Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan

bayi dalam enam bulan pertama setelah dilahirkan. Pemberian pengganti

susu ibu (PASI) sebelum anak berumur enam bulan tidak dianjurkan,

karena dapat meningkatkan kemungkinan terkontaminasi dan

meningkatkan risiko terkena penyakit, khususnya diare. Setelah anak

berusia enam bulan sesuai dengan proses pertumbuhan dan

perkembangan bayi, maka ASI harus ditambah dengan cairan lain dan

makanan padat untuk memberikan gizi yang memadai. Dari Data

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), cakupan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di tingkat Nasional telah memenuhi

target akan tetapi tetap terjadi penurunan yang signifikan dari 54,3%

pada tahun 2013 turun menjadi 52,3% tahun 2014 sedangkan bayi yang

tidak mendapatkan ASI Eksklusif atau telah mendapatkan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) secara dini mengalami peningkatan sebesar

47,7% (Kemenkes RI, 2015).

Belum optimalnya pemberian ASI Eksklusif disebabkan oleh

pemberian MP-ASI secara dini. Menurut Baharudin (2015), tingkat

pendidikan ibu yang rendah tentang pemberian ASI mengakibatkan ibu

lebih sering bayinya diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan

juga sering bayinya yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau
nasi lembut sebagai tambahan ASI. Lebih lanjut menurut Notoatmodjo

(2015), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada

peningkatan kemampuan berfikir dengan kata lain seseorang yang

berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih

rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru di

bandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.

Dan masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan

pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari enam

bulan. Pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi

yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya

bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang

menyusui (Prasetyono, 2014).

Cairan dan makanan padat itu biasanya disebut makanan

pendamping ASI (MP-ASI), diberikan sampai anak berusia dua tahun

(BKKBN dan Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO dan UNICEF

merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi yaitu

menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan

didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai

umur 6 bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian makanan pendamping Asi pada bayi kurang

dari 6 bulan di Puskesmas Bogor Utara tahun 2019. Faktor lain yang

berhubungan dalam pemberian MP-ASI yaitu dukungan keluarga.


Dukungan keluarga yang tinggi terhadap pemberian MP-ASI

menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan bayi seperti terjadinya

obstipasi dan diare. Hal ini jelas bahwa jika keluarga memberikan peran

atau dukungan yang baik akan mendorong ibu untuk tidak memberikan

MP-ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan, untuk itu informasi

tentang MPASI bukan hanya diberikan kepada ibu-ibu saja tetapi suami

dan keluarga, sehingga mereka juga memperoleh pengetahuan tentang

MP-ASI dan membantu untuk mencegah atau mendukung ibu untuk

tidak memberikan MP-ASI secara dini. Dukungan keluarga adalah

dukungan untuk memotivasi ibu memberikan MP-ASI setelah usia 6

bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan

nutrisi yang seimbang kepada bayi (Rahman, 2014).

Penelitian WHO (2011), menyatakan bahwa hanya 40% bayi di

dunia yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya

ternyata telah mendapatkan MP- ASI saat usianya < dari 6 bulan. Hal ini

menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah

sedangkan praktek pemberian MP-ASI dini diberbagai negara masih

tinggi. Jumlah peningkatan pemberian MP-ASI dini dan penurunan ASI

eksklusif tidak hanya terjadi di negara-negara maju namun juga terjadi di

negara berkembang seperti di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan

Dasar (2013), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif berjumlah 30,2%

sedangkan bayi yang telah diberikan MP-ASI adalah 69,8% dari seluruh

total bayi di Indonesia.


Menurut anjuran WHO (2015), ketika ASI tidak lagi cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi, makanan pendamping harus

ditambahkan ke diet anak. Transisi dari ASI eksklusif ke makanan

keluarga, disebut sebagai pelengkap makan, biasanya mencakup

periode dari usia 6 sampai 18-24 bulan.

B. RUMUSAN MASALAH

Tindakan pemberian MP-ASI dini inilah yang menyebabkan

dampak negatif terhadap kesehatan bayi baik berupa gangguan saluran

pernafasan maupun saluran pencernaan. 880 Kejadian infeksi saluran

pencernaan dan pernafasan akibat pemberian MP-ASI dini merupakan

salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia

(Depkes, 2009). Dampak negatif dari pemberian MP- ASI dini tersebut

sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gizi dan Makanan selama 21 bulan diketahui, bayi ASI

parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas

daripada bayi ASI predominan.

Dari data permasalahan di atas maka dibuat pernyataan sebagai berikut:

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makanan Pendamping ASI di

Puskesmas Bogor Tengah ?’’


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran faktor pemberian makanan

pendampinng ASI di Puskesmas Bogor utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan

Pendamping ASI Pada Bayi Usia < dari 6 bulan di Puskesmas

Bogor Utara Berdasarkan Pendidikan

b. Untuk Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan

Pendamping ASI Pada Bayi Usia < dari 6 bulan di Puskesmas

Bogor Utara Berdasarkan Usia

c. Untuk Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan

Pendamping ASI Pada Bayi Usia < dari 6 bulan di Puskesmas

Bogor Utara Berdasarkan Pekerjaan

D. Metode Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan mampu menambah pengetahuan dan

sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang telah di dapat

di bangku kuliah, khusus nya mengenai makanan pendamping ASI.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai

pertimbangan masukan untuk menambah pustaka/literature tentang


MP-ASI dan menyediakan data untuk penelitian lanjutan tentang MP-

ASI.

3. Tempat Penelitian

Memberi informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang MP-ASI

serta sebagai bahan masukan kepada tempat lokasi penelitian untuk

melakukan pemantauan berkaitan dengan pemberian MP-ASI bagi

ibu-ibu yang baru menyusui.

Anda mungkin juga menyukai