Bab 2
Bab 2
TINJAUAN TEORI
A. Literatur Review
1) Tanda tanda Kehamilan (Hani Umi, dkk. 2014)
a. Tanda Tidak Pasti (Persumptive Sign)
1) Amenore (Berhenti Menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf
dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat
dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan.
2) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi
hari yang disebut morning sickness.
3) Ngidam (Menginginkan Makanan Tertentu)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
4) Syncope (Pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan. Hal ini sering terjadi
terutama jika berada di tempat ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu
kehamilan.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolisme (Basal Metabolism Rate – BMR) pada kehamilan, yang akan
meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme
hasil konsepsi.
6) Payudara Tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara.
Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran
payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama
kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
7) Sering Miksi
Desakan Rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama
akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai
masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.
8) Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9) Pigmentasi Kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.
Pigmentasi meliputi tempat tempat berikut ini :
a) Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung,
pipi, dan leher).
b) Sekitar leher: tampak lebh hitam
c) Dinding perut: striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang
primigravda, warnanya membiru), striae nigra, linea alba mejadi lebih
hitam (linea grisea/nigra)
d) Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk
areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang
merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kkulit coklat,
dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar Montgomeri
menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.
e) Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran bagian
tersebut.
10) Epulis
Hipertropi papilla gingivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
11) Varises
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah
terutama bagi wanita yang mempunya bakat. Varises dapat terjadi di sekitar
genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh
darah ini dapat hilang setelah persalinan.
Trimester I
Trimester 2
Energy ↑ Ambivalensi Tumbuh ketertarikan baru Ketertarikan
terhadap suatu hal dan pada terhadap tumbuh
suatu hubungan kembang janin
↑ Pigmentasi Labilitas ↑ Siap menghadapi kelahiran
kulit, striae,
linea nigra
Terasa Berkhayal Pengambilan peran sebagai
gerakan janin seorang ibu
Kenaikan Mengubah Sehat vs perilaku tidak sehat
berat badan citra tubuh
Libido ↑ Perwujudan
janin
Introversi
Trimester 3
2. Perubahan Emosional
Dalam karya klasiknya tentang psikologi wanita, Deutsch membahas
kehamilan sebagai pemenuhan keinginan terdalam dan paling berkuasa dari seorang
wanita, ekspresi penciptaan dan realisasi diri (Deutsch, 1945). Agak berbeda,
kehamilan juga telah diidentifikasi sebagai krisis perkembangan, periode kehidupan
kritis di mana periode kehidupan di mana psikis mengutuk fase perkembangan mental
sebelumnya dapat dihidupkan kembali, sering memungkinkan solusi baru ditemukan
dan pertumbuhan psikologis terjadi (Bibring, 1959; Caplan, 1957). Terlepas dari
kenyataan bahwa kehamilan sering dipandang sebagai pengalaman psikis, dalam
literatur itu paling sering didefinisikan sebagai pengalaman psikologis atau
emosional. Ada kualitas pengalaman batin tertentu selama kehamilan yang
membedakannya dari kehidupan di waktu lain.
Banyak penulis telah membahas kemampuan emosional wanita hamil (colman
& colnan, 1991; kitzinger, 1967; lederman, 1984), yang dapat dimanifestasikan oleh
peningkatan sensitivitas terhadap rutine yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya.
Dia mungkin lebih cepat jijik dengan apa yang tampak jelek dan kejam dan lebih
mudah tergetar oleh keindahan dan kesabaran. Dia sangat reseptif dan dapat mencoba
lebih mudah dalam film, bereaksi lebih kuat terhadap peristiwa kerusuhan, dan rentan
terhadap serangan kecemasan atau kemarahan yang tiba-tiba. Tinggi dan rendah
emosional wanita hamil mungkin lebih besar dari biasanya, mungkin lebih cepat dan
lebih cepat dan mungkin melewati ekstrem dengan kecepatan yang mungkin
membingungkan dan menyimak keluarganya (colman & colman, 1991).
Dalam kehamilan terdapat perubahan emosional yang meliputi :
a. Perubahan Identitas
Banyak yang telah ditulis tentang perubahan yang terjadi pada identitas
dan citra tubuh wanita selama kehamilan. Dengan setiap pengalaman melahirkan
anak, ada penggabungan dalam sistem diri wanita dari dimensi yang baru dengan
kepribadiannya yang diidentifikasi oleh rubin sebagai identitas maternal (Rubin,
1984). Penggabungan psikologis dari identitas ibu ini dimulai lagi dan
berkembang secara independen dengan setiap pengalaman kehamilan. Pada awal
kehamilan, hubungan antar wanita dengan keluarga, pekerjaan, dan minat sosial
cenderung seimbang. Keseimbangan ini memberi wanita beberapa identitas rasa.
Pada akhir kehamilan, rasa keseimbangan dan identitas yang tak bisa dipungkiri
mungkin akan mengalami banyak perubahan. Pembentukan identitas ibu sangat
penting selama kehamilan, karena itu berfungsi untuk menjalin hubungan antara
ibu dan anak yang dia kandung. Dua konsep yang terkait dengan identitas ibu
adalah tugas ibu dan keterikatan ibu.
Menurut Rubin (1984), seorang wanita berusaha untuk menyelesaikan dua
tugas utama selama kehamilan: menjaga keutuhan identitasnya sendiri dan sistem
keluarga sambil mengatur asimilasi dan akomodasi bayi ke dalam sistem diri dan
keluarga yang sama. Rubin menilai tugas-tugas ini diselesaikan dengan empat
cara. Pertama, ibu berupaya memastikan jalan yang aman bagi anaknya dengan
mengumpulkan data, mencari perawatan medis, membaca atau menghadiri kelas-
kelas persalinan. Kedua, ibu meminta orang lain untuk menerima anak yang akan
dilahirkannya, terutama ayah bayi itu dan keluarga dekatnya. Ketiga, ibu
mengembangkan kesadaran afiliatif dan hubungan dengan bayi. Ikatan ini paling
sering dimulai setelah wanita mengalami percepatan. Tugas terakhir adalah
memberi diri sendiri. Ini dipandang sebagai tugas kehamilan yang paling rumit
dan kompleks, karena perubahan fisik, emosi dan sosial yang progresif dan
kesulitan kehamilan tidak mudah ditanggung dengan pengorbanan diri kecuali
wanita itu dapat dengan mudah mengidentifikasi tujuannya.
Aspek lain dari identitas maternal yang dibahas dalam literatur adalah
keterikatan pada bayi. Proses perlekatan dimulai jauh sebelum bayi lahir.
Beberapa penulis setuju bahwa wanita tersebut harus menyelesaikan serangkaian
tugas adaptif agar dapat mengasumsikan hubungan untuk merawat bayi secara
efektif. Tugas-tugas ini diidentifikasi sebagai perencanaan, konfirmasi, dan
penerimaan kehamilan; mengenali pergerakan janin; mengembangkan respons
afiliatif terhadap janin; memasukkan janin ke dalam citra tubuh; memisahkan
diri dari janin dan mengenalinya sebagai makhluk yang terpisah; bersiap untuk
mengakhiri kehamilan; dan melahirkan dan menetapkan identitas berbasis
realitas pada neonatus setelah kelahiran melalui proses pengasuhan (Caplan,
1957; Colman & Colman, 1991; Gaffney, 1988; Muller, 1990).
Proses perlekatan prenatal ini sering dapat diamati. Seorang wanita hamil
sering berinteraksi dengan bayinya dalam rahim melalui kegiatan seperti
mengusap perutnya untuk menenangkan janin yang menendang, menyentuh atau
membelai bagian janin, berbicara atau bernyanyi kepada janin, memilih nama
hewan peliharaan, atau menawarkan makanan janin ketika dia makan (Carte-
Jessop, 1981; Lederman, 1984). Carter-Jessop (1981) menunjukkan bahwa ikatan
pranatal ibu dapat dipromosikan melalui intervensi terencana yang mendorong
seorang wanita untuk merasakan bagian tubuh dan posisi janinnya; untuk
meningkatkan kesadarannya akan aktivitas janin dan bagaimana ia dapat
memengaruhi aktivitas itu; dan untuk mengusap, membelai, dan memijat
perutnya.
b. Perubahan Body Image
Perubahan tubuh wanita, yang merupakan komponen identitasnya, juga
diubah selama kehamilan. Apakah perubahan dalam gambaran mentalnya tentang
penampilan tubuhnya positif atau negatif tergantung pada pengaruh faktor-faktor
seperti usia, tahap perkembangan, persepsi perubahan fisiologis, dan reaksi orang
lain dan masyarakat yang signifikan. Citra tubuh selama kehamilan juga
dipengaruhi oleh pertumbuhan ukuran, perubahan persepsi wanita tentang batas-
batas tubuhnya, perubahan postur dan gerakan, dan pengalaman ketidaknyamanan
fisik atau rasa sakit (Fox & Yamaguchi, 1997; Rubin, 1984).
Jika seorang wanita hamil memandang perubahan tubuhnya sebagai hal
yang bermanfaat dengan membawa anak yang diinginkan ke dunia, dia cenderung
memiliki citra tubuh yang positif. Sebaliknya, jika dia melihat tubuhnya besar,
canggung, dan dalam cara aktivitas normalnya, citra tubuhnya akan negatif.
Meskipun kehamilan sering dipandang sebagai yang paling feminin dan meskipun
wanita hamil mungkin senang bahwa tubuhnya secara fungsional mampu
mengandung anak, citra tubuhnya mungkin tidak mencerminkan ini atlitudes
positif. Sayangnya, citra tubuh banyak wanita hamil tidak baik dan menjadi
semakin buruk seiring dengan kemajuan kehamilan.
Wanita hamil sering menggambarkan diri mereka sendiri dengan Istilah
ini seperti balon udara, paus, semangka, lumbung, atau gajah. Citra diri yang
negatif ini kemungkinan besar merupakan respons budaya di negara di mana
kelangsingan diidealkan. Menurut standar ideal media, perempuan yang hamil
kelebihan berat badan dan memiliki lekukan di banyak tempat yang salah, dan
biasanya tidak bisa masuk dalam mode terbaru. Ibu yang hamil kemungkinan
akan bereaksi lebih kuat terhadap pandangannya terhadap tubuhnya daripada
wanita yang tidak hamil karena pengaruh kehamilan pada keseimbangan
emosionalnya.
c. Fantacy life
Colman dan colman's (1991) pandangan kehamilan sebagai keadaan
berubah kesadaran mendukung aspek emosional lain kehamilan; mimpi atau
fantasi. clinicacians dan peneliti telah menyadari untuk beberapa waktu bahwa
perempuan mungkin mengalami fantasi mengganggu selama kehamilan. Rubin
(1984) menggambarkan perubahan dalam pola fantasi yang terjadi di seluruh tiga
trimester kehamilan dan sering menyebabkan kecemasan. Sherwin (1981)
dikategorikan mimpi yang dialami oleh wanita hamil dan menemukan mereka
untuk dikaitkan baik dengan emosi positif seperti kesenangan, kegembiraan, dan
perdamaian, atau dengan keadaan negatif rasa bersalah, ketakutan, dan panik.
daerah yang paling umum dari mimpi dan fantasi adalah tentang memiliki bayi
yang abnormal, diserang, tertutup atau tenggelam, melupakan atau kehilangan
sesuatu, yang tidak siap, pertemuan seksual, dan memulihkan atau menyelesaikan
krisis lama. Colman dan Colman (1991) menunjukkan bahwa banyak mimpi yang
terjadi kehamilan durng memiliki tema yang sangat positif, seperti antisipasi,
sukacita pada kepenuhan kehidupan, cinta seorang pria, kesatuan dengan dunia
yang hidup dengan hal tumbuh, atau bermain dengan anak dewasa.
d. Father emotions
Kehamilan juga merupakan pengalaman emosional bagi para ayah, dan
mereka memiliki kekhawatiran khusus. Ambivalens adalah para pria yang
berusaha menyeimbangkan kegembiraan yang akan datang dari peran sebagai
ayah dengan kekhawatiran mengenai penyesuaian keuangan dan meningkatnya
tanggung jawab. Masalah seksual dapat muncul untuk pria maupun wanita selama
kehamilan. Perubahan penampilan pasangan dan respon seksual dapat
mempengaruhi reaksi seksual pria, pria mungkin bermimpi tentang perubahan
dalam tubuhnya sendiri atau dia sendiri yang hamil. Dia mungkin lebih sering
cemburu. Ayah hamil mungkin mengalami perasaan yang baru dan protektif
terhadap pasangannya saat mendekati kehamilan dan mulai antisipasi terhadap
kelahiran bayinya. Kebanyakan calon ayah tidak membayangkan bayinya sebagai
bayi baru lahir tetapi dia melihat dirinya berjalan dengan anaknya yang berumur 2
tahun atau dia melihat anaknya bermain bola dengan remaja (Colman & Colman,
1991)
Penelitian terdahulu tentang peran ayah pada bulan Mei (1982)
menunjukkan bahwa ada pola perkembangan emosional selama kehamilan saat
pertama kali menjadi ayah. Pola ini terdiri dari tiga tahap. Yang pertama adalah
tahap pengumuman, saat laki-laki pertama kali mengetahui kehamilan dan mulai
menyesuaikan diri dengan itu. Tahap kedua, yang disebut moratorium, adalah
tahap ketika ayah mengesampingkan kesadaran akan kenyataan hamil . Biasanya
tahap ini sesuai dengan periode dimana laki-laki tidak bisa melihat bukti terhadap
kehamilan. Tahap ketiga, yang disebut tahap fokus, dimulai saat ayah
mengidentifikasi kehamilan sebagai hal yang nyata dan penting dalam hidupnya.
Komunikasi antara ibu hamil dan ayah selama kehamilan adalah hal penting
dalam membantu mereka menjembatani kesenjangan antara respons emosional
mereka terhadap perubahan besar yang merubah hubungan mereka.
3. The sosiocultural experience
kehamilan sama banyaknya dengan pengalaman sosial budaya dan juga
pengalaman fisik dan emosional. tanggapan dan perilaku orang tua yang hamil selama
kehamilan dan persalinan serta perkembangan peran orang tua mereka semua diatasi
oleh masyarakat tempat mereka tinggal. Jordan 1993 Membandingkan kehamilan dan
persalinan dalam empat budaya yang berbeda dan menyimpulkan bahwa peristiwa-
peristiwa ini tidak hanya mencakup aspek fisik medis tetapi juga semua faktor
ekologi sosial yang menjadikan tahun persalinan sebagai peristiwa biososial.
perilaku wanita yang merupakan responsnya terhadap manifestasi fisik dan
emosional kehamilannya sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. misalnya
melihat respons saya terhadap kehamilan baik dengan asumsi atau perilaku penyakit
tergantung pada pengaruh dari jejaring sosialnya. Jika kehamilan dianggap sebagai
pengalaman normal dan sehat yang positif, dia akan merespons dengan perilaku
sehat. Ini dapat saya lakukan dengan menjalani perawatan pranatal rutin, makan diet
yang baik, berolahraga secara teratur, dan memasukkan aktivitas istirahat dan
pengurangan stres yang tak tertahankan ke dalam hidupnya. di sisi lain, jika
kehamilan dipandang sebagai penyakit, wanita akan merespons secara berbeda.
ketidaknyamanan kecil karena kehamilan lebih cenderung dipandang sebagai
penyimpangan utama yang tidak menentu. sering menelpon ke kantor dokter
kecantikannya, ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam rutinitas kehidupan biasa
mungkin menjadi bagian dari perilaku penyakit. sejumlah variabel individu dan
budaya dapat memengaruhi adopsi perilaku kesehatan atau kesehatan selama
kehamilan, status sosial ekonomi, usia, orientasi seksual, persiapan pendidikan untuk
kehamilan, pengaruh keluarga dan teman, hubungannya dengan dokter atau bidan,
dan Semua profesional dalam sistem asuhan maternitasnya akan membentuk cara dia
merespons kehamilannya.
Perubahan lain yang dipengaruhi oleh pengaruh sosial budaya selama
kehamilan adalah pengembangan peran ibu. itu dapat dilihat dari perspektif
psikologis sebagai komponen identitas untuk kawin selama kehamilan dan juga
sebagai proses sosial. di awal usia subur, seorang wanita mulai mengembangkan rasa
menjadi berbeda dan unik. jika perasaan ini menghasilkan perasaan teralienasi secara
bertahap dari minat, hubungan, dan aktivitasnya yang biasa, ia mungkin mulai
menarik diri. bidan melalui kehamilannya, ia mulai mengembangkan minat dan
hubungan baru yang hanya relevan untuk kehamilan dan melahirkan anak. wanita
hamil sering tertarik pada perusahaan wanita lain dan dapat mengembangkan
kekhawatiran dengan masa lalu dan hubungannya dengan ibunya sendiri (colman &
colman, 1991; rubin, 1970).
ada kontradiksi dalam studi awal tentang apakah kehamilan dan transisi ke
orangtua merupakan situasi krisis bagi keluarga (dyer, 1963; hobbs, 1965; Lee Master
Asters, 1956; russel, 1974). tentu saja, perubahan yang dipicu oleh perubahan dalam
struktur dan peran keluarga selama kehamilan dan menjadi orang tua dini adalah
peristiwa yang sangat menegangkan. apakah perkembangan yang normal ini menjadi
krisis tergantung pada sumber daya orang tua yang hamil dan persepsi atau
interpretasi mereka terhadap peristiwa tersebut. Mercer (1986) membahas efek yang
mungkin dimiliki oleh usia wanita terhadap responsnya terhadap kehamilan. sebuah
studi oleh stark (1997), tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam penyesuaian
psikososial untuk kehamilan berdasarkan usia ibu, yang lebih tua (lebih dari 35)
wanita hamil ditemukan menyesuaikan diri dengan kehamilan serta wanita muda.
karakteristik jaringan sosial orang tua dan dukungan sosial yang mereka terima
memengaruhi hasil penyesuaian. komposisi ukuran dan kohesi jaringan sosial adalah
faktor penting, dari tiga jenis dukungan sosial (emosional, kognitif, dan sosialisasi
umum), dukungan emosional telah ditemukan sebagai prediktor kepuasan terbaik
dengan peran pengasuhan dan perawatan bayi untuk kedua ibu dan ayah (crawford,
1985; Cronenwell, 1985). Bab 25 berisi diskusi komprehensif dukungan sosial selama
persalinan.
4. Kebutuhan Kognitif
Pendidikan tentang melahirkan tentu saja memenuhi kebutuhan kognitif calon
orang tua dalam berbagai cara. Selain informasi kehadiran guru di kelas dan
informasi tentang pasangan berbagi satu sama lain dalam diskusi, sumber-sumber
pengetahuan termasuk handout, buku, alat bantu visual, slide, film, mengunjungi
rumah sakit. Semua pembelajaran ini tidak dapat berlangsung tanpa kelas yang
terstruktur atau yang akan diberikan langsung oleh guru. Karena calon orang tua yaitu
seorang pemula dewasa, mereka dapat dirangsang dan didorong untuk memenuhi
kebutuhan kognitif mereka dengan mengasumsikan beberapa tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka di luar kelas.
Kehamilan, dengan emosi yang tinggi, sering membawa kita berhubungan
dengan perasaan yang tidak pas atau citra diri, berbagai diterima kami perasaan.
Sikap batin penerimaan dapat membantu perasaan seperti itu berlalu dengan cepat
atau bantuan bagian dari diri kita sendiri untuk tumbuh dan mengubah.
-Rahima Baldwin dan Terra Palmarre-
...... Pertanyaan “Siapakah saya?” Dan “Akan menjadi apakah saya?”
Adalah hal yang terpenting dalam kehamilan, seperti pada masa remaja ketika
keputusan penting tentang masa depan mengundang konfrontasi. Dalam lanjutan dan
berulang kali mencoba untuk memahami hal yang tidak diketahui, ibu hamil yang
bertanya pada dirinya sendiri “Saya seharusnya menjadi Ibu seperti apa, bisakah
saya, akankah saya menjadi seperti demikian?”
-Regina Ledebman-
....... kehamilan pertama mungkin sebuah waktu yang sunyi .... Sebagian
besarkebutuhan kekhawatiran kesendirian itu sendiri dengan soal melihat ke depan-
melamun,berfantasi tentang bayi, melihat diri mereka dalam peran baru ibu. Wanita
sedang dalam proses banyak menyerahkan yang telah bermakna di masa lalu dan
pada saat yang sama mereorganisasi sumber psikologis mereka untuk melihat ke
masa depan.
-Pauline Shereshefsky, harold plotsky dan Robert Lockman-
Selain perannya sebagai fasilitator dalam memberikan calon orang tua dengan
informasi yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan kognitif mereka selama
kehamilan, pendidik juga berfungsi sebagai calon orang tua menganjurkan sebagai
pasangan berinteraksi dengan sistem perawatan kesehatan. Dalam peran ini, penting
bagi pendidik untuk membantu klien mereka menjadi konsumen yang bertanggung
jawab dan tegas dalam membuat sebuah pilihan. Mereka harus meyakinkan calon
orang tua untuk berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka dengan
cara yang positif dan tegas, baik pasif maupun agresif. Dengan menggunakan
kuesioner penilaian diri sendiri, diskusi tentang sifat hubungan antara penyedia dan
konsumen, dan situasi bermain peran, pendidik dapat membantu calon orang tua
untuk mengidentifikasi komponen-komponen komunikasi dan cara-cara yang positif
untuk melaksanakannya. Aspek perkembangan kognitif adalah salah satu yang
penting, karena banyak orang merasa terintimidasi oleh penyedia layanan kesehatan.
Akibatnya, kebutuhan dan keinginan mereka tidak dikomunikasikan. Ketidakpuasan
atau kemarahan dalam perawatan yang diterima sering menjadi hasilnya. Untuk
mencegah pengalaman negatif ini, pendidik dapat membantu calon orang tua
mengidentifikasi hak dan tanggung jawab mereka sebagai konsumen dan belajar dan
praktek, dalam keamanan pengaturan kelas, komunikasi asertif positif.
Komponen lain dari mengajarkan perilaku asertif adalah untuk
menginformasikan orang tua dari pilihannya dan kehendak mereka mengenai
pengalaman melahirkan. Pemikiran untuk memilihan perawatan kesehatan mungkin
konsep yang sama sekali baru dan agak asing bagi banyak calon orangtua. Sejumlah
orang mungkin percaya bahwa itu jauh lebih mudah untuk mempercayakan semua
kepada dokter atau penyedia perawatan kesehatan lainnya. Meskipun sikap ini,
penting untuk pendidik melahirkan setidaknya untuk memperkenalkan konsep pilihan
yang bertanggung jawab dan untuk merangsang orang tua berpikir. Orangtua perlu
tahu bahwa ada kontroversi tentang apakah pilihan benar-benar ada pada perawatan
ibu-bayi yang baru lahir, bahwa tidak ada satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan
dari kelahiran yang aman, dan bahwa ada perbedaan luas dalam jenis layanan yang
tersedia hari ini di perawatan bersalin.
Sebuah strategi pengajaran yang dapat membantu orang tua berpikir tentang
pilihan dan bahwa setidaknya memberikan dasar untuk komunikasi dengan dokter
atau bidan mereka adalah pengembangan rencana kelahiran. Rencana kelahiran
adalah daftar pilihan yang orang tua mengidentifikasi bahwa mereka akan lebih
memilih untuk pengalaman melahirkan mereka, seperti ambulasi dan posisi selama
persalinan, penggunaan musik di kamar bersalin, berjongkok saat kala kedua
mengejan, yang akan terjadi saat kelahiran, dan sebagainya. Hal ini juga dapat
mencakup pilihan tentang kelahiran caesar dan rencana aksi harus timbul komplikasi
bagi ibu atau bayi yang baru lahir. Rencana kelahiran dikembangkan berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan tentang pilihan yang tersedia di masyarakat. calon
orang tua harus mendiskusikan rencana kelahiran mereka dengan pengasuh beberapa
kali selama kehamilan, dan harus berfungsi sebagai referensi bagi mereka
memberikan perawatan untuk calon orang tua selama persalinan dan kelahiran.
Sebuah rencana kelahiran perlu berdasarkan kepercayaan antara penyedia dan
konsumen, dan bahkan dapat berfungsi untuk membantu mengembangkan
kepercayaan itu. Penyedia perawatan kesehatan juga bisa mendapatkan keuntungan
dari rencana kelahiran. Komunikasi terbuka mengarah ke klarifikasi kesalahpahaman,
dan calon orang tua dan penyedia layanan kesehatan dapat bernegosiasi dan
menyelesaikan setiap perbedaan. Pendekatan ini dapat meningkatkan kepuasan calon
orangtua dan berpotensi dapat meningkatkan kepuasan penyedia perawatan kesehatan
dengan peran profesionalnya.
2) Emesis Gravidarum
a) Pengertian Emesis Gravidarum
Mual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari gejala-gejala ini kurang lebih 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro,2009:275).
Emesis Gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan
muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena
terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic
gonadothropine plasenta. Hormon inilah yang menyebabkan emesis gravidarum (Utami,
2008).
Mual merupakan suatu rasa yang tidak menyenangkan yang biasanya menyebar ke
bagian belakang tenggorokan, epigastrium atau keduanya dan memuncak pada muntah.
Rasa mual sering disertai dengan gejala vasomotor perangsangan otonom seperti saliva
yang meningkat, berkeringat, pingsan, vertigo, takikardia Muntah diartikan sebagai
pengeluaran secara paksa isi lambung dan usus melalui mulut. Sebelum muntah terjadi
takipnea, salivasi yang banyak, dilatasi pupil, berkeringat, pucat dan denyut jantung yang
cepat sebagai tanda perangsangan otonom yang menyebar luas.
b) Insiden Emesis
Menurut Baverly O” Brien sekitar 70-90% dari semua wanita hamil mengalami
mual-mual. Sementara 50% mengalami muntah-muntah paling tidak sekali dan beberapa
penelitian menemukan bahwa wanita yang lebih tua cenderung akan mengalami mual
muntah (Wesson,20070. Mual muntah kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual terjadi pada 66%-
89% kehamilan dari 38%-57% kehamilan. Mual muntah terkait dengan kehamilan sering
terjadi pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu
dan menghilang pada 50% kasus pada usia kehamilan 12-14 minggu. Hal ini berlanjut
selama 20-22 minggu.
c) Patofisiologi Emesis
Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di sumsum sambung
(medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu akibat
rangsangan langsung melalui CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone). CTZ adalah suatu
daerah dengan banyak reseptor yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah di
sumsum-sumbang, tetapi diluar rintangan (barrier) darah otak. Dengan bantuan
neurotransmitter dopamine (DA), CTZ dapat menerima isyarat-isyarat sirkulasi.
Rangsangan mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing didalam (Tjay,210:280) sirkulasi.
Rangsangan tersebut lalu diteruskan kepusat muntah. Menurut perkiraan, CTZ juga
berhubungan langsung dengan darah dan cairan otak. (Tjay,2010:280). Pusat muntah
dipengaruhi oleh: Zona pemicu kemoreseptor (CTZ(Chemoreceptor Tringger Zone) yang
mendeteksi:
a. Zat-zat kimia yang beredar didalam darah seperti estrogen,alcohol,nikotin,opioid,zat
besi,obat-obat anastesi,hormone tiroid
b. Gangguan keseimbangan elektrolit (kadar natrium yang rendah)
c. Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan kedalam sirkulasi darah pada saat terjadi
cedera (Jordan,2004;122)
Muntah diawali dengan stimulasi pusat muntah di medulla, yang mengendalikan
otot polos dalam dinding lambung dan otot skeletal di abdomen serta system pernafasan
dan zona pemicu kemoreseptor di dasar ventrikel keempat di dekat nervus vagus. Karena
zona pemicu kemoreseptor berada diluar sawar darah otak, zona pemicu kemoreseptor
merespon terhadap stimulus kimia dari obat-obatan dan toksin yang dihasilkan dalam
kondisi patologis tertentu. Zona pemicu kemoreseptor juga bertanggung jawab atas
terjadinya mual atau muntah akibat pergerakan. Stimulus dalam zona pemicu
kemoreseptor dihantarkan ke pusat muntah yang menyebabkan otot dalam saluran
gastrointestinal dan pernapasan memulai terjadinya muntah (Tiran,2009).
d) Penyebab Emesis Gravidarum
Penyebab emesis gravidarum secara pasti belum diketahui ada beberapa pendapat tentang
penyebab emesis gravidarum yaitu :
a) Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda. Terjadinya
kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan
hormone estrogen, progesterone, dan pengeluaran HCG plasenta. Hormone-hormon
inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba,2009:42).
b) Bahwa alasan mual tidak diketahui, tetapi dikaitkn dengan peningkatan kadar HCG,
hipoglikemi, peningkatan kebutuhan metabolic serta efek progesterone pada sistem
pencernaan (Mrdfort, 2012:79)
c) Mual dan muntah selama kehamilan disebabkan oleh perubahan pada sistem endokrin
yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar
HCG (human chorionic gonadotrophin), khusunya pada periode mual atau muntah
gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama. Karena pada saat
ini HCG mencapai kadar teringgi, sama dengan LH (luteinizing hormone) dan doi
sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol ovarium di hipofisis
dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesterone, suatu
fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG daopat didteksi
dalam darah wanita dari sekitar 3 minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi),
suatu fakta yang dijadikan sebagai besar uji kehamilan (Tiran,2009:5).
Lacasse et al, 2009, mengatakan bahwa etiologi mual dan muntah selama
kehamilan sering kali sulit dimengerti tetapi mual dan muntah selama kehamilan ini
dapat dipertimbangkan sebagai akibat dari masalah multifaktor. Beberapa teori yang
diusulkan terkait dengan mual dan muntah ini adalah hormonal, sistem vestibular,
sistem gastrointestinal, psikologi, hyperolfaction, genetik dan faktor lainya. Namun
Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan sebuah gejala fisiologis karena
terjadinya berbagai perubahan di dalam tubuh wanita yang hamil. Mual dan muntah
semasa kehamilan ini bisa disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin, efek
aparatus vestibular, adaptasi saluran gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori.
e) Faktor yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum
(a) Hormonal
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
fluktasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khususnya karena periode
mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama,
yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG sama dengan LH
(luteinzing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati
kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan
korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu
gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar bagi
sebagian besar tes kehamilan (Tiran, 2009).
(b) Faktor Psikososial
Diagnosis kehamilan sering diperkuat oleh hasil dari kecurigaan yang dipicu oleh
keadaan mual dan muntah, tanpa adanya etiologi lain. Mengetahui akan menjadi
orang tua menyebabkan koflik emosi, termasuk kegembiraan dan penantian,
kecemasan tentang kesehatan ibu dan bayi serta khawatir tentang pekerjaan,
keuangan, atau hubungan dengan suami. Sering kali ada perasaan ambivalen terhadap
kehamilan dan bayi, dan pada beberapa wanita hal ini mungkin membuat mereka
sedih karena sebentar lagi mereka akan kehilangan kebebasan mereka. Mungkin ada
gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai ketakutan nyata akan meningkatnya
tanggung jawab.Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk
mengalami mual dan muantah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang
sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala “normal”. Kehamilan
yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban
pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan
konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama
kecemasan akan datangnya hyperemesis gravidarum atau preeklamsia. Wanita yang
mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan
distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik. Syok dan adaptasi yang
dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu
berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah
menjadi lebih berat (Tiran, 2009).
Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat menjadi tidak normal
apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi,
cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang
berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada
kehamilannya.
g) Tanda Bahaya Emesis Gravidarum
Pada dasarnya keluhan atau gejalayang timbul adalah fisiologis. Akan tetapi hal ini
akan semakin menjadi parah jika tubuh tidak dapat beradaptasi. Oleh karena itu, agar
keluhan tersebut tidak berlanjut, perlu diketahui gejala patologis yang timbul
(Achidiat,2008:73).
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai antara lain penurunan berat badan,
kekurangan gizi atau perubahan status gizi, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan
ketosis. Selain itu mual muntah berlebihan dan terus menerus saat hamil hingga dapat
mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan elektrolit tubuh serta kehilangan lebih dari
5% berat badan sebelum hamil dapat didefinisikan sebagai hyperemesis gravidarum. Hal
tersebut dapat berakibat buruk pada janin seperti abortus, IUFD, partus prematurus,
BBLR, IUGR, sindaktili dan polidaktili.
h) Komplikasi
Pada wanita yang mengalami mual dan muntah merasa aktivitasnya terganggu
karena kondisi ini. Setengah dari wanita yang bekerja merasa pekerjaannya terganggu
karena kondisi ini dan 25% wanita membutuhkan waktu untuk tidak bekerja (Golberg,
2006).
Satu dari dua puluh wanita mengalami penurunan berat badan, dehidrasi dan
gangguan elektrolit. Mual muntah yang beerlebihan dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik dan defisiensi gizi yang dikenal
sebagai hiperemesis gravidarum (Coad & Dunstall, 2001).
Hiperemesis gravidarum merupakan muntah persisten dan parah. Tanpa pengobatan
hiperemesis akan menyebabkan banyak komplikasi, diantaranya kegagalan hati dan
kegagalan ginjal.
i) Penatalaksanaan
Cara mengatasi mual muntah pada kehamilan antara lain yaitu:
(a) Farmakologis
Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat
hamil belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja
mengubah protein dari makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan
dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin juga mengubah karbohidrat menjadi
energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi mual dan muntah jika
transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin pada wanita
hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk morning
sickness adalah 25mg (Pressman, 2007).
Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan
dengan piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness
pada wanita hamil. Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah
golongan H-1 bloker seperti difenhidramin, loratadin, dan sebagainya (Niebyl,
2010).
Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan
antihistamin. Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin,
penggunaannya terkait dengan dyskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya
jarang. Resiko penggunaannya tergantung lama pemberian obat dan dosis
kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu tidak disarankan dan tidak aman
untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning
sickness tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson
(Einarson, 2004), penggunaan ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari
3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9 minggu kehamilan) tidak terbukti
menyebabkan malformasi janin.
Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis
gravidarum, namun penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat
beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro, 2008).
(b) Non Farmakologis
Makan sering dalam porsi kecil, misalnya setiap dua jam sekali (bahkan malam
hari).
Menghindari makanan berbau tajam, terlalu asin atau makanan berbumbu.
Beberapa ibu hamil bahkan tidak bisa mengkonsumsi daging, telur atau susu.
Mencoba ngemil crackers setelah bangun pagi
Makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi (madu, pisang, kentang,
nasi, sereal dan tahu)
Minum jus manis atau flat soda di pagi hari
Tidak merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, batasi asupan kopi
selama tribulan pertama.
Mendapat dukungan dari pasangan dan menggurangi stress
(c) Komplementer
Menggunakan akupuntur/akupressure untuk meringankan derita mual
Minum peppermint tea
Jika masih mual, mencoba mengulum permen mint, spearment.
Aromaterapi jahe, spearment, pappermint, lemon.
Mimun ginger tea (rebus jahe di air, saring dan campurkan dengan madu atau
dapat juga dengan menggunakan aromaterapi jahe, lemon dan pappermint) (Hanya
Wanita,2006).
3) Jahe (Zingiber officianale Roxb)
a. Susunan Kimiawi Jahe
Secara rata-rata, jahe kering mengandung kelembaban (6,9%), protein(8,6%),
lemak(6.4%),serat(6.9%),karbonhidrat(6.6%),abu(5,7%),kalsium(0,1%),fosfor(0,15%)
,zat besi (0,01),natrium(0,03%),kalium(1,4%),vitaminA(175iu),vitamin B(0,05mg),
vitamin B2(0.13mg), niacin(1,9mg), vitamin C(12mg), nilai28 kalori sekitar 380
kalori. Jahe mengandung 1-2% minyak asiri dan 5-8% bahan resin, pati, dan getah.
b. Kegunaan Jahe
Di samping kegunaan jahe untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan,
manfaat jahe secara luas antara lain dapat digunakan untuk mengatasi migren, motion
sickness, mual post-kemoterapi, mual dan muntah post-operasi, osteo arthritis,
rheumatoid arthritis, gangguan traktus urinarius post-stroke, menurunkan berat badan,
mempersingkat masa persalinan, dan sebagai anti pembekuan darah.
FISIK EMOSIONAL
Dirangsang CTZ
Komplementer Non farmakologis Farmakologis Labilitas ↑
Zona Kemoreseptor di
Medulla
Efek anti emetic pada Sistem Kadar Natrium Rendah Memberi Dukungan
Gastrointestinal dan Saraf
Karbohidrat : 25 gram
Trimester2 1 mangkuk bubur kacang hijau
Energi : 300 gram - Kacang hijau 5 sendok makan (50 gram)
Protein : 20 gram - Santan ½ gelas (50 gram)
Lemak : 10 gram - Gula merah 1 sendok makan (13 gram)
D. Managemen Kebidanan
1. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program pelayanan
kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan maternal dan neonatal dengan
kegiatan pamantauan rutin selama kehamilan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan ibunya (Manuaba, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
b. Tujuan
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, meminimalkan trauma yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi,
serta mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif berjalan
normal (Prawirohardjo, 2010; Saifuddin, 2009).
Terdapat pendapat lain menurut Manuaba (2010), tujuan asuhan antenatal
sebagai berikut:
1) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala
nifas.
2) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
c. Kunjungan selama masa kehamilan
Menurut kebijakan Depkes RI, (2010) kunjungan selama periode
Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)
d. Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan ANC terdiri dari 10 T menurut Depkes RI (2010)
adalah meliputi :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat kontak pertama dengan klien.
Normalnya tinggi badan 145, bila kurang dari itu bisa dicurigai beresiko
kesempitan panggul. Jika pemeriksaan berat badan dilakukan setiap
kunjungan, bertambahnya berat badan normal selama kehamilan sekitar 11,5-
16 kg , sedangkan menurut Manuaba (2012) kenaikan berat badan selama
hamil sekitar 12-16 kg, setiap minggu akan mengalami kenaikan 0,5 kg. Berat
badan trimester ke-III tidak boleh tambah lebih dari 1 kg dalam seminggu atau
3 kg dalam sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut
disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut praeoedema.
2) Ukur LiLA
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). LiLA dianggap KEK bila kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan Lila < 23,5 cm menunjukkan besar
kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan, tekanan
darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi
tekanan darah 140/90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi
potensi hipertensi (kenaikan sistole > 30 mmHg dan diastole > 15 mmHg dari
tekanan darah normal). Tekanan darah normal yaitu 90-60 mmHg - 120/80
mmHg.
4) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan setiap kunjungan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Pada usia
kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan penambahan per
3 jari, apabila kahmilan diatas 24 minggu pengukuran menggunakan standar
pengukuran Mc.Donald yaitu dengan menggunakan metlin diukur dari tepi
atas sympisis sampai fundus uteri.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan mulai akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ normal yaitu 120-160 x/menit dengan irama
teratur. Gawat janin ditunjukkan apabila DJJ lambat <120 kali/menit atau
>160 kali/menit.
6) Tentukan presentasi janin
Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengetahui letak janin.
7) Berikan imunisasi TT
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap tetanus. Pelaksanaan imunisasi TT yang sekarang sebelum
pemberian imunisasi dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening)
terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal. Imunisasi TT tidak
perlu diberikan pada ibu hamil apabila status T sudah mencapat T5, yang
harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan atau
rekam medis. (Permenkes No.12 Th 2017)