Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Literatur Review
1) Tanda tanda Kehamilan (Hani Umi, dkk. 2014)
a. Tanda Tidak Pasti (Persumptive Sign)
1) Amenore (Berhenti Menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf
dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat
dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan.
2) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi
hari yang disebut morning sickness.
3) Ngidam (Menginginkan Makanan Tertentu)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
4) Syncope (Pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan. Hal ini sering terjadi
terutama jika berada di tempat ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu
kehamilan.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolisme (Basal Metabolism Rate – BMR) pada kehamilan, yang akan
meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme
hasil konsepsi.
6) Payudara Tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara.
Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran
payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama
kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
7) Sering Miksi
Desakan Rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama
akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai
masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.
8) Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9) Pigmentasi Kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.
Pigmentasi meliputi tempat tempat berikut ini :
a) Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung,
pipi, dan leher).
b) Sekitar leher: tampak lebh hitam
c) Dinding perut: striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang
primigravda, warnanya membiru), striae nigra, linea alba mejadi lebih
hitam (linea grisea/nigra)
d) Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk
areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang
merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kkulit coklat,
dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar Montgomeri
menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.
e) Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran bagian
tersebut.
10) Epulis
Hipertropi papilla gingivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
11) Varises
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah
terutama bagi wanita yang mempunya bakat. Varises dapat terjadi di sekitar
genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh
darah ini dapat hilang setelah persalinan.

b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)


1) Pembesaran Perut: Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada
bulan keempat kehamilan.
2) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
3) Tanda Goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks
seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
4) Tanda Chadwicks: Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan
mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5) Tanda Piscaseck merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi
karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah
tersebut berkembang lebih dulu.
6) Kontraksi Braxton Hicks merupakan peregangan sel sel otot uterus, akibat
meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadis, tidak nyeri , biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi
baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga.
Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya
sampai mendekati persalinan.
7) Teraba Ballotement: Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan krena perabaan bgian seperti
bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri.
8) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (Planotest) Positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama
kahamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah),
dan diekskresi pada urin ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari
setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat
tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-
130.

c. Tanda Pasti (Positive Sign)


1) Gerakan Janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
2) Denyut Jantung Janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan Laenec, DJJ baru dapat didengar
pada usia kehamilan 18-20 minnggu.
3) Bagian-bagian Janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong ) serta
bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilhat lebih
sempurna lagi menggunakan USG.
4) Kerangka Janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto ronrgen maupun USG.

1) Perubahan Yang Terjadi Pada Ibu Hamil


1. Perubahan Fisik
a) Pengertian
Perubahan fisik yang terjadi dalam tubuh wanita dan ketidaknyamanan
yang dihasilkan yang dialaminya dapat dipandang sebagai perubahan yang paling
konkret, dan mungkin yang paling dapat diamati, selama kehamilan. Karena
perubahan-perubahan ini, kehamilan sering dipandang sebagai pengalaman fisik
yang paling mendasar. keluarga dan teman-teman wanita hamil kemungkinan
besar akan bertanya tentang perubahan fisik dan gejala yang dia alami. Ketika
wanita hamil ditanyai bagaimana perasaannya, responsnya mungkin tentang
manifestasi fisik kehamilan. Topik diskusi yang paling sering terdengar di antara
wanita hamil dan teman-temannya adalah gejala-gejala seperti mual di pagi hari,
kelelahan, frekuensi buang air kecil, sakit punggung, strechmarks, atau kenaikan
berat badan. Perubahan fisik kehamilan adalah hal-hal yang paling sering
didiskusikan atau dipertanyakan wanita dengan penyedia layanan kesehatan
mereka
Banyak buku kedokteran dan keperawatan dengan jelas menguraikan
pengaruh hormonal pada semua sistem tubuh selama kehamilan dan
mendiskusikan manifestasi klinis dari pengaruh ini (Cunningham, MacDonald,
Gant, Leveno, & Gillstrap, 1993; Nichols & Zwelling, 1997). Dari sudut pandang
biologis, kehamilan dan kelahiran merupakan fungsi utama dari sistem reproduksi
wanita dan harus dianggap sebagai proses normal. Banyak perubahan yang terjadi
dalam fisiologi ibu selama kehamilan paling jelas pada organ reproduksi tetapi
melibatkan semua sistem tubuh lainnya. Perubahan fisiologis dan gejala fisik
yang pada waktu lain dianggap sebagai kelainan patologis diterima sebagai hal
normal selama kehamilan.
Perubahan fisiologis sering cepat dalam permulaannya dan berubah dari
satu trimester ke yang berikutnya. Meskipun semua gejala dapat dikurangi atau
akan hilang, ketidaknyamanan yang dialami wanita dapat merusak kesenangan
hamil. Namun, ketika bayi bahagia dan diantisipasi, ketidaknyamanan cenderung
dianggap sebagai pemaksaan yang menjengkelkan dan langkah-langkah untuk
meminimalkan mereka biasanya memiliki beberapa keberhasilan. Kehamilan
adalah masa ketika wanita dan pria seringkali sangat terbuka terhadap perubahan
gaya hidup sehat. Karena minat dan kepedulian mereka terhadap kesejahteraan
bayi mereka di dalam rahim, ada keinginan untuk memperbaiki diet mereka,
memulai program olahraga berhenti merokok atau memulai beberapa jenis
pengurangan stress.
Ayah yang hamil juga mungkin mengalami gejala fisik selama kehamilan.
Pria telah melaporkan gejala seperti morning sicknes. kelelahan meningkat,
kelaparan meningkat, dan kenaikan berat badan. Manifestasi dari gejala-gejala
fisik ini mungkin berhubungan dengan fenomena couvade. Istilah couvade
berasal dari kata Perancis artinya merenung atau menetas. Ini paling sering
merujuk hari ini untuk gejala fisik yang dialami oleh ayah hamil selama
kehamilan pasangannya - misalnya, gejala morning sickness, mulas, atau
peningkatan berat badan yang dilaporkan oleh beberapa ayah hamil. Dalam
beberapa budaya suku, fenomena couvade bahkan dapat mencakup tindakan
ritualistik dari kontraksi persalinan oleh ayah sementara rekannya melahirkan.
Kecenderungan di negara ini terhadap peran ayah yang lebih aktif selama
kehamilan dan kelahiran dapat meningkatkan fenomena couvade (Colman &
Colman, 1991; Ferketich & Mercer, 1989: Strickland, 1987).

b) Perubahan Selama Kehamilan

Trimester I

Fisik Emosi Sosial Kultural Kognitif


Kelelahan Ambivalensi Menarik diri dari hal yang Tertarik dengan
biasa disukai dan suatu perubahan fisik,
hubungan gejala, dan cara
mengatasinya
Nyeri Labilitas ↑ Mengambil peran sebagai
payudara ibu. (Contohnya : meniru,
bermain peran, berkhayal,
penyesuaian).
Frekuensi Berkhayal Sehat vs perilaku tidak sehat
urin
Mual muntah Menerima
di pagi hari kehamilan
Libido ↓

Trimester 2
Energy ↑ Ambivalensi Tumbuh ketertarikan baru Ketertarikan
terhadap suatu hal dan pada terhadap tumbuh
suatu hubungan kembang janin
↑ Pigmentasi Labilitas ↑ Siap menghadapi kelahiran
kulit, striae,
linea nigra
Terasa Berkhayal Pengambilan peran sebagai
gerakan janin seorang ibu
Kenaikan Mengubah Sehat vs perilaku tidak sehat
berat badan citra tubuh
Libido ↑ Perwujudan
janin
Introversi

Trimester 3

Kelelahan Labilitas ↑ Mengambil peran sebagai ibu Ketertarikan


terhadap proses
persalinan
Frekuensi Berkhayal Sehat vs perilaku tidak sehat Ketertarikan
urin terhadap dunia
parenting
Kenaikan Perubahan
berat badan citra tubuh
Nyeri Persiapan
punggung kelahiran
bayi
Kram kaki Keinginan
cepat
melahirakan
Nyeri
ligament
Sesak nafas
Lightening
Kontraksi
Braxton
Hicks
Libido ↓

2. Perubahan Emosional
Dalam karya klasiknya tentang psikologi wanita, Deutsch membahas
kehamilan sebagai pemenuhan keinginan terdalam dan paling berkuasa dari seorang
wanita, ekspresi penciptaan dan realisasi diri (Deutsch, 1945). Agak berbeda,
kehamilan juga telah diidentifikasi sebagai krisis perkembangan, periode kehidupan
kritis di mana periode kehidupan di mana psikis mengutuk fase perkembangan mental
sebelumnya dapat dihidupkan kembali, sering memungkinkan solusi baru ditemukan
dan pertumbuhan psikologis terjadi (Bibring, 1959; Caplan, 1957). Terlepas dari
kenyataan bahwa kehamilan sering dipandang sebagai pengalaman psikis, dalam
literatur itu paling sering didefinisikan sebagai pengalaman psikologis atau
emosional. Ada kualitas pengalaman batin tertentu selama kehamilan yang
membedakannya dari kehidupan di waktu lain.
Banyak penulis telah membahas kemampuan emosional wanita hamil (colman
& colnan, 1991; kitzinger, 1967; lederman, 1984), yang dapat dimanifestasikan oleh
peningkatan sensitivitas terhadap rutine yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya.
Dia mungkin lebih cepat jijik dengan apa yang tampak jelek dan kejam dan lebih
mudah tergetar oleh keindahan dan kesabaran. Dia sangat reseptif dan dapat mencoba
lebih mudah dalam film, bereaksi lebih kuat terhadap peristiwa kerusuhan, dan rentan
terhadap serangan kecemasan atau kemarahan yang tiba-tiba. Tinggi dan rendah
emosional wanita hamil mungkin lebih besar dari biasanya, mungkin lebih cepat dan
lebih cepat dan mungkin melewati ekstrem dengan kecepatan yang mungkin
membingungkan dan menyimak keluarganya (colman & colman, 1991).
Dalam kehamilan terdapat perubahan emosional yang meliputi :
a. Perubahan Identitas
Banyak yang telah ditulis tentang perubahan yang terjadi pada identitas
dan citra tubuh wanita selama kehamilan. Dengan setiap pengalaman melahirkan
anak, ada penggabungan dalam sistem diri wanita dari dimensi yang baru dengan
kepribadiannya yang diidentifikasi oleh rubin sebagai identitas maternal (Rubin,
1984). Penggabungan psikologis dari identitas ibu ini dimulai lagi dan
berkembang secara independen dengan setiap pengalaman kehamilan. Pada awal
kehamilan, hubungan antar wanita dengan keluarga, pekerjaan, dan minat sosial
cenderung seimbang. Keseimbangan ini memberi wanita beberapa identitas rasa.
Pada akhir kehamilan, rasa keseimbangan dan identitas yang tak bisa dipungkiri
mungkin akan mengalami banyak perubahan. Pembentukan identitas ibu sangat
penting selama kehamilan, karena itu berfungsi untuk menjalin hubungan antara
ibu dan anak yang dia kandung. Dua konsep yang terkait dengan identitas ibu
adalah tugas ibu dan keterikatan ibu.
Menurut Rubin (1984), seorang wanita berusaha untuk menyelesaikan dua
tugas utama selama kehamilan: menjaga keutuhan identitasnya sendiri dan sistem
keluarga sambil mengatur asimilasi dan akomodasi bayi ke dalam sistem diri dan
keluarga yang sama. Rubin menilai tugas-tugas ini diselesaikan dengan empat
cara. Pertama, ibu berupaya memastikan jalan yang aman bagi anaknya dengan
mengumpulkan data, mencari perawatan medis, membaca atau menghadiri kelas-
kelas persalinan. Kedua, ibu meminta orang lain untuk menerima anak yang akan
dilahirkannya, terutama ayah bayi itu dan keluarga dekatnya. Ketiga, ibu
mengembangkan kesadaran afiliatif dan hubungan dengan bayi. Ikatan ini paling
sering dimulai setelah wanita mengalami percepatan. Tugas terakhir adalah
memberi diri sendiri. Ini dipandang sebagai tugas kehamilan yang paling rumit
dan kompleks, karena perubahan fisik, emosi dan sosial yang progresif dan
kesulitan kehamilan tidak mudah ditanggung dengan pengorbanan diri kecuali
wanita itu dapat dengan mudah mengidentifikasi tujuannya.
Aspek lain dari identitas maternal yang dibahas dalam literatur adalah
keterikatan pada bayi. Proses perlekatan dimulai jauh sebelum bayi lahir.
Beberapa penulis setuju bahwa wanita tersebut harus menyelesaikan serangkaian
tugas adaptif agar dapat mengasumsikan hubungan untuk merawat bayi secara
efektif. Tugas-tugas ini diidentifikasi sebagai perencanaan, konfirmasi, dan
penerimaan kehamilan; mengenali pergerakan janin; mengembangkan respons
afiliatif terhadap janin; memasukkan janin ke dalam citra tubuh; memisahkan
diri dari janin dan mengenalinya sebagai makhluk yang terpisah; bersiap untuk
mengakhiri kehamilan; dan melahirkan dan menetapkan identitas berbasis
realitas pada neonatus setelah kelahiran melalui proses pengasuhan (Caplan,
1957; Colman & Colman, 1991; Gaffney, 1988; Muller, 1990).
Proses perlekatan prenatal ini sering dapat diamati. Seorang wanita hamil
sering berinteraksi dengan bayinya dalam rahim melalui kegiatan seperti
mengusap perutnya untuk menenangkan janin yang menendang, menyentuh atau
membelai bagian janin, berbicara atau bernyanyi kepada janin, memilih nama
hewan peliharaan, atau menawarkan makanan janin ketika dia makan (Carte-
Jessop, 1981; Lederman, 1984). Carter-Jessop (1981) menunjukkan bahwa ikatan
pranatal ibu dapat dipromosikan melalui intervensi terencana yang mendorong
seorang wanita untuk merasakan bagian tubuh dan posisi janinnya; untuk
meningkatkan kesadarannya akan aktivitas janin dan bagaimana ia dapat
memengaruhi aktivitas itu; dan untuk mengusap, membelai, dan memijat
perutnya.
b. Perubahan Body Image
Perubahan tubuh wanita, yang merupakan komponen identitasnya, juga
diubah selama kehamilan. Apakah perubahan dalam gambaran mentalnya tentang
penampilan tubuhnya positif atau negatif tergantung pada pengaruh faktor-faktor
seperti usia, tahap perkembangan, persepsi perubahan fisiologis, dan reaksi orang
lain dan masyarakat yang signifikan. Citra tubuh selama kehamilan juga
dipengaruhi oleh pertumbuhan ukuran, perubahan persepsi wanita tentang batas-
batas tubuhnya, perubahan postur dan gerakan, dan pengalaman ketidaknyamanan
fisik atau rasa sakit (Fox & Yamaguchi, 1997; Rubin, 1984).
Jika seorang wanita hamil memandang perubahan tubuhnya sebagai hal
yang bermanfaat dengan membawa anak yang diinginkan ke dunia, dia cenderung
memiliki citra tubuh yang positif. Sebaliknya, jika dia melihat tubuhnya besar,
canggung, dan dalam cara aktivitas normalnya, citra tubuhnya akan negatif.
Meskipun kehamilan sering dipandang sebagai yang paling feminin dan meskipun
wanita hamil mungkin senang bahwa tubuhnya secara fungsional mampu
mengandung anak, citra tubuhnya mungkin tidak mencerminkan ini atlitudes
positif. Sayangnya, citra tubuh banyak wanita hamil tidak baik dan menjadi
semakin buruk seiring dengan kemajuan kehamilan.
Wanita hamil sering menggambarkan diri mereka sendiri dengan Istilah
ini seperti balon udara, paus, semangka, lumbung, atau gajah. Citra diri yang
negatif ini kemungkinan besar merupakan respons budaya di negara di mana
kelangsingan diidealkan. Menurut standar ideal media, perempuan yang hamil
kelebihan berat badan dan memiliki lekukan di banyak tempat yang salah, dan
biasanya tidak bisa masuk dalam mode terbaru. Ibu yang hamil kemungkinan
akan bereaksi lebih kuat terhadap pandangannya terhadap tubuhnya daripada
wanita yang tidak hamil karena pengaruh kehamilan pada keseimbangan
emosionalnya.
c. Fantacy life
Colman dan colman's (1991) pandangan kehamilan sebagai keadaan
berubah kesadaran mendukung aspek emosional lain kehamilan; mimpi atau
fantasi. clinicacians dan peneliti telah menyadari untuk beberapa waktu bahwa
perempuan mungkin mengalami fantasi mengganggu selama kehamilan. Rubin
(1984) menggambarkan perubahan dalam pola fantasi yang terjadi di seluruh tiga
trimester kehamilan dan sering menyebabkan kecemasan. Sherwin (1981)
dikategorikan mimpi yang dialami oleh wanita hamil dan menemukan mereka
untuk dikaitkan baik dengan emosi positif seperti kesenangan, kegembiraan, dan
perdamaian, atau dengan keadaan negatif rasa bersalah, ketakutan, dan panik.
daerah yang paling umum dari mimpi dan fantasi adalah tentang memiliki bayi
yang abnormal, diserang, tertutup atau tenggelam, melupakan atau kehilangan
sesuatu, yang tidak siap, pertemuan seksual, dan memulihkan atau menyelesaikan
krisis lama. Colman dan Colman (1991) menunjukkan bahwa banyak mimpi yang
terjadi kehamilan durng memiliki tema yang sangat positif, seperti antisipasi,
sukacita pada kepenuhan kehidupan, cinta seorang pria, kesatuan dengan dunia
yang hidup dengan hal tumbuh, atau bermain dengan anak dewasa.
d. Father emotions
Kehamilan juga merupakan pengalaman emosional bagi para ayah, dan
mereka memiliki kekhawatiran khusus. Ambivalens adalah para pria yang
berusaha menyeimbangkan kegembiraan yang akan datang dari peran sebagai
ayah dengan kekhawatiran mengenai penyesuaian keuangan dan meningkatnya
tanggung jawab. Masalah seksual dapat muncul untuk pria maupun wanita selama
kehamilan. Perubahan penampilan pasangan dan respon seksual dapat
mempengaruhi reaksi seksual pria, pria mungkin bermimpi tentang perubahan
dalam tubuhnya sendiri atau dia sendiri yang hamil. Dia mungkin lebih sering
cemburu. Ayah hamil mungkin mengalami perasaan yang baru dan protektif
terhadap pasangannya saat mendekati kehamilan dan mulai antisipasi terhadap
kelahiran bayinya. Kebanyakan calon ayah tidak membayangkan bayinya sebagai
bayi baru lahir tetapi dia melihat dirinya berjalan dengan anaknya yang berumur 2
tahun atau dia melihat anaknya bermain bola dengan remaja (Colman & Colman,
1991)
Penelitian terdahulu tentang peran ayah pada bulan Mei (1982)
menunjukkan bahwa ada pola perkembangan emosional selama kehamilan saat
pertama kali menjadi ayah. Pola ini terdiri dari tiga tahap. Yang pertama adalah
tahap pengumuman, saat laki-laki pertama kali mengetahui kehamilan dan mulai
menyesuaikan diri dengan itu. Tahap kedua, yang disebut moratorium, adalah
tahap ketika ayah mengesampingkan kesadaran akan kenyataan hamil . Biasanya
tahap ini sesuai dengan periode dimana laki-laki tidak bisa melihat bukti terhadap
kehamilan. Tahap ketiga, yang disebut tahap fokus, dimulai saat ayah
mengidentifikasi kehamilan sebagai hal yang nyata dan penting dalam hidupnya.
Komunikasi antara ibu hamil dan ayah selama kehamilan adalah hal penting
dalam membantu mereka menjembatani kesenjangan antara respons emosional
mereka terhadap perubahan besar yang merubah hubungan mereka.
3. The sosiocultural experience
kehamilan sama banyaknya dengan pengalaman sosial budaya dan juga
pengalaman fisik dan emosional. tanggapan dan perilaku orang tua yang hamil selama
kehamilan dan persalinan serta perkembangan peran orang tua mereka semua diatasi
oleh masyarakat tempat mereka tinggal. Jordan 1993 Membandingkan kehamilan dan
persalinan dalam empat budaya yang berbeda dan menyimpulkan bahwa peristiwa-
peristiwa ini tidak hanya mencakup aspek fisik medis tetapi juga semua faktor
ekologi sosial yang menjadikan tahun persalinan sebagai peristiwa biososial.
perilaku wanita yang merupakan responsnya terhadap manifestasi fisik dan
emosional kehamilannya sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. misalnya
melihat respons saya terhadap kehamilan baik dengan asumsi atau perilaku penyakit
tergantung pada pengaruh dari jejaring sosialnya. Jika kehamilan dianggap sebagai
pengalaman normal dan sehat yang positif, dia akan merespons dengan perilaku
sehat. Ini dapat saya lakukan dengan menjalani perawatan pranatal rutin, makan diet
yang baik, berolahraga secara teratur, dan memasukkan aktivitas istirahat dan
pengurangan stres yang tak tertahankan ke dalam hidupnya. di sisi lain, jika
kehamilan dipandang sebagai penyakit, wanita akan merespons secara berbeda.
ketidaknyamanan kecil karena kehamilan lebih cenderung dipandang sebagai
penyimpangan utama yang tidak menentu. sering menelpon ke kantor dokter
kecantikannya, ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam rutinitas kehidupan biasa
mungkin menjadi bagian dari perilaku penyakit. sejumlah variabel individu dan
budaya dapat memengaruhi adopsi perilaku kesehatan atau kesehatan selama
kehamilan, status sosial ekonomi, usia, orientasi seksual, persiapan pendidikan untuk
kehamilan, pengaruh keluarga dan teman, hubungannya dengan dokter atau bidan,
dan Semua profesional dalam sistem asuhan maternitasnya akan membentuk cara dia
merespons kehamilannya.
Perubahan lain yang dipengaruhi oleh pengaruh sosial budaya selama
kehamilan adalah pengembangan peran ibu. itu dapat dilihat dari perspektif
psikologis sebagai komponen identitas untuk kawin selama kehamilan dan juga
sebagai proses sosial. di awal usia subur, seorang wanita mulai mengembangkan rasa
menjadi berbeda dan unik. jika perasaan ini menghasilkan perasaan teralienasi secara
bertahap dari minat, hubungan, dan aktivitasnya yang biasa, ia mungkin mulai
menarik diri. bidan melalui kehamilannya, ia mulai mengembangkan minat dan
hubungan baru yang hanya relevan untuk kehamilan dan melahirkan anak. wanita
hamil sering tertarik pada perusahaan wanita lain dan dapat mengembangkan
kekhawatiran dengan masa lalu dan hubungannya dengan ibunya sendiri (colman &
colman, 1991; rubin, 1970).
ada kontradiksi dalam studi awal tentang apakah kehamilan dan transisi ke
orangtua merupakan situasi krisis bagi keluarga (dyer, 1963; hobbs, 1965; Lee Master
Asters, 1956; russel, 1974). tentu saja, perubahan yang dipicu oleh perubahan dalam
struktur dan peran keluarga selama kehamilan dan menjadi orang tua dini adalah
peristiwa yang sangat menegangkan. apakah perkembangan yang normal ini menjadi
krisis tergantung pada sumber daya orang tua yang hamil dan persepsi atau
interpretasi mereka terhadap peristiwa tersebut. Mercer (1986) membahas efek yang
mungkin dimiliki oleh usia wanita terhadap responsnya terhadap kehamilan. sebuah
studi oleh stark (1997), tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam penyesuaian
psikososial untuk kehamilan berdasarkan usia ibu, yang lebih tua (lebih dari 35)
wanita hamil ditemukan menyesuaikan diri dengan kehamilan serta wanita muda.
karakteristik jaringan sosial orang tua dan dukungan sosial yang mereka terima
memengaruhi hasil penyesuaian. komposisi ukuran dan kohesi jaringan sosial adalah
faktor penting, dari tiga jenis dukungan sosial (emosional, kognitif, dan sosialisasi
umum), dukungan emosional telah ditemukan sebagai prediktor kepuasan terbaik
dengan peran pengasuhan dan perawatan bayi untuk kedua ibu dan ayah (crawford,
1985; Cronenwell, 1985). Bab 25 berisi diskusi komprehensif dukungan sosial selama
persalinan.
4. Kebutuhan Kognitif
Pendidikan tentang melahirkan tentu saja memenuhi kebutuhan kognitif calon
orang tua dalam berbagai cara. Selain informasi kehadiran guru di kelas dan
informasi tentang pasangan berbagi satu sama lain dalam diskusi, sumber-sumber
pengetahuan termasuk handout, buku, alat bantu visual, slide, film, mengunjungi
rumah sakit. Semua pembelajaran ini tidak dapat berlangsung tanpa kelas yang
terstruktur atau yang akan diberikan langsung oleh guru. Karena calon orang tua yaitu
seorang pemula dewasa, mereka dapat dirangsang dan didorong untuk memenuhi
kebutuhan kognitif mereka dengan mengasumsikan beberapa tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka di luar kelas.
Kehamilan, dengan emosi yang tinggi, sering membawa kita berhubungan
dengan perasaan yang tidak pas atau citra diri, berbagai diterima kami perasaan.
Sikap batin penerimaan dapat membantu perasaan seperti itu berlalu dengan cepat
atau bantuan bagian dari diri kita sendiri untuk tumbuh dan mengubah.
-Rahima Baldwin dan Terra Palmarre-
...... Pertanyaan “Siapakah saya?” Dan “Akan menjadi apakah saya?”
Adalah hal yang terpenting dalam kehamilan, seperti pada masa remaja ketika
keputusan penting tentang masa depan mengundang konfrontasi. Dalam lanjutan dan
berulang kali mencoba untuk memahami hal yang tidak diketahui, ibu hamil yang
bertanya pada dirinya sendiri “Saya seharusnya menjadi Ibu seperti apa, bisakah
saya, akankah saya menjadi seperti demikian?”
-Regina Ledebman-

....... kehamilan pertama mungkin sebuah waktu yang sunyi .... Sebagian
besarkebutuhan kekhawatiran kesendirian itu sendiri dengan soal melihat ke depan-
melamun,berfantasi tentang bayi, melihat diri mereka dalam peran baru ibu. Wanita
sedang dalam proses banyak menyerahkan yang telah bermakna di masa lalu dan
pada saat yang sama mereorganisasi sumber psikologis mereka untuk melihat ke
masa depan.
-Pauline Shereshefsky, harold plotsky dan Robert Lockman-
Selain perannya sebagai fasilitator dalam memberikan calon orang tua dengan
informasi yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan kognitif mereka selama
kehamilan, pendidik juga berfungsi sebagai calon orang tua menganjurkan sebagai
pasangan berinteraksi dengan sistem perawatan kesehatan. Dalam peran ini, penting
bagi pendidik untuk membantu klien mereka menjadi konsumen yang bertanggung
jawab dan tegas dalam membuat sebuah pilihan. Mereka harus meyakinkan calon
orang tua untuk berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka dengan
cara yang positif dan tegas, baik pasif maupun agresif. Dengan menggunakan
kuesioner penilaian diri sendiri, diskusi tentang sifat hubungan antara penyedia dan
konsumen, dan situasi bermain peran, pendidik dapat membantu calon orang tua
untuk mengidentifikasi komponen-komponen komunikasi dan cara-cara yang positif
untuk melaksanakannya. Aspek perkembangan kognitif adalah salah satu yang
penting, karena banyak orang merasa terintimidasi oleh penyedia layanan kesehatan.
Akibatnya, kebutuhan dan keinginan mereka tidak dikomunikasikan. Ketidakpuasan
atau kemarahan dalam perawatan yang diterima sering menjadi hasilnya. Untuk
mencegah pengalaman negatif ini, pendidik dapat membantu calon orang tua
mengidentifikasi hak dan tanggung jawab mereka sebagai konsumen dan belajar dan
praktek, dalam keamanan pengaturan kelas, komunikasi asertif positif.
Komponen lain dari mengajarkan perilaku asertif adalah untuk
menginformasikan orang tua dari pilihannya dan kehendak mereka mengenai
pengalaman melahirkan. Pemikiran untuk memilihan perawatan kesehatan mungkin
konsep yang sama sekali baru dan agak asing bagi banyak calon orangtua. Sejumlah
orang mungkin percaya bahwa itu jauh lebih mudah untuk mempercayakan semua
kepada dokter atau penyedia perawatan kesehatan lainnya. Meskipun sikap ini,
penting untuk pendidik melahirkan setidaknya untuk memperkenalkan konsep pilihan
yang bertanggung jawab dan untuk merangsang orang tua berpikir. Orangtua perlu
tahu bahwa ada kontroversi tentang apakah pilihan benar-benar ada pada perawatan
ibu-bayi yang baru lahir, bahwa tidak ada satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan
dari kelahiran yang aman, dan bahwa ada perbedaan luas dalam jenis layanan yang
tersedia hari ini di perawatan bersalin.
Sebuah strategi pengajaran yang dapat membantu orang tua berpikir tentang
pilihan dan bahwa setidaknya memberikan dasar untuk komunikasi dengan dokter
atau bidan mereka adalah pengembangan rencana kelahiran. Rencana kelahiran
adalah daftar pilihan yang orang tua mengidentifikasi bahwa mereka akan lebih
memilih untuk pengalaman melahirkan mereka, seperti ambulasi dan posisi selama
persalinan, penggunaan musik di kamar bersalin, berjongkok saat kala kedua
mengejan, yang akan terjadi saat kelahiran, dan sebagainya. Hal ini juga dapat
mencakup pilihan tentang kelahiran caesar dan rencana aksi harus timbul komplikasi
bagi ibu atau bayi yang baru lahir. Rencana kelahiran dikembangkan berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan tentang pilihan yang tersedia di masyarakat. calon
orang tua harus mendiskusikan rencana kelahiran mereka dengan pengasuh beberapa
kali selama kehamilan, dan harus berfungsi sebagai referensi bagi mereka
memberikan perawatan untuk calon orang tua selama persalinan dan kelahiran.
Sebuah rencana kelahiran perlu berdasarkan kepercayaan antara penyedia dan
konsumen, dan bahkan dapat berfungsi untuk membantu mengembangkan
kepercayaan itu. Penyedia perawatan kesehatan juga bisa mendapatkan keuntungan
dari rencana kelahiran. Komunikasi terbuka mengarah ke klarifikasi kesalahpahaman,
dan calon orang tua dan penyedia layanan kesehatan dapat bernegosiasi dan
menyelesaikan setiap perbedaan. Pendekatan ini dapat meningkatkan kepuasan calon
orangtua dan berpotensi dapat meningkatkan kepuasan penyedia perawatan kesehatan
dengan peran profesionalnya.

2) Emesis Gravidarum
a) Pengertian Emesis Gravidarum
Mual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari gejala-gejala ini kurang lebih 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro,2009:275).
Emesis Gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan
muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena
terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic
gonadothropine plasenta. Hormon inilah yang menyebabkan emesis gravidarum (Utami,
2008).
Mual merupakan suatu rasa yang tidak menyenangkan yang biasanya menyebar ke
bagian belakang tenggorokan, epigastrium atau keduanya dan memuncak pada muntah.
Rasa mual sering disertai dengan gejala vasomotor perangsangan otonom seperti saliva
yang meningkat, berkeringat, pingsan, vertigo, takikardia Muntah diartikan sebagai
pengeluaran secara paksa isi lambung dan usus melalui mulut. Sebelum muntah terjadi
takipnea, salivasi yang banyak, dilatasi pupil, berkeringat, pucat dan denyut jantung yang
cepat sebagai tanda perangsangan otonom yang menyebar luas.
b) Insiden Emesis
Menurut Baverly O” Brien sekitar 70-90% dari semua wanita hamil mengalami
mual-mual. Sementara 50% mengalami muntah-muntah paling tidak sekali dan beberapa
penelitian menemukan bahwa wanita yang lebih tua cenderung akan mengalami mual
muntah (Wesson,20070. Mual muntah kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual terjadi pada 66%-
89% kehamilan dari 38%-57% kehamilan. Mual muntah terkait dengan kehamilan sering
terjadi pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu
dan menghilang pada 50% kasus pada usia kehamilan 12-14 minggu. Hal ini berlanjut
selama 20-22 minggu.
c) Patofisiologi Emesis
Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di sumsum sambung
(medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu akibat
rangsangan langsung melalui CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone). CTZ adalah suatu
daerah dengan banyak reseptor yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah di
sumsum-sumbang, tetapi diluar rintangan (barrier) darah otak. Dengan bantuan
neurotransmitter dopamine (DA), CTZ dapat menerima isyarat-isyarat sirkulasi.
Rangsangan mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing didalam (Tjay,210:280) sirkulasi.
Rangsangan tersebut lalu diteruskan kepusat muntah. Menurut perkiraan, CTZ juga
berhubungan langsung dengan darah dan cairan otak. (Tjay,2010:280). Pusat muntah
dipengaruhi oleh: Zona pemicu kemoreseptor (CTZ(Chemoreceptor Tringger Zone) yang
mendeteksi:
a. Zat-zat kimia yang beredar didalam darah seperti estrogen,alcohol,nikotin,opioid,zat
besi,obat-obat anastesi,hormone tiroid
b. Gangguan keseimbangan elektrolit (kadar natrium yang rendah)
c. Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan kedalam sirkulasi darah pada saat terjadi
cedera (Jordan,2004;122)
Muntah diawali dengan stimulasi pusat muntah di medulla, yang mengendalikan
otot polos dalam dinding lambung dan otot skeletal di abdomen serta system pernafasan
dan zona pemicu kemoreseptor di dasar ventrikel keempat di dekat nervus vagus. Karena
zona pemicu kemoreseptor berada diluar sawar darah otak, zona pemicu kemoreseptor
merespon terhadap stimulus kimia dari obat-obatan dan toksin yang dihasilkan dalam
kondisi patologis tertentu. Zona pemicu kemoreseptor juga bertanggung jawab atas
terjadinya mual atau muntah akibat pergerakan. Stimulus dalam zona pemicu
kemoreseptor dihantarkan ke pusat muntah yang menyebabkan otot dalam saluran
gastrointestinal dan pernapasan memulai terjadinya muntah (Tiran,2009).
d) Penyebab Emesis Gravidarum
Penyebab emesis gravidarum secara pasti belum diketahui ada beberapa pendapat tentang
penyebab emesis gravidarum yaitu :
a) Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda. Terjadinya
kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan
hormone estrogen, progesterone, dan pengeluaran HCG plasenta. Hormone-hormon
inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba,2009:42).
b) Bahwa alasan mual tidak diketahui, tetapi dikaitkn dengan peningkatan kadar HCG,
hipoglikemi, peningkatan kebutuhan metabolic serta efek progesterone pada sistem
pencernaan (Mrdfort, 2012:79)
c) Mual dan muntah selama kehamilan disebabkan oleh perubahan pada sistem endokrin
yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar
HCG (human chorionic gonadotrophin), khusunya pada periode mual atau muntah
gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama. Karena pada saat
ini HCG mencapai kadar teringgi, sama dengan LH (luteinizing hormone) dan doi
sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol ovarium di hipofisis
dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesterone, suatu
fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG daopat didteksi
dalam darah wanita dari sekitar 3 minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi),
suatu fakta yang dijadikan sebagai besar uji kehamilan (Tiran,2009:5).

Lacasse et al, 2009, mengatakan bahwa etiologi mual dan muntah selama
kehamilan sering kali sulit dimengerti tetapi mual dan muntah selama kehamilan ini
dapat dipertimbangkan sebagai akibat dari masalah multifaktor. Beberapa teori yang
diusulkan terkait dengan mual dan muntah ini adalah hormonal, sistem vestibular,
sistem gastrointestinal, psikologi, hyperolfaction, genetik dan faktor lainya. Namun
Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan sebuah gejala fisiologis karena
terjadinya berbagai perubahan di dalam tubuh wanita yang hamil. Mual dan muntah
semasa kehamilan ini bisa disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin, efek
aparatus vestibular, adaptasi saluran gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori.
e) Faktor yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum
(a) Hormonal
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
fluktasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khususnya karena periode
mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama,
yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG sama dengan LH
(luteinzing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati
kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan
korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu
gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar bagi
sebagian besar tes kehamilan (Tiran, 2009).
(b) Faktor Psikososial
Diagnosis kehamilan sering diperkuat oleh hasil dari kecurigaan yang dipicu oleh
keadaan mual dan muntah, tanpa adanya etiologi lain. Mengetahui akan menjadi
orang tua menyebabkan koflik emosi, termasuk kegembiraan dan penantian,
kecemasan tentang kesehatan ibu dan bayi serta khawatir tentang pekerjaan,
keuangan, atau hubungan dengan suami. Sering kali ada perasaan ambivalen terhadap
kehamilan dan bayi, dan pada beberapa wanita hal ini mungkin membuat mereka
sedih karena sebentar lagi mereka akan kehilangan kebebasan mereka. Mungkin ada
gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai ketakutan nyata akan meningkatnya
tanggung jawab.Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk
mengalami mual dan muantah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang
sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala “normal”. Kehamilan
yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban
pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan
konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama
kecemasan akan datangnya hyperemesis gravidarum atau preeklamsia. Wanita yang
mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan
distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik. Syok dan adaptasi yang
dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu
berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah
menjadi lebih berat (Tiran, 2009).

(c) Masalah Pekerjaan


Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari tanpa waktu yang
cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual dan muntah. Tergantung pada sifat
pekerjaan wanita, aroma, zat kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual
wanita dan menyebabkan mereka muntah. Merokok terbukti memperburuk gejala
mual dan muntah, tetapi tidak jelas apakah ini disebabkan oleh efek olfaktorius
(penciuman) atau efek nutrisi, atau apakah dapat dibuat asumsi mengenai hubungan
antara kebiasaan praktik dan distres psikoemosional. Tentu saja banyak wanita yang
mengalami mual dan muntah akan membenci bau asap rokok dan tembakao (Tiran,
2009).
(d) Status Gravida
Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen
dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum.
Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi
dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai
pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005).
Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi
yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi
wanita tentang gejala mual dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan
grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan
tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya (Tiran,
2009).
f) Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum
Muntah pada awalnya didahului oleh rasa mual, yang berciikan muka pucat,
berkeringat, liur berlebih , tachycardia, pernapasan tidak teratur, pada saat ini lambung
mengendur dan di usu halus timbul aktifitas antiperistaltik yang menyalurkan isi usus
halus bagian tas lambung. Gejala-gejala tersebut kemudian disusul oleh menutunya
bagian pangkal tenggorokan, nafas ditahan, katup esophagus dan lambung merilaks.
Akhirnya timbul kontraksi ritmis dari diafragma serta otot-otot pernafasan disusul oleh
lambung memuntahkan isinya (Tjay,2010:280).Mual dan muntah selama kehamilan biasa
terjadi di pagi hari ataupun kapan saja. Tanda biasa muncul segera setelah implantasi dan
bersamaan saat produksi hCG mencapai puncaknya, di duga bahwa hormon plasenta
inilah yang memicu mual dan muntah dengan bekerja pada chemoreseptor trigger zone
pada pusat muntah.Sebagian besar wanita hamil mengalami mual dan muuntah pada23
berbagai tingkatan yang berbeda dan dapat terjadi setiap saat, terutama pada pagi hari.
Keadaan ini biasanya akan berakhir setelah minggu ke 12 (bulan ke 3) pada kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus keadaan ini dapat berlangsung lebih lama. Sebagian besar
wanita mengalami mual dan muntah dalam derajat yang ringan. Mual dan muntah
merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan gastrointestinal, demikian
juga dengan penyakit-penyakit lain. Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu
fenomena yang terjadi dalam tiga stadium yaitu mual, retching (sebelum muntah) dan
muntah.
Stadium pertama, mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak enak di
belakang tenggorokan dan epigastrium sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai
aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual seperti meningkatnya saliva,
menurunnya tonus lambung dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejenum
menyebabkan terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Namun demikian, tidak
terdapat bukti yang menyatakan bahwa hal ini menyebabkan mual, gejala dan tanda mual.
Stadium kedua, retching merupakan suatu usaha involunter untuk muntah, sering
kali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan pernafasan
spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan diafragma. Kontraksi
otot abdomen saat ekspirasi mengendalikan gerakan inspirasi. Pilorus dan antrum distal
berkontraksi saat fundus relaksasi.
Stadium ketiga, muntah merupakan suatu refleks yang menyebabkan dorongan
ekspirasi isi lambung/usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan
dari korteks serebral, organ vestibular, daerah pemicu kemoreseptor (Chemoreceptor
Trigger Zone, CTZ) dan serabut aferen termasuk dari sistem gastrointestinal. Muntah
terjadi akibat perangsangan pada pusat muntah yang terletak di daerah postrema medula
oblongata di dasar ventrikel ke empat. Muntah dapat dirangsang melalui jalur saraf aferen
oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang
menimbulkan muntah dengan aktivasi chemoreceptor trigger zone. Jalur eferen menerima
sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan ekspulsif otot abdomen, gastrointestinal dan
pernafasan yang terkoordinasi dengan epifenomena emetik yang menyertai. Pusat muntah
secara anatomis berada di dekat pusat salivasi dan pernafasan sehingga pada waktu
muntah sering terjadi hipersalivasi dan gerakan pernafasan (Price & Wilson, 2005).

Secara umum Tanda-tanda mual muntah/emesis gravidarum berupa:


(a) Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
(b) Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat
pula terjadi setiap saat, namun tidak jarang yang harus mengalaminya seharian penuh
dan nyaris tidak dapat melakukan aktivitas apapun.
(c) Nafsu makan berkurang
(d) Mudah lelah
(e) Emosi yang cenderung tidak stabil.

Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat menjadi tidak normal
apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi,
cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang
berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada
kehamilannya.
g) Tanda Bahaya Emesis Gravidarum
Pada dasarnya keluhan atau gejalayang timbul adalah fisiologis. Akan tetapi hal ini
akan semakin menjadi parah jika tubuh tidak dapat beradaptasi. Oleh karena itu, agar
keluhan tersebut tidak berlanjut, perlu diketahui gejala patologis yang timbul
(Achidiat,2008:73).
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai antara lain penurunan berat badan,
kekurangan gizi atau perubahan status gizi, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan
ketosis. Selain itu mual muntah berlebihan dan terus menerus saat hamil hingga dapat
mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan elektrolit tubuh serta kehilangan lebih dari
5% berat badan sebelum hamil dapat didefinisikan sebagai hyperemesis gravidarum. Hal
tersebut dapat berakibat buruk pada janin seperti abortus, IUFD, partus prematurus,
BBLR, IUGR, sindaktili dan polidaktili.
h) Komplikasi
Pada wanita yang mengalami mual dan muntah merasa aktivitasnya terganggu
karena kondisi ini. Setengah dari wanita yang bekerja merasa pekerjaannya terganggu
karena kondisi ini dan 25% wanita membutuhkan waktu untuk tidak bekerja (Golberg,
2006).
Satu dari dua puluh wanita mengalami penurunan berat badan, dehidrasi dan
gangguan elektrolit. Mual muntah yang beerlebihan dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik dan defisiensi gizi yang dikenal
sebagai hiperemesis gravidarum (Coad & Dunstall, 2001).
Hiperemesis gravidarum merupakan muntah persisten dan parah. Tanpa pengobatan
hiperemesis akan menyebabkan banyak komplikasi, diantaranya kegagalan hati dan
kegagalan ginjal.
i) Penatalaksanaan
Cara mengatasi mual muntah pada kehamilan antara lain yaitu:
(a) Farmakologis
 Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat
hamil belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja
mengubah protein dari makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan
dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin juga mengubah karbohidrat menjadi
energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi mual dan muntah jika
transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin pada wanita
hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk morning
sickness adalah 25mg (Pressman, 2007).
 Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan
dengan piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness
pada wanita hamil. Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah
golongan H-1 bloker seperti difenhidramin, loratadin, dan sebagainya (Niebyl,
2010).
 Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan
antihistamin. Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin,
penggunaannya terkait dengan dyskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya
jarang. Resiko penggunaannya tergantung lama pemberian obat dan dosis
kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu tidak disarankan dan tidak aman
untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
 Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning
sickness tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson
(Einarson, 2004), penggunaan ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari
3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9 minggu kehamilan) tidak terbukti
menyebabkan malformasi janin.
 Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis
gravidarum, namun penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat
beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro, 2008).
(b) Non Farmakologis
 Makan sering dalam porsi kecil, misalnya setiap dua jam sekali (bahkan malam
hari).
 Menghindari makanan berbau tajam, terlalu asin atau makanan berbumbu.
Beberapa ibu hamil bahkan tidak bisa mengkonsumsi daging, telur atau susu.
 Mencoba ngemil crackers setelah bangun pagi
 Makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi (madu, pisang, kentang,
nasi, sereal dan tahu)
 Minum jus manis atau flat soda di pagi hari
 Tidak merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, batasi asupan kopi
selama tribulan pertama.
 Mendapat dukungan dari pasangan dan menggurangi stress

(c) Komplementer
 Menggunakan akupuntur/akupressure untuk meringankan derita mual
 Minum peppermint tea
 Jika masih mual, mencoba mengulum permen mint, spearment.
 Aromaterapi jahe, spearment, pappermint, lemon.
 Mimun ginger tea (rebus jahe di air, saring dan campurkan dengan madu atau
dapat juga dengan menggunakan aromaterapi jahe, lemon dan pappermint) (Hanya
Wanita,2006).
3) Jahe (Zingiber officianale Roxb)
a. Susunan Kimiawi Jahe
Secara rata-rata, jahe kering mengandung kelembaban (6,9%), protein(8,6%),
lemak(6.4%),serat(6.9%),karbonhidrat(6.6%),abu(5,7%),kalsium(0,1%),fosfor(0,15%)
,zat besi (0,01),natrium(0,03%),kalium(1,4%),vitaminA(175iu),vitamin B(0,05mg),
vitamin B2(0.13mg), niacin(1,9mg), vitamin C(12mg), nilai28 kalori sekitar 380
kalori. Jahe mengandung 1-2% minyak asiri dan 5-8% bahan resin, pati, dan getah.

b. Kegunaan Jahe
Di samping kegunaan jahe untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan,
manfaat jahe secara luas antara lain dapat digunakan untuk mengatasi migren, motion
sickness, mual post-kemoterapi, mual dan muntah post-operasi, osteo arthritis,
rheumatoid arthritis, gangguan traktus urinarius post-stroke, menurunkan berat badan,
mempersingkat masa persalinan, dan sebagai anti pembekuan darah.

c. Mekanisme Jahe Dalam Mengurangi Mual Dan Muntah Dalam Kehamilan


Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol, zingerone,
zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe disebabkan oleh
zatzingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe disebabkan oleh zat
zingiberol. Dalam kaitannya sebagai anti lemak, mekanisme kerja zat-zat tersebut pada
dasarnya masih belum jelas. Dikatakan jahe bekerja menghambat reseptor serotonin
dan menimbulkan efek anti emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan
saraf pusat. Pada percobaan binatang, gingerol meningkatkan transport
gastrointestinal. Gingerol dan komponen lainnya dari jahe diketahui mempunyai
aktivitas sebagai anti-hidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi.
Galanolakton, merupakan unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu
antagonis kompetitif pada ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik.
Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan
gingerol, terdapat pengurangan frekuensi muntah.

d. Dosis Dan Bentuk Sediaan Jahe


Dosis rata-rata yang biasa digunakan berkisar antara 0,5-2 gram berbentuk
bubuk dan dimasukkan ke dalam kapsul. Bisa juga digunakan dalam bentuk ekstrak
kering atau jahe yang masih segar. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dosis
yang memberikan efek untuk mengurangi mual dan muntah pada kehamilan trimester
pertama adalah sebanyak 250 mg jahe diminum 4 kali sehari, dapat diminum dalam
bentuk sirup maupun kapsul. Banyak penelitian membuktikan bahwa bubuk jahe
sebanyak 1 gram per hari dapat menghilangkan mual yang disebabkan oleh berbagai
faktor, akan tetapi tidak boleh melebihi 4 gram per hari.
5. Clinical patway

PERUBAHAN KEHAMILAN TRIMESTER I

FISIK EMOSIONAL

Kelelahan Nyeri payudara Frekuensi Urin ↑ MualMuntah


Mual Muntah Kadar HCG ↑ Ambivalen

Dirangsang CTZ
Komplementer Non farmakologis Farmakologis Labilitas ↑

Zona Kemoreseptor di
Medulla

Reseptor serotin Berkhayal


Jahe Memicu anti emetic
dihambat
gastrointestinal ↑

Efek anti emetic pada Sistem Kadar Natrium Rendah Memberi Dukungan
Gastrointestinal dan Saraf

Menghambat aktivati CTZ Mual Muntah ↓ Menerima Kehamilan


B. Implikasi Untuk Praktek Dan Strategi Pengajaran
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik yang diperlukan selama hamil meliputi:
a. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil
World Health Organization (WHO) menganjurkan penambahan sebanyak
150 kkal per hari di atas konsumsi harian selama trimester pertama dan 350 kkal
per hari di atas konsumsi harian sesudah masa itu. Angka-angka ini dihitung
hanya berdasarkan kehamilan, dan tidak memperhitungkan factor lain seperti
variasi aktivitas fisik, perubahan temperatur sekeliling atau kebutuhan untuk
pertumbuhan kedewasaan yang tak ada kaitannya dengan kehamilan.
Pengeluaran energi menurun selama trimester ketiga karena berkurangnya
kegiatan.
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan
usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama
hamil:
Trimester 1
Energi : 180 gram Biscuit 1 buah besar (10gram)

Protein : 20 gram Telur ayam rebus 1 butir (55 gram)

Lemak : 6 gram Susu sapi segar ½ gelas (100 gram)


Setara dengan

Karbohidrat : 25 gram
Trimester2 1 mangkuk bubur kacang hijau
Energi : 300 gram - Kacang hijau 5 sendok makan (50 gram)
Protein : 20 gram - Santan ½ gelas (50 gram)
Lemak : 10 gram - Gula merah 1 sendok makan (13 gram)

Karbohidrat : 40 gram Telur ayam rebus 1 butir (55 gram)

Frekuensi Makan dalam Sehari


Merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik
makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali makan utama dan 2 kali
makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus sesuai porsi dibawah
ini:
Kategori Porsi per hari
Nasi/pengganti 4-6 piring
Lauk pauk hewani (ayam/daging/ikan) 4-5 porsi
Lauk nabati (tempe/tahu/kacang- 2-4 potong sedang
kacangan)
Sayuran 2-3 mangkok
Buah-buahan 3 porsi

2. Kebutuhan personal hygiene


Kebersihan hars dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan paling sedikitnya
dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat,
menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah
genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan
mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi
(Saminem, 2008)
3. Ketidaknyaman pada Trimester 1
a. Morning sickness
Nause (enek) dan emesis (muntah), dimana enek pada umumnya terjadi pada
bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering
terjadi padi pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning
sickness (Rukiyah, 2009). Emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi
hari disertai mual dan muntah sampai kehamilan 4 bulan. Emesis gravidarum
dapat teratasi dengan berobat jalan (Manuaba dkk, 2010).
1) Bila muntah adalah masalah di pagi hari, makan makanan kering seperti
sereal, roti, atau biskuit sebelum bangun dari tempat tidur.
2) Makan makanan ringan setiap 2-3 jam lebih baik dari 3 kali makan besar.
Makan secara perlahan dan kunyah makanan secara sempurna.
3) Tetap duduk tegap selama 10-20 menit setelah makan untuk menghindari
refluks lambung dan heartburn.
4) Makan makanan yang mengandung banyak cairan. Hindari jumlah besar
konsumsi cairan dalam satu waktu.
5) Hindari makanan pedas, gorengan, atau berminyak. Hindari kopi karena dapat
merangsang asam lambung.
6) Hindari bau yang menyengat dan menyebabkan mual.
7) Jahe cukup efektif untuk mengurangi mual.
8) Hubungi dokter untuk konsumsi vitamin B6 atau terapi obat lainnya.
9) Hubungi dokter bila muntah terjadi terus-menerus sehingga makanan atau
minuman tidak dapat masuk. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan) dan harus diterapi sesegera mungkin. (Walyani, 2015)
b. Hipersalivasi
1) Gunakan pembersih mulut jika diperlukan
2) Kunyahlah permen karet dan hisaplah prmen yang keras
c. Sering berkemih atau nokturia
1) Berkemihlah sesuai keperluan sekurang-kurangnya setiap 2 jam
2) Tingkatkan mium air putih dan hindari cafein
d. Nyeri ulu hati
1) Makan sedikit demi sedikit tapi sering
2) Hindari makanan yang berlemak
e. Keringat bertambah
1) Pakailah pakaian yang menyerap keringat atau dari bahan katun
2) Banyak minum sedikit sedikit sesuai kebutuhan
3) Mandi setelah keringat kering
f. Sakit kepala
1) Lakukan latihan nafas dalam dan tehnik relaksasi supaya bisa rileks
2) Minum 7 -8 gelas sehari sepaya idak mengalami dehidrasi
3) Istirahatlah yang cukup dan makan sesuai gizi seimbang
g. Keputihan
1) Tingkatkan kebersihan alat vital
2) Hindari pakaian ketat dan CD yang terlalu ketat
3) Setiap kali bak cebok dan ganti CD setelah mandi
h. Mudah lelah
1) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi
2) Istirahat pada siang hari
3) Minum banyak air putih
4) Lakukan olahraga ringan
(Kusmiati, Yuni. 2009)

C. Implikasi berdasarkan jurnal


Berdasarakan riview jurnal Nausea and Vomiting in Pregnancy (Sharma, Noeerja.
2017) dijelaskan bahwa penanganan mual muntah selain menggunakan farmakologi dapat
dilakukan secara nonfarmakologi yaitu dengan (1) Akupresur, titik yang paling umum
untuk melakukan akupresur adalah P6 (pericardium 6 atau Nei guan point), letaknya 3
jari di atas pergelangan tangan bagian dalam. (2) Diet sederhanan, dengan makan siang
teratur, makan sedikit tapi sering serta menghindari makanan yang berlemak dan
berminyak dapat membantu dapat mengurangi mual dipagi hari. Makan makanan yang
sedikit msg dan tinggi karbohidrat. (3) Jahe, merupakan penanganan secara
nonfarmakologi yang popular untuk menangani mual muntah di pagi hari. (4) terapi
musik, ketika digunakan dengan pengobatan standart, terapi music dapat membantu
mengurangi mual dipagi hari.

D. Managemen Kebidanan
1. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program pelayanan
kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan maternal dan neonatal dengan
kegiatan pamantauan rutin selama kehamilan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan ibunya (Manuaba, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
b. Tujuan
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, meminimalkan trauma yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi,
serta mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif berjalan
normal (Prawirohardjo, 2010; Saifuddin, 2009).
Terdapat pendapat lain menurut Manuaba (2010), tujuan asuhan antenatal
sebagai berikut:
1) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala
nifas.
2) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
c. Kunjungan selama masa kehamilan
Menurut kebijakan Depkes RI, (2010) kunjungan selama periode
Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)
d. Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan ANC terdiri dari 10 T menurut Depkes RI (2010)
adalah meliputi :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat kontak pertama dengan klien.
Normalnya tinggi badan 145, bila kurang dari itu bisa dicurigai beresiko
kesempitan panggul. Jika pemeriksaan berat badan dilakukan setiap
kunjungan, bertambahnya berat badan normal selama kehamilan sekitar 11,5-
16 kg , sedangkan menurut Manuaba (2012) kenaikan berat badan selama
hamil sekitar 12-16 kg, setiap minggu akan mengalami kenaikan 0,5 kg. Berat
badan trimester ke-III tidak boleh tambah lebih dari 1 kg dalam seminggu atau
3 kg dalam sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut
disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut praeoedema.
2) Ukur LiLA
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). LiLA dianggap KEK bila kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan Lila < 23,5 cm menunjukkan besar
kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan, tekanan
darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi
tekanan darah 140/90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi
potensi hipertensi (kenaikan sistole > 30 mmHg dan diastole > 15 mmHg dari
tekanan darah normal). Tekanan darah normal yaitu 90-60 mmHg - 120/80
mmHg.
4) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan setiap kunjungan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Pada usia
kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan penambahan per
3 jari, apabila kahmilan diatas 24 minggu pengukuran menggunakan standar
pengukuran Mc.Donald yaitu dengan menggunakan metlin diukur dari tepi
atas sympisis sampai fundus uteri.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan mulai akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ normal yaitu 120-160 x/menit dengan irama
teratur. Gawat janin ditunjukkan apabila DJJ lambat <120 kali/menit atau
>160 kali/menit.
6) Tentukan presentasi janin
Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengetahui letak janin.
7) Berikan imunisasi TT
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap tetanus. Pelaksanaan imunisasi TT yang sekarang sebelum
pemberian imunisasi dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening)
terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal. Imunisasi TT tidak
perlu diberikan pada ibu hamil apabila status T sudah mencapat T5, yang
harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan atau
rekam medis. (Permenkes No.12 Th 2017)

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)


Status
Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan
Imunisasi
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Sumber : Permenkes No.12 Th 2017

8) Beri tablet tambah darah atau tablet Fe


Tablet Fe diberikan untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus mendapatkan zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama. Pemberian zat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr/dl/bulan. Tablet Fe harus diminum dengan benar supaya proses
penyerapan oleh tubuh berjalan dengan baik (Saifuddin, 2009).
9) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
a) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan mempersiapkan
calon pendonor sewaktu-waktu bila terjadi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), dilakukan minimal sekali pada
trimester I dan sekali pada trimester III, pemeriksaan dilakukan untuk
megetahui apakah ibu menderita anemia atau tidak. Klasifikasi Hb pada
ibu hamil adalah sebagai berikut:
Tidak anemia : Hb >11 gr%
Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
Anemia berat : Hb <7 gr%
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi
besi dan asam folat (Prawirohardjo, 2009).
c) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui adanya proteinuria
pada ibu hamil sebagai indikator pre-eklampsia.
d) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita diabetes.
e) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil didaerah endemis malaria
dilakukan pemeriksaan.
f) Pemeriksaan tes Sifilis, dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga sifilis serta sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.
g) HbSAg, dilakukan untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif atau non reaktif
(Bobak, 2005; Manuaba, 2007).
h) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV), ibu dengan resiko
tinggi dan diduga menderita HIV.
i) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita Tuberkulosis.
Tatalaksana atau penanganan kasus dilakukan setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus yang tidak dapat ditangani dapat dirujuk sesuai
sistem rujukan.
10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Pesalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara atau koseling dilakukan pada saat kunjungan ANC dan
disampaikan sesuai dengan kebutuhan ibu, beberapa konseling yang dapat
diberikan kepada ibu meliputi:
a) Kesehatan ibu yang meliputi kesehatan sekarang, kesehatan ibu dahulu,
dan kesehatan keluarga.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c) Peran suami/atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi.
e) Asupan gizi seimbang.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
g) Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah
terkonsentrasi HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
i) KB paska persalinan.
j) Imunisasi.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain Booster).
2. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPEMENKES
NO.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan yang meliputi :
a. STANDAR I : PENGKAJIAN
Tanggal/Jam Masuk : Untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan
pengkajian.
1) Data Subjektif
a) Identitas
(1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur : Umur klien dikaji untuk mengetahui apakah klien dikatakan
berpengaruh/ memiliki resiko. Jika umur klien < 20 tahun termasuk
beresiko karena alat-alat reproduksi belum matang dan psikis yang
belum siap. Serta jika umur > 35 tahun, rentan sekali terjadi komplikasi
dalam kehamilan dan pada proses persalinan, jadi usi reproduktif
(subur) seorang wanita yang baik dalam siklus reproduksi berkisar dari
usia 20-35 tahun (Manuaba, 2010).
(3) Agama : Untuk memberikan motivasi pada klien sesuai dengan
agama yang dianut. Mengantisipasi kebiasaan religius yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan
(4) Suku/Bangsa : Untuk menentukan faktor pembawa genetika atau Ras.
Berpengaruh pada adat istiaadat atau kebiasaan sehari-hari seperti
bahasa supaya lebih mudah untuk berkomunikasi saat memberikan
asuhan.
(5) Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk menyesuaikan
dalam menentukan pemberian konseling sesuai dengan pendidikannya.
(6) Pekerjaan : Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. karena pekerjaan
yang terlalu berat dapat mengindikasi terjadinya komplikasi selama
kehamilan, peningkatan tujuh kali lipat insiden berat bayi lahir rendah
pada wanita yang bekerja terlalu keras di lapangan.
(7) Alamat : Untuk mempermudah kunjungan rumah apabila
diperlukan. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadan geografis
yang sulit untuk di jangkau maka akan semakin sulit pula untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
b) Keluhan utama : Ketidaknyamanan kehamilan yang dialami ibu pada
trimester I seperti mual muntah, sering buang air kecil, lelah, nyeri
payudara. Keluahn juga berguna untuk penatalaksanaan kebutuhan ibu
(Walsh, 2007).
c) Data Kebidanan
(1) Riwayat perkawinan : Untuk mendapatkan gambaran mengenai berapa
tahun umur ibu saat pertama kali menikah, status perkawinan sah/tidak
karena dapat mempengaruhi psikologis ibu, lama pernikahan, dan ini
suami yang ke berapa.
(2) Riwayat kehamilan sekarang :
o Gerakan Janin : dirasakan ibu pripigravida pada minggu ke 18 – 20
sedangan pada ibu multigravida dirasakan pada minggu ke 16- 18
dan dapat dilihat pada akhir kehamilan.
o Jumlah gerakan : dalam 12 jam, gerakan janin normalnya 10 kali.
o HPHT : HPHT atau hari pertama haid terakhir digunakan untuk
menaksir usia kehamilan dan hari periraan lahir.
o HPL : menghitung hari perkiraan lahir dapat menggunakan Rumus
Naegele yaitu :
HPL = Hari + 7, bulan + 1 dan tahun + 1
o Usia Kehamilan : untuk menentukan perkiraan persalinan dan
menentukan pemeriksan dan asuhan yang diberikan supaya sesuai
dengan masa kehamilan.
o Status TT : Imunisasi TT diberikan untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu harus mendapat imunisasi TT sebanyak 2
kali atau maksimal 5 kali seumur hidup .
(Bobak, 2005; Fraser, 2012; Varney, 2007).
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Untuk mengetahui
gravida atau jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita, para atau
jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah
tumbuh dengan keadaan sehat. Serta untuk mendeteksi adanya riwayat
kehamilan persalianan dan nifas yang lalu yang bisa dijadikan waspada
oleh tenaga kesehatan teritama bidan (Varney, 2007; Manuaba, 2007;
Saifuddin, 2009; Prawiroharjo, 2010).
(4) Riwayat Keluarga Berencana (KB) : Untuk mengetahui jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian, keluhan, alasan
pasang dan alasan lepas.
(5) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang lalu : Untuk mengetahui ibu memiliki riwayat
penyakit/ tidak, seperti gula, darah tinggi, asma, jantung, TBC dan
HIV/AIDS
Riwayat kesehatan sekarang : untuk mengetahui ibu sedang menderita
penyakit / tidak, seperti gula, darah tinggi, asma, jantung, TBC dan
HIV/AIDS
Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui ada atau tidaknya riwat
penyakit yang di turunkan dari keluarga.
Riwayat kesehatan tersebut membantu bidan untuk
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi
kehamilan dan janinnya.
d) Data kebiasaan sehari – hari
Berikut ini adalah kebutuhan fisiologis ibu hamil trimester III :
(1) Nutrisi : Menu yang disusun harus sesuai gizi yang seimbang yang
terdiri dari zat-zat seperti protein, karbohidrat, lemak , mineral, vitamin,
serta air.
(2) Personal Hygiene : Mandi dua kali, gosok gigi dan ganti pakaian
minimal 2 kali sehari.
(3) Istirahat : Minimal ibu hamil istirahat 7-8 jam sehari terbagimenjadi
tidur siang dan malam
(4) Eliminasi : Membersihkan alat kelamin dengan gerakan dari depan ke
belakang setiap kali selesai BAK atau BAB.
(5) Mobilisasi/Body Mekanik : Sikap tubuh yang perlu diperhatikan selama
hamil trimester III yaitu : duduk, berdiri, berjalan, bangun dan berbaring,
membungkuk dan mengangkat.
(6) Kebutuhan seks : Koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum
kehamilan 16 minggu, karena akan merangsang kontraksi..
e) Data psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu,
apakah ibu takut, cemas dengan kehaamilannya. Kekhawatiran ibu terhadap
kehamilanya dapat di atasi dengan peran suami yang memberikan dukungan
terhadap ibu (Varney, 2007).
f) Data Sosial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
penting untuk diketahui karena hal ini akan mempercepat proses adaptasi
ibu dan keluarga dalam menerima perannya. Selain itu, kebiasaan adat
istiadat juga perlu dikaji agar bidan dapat lebih mudah untuk melakukan
pendekatan pada keluarga. Hal ini berkaitan dengan adanya pantangan
terhadap makanan ibu hamil yang justru membuat pertumbuhan janin tidak
optimal (Varney, 2007).
2) Data Obyektif
1) Pemerikaan Umum
(a) Keadaan Umum. Baik : kesadaran penuh, TTV normal, dan pemenuhan
kebutuhan mandiri seperti makan tanpa disuapi dan eliminasi sendiri
tanpa bantuan.
(b) Kesadaran. Composmentis, sadar penuh
2) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
(c) Tekanan darah. Tekanan darah normal yaitu 90-60 mmHg - 120/80
mmHg.. Batas terendah tekanan darah adalah 140/90 mmHg yang
merupakan titik awal kemungkinan pre eklampsia. Kenaikan tekanan
darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 30 mmHg sistolis dan 15
mmHg diastolis, apabila kenaikan tekanan darah lebih dari itu bisa
terjadi hipertensi dalam kehamilan, dan merupakan salah satu tanda
eklamsia atau pre eklamsia jika disertai protein urine
(d) Suhu. Suhu tubuh normal (36,5 - 37,50C)
(e) Pernapasan. Frekuensi pernapasan normal untuk orang dewasa yaitu
16-20 x/menit
(f) Nadi. Frekwensi nadi normal yaitu 60-90 x/menit
(Jhonson dan Taylor, 2005; Varney, 2007).
(g) Berat Badan. Bertambahnya berat badan normal selama kehamilan
sekitar 11,5-16 kg (Prawirohardjo, 2010), sedangkan menurut Manuaba
(2012) kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-16 kg, setiap
minggu akan mengalami kenaikan 0,5 kg
(h) Tinggi Badan. Tinggi badan normal 145 cm bila kurang dari itu
dicurigai beresiko kesempitan panggul (Kemenkes, 2013).
(i) LiLA. Ukuran normal LiLA 23,5 cm, ibu hamil dengan LiLA< 23,5 cm
menunjukkan besar kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2013).
3) Pemeriksaan fisik meliputi :
(a) Kepala : Kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah, lokasi struktur
wajah. Kulit pucat dan rambut rampuh dapat mengindikasikan
kekurangan nutrisi.
(b) Muka : Tanda fisiologis kehamilan pada wajah, pipi dan leher
biasanya mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
kehamilan atau cloasmagravidarum.
(c) Mata : Untuk mengetahui tanda – tanda anemia (konjungtiva pucat),
hiperbillirubin (sklera kuning) dan kelainan saraf pada mata (
strabismus ).
(d) Hidung : Mengetahui ada pernafasan cuping hidung atau tidak,
kesimetrisan ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak,
ada polip atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi atau tidak.
(e) Telinga : Mengetahui keadaan telingat apakah bersih tidak ada
serumen, ketajaman pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada
tonjolan atau tidak
(f) Mulut : Untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah, tidak ada
satomatitis, tidak ada gigi berlubang, dan caries gigi. Yang bisa
dilakukan apabila terjadi gigi berlubang melakukan pemeriksaan gigi
ke dokter gigi untuk penangan yang tepat sebab jika tidak diperhatikan
akan menyebabkan infeksi. disarakan untuk wanita hamil untuk
memeriksakan giginya selama masa kehamilan (Mochtar, 2011).
(g) Leher : Dalam keadaan normal tidak ada pembesaran kelenjar limfe
apabila ada maka menunjukan adanya infeksi, kelenjar tiroid apabila
ada pembesaran kelenjar tiroid makan menunjukan bahwa ibu
kekurangan yodium, dan pembengkakan vena jugularis apabila ada
maka ada indikasimasalah jantung (Varney, 2007)
(h) Payudara : Perlu dilukan pemeriksaan karena payudara mengalami
banyak perubah sebagai persiapan laktasi, keadaan normal ayudara
simetris, tiak ada benjolan yang tidak normal, putting menonjol,
apabila puting datar bisa dilakukan cubit areola dengan ibu jari dan jari
telunjuk ini sebagai persiapan ibu menyusui, kolostrum sudah keluar
sebagai tanda ASI sudah diproduksi, terjadi hiperpigmentasi areola
mamae, tidak ada retraksi dinding dada dan adanya massa atau nodul
pada aksila (Prawirohardjo, 2010).
(i) Abdomen : Mengetahui bentuk pembesaran perut, terdapat linea atau
tidak, linea adalah garis pigmentasi dari sifisis pubis ke bagian atas
sampai fundus, linea terdapat 2 linea alba dan linea nigra, lihat adakah
luka bekas operasi memastikan untuk riwayat persalinan sebelumnya
(Sulistyawati, 2009; Prawirohardjo, 2010).
Palpasi :
 Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri. .
 Leopold II : Menentukan batas kanan dan kiri rahim, menentukan
letak punggung janin. Bagian yang teraba memanjang seperti
papan, ada tahanan dan keras/punggung, Bagian yang teraba kecil-
kecil, ekstremitas.
 Leopold III : Menentukan bagian terendah janin. Bila kepala janin
belum masuk panggul maka masih dapat digoyangkan dan
sebaliknya bila sudah masuk panggul maka sudah tidak dapat
digoyangkan karena sudah terfiksasi oleh pintu atas panggul
(PAP).
 Leopold IV : Menentukan konvergen (kedua jari periksa menyatu
yang berarti bagian terendah janin belum masuk panggul) dan
divergen (kedua jari tiak tidak menyatu yang berarti bagian
terendah janin sudah masuk pintu atas panggul). Mochtar, 2011).
 Pengukuran TFU untuk menghitung perkembangan dan
pertumbuhan janin apakah sesuai dengan masa kehamilan,
pengukuran TFU juga dapat di gunakan untuk menentukan usia
kehamilan dengaan cara membandingkan berapa besar TFU
dengan HPHT. Tfu akan berkurang saat fetus sudah mulai masuk
pintuatas panggul (Lowdermilk, 2013).
 TBJ (Tafsiran Berat Janin)
 Menurut Manuaba (2007) tafsiran berat janin dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
(TFU-11) x 155 jika sudah masuk panggul
(TFU-12) x 155 jika belum masuk panggul
Auskultasi. DJJ normalnya 120 – 160 x/menit (Saifuddin, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
(j) Genetalia : Mengetahui ada tidaknya kelainan pada genitalia seperti
oedema, varises yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
sehingga menjadi perdarahan, pembesaran kelanjar bartholini,
mengetahui ada atau tidaknya hemoroid pada anus. Tapi pada keadaan
normal, tidak terdapat varises dan hemoroid (Prawirohardjo, 2010).
(k) Ekstremitas atas dan bawah : Memeriksa ada atau tidak reflek patella
pada ekstremitas bawah apabila reflek patella negative kemingkinan
ibu kekurangan vitamin B1 yang memungkinkan adanya masalah pada
tulang belakang. Cek apakan ekstremitas oedema dan varises serta
sianosis atau tidak pada ujung kuku. Pada keadaan normal reflek
patella ada, tidak edema dan tidak sianosis (Prawirohardjo, 2010).
4) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk melakukan deteksi dini
adanya penyulit atau masalah. Pada kehamilan pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Hemoglobin : Dilakukan pemeriksaan Hb untuk eteksi adanya anemia.
Hb digolongkan sebagai berikut : Hb 11gr% (tidak anemia), Hb 9-
10gr% (anemia ringgan), Hb 7-8gr% (anemia sedang), dan Hb <7gr%
(anemia berat) (Varney, 2007, Prawirohardjo, 2010).
 Golongan Darah : untuk mengetahui golongan darah pasien dan
mempersiapkan pendonor apabila sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan. (Bobak, 2005; Benson, 2009)
 HbSAg : Untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif atau non reaktif.
Apabila terdeteksi virus hepatitis B pada ibu harus segera dilakukan
vaksinasi untuk mencegah penularan ke bayi pada saat proses
persalinan(Varney, 2007; Bobak, 2005; Manuaba, 2007)
 Pemeriksaan Urine : Untuk mengetahui kadar protein dalam urine
yang mengindikasikan tanda-tanda pre eklamsia. Pemeriksaan ini
dilakukan apabila ada indikasi bengkak pada muka dan ekstremitas
(Rukiyah, 2014).
 Pemeriksaan VCT : Pemeriksaan VCT dilakukan pada ibu hamil untuk
mengatahui apakah ibu hamil tersebut terkena virus HIV. Apabila ibu
terinfeksi virus HIV, maka bayi yang dilahikan bisa diberikan
penanganan segera (Varney, 2007).
 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : Dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan janin dalam kandingan, untuk menentukan usia
kehamilan, dan hari perkiraan lahir (Prawirohardjo, 2010).
b. STANDAR II : Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan
Lakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan ibu hamil
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
1) Diangnosa Kebidanan
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan, yaitu : G... P... A.. umur ... usia usia kehamilan ...
minggu dengan...
2) Data dasar :
a) Data subjektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan hasil wawancara
terhadap pasien. Ibu mengatakan ini kehamilan ke ... dan pernah/tidak
pernah keguguran ... kali. Ibu mengatakan HPHT tanggal..
b) Data objektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh bidan.
 Keadaan umum dan kesadaran
 Tanda Vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
 Palpasi Abdomen (Leopold I, II, III, IV).
 TFU, DJJ dan TBJ.
3) Masalah
Masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan trimester III seperti
sesak nafas, insomnia,sering berkemih, edema kaki, konstipasi, varises,
keputihan, nyeri punggung bawah, Kontraksi Braxton Hicks, dan hemoroid.
4) Kebutuhan
a) Kebutuhan psikologis berupa dukungan emosional dari suami dan
keluarga.
b) Kebutuhan fisiologis seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi, personal
hygiene, dan body mekanik
c. STANDAR III : Mengidentifikasi Masalah Atau Masalah Potensial Dan
Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnose ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman. Contoh: seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan, bidan
harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang
berlebihan tersebut. Kemudian ia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan
untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi
perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus
yang berlebihan.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial
tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnose atau masalah
potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
d. STANDAR IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan
Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal
dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau
masalah medic yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis BBL. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen askeb.
Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan
ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu
dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. Kaji ulang
apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
e. STANDAR V : Perencanaan
Perencanakan asuhan kebidanan disusun berdasarkan diagnosa dan
masalah yang telah ditegakkan. Perencanaan asuhan pada ibu hamil trimester I
antara lain :
1) Beritahu ibu keadaan ibu dan janinnya berdasarkan hasil pemeriksaan yang
sudah dilakukan
2) Berikan pendidikan kesehatan ketidaknyamanan pada trimester I
3) Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester
I
4) Tanyakan pada ibu siapa yang dipilih ibu untuk pendamping persalinan.
5) Berikan informasi agar ibu melakukan kunjungan ulang tiap 1 bulan lagi atau
segera jika ada keluhan.
f. STANDAR VI : Implementasi
Melakukan asuhan sesuai dengan perencanaan dan dilaksanakan efisien
dan aman.
g. STANDAR VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi
proses menejemen jika belum efektif.

Anda mungkin juga menyukai