Anda di halaman 1dari 1

Nama : Viona Talitha Syafira

NPM : 1906453822
Kelas : Hukum Ekonomi Pagi
Filsafat Hukum
The Positive Law - Natural Law Dichotomy,
Aristotle and the Greek Totemic Legal Culture
Dikotomi hukum positif dengan hukum kodrat bukan lah hal yang baru hal ini sudah ada sejak
abad 5 sebelum masehi dengan munculnya negara-kota di Yunani. Para Guru, Sejarawan Orator,
dan Filsuf bergantung pada negara kota karena prestis, pengakuan, dan pendapatan. Undang-
undang atau nomoi negara kota bersifat variable, bergantung secara historis, dan sosial, dan
sering sewenang-wenang. Nomoi yang tertulis dalam kode atau naskah dan tidak tertulis dalam
bentuk kebisaaan dapat menciptakan keberadaan hukum. Para filsuf menyandingkan hukum
polis tehadap hal radikal separti phisis. Protagoras membuat poin yang sama denga Plato ketika
ia menyamakan etika dengan euboulia (penilaian yang baik) dalam urusannya sendiri, bukan
dengan phisis. Gorgias melanjutkan untuk mengasosiasikan jenis pengetahuan khusus yaitu
retorika khusus dengan nomoi. Retorika adalah forensik yang tidak seperti ketetapan dan
keteraturan yang terkait dengan phisis, para guru yang belajar tenik retorika untuk membuat
pendengar mendengarkan apa yang ingin didengar. Nomoi polis memanifestasikan seperti
hukum kodrati. Seseorang harus mematuhi nomoinya, meski tidak adil. Dan konten moral
nomoi dari satu polis akan berbeda dari konten nomoi di polis lain. Singkatnya nomoi
memanifestasikan supermasi phisis. Namun, karena phisis mengharuskan kepentingan
masyarakat untuk membatasi pria terkuat, nomoi dianggap tertinggi daripada phisis. Nomoi
diyakini membatasi dan membimbing hukum alam yang tak terhindarkan untuk menanamkan
perilaku baik oleh penguasa dan yang dikuasai sama. Sebaliknya, seperti yang dikemukakan
Protagoras, ‘kontak sosial’ diperkenalkan sebagai alat analitik untuk memisahkan elemen-elemen
penyusun dari polis.

Anda mungkin juga menyukai