Anda di halaman 1dari 19

Asal Cabang : Malang

Kode Makalah : D

Latihan Khusus Kohati (LKK) Tingkat Nasional


Himpunana Mahasiswa Islam Cabang Majalengka
Tahun 2020

“PERAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN MENUJU


INDONESIA EMAS 2045”

Oleh :
Dwi Novia Aryati Putri (201710260311053)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG MALANG


KOMISARIAT PETERNAKAN-PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., yang senantiasa telah memberikan rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita masih diberikan
kesehatan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan pada Nabi besar Muhammad
SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang
penuh kegelapan menuju kehidupan yang terang benderang serta penuh nikmat
kedamaian dan kebahagian.
Suatu anugrah dan rahmat yang telah Tuhan berikan kepada penulis yang
selanjutnya mensyukuri segala apa yang telah dikerjakan karena dengan kehendak-
Nya, taufik dan rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
persyaratan mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK) yang dilaksanakan oleh
Himpunan Mahasiswa Cabang Majalengka. Adapun tema makalah ini sebagaimana
yang telah ditentukan “Peran Perempuan dalam Pembangunan Menuju
Indonesia Emas 2045”.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh rekan
seperjuangan yang terhimpun dalam keluarga HMI Peternakan-Perikanan yang
selalu menginspirasi serta setia menemani. Ucapan yang sama juga penulis
sampaikan kepada kakanda Jan Tuheteru yang telah mengorbankan waktu maupun
financial, sehingga makalah ini dapat tersusun. Semoga dengan adanya tulisan ini
dapat memberikan sinar pengetahuan pada arah gerak perkaderan KOHATI di
Himpunan Mahasiswa Islam, sehingga apa yang menjadi tujuan KOHATI, yakni
“Terbinanya Mslimah yang Berkualitas Insan Cita” dapat direalisasikan. Semoga
kita selalu diberikan kemudahan dalam menjalankan tugas keumatan.

YAKUSA
Malang, 30 Januari 2019
(Dwi Novia Aryati Putri)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 2
1.4. Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Hakikat Penciptaan Perempuan ........................................................................ 3
2.2. Konsep Pembangunan di Indonesia ................................................................. 5
2.3. Quo Vadis Gerakan Keperempuanan ............................................................... 8
2.4. Peran Perempuan dalam Pembangunan Indonesia ........................................... 9
2.5. Gerakan Intelektual KOHATI di Dalam Pembangunan Indonesia ................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbicara mengenai perempuan, tidak akan terlepas dari berbagai dinamika
para perempuan Indonesia dalam mewarnai berbagai lini berkehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam sejarah bangsa, perempuan di masa lampau cenderung
terbatas untuk berkontribusi dan berperan penting dalam membangun setiap aspek
yang ada. Contohnya, dalam wilayah pemerintahan, perekonomian maupun
wilayah pendidikan. Hal ini memang diakibatkan oleh kondisi pendidikan
perempuan di masa lampau yang sangat terbatas. Mungkin hanya beberapa tokoh
yang dapat dilihat di masa lampau yang memiliki kontribusi dalam membangun
Indonesia, diantaranya R.A. Kertini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan lain-lain.
Ditilik dalam sejarah Islam, terdapat beberapa tokoh perempuan yang memiliki
peran dalam memberikan penguatan moral damn moril dalam bidang
perekonomian, yaitu Khadijah.
Menurut data Gender Inequality Index (GII) peran perempuan di dunia,
Indonesia tahun 2011 memiliki kualitas perempuan, yaitu 0,505 dan menduduki
peringkat 100, sedangkan pada tahun 2008 GII Indonesia sebesar 0,714 dan berada
pada urutan ke-108 dari 139 negara. Bila dilihat dari data yang ada, indeks kualitas
peran perempuan Indonesia mengalami peningkatan. Harapannya, indeks kualitas
ini terus mengalami peningkatan dalam sektor ekonomi, sosial, politik, budaya,
pendidikan maupun teknologi. Dan lebih jauh melihat peran perempuan dalam
membangun Indonesia menuju cita-cita bangsa Indonesia.
Proses pengetahuan melalui pustaka mungkin saja kurang cukup karena
keberagaman perespektif. Akan lebih mudah apabila ditarik kesimpulan dengan
membaca buku dan menganalisa secara teoritis saja, tetapi akan menjadi masalah
apabila prosesi ilmu pengetahuan tidak diimplementasikan secara aktual dan hanya
menjadi satu wacana tanpa membawa perubahan secara gradual dan berkelanjutan.
Maka dari itu, analisa utuh yang dilakukan tersebut harus memiliki output yang
jelas untuk keberlangsungan bangsa Indonesia. Dengan demikian, penulis
merumuskan gagasan output tersebut melalui makalah ini yang berjudul: “Peran
Perempuan dalam Pembangunan Menuju Indonesia Emas 2045”. Sekaligus

1
untuk memenuhi syarat Latihan Khusus Kohati (LKK) cabang Majalengka. Penulis
berharap besar untuk kemudian makalah ini mampu berkontribusi aktif dalam
gerakan intelektual KOHATI dan terlibat dalam garis pembangunan bangsa
Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat penciptaan perempuan ?
2. Bagaimana konsep pembangunan di Indonesia ?
3. Bagaimana quo vadis gerakan keperempuanan
4. Bagaimana peran perempuan dalam pembangunan Indonesia ?
5. Bagaimana gerakan intelektual KOHATI di dalam pembangunan Indonesia ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat penciptaan perempuan.
2. Untuk mengetahui konsep pembangunan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui quo vadis gerakan keperempuanan
4. Untuk mengetahui peran perempuan dalam pembangunan Indonesia.
5. Untuk mengetahui gerakan intelektual KOHATI di dalam pembangunan
Indonesia.
6. Untuk memenuhi syarat Latihan Khusus Kohati (LKK) HMI cabang
Majalengka.

6.1. Manfaat
1. Bagi penulis, semoga dapat mengetahui peran perempuan di dalam
pembangunan bangsa Indonesia.
2. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi bahwa mengenai peran penting
perempuan dalam pembangunan bangsa Indonesia, sehingga menjadi acuan
atau referensi bagi masyarakat dalam memahami sosok-sosok perempuan
Indonesia.

2
BABA II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Penciptaan Perempuan


Prinsip pokok dalam ajaran agama Islam adalah persamaan antara manusia.
Perbedaan yang patut digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau
merendahkan seseorang di mata Allah SWT. hanyalah nilai pengabdian dan
ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam firman-Nya disebutkan
bahwa, “Wahai manusia. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (QS Al-Hujurat: 13)1.
Konsep penciptaan perempuan merupakan hal yang sangat mendasar untuk
dibahas. Berangkat dari hal ini, maka dapat ditarik benang merah konsep kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan. Al-Quran tidak menyebutkan secara rinci tentang
asal-usul penciptaan perempuan, tetapi Al-Quran menolak berbagai persepsi yang
membedakan diantaranya. QS. An-Nisa: 12 menyebutkan: “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama
dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki dan perempuan yang banyak.”
Ada hadits shahih nabi yang menyebutkan bahwa “Saling pesan-
memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari
sahabat Abu Hurairah). Melalui hadits tersebut, banyak yang memahami bahwa
perempuan dipandang rendah derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan laki-
laki. Namun cukup banyak ulama yang menjelaskan pemaknaan dari hadits
tersebut.
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian kiasan, dalam
arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan

1
QS Al-Hujurat: 13
2
QS. An-Nisa: 1

3
dengan bijaksana. Hal tersebut dikarenakan ada sifat, karakter, dan kecenderungan
mereka yang tidak sama dengan lelaki. Hal mana bila tidak disadari akan dapat
mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu
mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha
akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Dari hadits tersebut, justru terdapat pengakuan tentang kepribadian perempuan
yang telah menjadi kodrat sejak dilahirkan.
Pemahaman tentang kesamaan antara laki-laki dan perempuan dapat
dipertegas dalam QS. Ali Imron: 195 yang menyebutkan bahwa, “Sebagian kamu
adalah bagian dari sebagian yang lain”. Maksudnya, bahwa sebagaimana laki-laki
berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya perempuan
berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tidak ada
kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. Dipertegas
pula dalam ayat “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang
yang beramal, baik lelaki maupun perempuan” (QS. Ali-Imron: 195)3.
Melalui ayat tersebut di atas, Al-Quran telah mengikis pandangan
masyarakat yang membedakan antara lelaki dan perempuan, terutama dalam bidang
kemanusiaan. Terdapat ayat-ayat dalam Al-Quran yang juga menerangkan bahwa
baik lelaki maupun perempuan dapat tergoda oleh bujuk rayu iblis, seperti yang
telah tersebut pada kisah kebersamaan antara Adam dan Hawa. Artinya, baik laki-
laki maupun perempuan, sama-sama mendapat kesempatan untuk menentukan
nasib mereka sendiri. Laki-laki bertindak sebagai pemimpin ada pada hubungannya
pada isterinya, yang berarti ia bertanggung jawab untuk melindungi dan
mengayomi pasangannya dan menghormati apa yang menjadi fitrahnya. Demikian
terlihat bahwa Al-Quran mendudukkan perempuan pada tempat yang sewajarnya
dan meluruskan pandangan yang salah terkait dengan posisi ataupun asal
kejadiannya.

3
QS. Ali-Imron: 195

4
2.2. Konsep Pembangunan di Indonesia
A. Teori Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya transformasi dari satu hal yang
biasa menjadi sesuatu yang lebih baik. Pembangunan sering diartikan hanya pada
wilayah infrastruktur. Namun, jauh lebih penting dari itu pembangunan harus
diartikan sebagai upaya perubahan cara berpikir yang substantif. Artinya,
pembangunan bukan hanya identik dengan wilayah infrastruktur, tetapi juga
mengenai pembangunan pola pikir dan pola laku adalah bagian dari pembangunan
tersebut. Hal ini menurut Tjokrowinoto (1996)4, pembangunan adalah setiap usaha
mewujudkan hidup yang lebih baik sebagaimana yang didefinisikan oleh suatu
negara. Merujuk pada konsepi kenegaraan, tujuan akhir pembangunan bangsa
Indonesia adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
sebagaimana tercantum dalam sila ke-lima Pancasila.
Dengan demikian, pembangunan sangat berkaitan dengan nilai dan acap
kali bersifat transendental, suatu gejala meta-disiplin, atau bahkan sebuah ideologi
(the ideology of developmentalisme). Oleh karenanya, para perumus kebijakan,
perencana pembangunan, serta para pakar selalu dihadapkan nilai (value choice).
Mulai pada pilihan epistimologis-ontologi sebagai kerangka filosofisnya sampai
pada derivasinya pada tingkat strategi, program, atau proyek.
B. Model-model Pembangunan
Di Indonesia, kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal.
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya; sering kali, kemajuan yang dimaksudkan terutama
adalah kemajuan material. Maka, pembangunan acap kali diartikan sebagai
kemajuan yang dicapai oleh satu masyarakat di bidang ekonomi; bahkan dalam
beberapa situasi yang sangat umum pembangunan diartikan sebagai suatu bentuk
kehidupan yang kurang diharapkan bagi “sebagian orang tersingkir” dan sebagai
ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi pemerintah yang berkuasa untuk
membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman, 1995: 1-2)5.

4
Tjokrowinoto (1996)
5
(Budiman, 1995: 1-2)

5
Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok: pertama, masalah
materi yang mau dihasilkan dan dibagi; dan kedua, masalah manusia yang menjadi
pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga,
pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia; manusia
yang dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia
harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut. Pembangunan tidak hanya
berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material; pembangunan
harus menciptakan kondisikondisi manusia bisa mengembangkan kreativitasnya
(Budiman, 1995: 13-14)6.
Dalam praktek pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal
pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak
varian pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam pembangunan adalah
pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling
sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing
dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam strategi
semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja.
Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan merupakan subyek dari
pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan produktivitas telah mereduksi
manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi
keuntungan.
Konsekuensinya, peningkatan kualitas SDM diarahkan dalam rangka
peningkatan produksi. Inilah yang disebut sebagai pengembangan SDM dalam
kerangka production centered development (Tjokrowinoto, 1996)7. Bisa dipahami
apabila topik pembicaraan dalam perspektif paradigma pembangunan yang
semacam itu terbatas pada masalah pendidikan, peningkatan keterampilan,
kesehatan, link and match, dan sebagainya. Kualitas manusia yang meningkat
merupakan prasyarat utama dalam proses produksi dan memenuhi tuntutan
masyarakat industrial. Alternatif lain dalam strategi pembangunan manusia adalah
apa yang disebut sebagai peoplecentered development atau panting people first
(Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004)8. Artinya, manusia (rakyat) merupakan tujuan

6
(Budiman, 1995: 13-14)
7
(Tjokrowinoto, 1996)
8
(Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004)

6
utama dari pembangunan, dan kehendak serta kapasitas manusia merupakan
sumber daya yang paling penting Dimensi pembangunan yang semacam ini jelas
lebih luas daripada sekedar membentuk manusia profesional dan terampil sehingga
bermanfaat dalam proses produksi. Penempatan manusia sebagai subyek
pembangunan menekankan pada pentingnya pemberdayaan (empowerment)
manusia, yaitu kemampuan manusia untuk mengaktualisasikan segala potensinya.
Sejarah mencatat munculnya paradigma baru dalam pembangunan seperti
pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs) pembangunan
mandiri (self-reliant development), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian
terhadap alam (ecodevelopment), pembangunan yang memperhatikan ketimpangan
pendapatan menurut etnis (ethnodevelomment) (Kuncoro, 2003)9. Terdapat pula
yang mengategorikan paradigma tersebut pada tiga model pembangunan, yakni
Economic Growth, Basic Needs dan People Centered.
1. Economic growth (model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan)
Teori ini menekankan pada kenaikan pendapatan nasional (perspektif
ekonomi) dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi
tersebut akan secara langsung mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Oleh karena
itu, proses pembangunan menjadi terpusat pada produksi, antara lain melalui:
a. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan
fisik dan SDM.
b. Peningkatan tenaga kerja, baik secara kuantitas maupun kualitas.
c. Pemajuan teknologi, yakni cara baru untuk menggantikan pekerjaanpekerjaan
yang bersifat tradisional.
2. Basic needs (model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan)
Tokoh teori ini adalah Gunnar Myrdall yang mencoba memecahkan
masalah kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar
masyarakat khususnya masyarakat miskin, misal dengan memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dan lain-lain. Untuk itu, maka
pemerintah dapat melakukan subsidi atau bantuan pemenuhan kebutuhan mendasar
masyarakat.

9
(Kuncoro, 2003)

7
3. People centered (model pembangunan yang berpusat pada manusia)
Fokus sentral proses pembangunan adalah peningkatan perkembangan
manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga model
ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau pengadaan
pelayanan sosial. Contoh dari model ini, adalah empowering/ pemberdayaan. Pada
proses ini pemerintah berperan sebagai fasilitator. Peranan pemerintah dalam hal
ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan manusia untuk
berkembang, yaitu lingkungan sosial yang mendorong perkembangan manusia dan
aktualisasi potensi manusia secara lebih besar.
Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan.
Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan
yang tinggi. Namun, kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran
kesejahteraan. Hal lain yang tidak kalah penting yang perlu diperjuangkan adalah
masalah pendidikan, peningkatan standar kesehatan, nutrisi, pemberantasan
kemiskinan, kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan
kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan budaya. Namun, patut dicatat
bahwa apa yang disebut sebagai “kehidupan yang lebih baik” itu sangat relatif,
harus melibatkan nilai-nilai (values) dan pengukuran nilai-nilai (value judgment).
Dengan demikian, dalam terminologi pembangunan terdapat pengukuran nilai
tentang apa yang baik (pembangunan) dan apa yang buruk (keterbelakangan). Akan
tetapi, perlu direnungkan pemaknaan “pembangunan” itu sendiri tidak sama bagi
setiap orang.

2.3. Quo Vadis Gerakan Keperempuanan


Tidak bisa untuk dipungkiri bahwa kontribusi perempuan dalam
membangun kualitas sumberdaya manusia sangatlah besar. Menelisik sejarah yang
telah dicatat bahwa banyak tokoh perempuan di Indonesia yang selama hidupnya
diberikan dan didedikasikan untuk masa depan bangsa. Memasuki era milenial,
berbagai dinamika dapat dilihat dalam aktivitas yang dilakukakn oleh perempuan.
Melihat fenomena yang ada, bahwa perempuan sekarang mulai memiliki
pandangan yang progresif dalam melihat kondisi sosial yang ada.

8
Eksistensi perempuan pada masa ini dapat dibuktikan dengan peningkatan
kualitas diri perempuan ditunjukkan dengan masuknya mereka dalam bidang sosial
kemasyarakatan, lembaga-lembaga independen negara, badan legislatif,
kemeterian, maupun partai-partai politik. Ada hal yang menarik seiring dengan
peningkatan trend perempuan, sehingga dibuatkan beberapa undang-undang yang
dimana memberikan peluang bagi perempuan agar dapat berkiprah tanpa harus
didiskriminasi dan diinterfensi secara berlebihan.
Hal tersebut dipertegas dengan UU No. 12 Tahun 200310 tentang Pemilu
DPR, DPD dan DPRD , UU No. 22 Tahun 200711 tentang Penyelenggaraan Pemilu
dan UU No. 2 Tahun 200812 tentang Syarat pendirian Partai Politik yang
kesemuanya itu mengatur jumlah persentase keterwakilan perempuan sebanyak
minimal 30%.
Kiai Ahmad Dahlan13 pernah mengatakan bahwa wanita merupakan aset
umat dan bangsa. Hal ini disampaikan bukan tanpa alasan. Sebab, membangun
peradaban umat bukan hanya berada pada wilayah dapur dan rumah saja. Sehingga
memang peran dari perempuan multitafsir, bisa menjadi seorang ibu, bekerja di
ranah publik, dan lain-lain.
Namun dewasa ini, ada sesuatu yang berbeda yang sering dinilai oleh
masyarakat awam mengenai gerakan keperempuanan Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan kutipan Quo Vadis (Kemanakah). Quo vadis gerakan
keperempuanan, sehingga menjadi sorortan yang paling urgent untuk dilihat oleh
perempuan-perempuan hari ini.
Dengan melihat kondisi di atas, perempuan harusnya mulai sadar akan peran
pentingnya di masyarakat dalam memberdayakan dan membantu masyarakat
umum, sehingga apa yang diinginkan oleh kita secara bersama dapat direalisasikan.
Maka sudah saatnya kaum-kaum intelektual perempuan yang memiliki visi dan
misi yang besar untuk bersama saling menopang antara yang satu dengan yang lain,
mulai dari menyatukan pikiran dan mampu untuk bertindak sesuai dengan argument
yang sudah dibuat. Dimana dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW. yang

10
UU No. 12 Tahun 2003
11
UU No. 22 Tahun 2007
12
UU No. 2 Tahun 2008
13
Kiai Ahmad Dahlan dikutip dari buku Citra Perempuan dalam Islam

9
menyatakan bahwa “perempuan merupakan tiang negara. Apabila wanitanya baik
maka negara akan baik dan apabila wanitanya rusak maka negara pun akan rusak”.
Dari hadist tersebut, dapat dijelaskan bahwa seorang perempuan yang kelak akan
menjadi ibu. Selanjutnya, dari rahim seorang ibu akan melahirkan seorang anak.
Sehingga setiap anak yang lahir pasti akan didoakan untuk menjadi anak yang
berbakti bagi orang tua, keluarga, agama, bangsa dan negara. Maka anak yang lahir
tersebut juga diharapakan dapat menjadi penerus yang taat hukum dan agama bagi
seluruh masyarakat.

2.4. Peran Perempuan dalam Pembangunan Indonesia


Sesuai dengan pernyataan di muka mengenai kualitas peran perempuan di
Indonesia yang terus mengalami peningkatan, maka sudah sepatutnya indeks
kualitas perempuan terus dipertahankan dan ditingkatkan. Secara sederhana, kita
dapat mengartikan bahwa perempuan secara strata seks dan gender sama halnya
dengan laki-laki. Sehingga, tidak boleh ada dikotomi antara perempuan dan laki-
laki. Perempuan harus memiliki visi yang jelas dalam membantu proses
pembangunan di Indonesia, entah mulai dari pembangunan ekonomi, sosial politik,
budaya dan lain-lain.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik, September 2016)14 jumlah
perempuan sangat produktif mencapai 69,4 juta jiwa lebih sedikit dibandingkan
dengan laki-laki yang mencapai 70,4 juta jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia tengah memasuki era baru atau yang dikenal dengan bonus demografi.
Dengan data yang ditunjukka di atas maka perlu kiranya perempuan-perempuan di
Indonesia memanfaatkan usia-usia produktif itu untuk membangun bangsa,
sehingga cita-cita bangsa Indonesia dapat terwujudkan.
Salah satu peran perempuan adalah dapat masuk ke dalam sistem
pemerintahan dengan membawa aspirasi-aspirasi perempuan Indonesia dan ikut
berkontribusi secara gagasan maupun konsep mengenai pembangunan bangsa agar
lebih baik. Dengan tetap membawa nila-nilai substansif di dalam sistem
pemerintahan. Dari data yang didapatkan BAPENAS (Badan Pembangunan

14
(Badan Pusat Statistik, September 2016)

10
Nasional, 2015)15, perempuan yang masuk ke dalam MPR sebayak 20%, DPR-RI
18% dan DPD sebesar 27%. Artinya, angka yang ditampilkan masih sangat sedikit
atas kontribusi perempuan dalam perannya di bidang pemerintahan.
Berbicara mengenai konsep “Indonesia Emas 2045”, yakni satu visi besar
Indonesia untuk mewujudkan bangsa Indonesia sebagai satu negara yang unggul,
maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Sesuai dengan beberapa data yang
sudah dikemukakan di depan mengenai bonus demografi di tahun 2045. Kunci
untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 berada pada kualitas sumberdaya
manusianya, terutama pemuda dan pemudi. Hal ini juga berkaitan dengan
perempuan yang dimana 30 tahun ke depan perempuan-perempuan hari ini akan
menduduki jabatan-jabatan dan menjadi garda terdepan dalam pembangunan
bangsa ini, baik sebagai pemangku kebijakan atau bukan.
Indonesia emas merupakan sebuah kondisi saat negara diharapkan mampu
untuk bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah
kebangsaan berupa kemiskinan maupun korupsi. Indonesia diproyeksikan pada 100
tahun kemerdekaan negara Indonesia pada tahun 2045. Sumberdaya manusia
merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan negara Indonesia yang
sesuai dengan sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal ini berkaitan erat dengan perempuan sebagai kelompok yang memiliki
tugas dalam membangun bangsa ini. Peningkatan sumberdaya manusia memiliki
korelasi yang erat dengan perempuan, bahwa perempuan-perempuan di Indonesia
harus segera mengupgrade dirinya sehingga mampu berkontribusi bagi bangsa ini.

2.5. Gerakan Intelektual KOHATI di Dalam Pembangunan Indonesia


Sejauh ini, eksistensi Kohati dirasakan kurang memberikan dampak yang
begitu berarti terhadap pencapaian tujuan Kohati sendiri. Kurangnya kesadaran-
keadaran kader HMI Wati (KOHATI) mengenai peran dan fungsinya dalam
kehidupan sosial menjadi suatu keperihatinan besar yang harus segera diselesaikan
segera dalam internal KOHATI. Oleh karena itu, Kohati diharapkan dapat
melakukan kerja-kerja sosial pada wilayah intern HMI, kampus, masyarakat dan
pemerintah.

15
(Badan Pembangunan Nasional, 2015)

11
Demikian, Kohati sebagai organisasi perempuan juga bertanggungjawab
atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT. Hal
ini dapat ditandai dengan proses transformasi perannya sebagai pencetak dan
pembinaan muslimah sejati untuk menegakkan nilai-nilai keislaman, dan
keindonesiaan. Pada ranah keindonesiaan, Kohati harus berkontribusi dalam
pembangunan Indonesia dalam segi sistem atau di luar sistem. Panggung yang
dihadirkan di dalam gerakan Kohati juga harus dimanfaatkan secara masif untuk
melakukan perubahan nyata terhadap lingkungan keperempuanan di Indonesia.
Sejalan pada tataran internal, peran Kohati adalah menciptakan atau
mewujudkan kaderisasi yang masif dengan gagasan-gagasan inovatif, kreatif dan
membentuk moral HMI Wati yang lebih baik. Optimalisasi peran Kohati dalam
kehidupan sosial menjadi suatu keharusan substansif yang harus dipahami dan
dimaknai oleh kader HMI Wati sendiri.
Sebagai titik yang real, Kohati harus segera melakukan perubahan yang
optimal dengan mendekatkan diri ke masyarakat. Karena problem masyarakat
sangatlah kompleks maka kehadiran HMI Wati dapat menjadi jawaban akan
problematika yang ada. Selaras dengan hal tersebut, pesan yang disampaikan oleh
Jendral Soedirman bahwa HMI bukan hanya himpunan mahasiswa Islam, tapi juga
harapan masyarakat Indonesia. Dikarenakan KOHATI juga merupakan bagian dari
HMI, maka sudah sepatutnya Kohati dapat ikut andil dalam membantu
mewujudkan harapan bangsa Indonesia.
Berdasarkan buku Korps HMI Wati dalam Sejarah 1966-199416 mencoba
menjelaskan mengenai kesadaran kolektif HMI Wati dalam menggerakkan
intelektual masyarakat Indonesia. Sejarah panjang KOHATI menunjukkan akan
pentingnya gerakan intelektual yang dilakukan oleh Kohati dalam meningkatkan
kualitas diri dan terus membawa semangat-semangat ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Hal ini selaras dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Anniswati (Ketum KOHATI Pertama PB HMI),
bahwa HMI Wati hadir sebagai wadah untuk peningkatan kualitas diri perempuan
di waktu itu dan membendung Gerakan Perempuan Indonesia (GERWANI) yang
merupakan underbow dari PKI.

16
Korps HMI Wati dalam Sejarah 1966-1994

12
Kehadiran KOHATI dalam perspektif sejarah telah menunjukkan bahwa
KOHATI telah lama melalangbuana dengan berbagai gerakan intelektual yang
diimplementasikan kepada masyarakat umum. Hari ini harus disadari oleh kader
KOHATI dan terus meningkatkan kapabilitasnya sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Hakikat penciptaan perempuan adalah bahwa tujuan perempuan diciptakan
sama halnya dengan laki-laki, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Namun, yang menjadi pembeda hanyalah tingkat ketakwaannya. Dikrenakan
secara fitrah perempuan diciptakan dengan sifat yang lemah lembut dan lebih
condong menggunakan perasaan daripada logika, maka perlu dibimbing oleh
laki-laki dan tetap jangan menggunakan paksaan.
2. Konsep pembangunan di Indonesia adalah meliputi dua unsur pokok, yaitu:
pertama, masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi dan kedua, masalah
manusia yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun.
3. Quo vadis gerakan keperempuanan adalah suatu kutipan yang menjelaskan
tentang tujuan pergerakan perempuan yang harus sadar akan peran pentingnya
di masyarakat dalam memberdayakan dan membantu masyarakat umum,
sehingga apa yang diinginkan oleh kita secara bersama dapat direalisasikan.
4. Peran perempuan dalam pembangunan Indonesia adalah perempuan harus
memiliki visi yang jelas dalam membantu proses pembangunan di Indonesia,
entah mulai dari pembangunan ekonomi, sosial politik, budaya dan lan-lain.
5. Gerakan intelektual KOHATI di dalam pembangunan Indonesia adalah sebagai
pencetak dan pembinaan muslimah sejati untuk menegakkan nilai-nilai
keislaman, dan keindonesiaan. Pada ranah keindonesiaan, Kohati harus
berkontribusi dalam pembangunan Indonesia dalam segi sistem atau di luar
sistem.

3.2. Saran
Dalam pembuatan kerangka penulisan makalah ini, yang dimana di
dalamnya memuat beberapa item. Sehingga adapun saran yang disampaikan penulis
bahwa kader Kohati harus sadar akan peran dan fungsinya dalam mengawal panji-
panji Islam dan mampu berkontribusi di berbagai lina dalam pembangunan bangsa
Indonesia. Tidak ada perjuangan tanpa proses yang sangat panjang.manfaatkan

14
waktu yang ada sebagai peluang untukmenata masa depan yang lebih baik. Yakin
Usaha Sampai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arief Subhan, dkk. 2003. Citra Perempuan dalam Islam. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka.
Badan Pusat Statistik. 2016. Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/21/berapa-jumlah-
wanita-usia-produktif-di-indonesia: terakhir diakses tanggal 2 Februari
2020 pada pukul 23.21 WIB.
Budiman, Arief. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Budiman, Arif Frank dan Andre Gunder. 1984. Sosiologi Pembangunan dan
Keterbelakangan Sosiologi. Terjemahan. Jakarta: Pustaka Pulsar.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi
Perencanaan Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Sitompul, Agusalim. 2008. Korps HMI Wati dalam Sejarah 1966-1994. Jakarta:
Misaka Galiza.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan, Dilema, dan Tantangan. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
UU No. 2 Tahun 2008 Syarat pendirian Partai Politik.
UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD.
UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu.
QS Al-Hujurat: 13
QS. Ali-Imron: 195
QS. An-Nisa: 1

16

Anda mungkin juga menyukai