Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Produk Carbon dots Kulit Nanas

Carbon dots limbah kulit nanas (CDs Mbah Kunas) merupakan produk
yang dapat digunaka masyarakat Jambi khususnya yang tinggak di kawasan
pertambangan emas yang kemungkinan akan terkena dampak dari penggunaan
merkuri sisa tambang emas. Produk ini dibuat dengan memanfaatkan limbah kulit
nanas yang didapat dari hasil pertanian masyarakat Jambi itu sendiri dengan harga
yang yang tentu akan lebih murah dan pastinya produk ini ramah lingkungan
karena termasuk ke dalam jenis sampah organic. Sampah organic adalah sesuatu
yang sangat mudah diuraikan oleh alam dan tidak akan merusak lingkungan.
Selain itu, pembuatan produk ini akan membantu masyarakat Jambi akan dapat
memanfaatkan limah yang tidaak terpakai menjadi hal yang bernilai baik untuk
kesehatan.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan CDs Mbah Kunas adalah
Limbah kulit nanas dan aquades digunakan sebagai aquades. Berdasarkan kajian
pustaka yang telah dilakukan, carbon dots ini dapat dibuat dari limbah-limbah
organik seperti daun-daunan (sawi), umbi-umbian (kentang) dan biji-bijian
(jagung) serta limbah dari jagung berupa tongkol, kulit jagung, serta kulit nanas.
Pembuatan carbon dots dengan bahan-bahan organik ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pemanasan microwave. Selain ekonomis, ramah
lingkungan, efektif dan efisien, pendaran CDs dari bahan alam dengan teknik
green synthesis berbasis pemanasan microwave lebih kuat dan memiliki warna
yang bermacam-macam (multicolor luminescence). Menurut Vandarkhuzi (2018),
banyak upaya telah difokuskan pada fasilitasisintesis CD dengan metode
elektrokimia, metode termal, metode hidrotermal, oksidasi asam, microwave,
ultrasonik pengobatan, dan ablasi laser. Baru-baru ini, hidrotermal pengobatan
digunakan karena biaya rendah dan rute tidak beracun untuk memproduksi bahan
karbon baru; itu melibatkan dehidrasi diikuti oleh pasifasi permukaan in situ. CD
yang diperoleh dari berbagai sumber daya alam telah dilaporkan dari molekul
kecil menjadi limbah, sayuran, dan buah-buahan. Sebagian besar, titik karbon
memiliki kelarutan paling sedikit dalam air dan ini telah membatasi aplikasi
analitiknya. Nanas kulitnya diproduksi secara luas selama pemrosesan untuk
mendapatkan jus nanas dan salad.

4.1.1 Pembuatan Carbon Dots Mbah Kunas


4.1.1.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan Cardon Dots Mbah
Kunas yaitu:
a. Microwave
b. Gelas kimia
c. Aseperangkat alat sentrifus
d. Rangkaian alat Photoluminescence (PL) dari Laser Pico Model LDH-
D-C-420 dengan panjang gelombang 400-700 nm, 3 lensa objektif,
fiber optik, spectrometer MAYA 2000 PRO Ocean Optics, komputer
untuk merekam data hasil PL dan kuvet sebagai tempat sampel CD.
Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan carbon
dots ini yaitu:
a. Limbah kulit nanas
b. Alkohol
c. aquades
4.1.1.2 Proses Pembuatan Carbon Dots Mbah Kunas

Pembutan carbon dots dengan menggunakan metode pemanasan microwave


dapat dilakukan dengan cara berikut: Bahan diambil sebanyak 20 gram untuk
dihancurkan dengan 140 ml aquades hingga menjadi larutan. Hasil penghancuran
selanjutnya disaring untuk memisahkan ampas sampel. Hasil saringan sampel
diambil sebanyak 20 ml untuk proses pemanasan menjadi carbon dalam
microwave 700 watt pada level medium micro selama 2 x 5 menit dan akan
menghasilkan kerak pada dasar gelas beker. Kerak larutan dari kedua limbah
tersebut di didinginkan dalam suhu ruang selama sejam. Selanjutnya kerak
diencerkan dengan memasukkan 20 mL aquades ke dalam gelas beker dan diaduk
pelan hingga semua kerak larut ke dalam aquades. Cairan dari hasil pelarutan
kerak dimasukkan ke dalam botol kecil untuk di centrifuge selama 30 menit untuk
pemisahan CD dengan endapan (carbon). Karakterisasi. Hasil sintesis CD dari
masing-masing bahan alam menggunakan metode green synthesis berbasis
microwave assisted akan dikarakterisasi menggunakan PL dengan setup seperti
Gambar 1. Rangkaian alat PL terdiri dari Laser Pico Model LDH-D-C-420
dengan panjang gelombang 400-700 nm, 3 lensa objektif, fiber optik,
spectrometer MAYA 2000 PRO Ocean Optics, komputer untuk merekam data
hasil PL dan kuvet sebagai tempat sampel CD. Masing-masing CD diambil
sebanyak 2 ml dengan konsentrasi larutan sampel yang sama untuk selanjutnya
dilakukan pengujian PL. Karbon dot dapat dibuat dari bahan alam dengan teknik
microwave dan sifat optiknya dapa diuji dengan metode fotoluminesensi. Dapat
diketahui telah terbentuk karbon dot pada sampel dengan munculnya puncak
emisi cahaya pada rentang panjang gelombang 420-650 nm dan hasil pengujian
TEM.

4.2.1 Aktifitas Carbon Dots Kulit Nanas

Berdasarkan penelitian Fatimah (2017), setiap limbah organik yang


digunakan untuk membuat carbon dots memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaann ini dapat dilihat dari besarnya intensitas CDs yang dihasilkan dari
metode dan komposisi bahan serta konsentrasi yang sama. Dari hasil penelitian
tersebut, perbedaan intensitas pendaran sampel CDs disebabkan oleh kerapatan
molekul dan kandungan penyusunannya. Hal ini seperti yang dikemukakan Hui
dalam jurnal Fatimah (2017), bahwa intensitas pendaran sampel sangat
bergantung pada kepadatan molekul penyusun CDs. Selain untuk menentukan
panjang gelombang dan intensitas pendaran CDs, besarnya band gap CDs juga
dapat ditentukan dari hasil karakterisasi PL. Dari data panjang gelombang
didapatkan band gap dari masingmasing sampel yang dieksitasi laser biru pada
panjang gelombang 420 nm seperti yang ditunjukkan tabel dibawah ini. Tabel 1.
Hubungan panjang gelombang emisi dan energi gap sampel CDs.

No. Nama Sampel Panjang Gelombang (nm) Energi Gap (eV)

1. Sawi 505 2,46

2. Kentang 505 2,46

3. Biji jagung 504 2,46

4. Kulit jagung 505 2,46

5. Tongkol jagung 503 2,47

6. Kulit Nanas 365

Selain dari beberapa bahan alam diatas, carbon dots juga dapat dibuat
dengan menggunakan gula pasir. Carbon dots dengan menggunakan bahan dasar
gula pasir ini dijelaskan mampu menyerap ion Fe3+ melalui uji karakteristik PL
yang dilakukan oleh >>>>>(201). Carbon Dots yang terpapar ion Fe 3+ akan
mengalamistruktur dari keadaan dasarnya. Hal ini ditandai dengan panjang
gelombangnya yang mengalami perubahan.

Gugus fungsi yang terdapat pada carbon dots dengan menggunakan metode
Fourier Transformer Infrared Spectroscopy (FTIR) yang gugus fungsi C=C, dan
yang berada diarea π→ π* (core state). Dan untuk gugus fungsi C=O, dan C-O
berada di area n→ π* (surface state). Sehingga gugus fungsi diatas menunjukkan
bahwa carbon dots telah berhasil ditemukan dalam sampel larutan gula pasir
dengan pendaran yang dihasilkan dari surface state.
Ion merkuri (Hg2+) adalah polutan anorganik yang berbahaya dan
menyebabkan pencemaran lingkngn serta masalah kesehatan. Paparan merkuri
dapat menyebabkan gangguan pencernaan, penyakit ginjal, dan neurologis. Akibat
dampak buruk yang dapat ditimbulkan ion Hg2+ ini, maka dikembangkan metode
untuk mendeteksi ion Hg2+ tersebut.

Pada Vandarkhuzi (2018), dilakukan beberapa uji carbon dots menggunakan


beberapa ion seperti Ag+, Al3+, Co2+, Cd2+, Cr3+, Cu2+, Ca2+, Fe2+, Fe3+, Pb2+,
Mn2+, Mg2+, Ni2+, Ion Zn2+, dan Hg2+. Vandarkhuzi menjelaskan bahwa intensitas
flouresensi menurun seiring dengan betambahnya konsentrasi Hg2+. Pendinginan
flouresensi carbon dots setelah penambahan ion Hg2+ ini dapat dikaitkan dengan
transfer elektrn yang terjadi pada keadaan tereksitasi. Reaksi carbon dots dengan
ion Hg2+ dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Sifat fotofisika yang menarik, seperti sensitivitas yang tinggi, selektivitas,


dan respon yang cepat dari Carbon dots terhadap Hg2+ yang mendorong
vanderkhuzi (2018) melakukan penelitian untuk meyelidiki penggunaan carbon
dots secara real. Seperti yang telah diktahui, ion Hg2+ memiliki efek toksik yang
tinggi. Ion Hg2+ ini memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan reseptor
estrogn dalam sel kanker payudara, hal ini menyebabkan pertumbuhan sel
diperkuat dan terjadi efek estrogenik, seperti menstruasi tidak teratur, gangguan
saluran reproduksi dan saluran kemih, serta pembentukan seksual sekunder yang
abnormal seperti rambut ketiak dan gangguan syaraf.

Pada penelitiannya, Vanderkhuzi (2018) melakukan uji coba terhadap sel


HeLa. Sel HeLa diinkubasi dengan karbon dots dan digunakan mikroskop
flouresensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hg2+ dapat mengurangi
intensitas flouresensi CD dalamsistem biologis dan menunjukkan carbn dots
sebagai probe efisien untuk mendeteksi Hg2+ intraseluler. Singkatnya, vinderkhuzi
menyatakan bahwa carbon dots dapat dibuat dengan menggunakan limbah kulit
nanas tanpa zat pengoksidasi melalui pengbatan hidrotermal. Carbon dots dalam
larutan dapat memancarkan cahaya biru di bawah lampu UV dengan hasil
kuantum neon 0.43. Sistem berbasis Carbn dots ini mampu menunjukkan
ultraselektif dan sensitif probe flouresen untuk mendeteksi ion Hg2+. Vinderkhuzi
menjelaskan bahwa pelitian mengenai carbon dots dalam mendeteksi Hg2+ dalam
air kran atau air danau telah berhasil.

Anda mungkin juga menyukai