Anda di halaman 1dari 13

PENUGASAN I

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN BERBASIS DIVERSITAS

DAN UNIVERSALITAS BUDAYA LEININGER DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Kelompok 8 Kelas 3B :

1. Sukma Dara Kusuma (17.1393.S)


2. Ulya Qonita (17.1396.S)
3. Warih Mahardini (17.1402.S)
4. Yekti Kurniastuti (17.1406.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
FEBRUARI, 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana
ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.
Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya
dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh teori
model Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu
menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan
asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu memperhitungkan tradisi
kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana perawatan.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock maupun culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar
(perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok
budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan
tenaga kesehatan (perawat) baik secara diam-diam maupun terang-terangan
memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang
dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena
mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya kelompok lain.
Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai
penerapan teori model Madeleine Leininger dalam praktek asuhan keperawatan
keluarga. Hal ini ditujukan supaya lebih memahami teori model menurut
Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan, agar perawat mampu
melakukan pelayanan kesehatan peka budaya kepada klien menjadi lebih baik.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan terkait konsep dan aplikasi teori keperawatan berbasis
diversitas dan universalitas budaya Leininger dalam asuhan keperawatan
keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memaparkan biografi dari pencetus teori diversitas dan universalitas
budaya, yaitu Madeleine Leininger.
b. Untuk menjelaskan terkait konsep dan prinsip dari teori diversitas dan
universalitas budaya Leininger.
c. Untuk menyebutkan dan menjelaskan paradigma keperawatan transkultural.
d. Untuk menjelaskan tentang penerapan teori keperawatan transkultural pada
asuhan keperawatan keluarga.

3
BAB II

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN KELUARGA

MENURUT LEININGER

A. Biografi Madeleine Leininger


Madeleine M. Leininger lahir di Suton, Nebraska. Dia menempuh pendidikan
Diploma pada tahun 1948 di St.Anthony Hospital School of Nursing, di daerah
Denver. Dia juga mengabdi di organisasi Cadet Nurse Corps, sambil mengejar
pendidikan dasar keperawatannya. Pada tahun 1950 dia meralih gelar Sarjana
dalam bidang Ilmu Biologi dari Benedictine College di Kansas. Setelah
menyelesaikan studi keperawatannya di Creighton University, Ohama, dia
menempuh pendidikan magister dalam bidang keperawatan jiwa di Chatolic
University, Washington DC, Amerika. Dia merupakan perawat pertama yang
mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang diraih di University of
Washington. Dan pada tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska.
Pada pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja untuk membimbing
anak-anak rumahan di Cincinnati, dia menemukan bahwa salah seorang dari
stafnya tidak mengerti tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-
anak. Dia menyimpulkan, bahwa diagnosis keperawatan dan tindakannya belum
membantu anak secara memadai. Pengalaman tersebut, mendorong Leininger
untuk menempuh pendidikan doktoral dalam bidang antropologi. Awalnya dia
menulis pada akhir tahun 1970. Tulisannya ini berfokus membahas caring dan
transcultural nursing. Dia melanjutkan untuk menulis mengenai permasalahan
tersebut. Namun sebelumnya dia telah mempublikasikan teori mengenai caring
dalam keanekaragaman budaya dan universalitas.
Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia
sempat menjadi dekan keperawatan di Universities of Washington dan Utah. Dia
juga merupakan direktur dari organisasi Center for Health Research di Wayne
States University, Michigan. Sampai akhirnya dia pensiun sebagai professor
emeritus. Dia juga belajar di New Guinea sampai program doktoral, dia telah
mempelajari 14 macam budaya di daerah pedalaman. Dia merupakan pendiri dan

4
pimpinan (pakar) dari bidang transcultural nursing dan dia telah menjadi
konsultan di bidang tersebut dan teorinya tentang culture care around the globe.
Dia telah mempublikasikan jurnal yang berjudul The Journal of Transcultural
Nursing in 1989 yang telah direvisi selama 6 tahun. Dia berhasil mendapatkan
honor yang tinggi dan meraih penghargaan nasional dan menjadi penceramah di
lebih dari 10 negara.

B. Teori Diversitas dan Universalitas Leininger


Keperawatan Transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan
yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya
yang berbeda di dunia yang mengharggai perilaku caring, layanan keperawatan,
nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang
bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna
memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal.
Berikut merupakan konsep utama dari teori transkultural.
1. Culture Care
Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan
diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan
kesejahteraan dan kesehatan serta meningkatkan kondisi dan cara hidup klien.
2. World View
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya
sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.
3. Culture and Social Culture Dimension
Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub-budaya) yang mencakup
religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan
nilai budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi
perilaku dalam konteks lingkungan yang berbeda.
4. Generic Care System
Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung,
memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup
untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya.

5
5. Professional System
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang
memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal
serta melakukan pelayanan kesehatan secara profesional.
6. Culture Care Preservation
Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan profesional untuk
mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu
atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.
7. Culture Care Accommodation
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya
tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan
keputusan terhadap masalah kesehatan.
8. Culture Care Repatterning
Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan
keputusan profesional yang dapat membawa perubahan terhadap cara hidup
seseorang.
9. Culture Congruent/Nursing Care
Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya atau keyakinan dan
cara hidup individu atau golongan atau institusi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang bermanfaat.

C. Paradigma Transkultural Nursing


1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga, atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat di manapun dia berada.

6
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif.
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan, dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan, yaitu fisik, sosial, dan
simbolik.
a. Lingkungan fisik : lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh
manusia. Misal pegunungan, iklim, daerah pemukiman.
b. Lingkungan sosial : keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas.
c. Lingkungan simbolik : keseluruhan bentuk atau simbol yang membuat
keluarga atau kelompok merasa bersatu. Misal musik, seni, riwayat hidup,
bahasa atau atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien.

7
D. Penerapan Teori Transkultural Nursing Leininger dalam Asuhan
Keperawatan Keluarga
Peran perawatan pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem
perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus
mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan
diberikan kepada individu dan/atau keluarga.
Dalam konteks asuhan keperawatan keluarga, klien dan keluarganya
mempunyai budaya dan keyakinan tersendiri yang diyakini dan tumbuh di sekitar
mereka. Begitu pula dengan perawat itu sendiri. Perawat juga memiliki sisi
pandang kebudayaan dan keyakinan yang berbeda dengan klien yang diasuhnya.
Maka dengan bertemunya kedua kebudayaan dan keyakinan ini akan
menimbulkan akulturasi atau perpaduan dari dua kebudayaan yang berbeda.
Dalam hal ini perawat harus bersikap universal terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan kepada klien, agar dapat tercipta hubungan terapeutik dan
menghasilkan kepuasan serta kesembuhan klien dengan tetap memperhatikan tiga
prinsip asuhan keperawatan berikut.
1. Culture Care Preservation/Maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2. Culture Care Accommodation/Negotiation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan
cara-cara beradaptasi, atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi
kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
3. Culture Care Repatterning/Restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola
hidup klien ke arah lebih baik.

8
Gambar tersebut merupakan skema dari proses keperawatan transkultural yang
disebut juga sebagai sunrise model. Disebut demikian karena melambangkan
esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum
memberikan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas,
lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai
padangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang
bersyarat dalam lingkungan yang sempit. Model konseptual asuhan keperawatan
transkultural dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji persepsi sehat-sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif, dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.

9
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosophical Factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (Kinship and Social Factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Value and Life Ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait.
Hal yang perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang pantang dikonsumsi dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku (Political and Legal Factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya.
Yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor Ekonomi (Economical Factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh,

10
Faktor yang harus dikaji oleh perawat diantaranya adalah pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor, atau patungan
antar anggota keluarga.
7. Faktor Pendidikan (Educational Factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien
maka keyakinan klien didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif dan mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain struktur sosial seperti teknologi,
kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan
fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor
sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok
masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.

Dalam model sunrise-nya Leininger menampilkan visualisasi hubungan


antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang
dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari
idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang
mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar
efektif jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa
perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

B. Saran
Dalam pemberian perawatan, perawat diharuskan memahami konsep teori
Transcultural Nursing untuk menghindari terjadinya cultural shock atau culture
imposition saat pemberian asuhan keperawatan. Teori Transcultural Nursing juga
bisa diaplikasikan saat pemberian pelayanan. Hal ini memungkinkan pasien
merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2009. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.


Christensen, Paula J. dan Kenney Janet W. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi
Model Konseptual Edisi 4. Jakarta : EGC.

George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Theory and Reasoning in


Nursing. Virginia: Wolters Kluwer

Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transcultural Nursing Education Strategies. United


States : Spinger Publishing Company.

13

Anda mungkin juga menyukai