Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA RUMAH TANGGA

(Studi kasus : Di daerah Jahab wilayah Tenggarong Kalimantan Timur)

DISUSUN OLEH :

YULIANI

(17111024130102)

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dikenal sebagai Demam Berdarah
diduga diambil dari gejala penyakit yaitu adanya demam atau panas dan
adanya pendarahan. Sedang kata “Dengue” sendiri pengertiannya masih
simpang siur. Pengertian yang berasal dari Afrika Barat “Dinga” atau
dari bahasa Indian “Dengue” yang keduanya berarti tiupan dimana kata
ini mencermirkan penyakitnya yang mendadak (Muwarni,2008).
Kasus DBD di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung
semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah
yang terjangkit semakin luas. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan
KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi.
Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan
hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dengue adalah
pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, faktor urbanisasi yang tidak
terkontrol dengan baik, pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih
yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk,
serta kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang tidak efektif. Virus
dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang merupakan vektor endemik yang paling utama disamping
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,Aedes scutelaris dan Aedes niveus.
Nyamuk penular dengue initerdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
sehingga DBD diperkirakan akan semakin meningkat dan luas
sebarannya (Kementerian Kesehatan RI,2013).
Di wilayah Tenggarong kalimantan timur sebanyak 100 kasus demam
berdarah terjadi di kabupaten kutai kartanegara selama bulan januari 2019
ini data dari sejumblah pukesmas dan rumah sakit di kukar kususnya rumah
sakit aji muhammad parikesit Tenggarong kepala sub bagian hukum dan
humas RSUD parikesit mengatakan dari 205 pasien yang dirawat di instalasi
rawat inap sebanyak 119 orang adalah anak anak dan 86 orang pasien
dewasa bahkan dari 119 anak dua diantaranya meninggal dunia karna dalam
kondisi kritis, pihak dinkes menghimbau masyarakat agar mewaspadai
penyebaran virus DBD karna penderita penyakit terebut bisa meningkat
dalam beberapa pekan kedepan dan meminta agar masyarakat selalu
menjaga kebersihan dan menerapkan 3M yakni menutup, menguras, dan
menimbun barang barang yang dapat menampung air hal itu untuk
membatasi perkembangbiakan nyamuk pembawa vius DBD, gerakan 3M
dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan menjalankan pola hidup sehat
dapat mencegah kita terserang penyakit.(Dinkes kukar).
Dinkes kukar juga menghimbau kepada masyarakat agar mewaspadai
adanya fogging liar yang mengatasnamakan dinkes kukar penggunaan obat
fogging tidak boleh sembarangan harus sesuai sop salah satunya nyamuknya
malah resisten, makanan bisa terpapar dan mengganggu kesehatan, fogging
kurang efektif yang harus dilakukan kususnya pada rumah tangga yaitu
menguras bak mandi, menerapkan pola hidup sehat dan rain membersihkan
lingkungan sekitar.
Meski demikian kalimantan timur menempati posisi kedua angka kesakitan
tertinggi yakni 62,57 per 100 ribu penduduk melihat kenyataan DBD jelas
masuk dalam daftar penyakit yang harus diwaspadai saat berada di kota ini.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya DBD hal ini ditunjukkan
kepada ibu rumah tangga bahwa sebagian besar belum paham betul
mengenai DBD terutama dalam hal penularan, tindakan pertolongan,
penyebab, dan tindakan penanggulangan DBD. Selain itu tindakan
masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya, pengetahuan
dan sikap yang masih kurang tersebut diduga ikut berperan terhadap
terjadinya DBD.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Analisis faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan
penyakit DBD pada rumah tangga “ melalui analisis ini diharapkan dapat
membawa wawasan terhadap faktor kejadian kejadian DBD serta
pentingnya peran rumah tangga dalam menjaga keluarga terhindar dari
penyakit tersebut.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1. Untuk mengetahui perilaku rumah tangga dalam pencegahan penyakit
DBD ?
2. Bagaimana upaya untuk mengurangi kejadian terjadinya DBD pada
rumah tangga ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk menilai pentingnya perilaku rumah tangga dalam melakukan
pencegahan pencegahan terjadinya faktor yang mempengaruhi kejadian
DBD.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang bisa dilakukan agar
mengurangi kejadian DBD pada rumah tangga.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi rumah tangga
Diharapkan masyrakat khususnya rumah tangga lebih berperan dalam
memahami dan menjaga kesehatan lingkungan sekitar agar terhindar dari
penyakit DBD dan melakukan upaya upaya agar terhindar dari pen yakit
tersebut.
2. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan untuk peneliti lain atau data awal bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perilaku pencegahan DBD
pada rumah tangga guna pengembangan ilmu pengetahuan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut (Kristina et al, 2004).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit
berupa bintik perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak
darah, muntah darah, kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).

2.2 ETIOLOGI
Penyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne
Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,
famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines
dan Jepang, sedangkan nyamuk jenis Aedes polynesiensis, Aedes
scutellaris dan Aedes pseudoscutellaris merupakan vektor di negara-
negara kepulauan Pasifik dan New Guinea. Vektor DBD di Indonesia
adalah nyamuk Aedes (Stegomya) aegypti dan albopictus (Djunaedi,
2006.

2.3 FAKTOR RISIKO


Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang peranan
pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara
(Hadinegoro et al, 2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan
mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya.
1. Mekanisme Penularan DBD
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue
merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah
selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD
digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap
masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk,
termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah
menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan
kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan berada
dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk
Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular
sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan
air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar yang dihisap tidak
membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain.
2. Tempat potensial bagi penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi
penularan DBD adalah:
a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).
b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya
orangorang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan
terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar
seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran,
tempat ibadah dan lain-lain).
c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya
barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya.

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk,


kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.
1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat
berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan
tanah.
Macam-macam tempat penampungan air:
a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti:
drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:
tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol
bekas dan lain-lain
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan
lain-lain (Depkes RI, 1992)
2. Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari.
Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan
puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Berbeda
14
dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus
gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar
rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di
tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk
menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses
pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di
dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air.
Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari
setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan
sampai berbulanbulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC
sampai 42ºC, dan bila di tempat tersebut tergenang air atau
kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat (Depkes RI,
2005).
2.4 STUDI TERDAHULU
Studi terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang akan
digunakan dalam mengkaji penelitian ini dengan judul “ Analisis
perilaku pencegahan DBD pada rumah tangga” namun penulis
mengangakat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya
bahan kajian pada peneliti penulis. Berikut merupakan studi terdahulu
berupa beberapa jurnal penelitian terkait penelitian yang dilakukan
penulis.

NO Nama Judul Variable Metode Hasil


peneliti
1. Imba wahyu Hubungan Perilaku Penelitian Terdapat
ginandra tingkat pencegahan kuantitatif hubungan
(2015) pengetahuan DBD antara tingkat
kepala pengetahuan
keluarga kepala
dengan keluarga
perilaku tentang DBD
pencegahan dengan
DBD di desa perilaku
Sendangmulyo pencegahan
DBD
2. Ishak Perilaku Perilaku Penelitian Hasil
(2013) pencegahan pencegahan kualitatif penelitian
DBD pada DBD yang
rumah tangga dilakukan
masyarakat
sudah sangat
berperan baik
dalam
pencegahan
DBD namun
masih harus
dilakukan
peningkatan
peann
pengetahuan
yang
mendalam
mengenai
pencegahan
DBD
3. Wiwik Pengetahuan Pencegahan Penelitian Kurangnya
trapsilowati, dan peran DBD kualitatif kepedulian
suskamdani masyarakat sektor
(2007) dalam kesehatan
pengedalian menurun tidak
DBD dikota memberikan
salatiga binaan pada
tokoh
masyarakat ,
diharapkan
lebih
meningkatkan
peran
masyarakat
dalam
pemberantasan
DBD
3.1 KERANGKA TEORI

DEMAM BERDARAH

PERILAKU RUMAH
TANGGA

Lingkungan Kurangnya Perilaku yang


hunian pengetahuan kurang sehat
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 RANCANGAN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif
dengan rancangan case study. Penelitian ini dimaksudkan
agar peneliti dapat mendeskripsikan seberapa besar
pengetahuan rumah tangga dalam upaya pencegahan DBD
melalui penggambaran yang akurat dan mendalam
berdasarkan fakta yang didapatkan dilapangan.

1.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret sampai januari
2020.
2. Lokasi penelitian
Peneliti melakukan penelitian di desa Jahab kecamatan
Tenggarong kabupaten kutai kartanegara
3. Alasan pemilihan lokasi
Desa Jahab terletak di wilayah kecamatan Tenggarong,
kabupaten kutai kartanegara provinsi kalimantan timur,
menurut data yang didapatkan peneliti melalui wawancara
kepada iforman kunci yaitu salah satu ketua Rt di desa
tersebut masyarakat yang tinggal disini adalah masyarakat
yang berpenghasilan rendah hingga menengah sehingga
berpotensi kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
penyakit berbahaya tersebut, pola hidup masyarakat yang
kurang sehat sangat berpengaruh mudahnya terjadi
penyakit DBD karna masyarakat rata rata hanya lulusan
kurang lebih sd dan smp saja.
4. Deskripsi singkat lokasi
Desa Jahab terletak di wilayah Tenggarong kabupaten kutai
kartanegara provinsi kalimantan timur
1.3 METODE PENELITIAN
Sampel/informan penelitian

1. Informan utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat
desa jahab yang terdiagnosis menderita DBD
2. Informan kunci
Informan kunci dalam penelitian ini adalah petugas
kesehatan yang berada di pukesmas wilayah desa jahab
tersebut.
3. Informan pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah
anggota keluarga dari masyarakat yang terdiagnosis dan
yang tidak terdiagnosis DBD.

3.4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Informasi dalam penelitian ini didapatkan melalui
metode wawancara mendalam (indept interview)
dalam pengumpulan datanya.
3.5 DATA DAN SUMBER DATA
1. Data Penelitian
Didalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan langsung oleh peneliti melalui
wawancara mendalam kepada masyarakat yang
terdiagnosis DBD, petugas kesehatan puskesmas
daerah, dan para anggota keluarga penderita DBD.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini
didapatkan dari Puskesmas pembantu daerah Desa
Jahab berupa data yang telah diolah sebelumnya
mengenai kejadian penyakit DBD.

2. Sumber Data Penelitian


Sumber data dalam penelitian ini sebagian besar
didominasi oleh data primer yaitu data yang didapat
dari wawancara langsung kepada masyarakat Desa
Jahab yang terdiagnosis menderita DBD, petugas
kesehatan yang berada di Puskesmas Pembantu
Wilayah Desa Jahab, anggota keluarga dari
masyarakat yang terdiagnosis DBD di desa Jahab.

3.6 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data
dan dilakukan secara bertahap dan berlanjut dalam
periode tertentu. Janice Mc. Drury dicatat oleh Lexy J.
Moleong (2001) mengemukakan tahapan analisis
data kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari dan membaca data, menandai kata
kunci serta gagasan yang terdapat didalam kata.
2. Mempelajari kata kunci guna menentukan tema
yang berasal dari data yang didapatkan.
3. Menuliskan model yang telah ditemukan.
4. Melakukan koding

3.7 RENCANA PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA


Menurut Moleong (2001), pemeriksaan keabsahan
data dapat dilakukan menggunakan metode
triangulasi. Triangulasi merupakan suatu teknik guna
memeriksa keabsahan dengan memanfaatkan data
lain sebagai perbandingan data. Menurut Patton
(1987) terdapat 4 jenis teknik triangulasi dalam
penelitian kualitatif antara lain;
1. Triangulasi Sumber (Data triangulation),
2. Triangulasi Peneliti (Investigator Triangulation),
3. Triangulasi Metodologis (Methodological
Triangulation),
4. Tringulasi teoretis (theoritical triangulation).
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA

A. Informan utama ( masyarakat didesa jahab tenggarong )


Nama informan :
Nama wawancara :
Lama wawancara :
1. Aapakah anda pernah/sedang menderita DBD ?
2. Aapakah anda sudah paham mengenai pencegahan DBD ?
3. Apakah anda sudah melakukan pencegahan mengenai penyakit
DBD ?
4. Upaya apa yang sudah anda lakukan ?

B. Informan kunci ( petugas pukesmas di desa jahab tenggarong)


Nama informan :
Nama wawancara :
Lama wawancara :
1. Berapa kasus DBD yang sudah terjadi di desa jahab ini ?
2. Faktor apa saja yang bisa menyebabka terjadinya DBD ?
3. Bagaimana kesadaran masyarakat terutama rumah tangga dalam
pencegahan DBD
4. Bagaimana cara melakukan pencegahan agar tidak terjadinya DBD
?
C. Informan pendukung (Rumah tangga/keluarga yang menderita DBD)
Nama informan :
Nama wawancara :
Lama wawancara :
1. Apakah anda sangat memperhatikan keluarga dalam pencegahan
penyakit DBD ?
2. Apa tindakan yang sudah anda lakukan dalam pencegahan
penyakit DBD
3. Bagaimana pendapat anda agar anak/keluarga perlu melakukan
tindakan agar terhindar dari penyakit DBD ?

Anda mungkin juga menyukai