1 LTM Terbaru Strategipenyelesaian Masalah Etikkeperawatan
1 LTM Terbaru Strategipenyelesaian Masalah Etikkeperawatan
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, dan
semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika. (Utami,
2016)
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
a. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang berempati.
Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan
bantuan pertanyaan yaitu :
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang
menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali
tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan
tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain
waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat
dihormati.
d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai
outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat
dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah.
Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.
Di Indonesia untuk mekanisme penyelesaian masalah etik keperawatan, dibuatlah alur strategi
dan kerangka penyelesaian masalah etik sebagai berikut :
1) membuat kronologis kejadian
2) menilai bobot masalah (pelanggaran ringan, sedang, atau berat)
3) penyelesaian masalah secara berjenjang, yaitu Kepala Ruangan, Kepala Bidang
Pelayanan Keperawatan, Direktur Rumah Sakit dengan melibatkan Sub Komite Etik
Komite Keperawatan dan organisasi profesi (PPNI dan IBI).
Setiap terjadi pelanggaran etik keperawatan dilakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan
formulir baku yang telah ditentukan, seperti Formulir Peringantan Lisan, Formulir Laporan
Kejadian Pelanggaran Kode Etik Keperawatan, dan Formulir Pengarahan/Konseling.
Kemudian setiap pelanggaran kode etik keperawatan terdapat nomor pelanggaran yang sesuai
jenis pelanggaran etik keperawatan. (Setiani, 2018)
Selanjutnya, tanggung jawab hukum perawat dapat ditinjau dari pembidangan hukum itu
sendiri. Bila ditinjau berdasarkan hukum administrasi negara, maka tanggung jawab hukum itu
akan bersumber pada masalah kewenangan yang dimilikinya. Bila tanggung jawab hukum itu
berdasarkan hukum perdata, maka unsur terkait adalah ada tidaknya suatu perbuatan melawan
hukum atau wanprestasi dan bila bersumber pada hukum pidana maka unsurnya adalah ada
tidaknya suatu kesalahan terhadap perbuatan yang harus/tidak seharusnya dilakukan
berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis (Setiani, 2018)
Daftar Pustaka
PPNI, P. P. (2005). STANDAR PRAKTIK Keperawatab Indonesia Persatuan Perawat
Nasional Indonesia ( PPNI ). (15), 1–18.
Setiani, B. (2018). Pertanggungjawaban Hukum Perawat dalam Hal Pemenuhan Kewajiban
dan Kode Etik dalam Praktik Keperawatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
8, 497–507.
Utami, N. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Professional (1st ed.).
https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-a