses pengeringan utama,
pengeringan selanjutnya dilakukan saat padi memasuki usia 60-70 hari
setelah tanam, begitupun pada usia 130 hari setelah tanam dilakukan
pengeringan susulan ketiga hingga menjelang waktu panen.
2. Penyulaman dan penyiangan
Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam
tidak berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan
dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan agar tanaman
utama bebas dari gulma. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali.
Penyiangan pertama dilakukan setelah padi berumur 3 minggu dan yang
kedua dilakukan setelah padi berumur 6 minggu. Penyiangan tidak

11 | P a g e
hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja melainkan sekaligus
menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat berkembang dengan
baik.
3. Pemupukan
Pemupukan bermaksud untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan
menambah zat-zat dan unsur hara makanan yang dibutuhkan tanaman
di dalam tanah. Pada penanaman padi pandan wangi, pemupukan
dengan dosis Na tinggi tidak dianjurkan karena dapat menyerang batang
atau dahan padi, dengan tinggi rata-rata 150-170 cm batang padi pandan
wangi memiliki kecenderungan untuk patah atau roboh jika diberikan
pupuk dengan dosis natrium yg tinggi. Terlebih karakteristik pandan
wangi adalah gabah atau endospermnya yang bulat bahkan cenderung
gemuk dan memiliki berat per 1000 butir gabah mencapai 30 gram.
Untuk itu hindari kadar natrium tinggi pada pupuk saat proses
penanaman. Penggunaan pupuk yang dianjurkan hanya 200-250
kilogram per hektar. Dengan rincian urea sebanyak 100-150 kg, pupuk
jenis SP 36 sebanyak 75 kg dan selebihnya pupuk KCl. Pemupukan
dasar dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam. Pemupukan
susulan yg pertama pada usia padi memasuki usia 25-30 hari, dan
pemupukan susulan kedua saat usia padi memasuki usia 62-67 hari
setelah tanam.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan
penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng,
penggerek batang, walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah
dan burung. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah
penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan
nematoda. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas

12 | P a g e
unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman
serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan
pestisida yang efektif dan bijaksana.
f) Panen dan pasca panen
Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Waktu panen
berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu beras yang
akan dihasilkan. Proses pemasakan butir padi ada empat stadia yaitu stadia
masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh, stadia masak mati.
Panen dapat dilakukan pada stadia masak kuning yaitu pada saat butir padi
95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan bagian
bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir
hampa, dan kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah
menggunakan ayak atau menampih. Pada padi pandan wangi bulir padi
menempel kuat pada malai, membuat cara panen padi pandan wangi juga
terbilang istimewa, proses panen jenis padi ini menggunakan alat pengetem
padi yang dinamakan ani-ani. Selain itu proses perontokannya juga tidak
dilakukan dengan membanting-bantingkan bulir gabah ke landasan kayu.
Akan tetapi menggunakan mesin perontok yg biasa digunakan untuk padi.
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air gabah yang pada
waktu panen berkisar 23-27% menjadi 13-14% agar dalam penyimpanan
gabah dapat tahan lama serta meringankan pengangkutan sebab berat gabah
telah berkurang. Pengemasan barang dimaksudkan untuk mempertahankan
mutu dan memudahkan penyimpanan serta pengangkutan.
Menurut Usman Suparman, petani padi pandan wangi, waktu menanam
padi yg paling baik adalah pada bulan Maret yang nanti hasil panennya kira-
kira bulan Agustus. Hal ini karena pada bulan Maret curah hujan masih
tinggi, ketika panen curah hujan sudah kurang sehingga kemarau, karena
padi pandan wangi setelah dipanen harus secepatnya dikeringkan.

13 | P a g e
5. Upaya Pelestarian Padi Pandan Wangi
Beras pandan wangi saat ini terancam punah, banyaknya permasalahan mulai
dari pemalsuan beras hingga alih fungsi lahan membuat beras yang menjadi icon
Cianjur ini terancam menghilang dari peredaran. Terjadinya sejumlah pemalsuan
beras pandan wangi dengan berbagai jenisnya, berakibat pada makin menurunnya
minat petani untuk membudidayakan padi pandan wangi Cianjur. Petani padi
pandan wangi juga mengeluh karena belum menemukan solusi masa tanam yang
cukup panjang. Padi pandan wangi hanya bisa panen dua kali dalam satu tahun.
Selain itu, petani mengeluh akan sulitnya biaya hidup sehingga beralih menanam
jenis beras varietas lain. Karena dengan varietas lainnya masa panen hingga tiga
kali dalam setahun. Harus ada kerjasama yang dilakukan pemerintah dengan badan
penelitian untuk meneliti masa tanam padi pandan wangi ini agar menjadi lebih
pendek sehingga mempercepat masa panen.
Upaya perluasan lahan pertanian untuk meningkatkan produksi beras pandan
wangi juga dilakukan. Namun kenyataannya, jumlah lahan yang cocok untuk padi
jenis pandan wangi ini telah menyusut menjadi sekitar lima ribu hektar. Itupun
hanya sekitar 20 persen saja yang menamam padi pandan wangi karena masa
panennya hanya terbatas dua kali dalam setahun. Menanggapi hal tersebut,
pemerintah Cianjur akan berupaya untuk memproteksi lahan untuk sawah bagi padi
jenis pandan wangi agar tidak dialihfungsikan.
Menghadapi fakta tersebut, pelestarian padi pandan wangi sebagai plasma
nutfah asli Cianjur harus terus diupayakan. Upaya pelestarian oleh petani di
kabupaten Cianjur adalah dengan membudidayakan padi pandan wangi secara
turun temurun. Sebagian petani ini menyadari bahwa padi pandan wangi sebagai
padi unggul khas Cianjur perlu dijaga kelestariannya. Sebagian petani lainnya ada
yang mulai beralih dengan menanam padi varietas lain yang umur tanamnya
pendek, sehingga bisa meningkatkan produksi padi dalam setahun. Disamping itu,
bibit jenis padi varietas lain lebih murah jika dibandingkan dengan bibit padi
pandan wangi. Kendala lainnya, banyak petani yang malas menanam pandan
wangi dengan banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, iklim dan

14 | P a g e
cuaca yang tidak menentu, bertambahnya varietas unggul baru yang lebih mudah
diproduksi (Lisarini E & Mahdi H, 2019). Perlu adanya dukungan dari pemerintah
untuk melindungi petani asli padi pandan wangi sehingga petani ini terjamin
kesejahteraannya dan mengatur sistem pemasaran agar tidak merugikan produsen
dalam hal ini petani asli padi pandan wangi.
Upaya konservasi dalam bentuk penyimpanan pada suhu sangat rendah untuk
jangka waktu yang sangat panjang, memungkinkan untuk dilakukan jika tersedia
fasilitas ruang atau tempat penyimpanan yang memenuhi syarat untuk itu. Tipe
konservasi ini penting untuk melindungi bahan genetik dari kepunahan yang
mungkin terjadi di alam. Namun, konservasi tipe ini mempunyai kelemahan dari
segi genetik, yaitu genotype yang disimpan tidak mengalami proses evolusi atau
koevolusi dalam jangka waktu yang lama. Bila ternyata dalam periode yang cukup
lama terjadi perubahan lingkungan biotik atau abiotik yang nyata (perubahan lahan
pertanian) maka genotype yang dikonservasi ini sudah tidak mempunyai
keunggulan lagi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dapat dilakukan
konservasi dalam suhu rendah yang dikombinasikan dengan penanaman secara
berkala untuk penyegaran. Pada suhu rendah daya hidup benih dapat diperpanjang
sampai periode tertentu. Kemudian setelah periode tertentu dapat dilakukan
penanaman untuk menyegarkan kembali daya hidupnya, dan kemudian disimpan
kembali (Kodir et al, 2016).
Biasanya penyegaran dilakukan dengan menanam dalam jumlah yang kecil.
Proses ini memberikan peluang terjadinya hanyutan genetik (genetic drift),
walaupun peluangnya kecil. Mengingat kelemahan-kelemahan cara konservasi
tersebut, konservasi di tempat asalnya dalam bentuk penanaman oleh petani adalah
yang paling memungkinkan untuk mempertahankan eksistensi varietas padi lokal.
Konservasi jenis ini bertujuan untuk memanfaatkan proses evolusi dan koevolusi
tanaman dengan lingkungannya baik biotik dan abiotik. Varietas padi lokal yang
sudah terbukti mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungannya (biotik
dan abiotik) dapat dipertahankan di alam sebagaimana keadaan yang ada saat ini
(Kodir et al, 2016).

15 | P a g e
Upaya lain pemerintah kota Cianjur untuk menjaga kearifan lokal padi pandan
wangi adalah dengan membuka destinasi wisata terbaru yaitu Kampung Budaya
Pandanwangi yang terletak di Desa Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur. Disini akan diperkenalkan kepada publik bagaimana proses
mulai dari menanam, panen hingga pascaproduksi. Kampung Budaya ini juga salah
satunya untuk menjaga lingkungan dalam skala kecil atau social economic
development dan lingkungan yang besar atau environmental development berupa
ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.
Kampung Budaya Pandanwangi dilengkapi dengan fasilitas museum tani,
dimana kita bisa mengenal berbagai macam alat pertanian yang berkaitan dengan
padi pandawangi. Ada pendopo mini yang digunakan para petani untuk berdiskusi
perihal masalah pertanian yang sedang dihadapi. Selain itu, ada juga 7 leuit atau
lumbung padi dengan gaya arsitektur bangunan khas Cianjur. Pembangunan
Kampung Budaya Pandanwangi ini akan difokuskan pada penyediaan sarana
penunjang wisata edukasi pertanian (https://cianjurkab.go.id).

Gambar 6 Kampung Budaya Padi Pandan Wangi (Sumber : http://cianjurkab.go.id)

B. Nilai yang Terkandung Dalam Potensi atau Kearifan Lokal


1. Nilai Ekonomi
Padi pandan wangi ini sudah mendapatkan HAKI artinya sudah diakui oleh
pemerintah sebagai produk lokal unggul khas Cianjur. Karakeristik beras

16 | P a g e
pandan wangi yang pulen dan mempunyai aroma khas pandan alami ini menjadi
daya jual tersendiri, sehingga sudah dikenal di tingkat nasional maupun
internasional. Beras pandan wangi ini mempunyai tingkat harga yang tinggi jika
dibandingkan dengan varietas lokal lainnya.
2. Nilai Konservasi
Di tengah banyak munculnya varietas padi lokal lain yang mempunyai
keunggulan yang sama atau bahkan lebih unggul dari segi produktifitas,
beberapa petani masih membudidayakan padi pandan wangi secara turun
temurun. Hal ini terkait juga karena faktor lingkungan, berkaitan dengan
keadaan alam setempat, tradisi serta pengaruh tetangga dan masyarakat sekitar.
Upaya pelestarian padi pandan wangi ini juga tentunya tidak terlepas dari
bantuan Pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menjaga
kelestarian padi pandan wangi, karena tanaman ini merupakan salah satu
keanekaragaman tanaman genetik lokal yang dimiliki Indonesia.
3. Nilai Budaya
Padi pandan wangi ini adalah padi golongan indo javonica yang sudah
beradaptasi di beberapa kecamatan di Cianjur. Jadi kenapa padi ini spesifik
wilayah karena sudah mengalami adaptasi dalam waktu yang lama. Seperti
halnya padi rojolele di Klaten, Jawa Tengah, padi rojolele ini adalah padi indo
javonica yang sudah beradaptasi lama di wilayah spesifik tersebut. Padi pandan
wangi sebagai varietas padi bulu spesialis wilayah, memiliki keunikan yang
tidak dimiliki oleh padi jenis lainnya. Dari pola dan lokasi tanam padi ini hanya
akan berhasil menjadi beras pandan wangi berkualitas tinggi jika ditanam di
sebagian kecamatan Cianjur saja. Namun sebaliknya jika penanaman dilakukan
di lokasi luar kecamatan tersebut cenderung kehilangan rasa dan aroma sebagai
beras pulen dan wangi pandan. Fenomena ini memang menjadi pertanyaan tapi
secara ilmiah padi pandan wangi memang cocok ditanam di dataran sedang
dengan ketinggian berkisar antara 700 meter diatas permukaan laut. Serta
berkaitan dengan aspek teknis yaitu pengetahuan petani mengenai teknik yang
diterapkan dalam berusaha tani padi pandan wangi.

17 | P a g e
C. Implementasi Potensi atau Kearifan Lokal dalam Kurikulum 2013

Keunggulan lokal merupakan merupakan potensi yang dimiliki pada suatu


daerah yang menjadi ciri khas daerah baik berupa aspek ekonomi, budaya maupun
kekayaan alam dengan segala keunikannya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan masyarakatnya
(Aripin I & Yulianti D, 2018).
Makalah ini mengulas mengenai salah satu keunggulan lokal Cianjur yaitu padi
pandan wangi. Keterkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah peserta didik
diharapkan mengenal lebih dalam potensi lokal Cianjur khususnya padi pandan
wangi. Keunggulan local ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi
khususnya pada beberapa tema antara lain : Plantae dengan kajian klasifikasi dan
indentifikasi tumbuhan, serta morfologi tumbuhan. Lalu tema ekologi dan
lingkungan dengan kajian keseimbangan lingkungan, konservasi lingkungan,
identifikasi pH tanah dan pH lingkungan.
Adanya kampung budaya padi pandanwangi bisa menjadi alternatif guru untuk
memilih media pembelajaran siswa di luar sekolah dengan metode karyawisata.
Disini siswa bisa belajar mengetahui bagaimana proses untuk menghasilkan satu
piring nasi yang disantap setiap hari.
Oleh karena itu, potensi lokal padi pandan wangi ini terkait dengan materi
pembelajaran mengenai keanekaragaman hayati dan konservasi lingkungan yang
terdapat pada jenjang sekolah menengah atas pada kelas X. Sesuai dengan silabus
kurikulum 2013 terdapat pada kompetensi dasar 3.2 yaitu menganalisis berbagai
tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta ancaman dan pelestariannya
dan pada kompetensi dasar 4.2 yaitu menyajikan hasil observasi berbagai tingkat
keanekaragaman hayati di Indonesia dan usulan upaya pelestariannya.

18 | P a g e
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten Cianjur memiliki potensi keunggulan lokal yang sangat tinggi untuk
dikembangkan dalam pembelajaran biologi, contohnya yang diangkat dalam
makalah ini adalah padi pandan wangi. Padi pandan wangi dapat diangkat pada
tema-tema biologi seperti ekologi dan lingkungan, serta plantae.
B. Saran
Padi pandan wangi khas Cianjur ini bisa lebih dikenalkan kepada masyarakat
khususnya kepada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah dengan
mengangkatnya dalam tema keanekaragaman hayati dan upaya pelestariannya.
Kampung Budaya Pandanwangi bisa dijadikan alternatif bagi guru untuk media
pembelajaran siswa di luar sekolah dengan metode karyawisata.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

A.A.K. 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.


Aripin I & Yulianti D. 2018. Potensi Keunggulan Lokal Kabupaten Majalengka dan
Pemanfaatannya pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Bio Educatio volume (3)
nomor 1 : 43-52.
Bappebti. 2012. Beras Pandan Wangi “Go International”. Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi : Bappebti/mjl/136/XI/2012/Edisi Juli
Hadikusumah. 2017. Deskripsi Pengambilan Keputusan Dalam Berusahatani Padi
Pandan Wangi (Oryza sativa L) di Kalangan Petani Cianjur. MPRA.
Agroteknologi.
Kodir et al. 2016. Inventarisasi dan Karakteristik Morfologi Padi Lokal Lahan Rawa
di Sumatera Selatan. Bul. Plasma Nutfah 22 (2) : 101-108
Lisarini E & Mahdi H. 2019. Prospek Produksi dan Pemasaran Beras
Pandanwangi Murni di Wilayah Pemasaran Kabupaten Cianjur. Jurnal
Agribisains ISSN 2550-1151, Volume 5 : nomor 1
Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C). 2016.
http://pandanwangicianjur.blogspot.com/2016/05/deskripsi-padi-
pandanwangi.html
Nurjaya & Maulida N. 2018. Tingkat Kesukaan Konsumen Pada Atribut Beras
Pandanwangi Murni Cianjur. Agroscience volume (8) : 1
Sari, Chandra Waluya. 2008. Ciri-ciri Morfologi, Analisis Nutrisi dan Sensori
Beberapa Varietas Lokal Padi Cianjur. FMIPA IPB : Bogor.
Supyandi et al. 2018. Deskripsi Pengembangan Padi Lokal (Studi Kasus Padi
Pandanwangi Cianjur). Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
UNPAD, Agricore volume (3) : 2

v|Page

Anda mungkin juga menyukai