Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCAPAN I

PENCAPAN ZAT WARNA PIGMEN DENGAN VARIASI BINDER PADA KAIN POLIESTER
RAYON

Oleh

Nama : Difa Mustopa 17020026

Ezra Ayuliyanti 17020031

Grady Yohan 17020036

Hisaka Rafi B 17020040

Grup : 3K2

Dosen : Khairul U, S.ST., MT

Asisten : Mia K,S.ST

Drs. Solehudin

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud : Untuk melakukan pencapan pada kain t/r dengan zat warna pigmen
1.2 Tujuan : Untuk mendapatkan nilai optimum dari variasi curing pada pencapan
kain t/r dengan zat warna pigmen
II. Teori Dasar
2.1 Kain T/R

Serat pertama yang menjadi bahan kain campuran ini merupakan jenis serat sintetik.
Serat sintetik pada umumnya tidak memiliki gugus reaktif yang mampu memberikan
daya penyerapan terhadap air (hidrofob). Hal ini membuat kain dari serat sintetik sangat
sukar untuk dicelup dengan zat warna yang umumnya digunakan untuk serat alam,
dimana zat warna tersebut bersifat larut atau dapat dilarutkan dalam air. Hal tersebut
diatas berlaku pula pada serat poliester yang menjadi bahan kain proses, dimana serat
ini bersifat hidrofob dan sangat kompak susunan molekulnya, sehingga cara pencelupan
yang konvensional tidak dapat diterapkan.Poliester dibuat dari reaksi antara senyawa
asam tereftalat dengan etilena glikol. Berikut ini skema pembuatan serat tersebut :

Bahan serat yang kedua, digunakan rayon yang merupakan jenis serat sintetik
dengan struktur seperti berikut:

Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa. Struktur molekul
diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari -
anhidroglukosa. Pada serat diatas memiliki gugus hidroksil ( OH) yang memberikan
sifat penyerapannya terhadap air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak
mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut
dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya
ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa didalam
air.

Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, juga
dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat serat yang mengandung
banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki
moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat,
menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentup pasta atau larutan.
Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara
pada umumnya akan menyerang bagian atom oksigennya dan memutuskannya,
sehingga panjang molekulnya lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan
seratnya.

2.2. Zat warna pigmen

Pada praktikum ini proses pencapan menggunakan zat warna pigmen


yang secara umum mempunyai sifat :

 Zat warna yang tidak larut dalam air.


 Tidak mempunyai afinitas terhadap serat karena tidak mempunyai gugus pelarut
dan gugus reaktif.
 Dipengaruhi oleh ukuran partikel zat warna dan derajat dispersi zat warna.
Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena memiliki
beberapa keuntungan, antara lain :

 Dapat digunakan untuk segala jenis serat dan serat campuran.


 Fiksasi hasil pencapannya mudah karena hanya dengan proses pemanas
awetan.
 Mempunyai ketahanan sinar dan zat kimia yang cukup baik.
 Warna yang dicapkan adalah warna yang terakhir sehingga mudah dalam
menentukan warna.
 Dapat dicapkan di atas kain yang berwarna dengan hasil yang cukup baik.
 Hasil pencapan dapat disimpan dalam waktu yang agak lama sebelum
mengalami fiksasi/pemanas awetan.
 Tidak memerlukan pengerjaan pencucian, penyabunan, oksidasi maupun
steaming, sehingga dapat menyingkat waktu proses dan tenaga.
 Apabila hasil pencapan dilihat secara visual akan memberikan warna yang cerah.
 Sederhana dalam pembuatan pasta cap.

Adapun kekurangan dari proses pencapan dengan zat warna pigmen yaitu
ketahanan gosoknya rendah terutama dalam keadaan basah dan hasil pencapan
kaku karena penggunaan zat pengikat pada pencapannya.

Komponen pasta cap pigmen didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat
warna pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta pengental yang
sesuai.

Zat pengikat atau binder berperan sangat penting dalam meningkatkan


daya ketahanan luntur warna. Lapisan film dari binder pada pencapan pigmen
adalah suatu struktur tiga dimensi, dimana binder adalah suatu zat pembentuk
lapisan film yang terdiri dari rantai panjang makromolekul dan jika diaplikasikan
bersama-sama dengan zat warna pigmen pada permukaan bahan akan diperoleh
ikatan silang tiga dimensi. Ikatan tiga dimensi tersebut terbentuk selama proses
fiksasi yang sesuai, adanya udara panas dan kondisi pH asam.

Efisiensi binder ditentukan oleh daya tahan luntur dari zat warna pigmen
pada permukaan bahan , hal ini ditentukan oleh kondisi fiksasi yaitu waktu dan
temperatur udara panas, adanya katalis asam dan mutu dari bindernya sendiri. Di
pihak lain tingkat ikatan silang yang terbentuk harus dibatasi untuk mencegah
struktur tiga dimensi menjadi getas, dengan demikian sifat kelenturannya tetap
terjaga.

Binder dapat dibuat dari zat dengan berat moilekul tinggi dalam suatu
polimerisasi. Monomer-monomer penting yang dapat digunakan antara lain :
derivat asam akrilat (terutama ester), butadiena dan vinil asetat. Urea
formaldehida, melamin formaldehida dan sejenisnya cocok untuk digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan zat pembantu ikatan (fixer), terutama bereaksi
sebagai zat adesif antara binder dan serat, juga mendukung ikatan silang pada
permukaan lapisan binder sehingga dapat meningkatkan ketahanan luntur hasil
pencapan. Jumlah penggunaannya kira-kira 10 % dari jum;ah pasata cap.

Proses fiksasi sebaiknya tanpa adanya air, udara panas dengan


temperatur diatas 120 oC adalah sesuai untuk reaksi silang tiga dimensi.

Reaksi antara binder dengan serat digambarkan sebagai berikut :

B-CH2-OR + HO-Sel  B- CH2-O-Sel + ROH Pada pH = 3

Dimana R adalah CH3 atau H

B adalah molekul binder

Pada pencapan pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara
mekanis. Pada pencapan bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai
bersama-sama dalam satu kain dengan tidak saling mempengaruhi warna
aslinya.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Kassa screen yang bermotif Kain T/R

Rakel Pengental sintetik


Meja print
Binder
Mixer (untuk pembuatan pengental sintetik)
Mesin stenter Zat warna pigmen
Pengaduk
DAP ( 1:2 )
Neraca analitik
Hair Dryer Urea
Batang pengaduk
IV. RESEP PENCAPAN
 Resep Pengental
- Pengental Sintetik : 8 %

 Resep Pasta Cap


- Zat warna pigmen : 20 gram/L
- Binder : variasi1 :50 gram/L
Variasi 2: 10 gram/L
- DAP ( 1 : 2 ) : 10 gram/L
- Urea : 100 gram/L
- Pengental sintetik : variasi 1:700 gram/L
Variasi 2 : 740 gram/L
- Balance : 120 gram/L
- Suhu : 170oC

V. FUNGSI ZAT
- Pengental Sintetik : Sebagai medium perekat zat warna
- Zat warna pigmen : Sebagai pewarna pada pencapan
- Binder : Sebagai pengikat zw pada permukaan kain dan membentuk
lapisan film.
- DAP (1:2) : Sebagai katalis yang mempercepat fiksasi.
- Balance : Sebagai zat pembantu proses polimerisasi antara zat
dengan kain.
- Urea : Sebagai zat hidrogkopis yang menjaga kelembaban pada
bahan.

VI. PERHITUNGAN ZAT


20
Zw pigmen : x 75 = 1,5 gr
1000
50
Binder : variasi 1: x 75 = 3,75 gr
1000
10
Variasi 2: 1000 x 75 = 0,75 gr
10
DAP ( 1 : 2 ) : x 75 = 0,75 gr
1000
100
Urea : x 75 = 7,5 gr
1000
700
Pengental sintetik : variasi 1 : x 75 = 52,5 gr
1000
740
Variasi 2 : 1000 x 75 = 55,5 gr
120
Balance : 1000 x 75 = 9 gr

VII. DIAGRAM ALIR

Curing
Drying Pencucian
Pencapan 150oC - Drying Evaluasi
100oC , 2' 10' 70ºC
180oC

VIII. Data Percobaan

 Ketajaman motif

Variasi binder 10

Kain Panjang warna segitiga

1 19,4 cm

2 19,2 cm

Variasi binder 50

Kain Panjang warna segitiga

1 19,4 cm

2 19,1 cm
 Ketuaan warna

Variasi binder 10

Kain Nilai

1 4

2 4

Variasi binder 50

Kain Nilai

1 4

2 4

 Kerataan warna

Variasi binder 10

Kain Nilai

1 4

2 4

Variasi binder 50

Kain Nilai

1 4

2 4
 Tahan luntur warna

Variasi binder 10

Sampel Kain polyester Kain polyester Kain kapas Kain kapas


(basah) (kering) (basah) (kering)

1 1 2/3 1/2 2/3

2 1 3 1 ¾

Variasi binder 50

Sampel Kain polyester Kain polyester Kain kapas Kain kapas


(basah) (kering) (basah) (kering)

1 1 2/3 1 2/3

2 1 3 1 ¾

IX. Pembahasan
Pada praktikum dengan zat warna pigmen ini didapatkan ketajaman motif yang
baik. Hal ini terlihat dari panjang motif yang mengalami pengurangan panjang
pada setiap variasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengental yang
digunakan viskositasnya kental. Jika viskositas pengentalnya terlalu encer maka
hasil ketajaman motifnya akan mengalami penambahan panjang. Pada binder
10g/l dan 50 g/l mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda.

Ketuaan Warna
4.5
4
3.5
3
Ranking

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
kain ke-

Ketuaan warna yang dihasilkan dari setiap kain terlihat tidak ada perbedaan hal ini terjadi
karena pasta cap yang digunakan pada setiap kain sama yang membedakan hanya dari
jumlah binder yang digunakan dan binder tidak berpengaruh pada ketuaan warna. Ketuaan
warna pada setiap kain menghasilkan warna yang cerah. Pada binder 10g/l dan 50 g/l
mendapatkan hasil yang sama.

Kerataan Warna
4.5
4
3.5
3
Ranking

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
kain ke-

Kerataan warna yang dihasilkan dari setiap kain terlihat tidak ada perbedaan hal ini terjadi
karena pasta cap yang digunakan rata dan tidak terdapat gumpalan gumpalan kecil yang
dapat menyumbat pori pori screen. Kerataan warna dari hasil praktikum ini dapat dikatakan
rata. Pada binder 10g/l dan 50 g/l mendapatkan hasil yang sama.

Pada tahan luntur warna dengan cara gosok didapatkan bahwa pencapan dengan zat warna
pigmen sangat jelek hal ini didapatkan dari uji grey scale yang mendapatkan nilai 1 dengan
menggunakan kain poliester dan rayon putih basah yang menunjukkan bahwa banyak zat
warna yang luntur. Pada binder 10g/l dan 50 g/l mendapatkan hasil yang sama.

X. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan nilai optimum pada binder 10g/l

XI. Daftar Pustaka


Purwanti, dkk, “PEDOMAN PRAKTIKUM PENCAPAN DAN
PENYEMPURNAAN”, Institut Teknologi Tekstil, 1978.
Rasjid Djufri, dkk, TEKNOLOGI PENGELANTANGAN, PENCELUPAN,
DAN PENCAPAN” Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.

Anda mungkin juga menyukai