Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori Keluarga

1) Definisi keluarga

Beberapa definisi keluarga,antara lain sebagai berikut :

a. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti

ikatan darah, adopsi,perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial (hidup

bersama) dan adanya hubungan psikologis(ikatan emosional) (Siti Nur

Kholifah, 2016)

b. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adopsiyang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial

dari tiap anggota keluarga(Siti Nur Kholifah, 2016)

c. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan ( departemet

kesehatan RI dalam siti,N,K,2016)

2) Tipe keluarga

Berbagai tipe keluarga sebagai berikut :

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu:

1) The Nuclear Family ( keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas

suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

10
11

1) The dyad family ( keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri dari

atas suami dan istri tanpa anak.

2) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan

anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian.

3) Single adult,yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang

dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak

menikah atau tidak mempunyai suami.

4) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah

keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya.tipe keluarga

ini banyak dianut oleh keluarga indonesia terutama di daerah

pedesaan.

5) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di

rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah

membangun karir sendiri atau sudah menikah.

6) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang –barang pelayanan,

seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

a. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe kelurga nontradisional, tipe

keluarga ini tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe

sebagai berikut.

1. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas

orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.


12

2. Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan

perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

3. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis

kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

4. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

a. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga

yang aslinya. (Siti Nur Kholifah, 2016)

2) Fungsi keluarga

Menurut friedman fungsi keluarga ada lima antara lain :

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga.Melalui pemenuhan fungsi ini,

maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,

membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,stabilitas

kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,

dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,

karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai


13

respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.

Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang

dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan

pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.

Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat(yang mempengaruhi

status kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian

yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

2. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga

3. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan

4. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan

suasana rumah yang sehat

5. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.


14

3) Tahap perkembangan keluarga

Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu di ketahui yaitu :

a. Keluarga baru menikah atau pemula

Tugas perkembangannya adalah :

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2. Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak

baru lahir.Tugas perkembangan adalah :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran – peran orang tua dan kakek nenek.

c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tugas perkembangannya adalah :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, runag

bermain, privasi, dan keamanan.

2) Mensosialisasikan anak

3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lain


15

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di laur

keluarga.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangannya adalah :

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

3) Memenuhi kenutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangannya adalah :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda

Tugas perkembangannya adalah:

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan

3) Membantuk ornag tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau

istri
16

g. Keluarga dengan usia pertengahan

Tugas perkembangannya adalah :

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan

para orang tua lansia dan anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Keluarga dengan usia lanjut

Tugas perkembangannya adalah :

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaan hidup).

(Siti Nur Kholifah, 2016)

A. Tinjaun Teori Pengkajian Keperawatan Keluarga

1. Definisi

Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses

perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengn keluarga

untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga.Pengertian

pengkajian menurut Yura dan Walsh (1998) adalah tindakan pemantauan

secara langsung pada manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan

maksud menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan.pengkajian


17

merupakan suatu proses berkelanjutan, karena perawat akan mendapatkan

data tentang kondisi atau situasi klien sebelumnya dan saat ini, sehingga

informasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun perencanaan pada

tahap berikutnya. (Siti Nur Kholifah, 2016)

Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi

manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan

situasi penyaki, diagnosa masalah klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan

promosi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses

pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi

tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-

masalah, serta kebutuhan – kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul, di dapatkan data dasar tentang masalah-

masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebtu digunakan

untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan

keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah.

(Siti Nur Kholifah, 2016)

2. Tujuan pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan bertujuan untuk :

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

b. Menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien

c. Menilai keadaan kesehatan klien


18

d. Membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

berikutnya. (Siti Nur Kholifah, 2016)

3. Karakteristik data yang dikumpulkan

a. Lengkap

Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperwatan

klien dan keluarga.Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu

mengatasi masalah secara adekuat.

b. Akurat

Data yang dikumpulkan harus akurat untuk menghindari kesalahan.

c. Relevan

Data yang dikumpulkan harus relevan dengan kondisi klien dan keluarga.

(Siti Nur Kholifah, 2016)

4. Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan secara

langsung dari klien dan keluarga, yang dapat memberikan informasi yang

lengkap tentang masalah kesehatan yang dihadapinya.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari orang

terdekat dari klien (keluarga), seperti orang tua, anda, atau pihak lain

yang mengerti kondisi klien selama sakit. Data sekuder dapat pula di

dapatkan dari catatan-catatan keperawatan hasil pemerikansaan yang

dilakukan oleh pihak lain.


19

Secara umum, sumber data yang di dapat digunakan dalam

pengumpulan data kesehatan keluarga berikut ini:

1) Klien dan keluarga

2) Orang terdekat

3) Catatan klien

4) Riwayat penyakit(pemeriksaaan fisik dan catatan perkembangan)

5) Konsultasi

6) Hasil pemeriksaan diagnostik

7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya

8) Perawat lain

9) Kepustakaan (Siti Nur Kholifah, 2016)

5. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

b. Observasi

c. Konsultasi

d. Pemeriksaan fisik (inspeksi,palpasi,auskultasi,perkusi)

e. Pemeriksaan penunjang

6. Komponen pengkajian keluarga

Friedman,dkk(2003), berpendapat bahwa komponen pengkajian

keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga ,

riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur

keluarga(struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan), fungsi


20

keluarga(fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi,

reproduksi,), dan koping keluarga. (Siti Nur Kholifah, 2016)

Berikut merupakan contoh diagnosis berdasarkan masalah

kesehatan yang lazim terjadi di individu, keluarga, kelompok/komunitas

berdasarkan NANDA 2012-2014 dan ICNP 2013.Sesuai dengan hasil

Kongres Nasional IPKKI II di Yogyakarta, sudah disepakati dalam

perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan diagnosa tunggal

dengan menambahkan pernyataan anggota keluarga yang teridentifikasi

memiliki masalah kesehatan.Rumusan diagnosa ini menggunakan rumusan

NANDA dan ICNP.Modifikasi penulisan kriteria intervensi dan hasil pada

kasus keluarga menggunakan pendekatan tugas kesehatan keluarga yaitu

kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, memutuskan untuk

merawat anggota keluarga yang sakit, merawat anggota keluarga yang

sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas

kesehatan.(Maglaya, 2009).Berikut ini contoh rumusan diagnosa

keperawatan dengan integritas NIC dan NOC.


21

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis keperawatan

Individu Domain 2 : Kelas 1 : 00002 - Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh
- Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
Nutrisi Ingesti 00001 - Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi
- Risiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
00163
tubuh
00003 - Gangguan menelan

00103

Kelas 5 : 00195 - Risiko ketidakseimbangan


00160 elektrolit
Hidrasi
- Kesiapan untuk meningkatkan keseimbangan cairan
- Defisiensi volume cairan
00027 - Risiko defisiensi volume cairan
00028 - Risiko ketidakseimbangan volume cairan

00025

Domain 3 : Kelas 1 : 00016 - Gangguan eliminasi urin


Eliminasi dan Fungsi
urinari
22

pertukaran Kelas 2 : 00013 - Diare


Fungsi 00196 - Disfungsi motilitas gastrointestinal
gastrointesti
00197 - Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
nal

Kelas 4 : 00030 - Gangguan pertukaran gas


Fungsi
respirasi
Domain 4 : Kelas 1: 00198 - Gangguan pola tidur
Aktivitas/istir ahat Tidur/istirah
at
Kelas 2 : 00085 - Gangguan mobilitas fisik
Aktivitas/la 00088 - Gangguan berjalan
tihan
Kelas 3: 00093 - Fatigue
Keseimbang
an energi
23

Kelas 4 : 00092 - Intoleransi aktivitas


00094 - Risiko intoleransi aktivitas
Respon
00032 - Tidak efektifnya pola nafas
kardiovasku
00029 - Penurunan kardiak output
lar/Pulmona
00204 - Tidak efektifnya perfusi jaringan perifer
ri
- Risiko tidak efektifnya perfusi jaringan perifer
00228 - Risiko tidak efektifnya perfusi jaringan serebral

00201

Kelas 5: 00108 - Defisit perawatan diri : mandi


perawatan - Defisit perawatan diri:
00109
diri berpakaian
00102
- Defisit perawatan diri: makan
00110 - Defisit perawatan diri: toileting
Domain 5 : Kelas 4 : 00126 - Kurangnya pengetahuan
Persepsi/Kog nisi Kognisi 00161 - Kesiapan meningkatkan pengetahuan

- Gangguan memori

00131
Domain 6 : Kelas 1 : 00124 - Ketidakberdayaan
konsep diri 00054 - Risiko kesepian
24

Persepsi diri Kelas 2 : 00119 - Harga diri rendah kronik


Harga diri 00120 - Harga diri rendah situasional
Domain 9 : Kelas 2 : 00146 - Kecemasan
Koping/Tole ransi Respon 00069 - Tidak efektifnya koping
thd stres koping
00158 - Kesiapan meningkatkan koping
Domain 11 : Kelas 1 00004 - Risiko infeksi
:Infeksi
Keamanan/ Kelas 2 : 00031 - Tidak efektifnya bersihan jalan
Proteksi
Nafas
Injury fisik 00155 -resiko jatuh
00035 - Risiko injuri
00046 - gangguan integritas kulit
00047 -resiko gangguan integritas kulit

- Gangguan integritas kulit


- Risiko gangguan integritas kulit
25

Kelas 6 : 00007 - Hipertermi


Termoregul 00008 - Tidak efektifnya termoregulasi
asi
Domain 12 : Kelas 3 : 00214 - Gangguan rasa nyaman
Rasa nyaman Kenyamana 00134 - Mual
n sosial 00132 - Nyeri akut
00133 - Nyeri kronik
Keluarga Domain 1: Kelas 2: 00080 - Ketidakefektifan manajemen
Promosi Manajemen regimen terapeutik keluarga
00099 - Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Kesehatan Kesehatan
- Perilaku kesehatan cenderung berisiko
00188

Domain 4: Kelas 5: 00098 Hambatan pemeliharaan rumah


Aktivitas/Istir ahat Perawatan
Diri
Domain 5: Kelas4: 00222 Ketidakefektifan kontrol implus
Persepsi/Kog nisi Kognisi
Kelas 5: 00157 Kesiapan meningkatkan
Komunikasi Komunikasi
26

Domain 7: Kelas 1: 00106 - Kesiapan meningkatkan


pemberian ASI
Hubungan Peran
00061 - Ketegangan peran pemberi asuhan
caregiver
Peran 00062 - Risiko ketegangan peran pemberi asuhan
- Ketidakmampuan menjadi orang tua
00056 - Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
- Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
00164

00057

Kelas 2: 00058 - Risiko gangguan perlekatan


Hubungan 00063 - Disgungsi proses keluarga
- Gangguan proses keluarga
Keluarga 00060
- Kesiapan meningkatkan proses keluarga
00159

Kelas 3: 00223 - Ketidakefektifan hubungan


Performa 00207 - Kesiapan meingkatkan hubungan
peran
00229 - Risiko ketidakefektifan hubungan
27

00064 - Konflik peran orang tua

00055 - Ketidakefektifan performa peran

00052 - Hambatan interaksi sosial


Domain 9 : Kelas 2: 00074 - Penurunan koping keluarga
Koping/Toler ansi
Respon 00073 -Ketidakmampuan koping keluarga
stress koping
00075 -Kesiapan meningkatkan koping keluarga
00226 - Risiko ketidakefektifan perencanaan aktifitas
00212 -Kesiapan meningkatkan penyesuaian

Domain 10 :Prinsip Kelas 3: 00083 - Konflik pengambilan keputusan


hidup
Nilai/Keya 00170 - Risiko hambatan religiositas
kinan/Aksi
kongruen 00184 -Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan

Domain 11: Kelas 4: 00181 - Kontaminasi


Keamanan/ Hazard 00180 - Risiko kontaminasi

Proteksi lingkungan
28

Domain 13: Kelas 1: 00113 Risiko pertumbuhan tidak


Pertumbuhan Pertumbuh proporsional

/perkembang an an

Kelas 2: 00112 Risiko keterlambatan


Perkembang perkembangan

an
Carers Carers 10027773 - Stres pada pemberi asuhan
10027787 - Risiko stress pada pemberi asuhan
- Gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan
10029621 - Risiko stress pada pemberi asuhan
- Risiko gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan
10027787

10032270
Emosional/ 10023370 - Gangguan komunikasi
isu psikologikal 10038411 - Gangguan status psikologis
29

Perawatan 10029841 - Masalah ketenagakerjaan


Keluarga 10023078
- Gangguan proses keluarga
10022473
10022753 - Kurangnya dukungan keluarga
10035744 - Masalah dukungan sosial
10032364
- Masalah hubungan
- Risiko gangguan koping keluarga
Promosi Health 10023452 - Kemampuan untuk
Kesehatan promotion
mempertahankan kesehatan
10000918
- Gangguan mempertahankan kesehatan
10032386 - Risiko bahaya lingkungan

Manajemen 10021994 Kurangnya pengetahuan tentang


perawatan
Penyakit
jangka panjang

Medikasi 10022635 Gangguan kemampuan untuk


memanajemen pengobatan
Perawatan 10000925 Gangguan kerumahtanggaan
Diri
30

Manajemen 10029792 - Kekerasan rumah tangga


Risiko
10030233 - Keselamatan lingkungan yang efektif

10030233 - Masalah keselamatan lingkungan

10029856 - Risiko terjadinya penyalahgunaan

10032289 - Risiko terjadinya pelecehan anak

10032301 - Risiko terjadinya pengabaian anak

10033470 - Risiko terjadinya pelecehan lansia

10032340 - Risiko terjadinya pengabaian lansia

10033489 - Risiko untuk jatuh

10015122 - Risiko terinfeksi

10015133 - Risiko terjadinya pengabaian

10033436
31

Keadaan sosial 10029860 - Masalah financial


10029904 -tinggal di rumah
10022563 -pendapatan yang tidak memadai
10022753 -kurangya dukungan sosial
32

B. Tinjauan Teori Tuberculosis

a. Konsep dasar tuberculosis

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh

lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.Agens infeksius

utama, Mycobacterium tuberculosi, adalah batang aerobik tahan asam yang

tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. M.

Bovis dan M. Anium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan

terjadinya infeksi tuberculosis.

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya.Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan

saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak

melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri

tersebut. (Sylvia A. Price).

2. Etiologi

Tuberculosis paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis yang dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru

aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan

menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak

diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,

granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang


33

penderita tuberculosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak

sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet

tadi menguap.Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan

pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam

droplet nuklei terbang ke udara apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,

maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).

Menurut Smeltzer&Bare (2015), individu yang beresiko tinggi untuk

tertular virus tuberculosis adalah:

a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai

tuberculosis aktif.

b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka

yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan

hiv).

c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.

d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan

dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).

e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,

gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).

f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas

yang beresiko tinggi.


34

3. Anatomi fisiologi

Paru-paru terletak dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh

struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat yang

disebut diagfragma.Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-

paru kiri sekitar 560 gram.Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain

oleh jantung dan pembuluh besar serta struktur-struktur lain didalam rongga

dada.Selaput yang membungkus yang disebut pleura.Paru-paru terbenam bebas

dalam rongga pleura itu sendiri. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa

udara, sehingga pu-paru kembang kempis, dan juga terdapat sedikit cairan

(eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari

gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan napas.

Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri

atas tiga geambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah

(lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inverior). Sedangkan paru-paru kiri

terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir

bawah (lobus inverior).Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil

bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu lima buah

segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada lobus inverior.Paru-paru

kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada superior, 2 buah

segmen pada lobus medial, dan 3 buah segmen pada lobus inverior.Tiap-tiap

segmen terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.Diantara

lobulus satu dan lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah

getah bening dan syaraf dalam pada tiap-tiap lobulus terdapat sebuah
35

bronkeolus.Didalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut

duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

diameternya antara 0.2 sampai 0.3 mm.

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembng (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus).Pada gelombang inilah

terjadi pertukaran udara dalam darah O2 masuk kedalam darah dan Co2

dikeluarkan dalam darah.Gelembung alveoli terdiri ini terdiri dari sel-sel epitel

dan endotel.Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90

m2.Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah.Ukurannya

berfariasi, tergantung pada lokasi anatomisnya, semakin negatifnya tekanan

intrapleura diapeks, ukuran alveolus akan semakin besar.Ada 2 tipe sel

alveolus tipe satu berukuran besar, datar berbentuk skuamosa, bertanggung

jawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe 2, yaitu pneumosit glanular,

tidak ikut serta dalam pertukaran udara.sel-sel tipe 2 ini lah yang berproduksi

surfaktan, yang melapusi alveolus dan mencegahnya kolaps alveolus..

4. Patofisiologi

Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien tuberculosis

paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. droplet nuclei ini mengandung basil

TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.

Droplet nuclei ini mengandung basil TB.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,

maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular.

Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri tuberculosis paru ini


36

akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu

oleh sel-sel paru.Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di

sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri tuberculosis paru akan menjadi

dormant (istirahat).Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat

sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-

tubercolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.Reaksi

jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan

bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah

pemajanan.

Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan

gumpalan basil yang masih hidup.Granulomas diubah menjadi massa jaringan

jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan

menajdi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami

klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa

perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami

penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon system

imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri

dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti

keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,

mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah


37

menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih

membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

5. Manifestasi klinik

Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah

asimptomatis.Pada individu lainnya gejala berkembang secara bertahap

sehingga gejala tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap

lanjut.Bagaimanapun, gejala dapat timbul pada individu yang mengalami

imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil.Manifestasi

klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan, letargi,

anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi

pada siang hari, ”berkeringat malam” dan ansietas sering tampak, dispnea,

nyeri dada, dan hemoptisis adalah juga temuan yang umum (Tabrani, R. 2013).

Adapun keluhan yang sering muncul (Kemenkes, 2014) :

a. Demam : subfebris, febris (40-41˚C) , hilang timbul

b. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronchus, batuk ini terjadi

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari

batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru

d. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

e. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam


38

f. Sianosis, sesak nafas, dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian

dada pasie tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke

sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan

hitan dan diafragma menonjol ke atas perlu ditanyakan dengan siapa

pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena

penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

6. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya :

1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun

2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit

3) Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut, tetapi

pada umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap

penyembuhan.

b. Pemeriksaan radiologi

1) Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru

2) Bayangan yang berawan atau berbecak

3) Adanya kavitas tunggal atau ganda

4) Adanya kalsifikasi

5) Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru

6) Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu


39

c. Pemeriksaan bakteriologik (sputum)ditemukan kuman mikobakterium

tuberkulosis dari dahak penderita, memastikan diagnosis tuberculosis

paru pada pemeriksaan dahak.

d. Uji tuberkulin Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal

positif pada orang dewasa kurang bernilai.

7. Komplikasi

Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering

terjadi pada tuberculosis paru adalah:

a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

paru.

d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,

ginjal, dan sebagainya.

f. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).


40

8. Penatalaksanaan

Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru

menjadi tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case

finding).

a. pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang

bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.

Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes

tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks

diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif,

diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil

tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-

kelompok populasi tertentu misalnya:

1) Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan.

2) Penghuni rumah tahanan.

c. Vaksinasi BCG

Tabrani Rab (2010), vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang

berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat

mengurangi makna pada tes tuberkulin dilakukan pemeriksaan dan

pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,

yakni:
41

1) Pada etnis kulit putih dan bangsa asia dengan tes Heaf positif dan

pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum

positif harus diawasi.

2) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes

Heafnya positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.

3) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai

kemungkinan terkena.

4) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8

minggu dan bila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG.

Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka

pengobatan harus diberikan.

d. Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-

12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi

bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau

utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,

sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok

berikut:

1) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif

karena resiko timbulnya tuberculosis milier dan meningitis

tuberculosis,

2) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil

tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita tuberculosis

yang menular,
42

3) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari

negatif menjadi positif,

4) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat

immunosupresif jangka panjang,

5) Penderita diabetes melitus.

e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit

tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun

ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM

(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru

Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012)

Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada

penderita tuberculosis paru selain mengobati, juga untuk mencegah

kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta

memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan

pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang

penting untuk diketahui. Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis

(OAT)

1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.

a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R)

dan Streptomisin (S).

b) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan

Isoniazid (INH).
43

2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)

a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin

dan Isoniazid.

b) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin

dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan

Pirazinamid (Z).

3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas

bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E),

asam para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.

b) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh

Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu

fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan

obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat

tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan

rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid,

Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol bvfcd (Depkes RI,

2004) Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan

kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberculosis paru,

berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi,

apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping

itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan


44

tuberculosis paru yang dikenal sebagai Directly Observed

Treatment Short Course (DOTSC). DOTSC yang

direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen,

yaitu:

a) Adanya komitmen politis berupa dukungan para

pengambil keputusan dalam penanggulangan tuberculosis

paru.

b) Diagnosis tuberculosis paru melalui pemeriksaan sputum

secara mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan

penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur

dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana

tersebut.

c) Pengobatan tuberculosis paru dengan paduan OAT jangka

pendek dibawah pengawasan langsung oleh Pengawas

Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua bulan pertama

di mana penderita harus minum obat setiap hari.

d) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek

yang cukup. Pencatatan dan pelaporan yang baku.


45

9. Pathway

MICROBACTERIU DROPLET INFECTION MASUK LEWAT JALAN NAFAS


M TUBERKULOSA

MENEMPEL PADA PARU

KELUAR DARI DIBERSIHKAN MENETAP DI


TRACHEOBIONCHIAL OLEH MAGROFAG JARINGAN PARU
BERSAMA SEKRET

TERJADI PROSES
PERADANGAN
SEMBUH TANPA
PENGOBATAN

PENGELUARAN
ZAT PIROGEN TUMBUH DAN BERKEMBANG DI
SITOPLASMA MAKROFAG

MEMPENGARUHI
HIPOTHALAMUS SARANG
PRIMER/AFEK
PRIMER (FOKUS
GHON)
MEMPENGARUHI
SEL POINT

HIPERTERMI

LIMFANGITIS LOKAL
KOMPLEK PRIMER LIMFADINITIS REGIONAL

MENYEBAR KE ORGAN LAIN ( PARU


SEMBUH SENDRI SEMBUH DENGAN
LAIN, SALURAN PENCERNAAN,
BEKAS FIBROSIS
TULANG, MELALUI MEDIA, TANPA PENGOBATAN
BRONCHOGEN PERCONTINUITUM,
HEMATOGEN, LIMFOGEN)
46

RADANG TAHUNAN DI PERTAHANAN PRIMER TIDAK


BRONKUS ADEKUAT

BERKEMBANG MENGHANCURKAN PEMBENTUKAN TUBERKEL KERUSAKAN


JARINGAN IKAT SEKITAR MEMBRAN
ALVEOLAR

BAGIAN TENGAH NEKROSIS

MENURUNNYA
MEMBENTUK JARINGAN KEJU PEMBENTUKAN SPUTUM PERMUKAAN EFEK
BERLEBIHAN PARU

ALVEOLUS
SEKRET KELUAR SAAT BATUK TIDAK EFEKTIFNYA
BERSIHAN JALAN NAFAS

ALVEOLUS
BATUK PRODUKTIF ( BATUK MENGALAMI
TERUS MENERUS) KONSOLIDASI &
EKSUDASI

GANGGUAN
DROPLET INFECTION BATUK BERAT PERTUKARAN
GAS

TERHIRUP ORANG
DISTENSI ABDOMEN
SEHAT

RESIKO INFEKSI MUAL, MUNTAH

INTAKE NUTRISI KURANG

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUAN TUBUH
47

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru

1. Pengkajian

a. Identitas diri pada klien

1) Nama

2) Jenis kelamin

3) Umur

4) Tempat / tanggal lahir

5) Alamat

6) Pekerjaan

b. Riwayat Kesehatan

1) Kesehatan sekarang

a) Keadaan pernafasan (nafas pendek)

b) Nyeri dada

c) Batuk dan

d) Sputum

2) Kesehatan dahulu:

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan

3) pembedahan

4) Kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan

TB

1) Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya:

a) Demam
48

b) Menggigil

c) Lemah

d) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan

TB

2) Status perkembangan, misalnya:

a) Ibu yang melahirkan anak prematur perlu ditanyakan apakah

sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah risiko dan apakah usia

kehamilan cukup

b) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola

pernapasan, cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas,

c) sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama

3) Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya:

a) Tentang pekerjaan

b) Obat yang tersedia di rumah

c) Pola tidur-istirahat dan strees

4) keterlambatan atau pola peran-kekerabatan, misalnya:

a) adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya dan

keluarganya, serta

b) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap

peran sebagai istri / suami dan dalam melakukan hubungan seksual

5) Pola aktifitas / istirahat

a) Gejala :

1) Kelelahan umum dan kelemahan


49

2) Napas pendek karena kerja

3) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari,

4) menggigil dan atau berkeringat

b) Tanda :

1) Takikardi, takipnea / dispnea pada kerja

2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

6) Pola intergritas ego

a) Gejala :

1) Adanya / faktor stres lama

2) Masalah keuangan, rumah

3) Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan

4) Populasi budaya / etnik

b) Tanda :

1) Menyangkal (khususnya tahap dini)

2) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

7) Makanan / cairan

a) Gejala :

1) Kehilangan nafsu makan

2) Tidak dapat mencerna

3) Penurunan BB

b) tanda :

1) Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik

2) Kehilangan otot / hilang lemak subkutan


50

8) Nyeri / kenyamanan

a) Gejala :

a) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

b) Tanda :

1) Perilaku distraksi, gelisah

9) Pernapasan

a) Gejala :

1) Batuk produktif atau tidak produktif

2) Napas pendek

3) Riwaya TB / terpanjang pada individu terinfeksi

a) Tanda :

1) Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis

parenkim paru dan pleura)

2) Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi napas menurun /

tidak ada secara bilateral / unilateral. Bunyi napas tubuler dan /

atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekels tercatat di atas

apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels

pusttussic)

3) Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning atau

bercak darah

10) Keamanan

1) Gejala :

a) Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker


51

2) Tanda :

a) Demam rendah atau sakit panas akut

11) Interaksi sosial

a) Gejala :

1) Perasaan isolasai / penolakan karena penyakit menular

2) Perubahan pola biasa dalam tannggung jawab/ perubahan

kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

12) Penyuluhan dan pembelajaran

a) Gejala :

1) Riwayat keluarga TB

2) Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk

3) Gagal untuk membaik / kambuhnya TB

4) Tidak berpartisipasi dalam terapi

13) Pertimbangan

DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat adalah 6,6 hari

14) Rencana pemulangan :

1) Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan

bantuan perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah

15) Pemeriksaan penunjang

a) Rontgen dada

b) Usap basil tahan asam BTA

c) Kultur sputum

d) Tes kulit tuuberkulin (Wijaya & Yessie MP.2013.h.143).


52

2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret pada jalan

napas

b. Gangguan pertukan gas b.d kongestiparu, hipertensi pulmunal,

penurunan perifer yang mengakibatkan asidosi laktat dan penurunan

curah jantung

c. Hipertermia b.d reaksi inlamasi

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu

e. Resiko infeksi b.d organisme purulen. (Buku Aplikasi Nanda Nic-Noc,

Nurarif, H, A, & Kusuma, H,2015)

3. Intervensi

Diagnosa NIC
No NOC
keperwatan
1 ketidakefektif tujuan : kebersihan Airway suction
an bersihan jalan napas kembali
jalan napas efektif. a) Pastikan kebutuhan oral/
b.d Kriterian hasil : tracheal suctioning
akumulasi a. Mendemontrasikan b) Auskultasi suara nafas
sekret pada batuk efektif dan sebelum dan sesudah
jalan napas suara nafas yang suctioning
bersih, tidak ada c) Informasikan pada klien dan
sianosis dan keluarga tentang suctioning
dyspneu ( mampu d) Minta klien nafas dalam
mengeluarkan sebelum suctioning dilakukan.
sputum, mampu e) Berikan o2 dengan
bernafas dengan menggunakan nasal untuk
mudah, tidak ada memfasilitasi suction
pursed lips ) nasotrakeal
b. Menunjukan jalan f) Gunakan alat yang steril setiap
nafas yang paten ( melakukan tindakan
53

klien tidak mera sa g) Anjurkan pasien untuk istrahat


tercekik, irama dan napas dalam setelah
nafas, frekuensi kateter dikeluarkan dari
pernafasan dalam nasotrakeal.
rentang normal, h) Monitor status oksigen
tidak ada suara i) Ajarkan keluarga bagaian cara
nafas abnormal) melakukan suksion.
c. Mampu j) Hentikan suction dan berikan
mengidentifikasi oksigen apabila pasien
dan mencegah menunjukkan mbradikardi,
faktor yang dapat peningkatan saturasi 02, dll.
menghambat jalan Airway managent
nafas.
a. Buka jalan napas, gunakan
teknik chinlift atau jaw thrust
bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Indentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila
perlu
j. Berikan pelembab udara kassa
basah Nacl pelembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
l. Monitor respirasi dan status
02.
2 Gangguan  respiratory status : Airway managent
pertukan gas gas exchange
a. Buka jalan napas, gunakan
54

b.d  respiratory status : teknik chinlift atau jaw thrust


kongestiparu, ventilation bila perlu
hipertensi  vital sign satutus b. Posisikan pasien untuk
pulmunal, kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
penurunan c. Indentifikasi pasien perlunya
perifer yang a. mendemontrasikan pemasangan alat jalan napas
mengakibatk peningkatan buatan
an asidosi ventilasi dan d. Pasang mayo bila perlu
laktat dan oksigenasi yang e. Lakukan fisioterapi dada jika
penurunan adekuat perlu
curah jantung b. memelihara f. Keluarkan sekret dengan batuk
kebersihan paru- atau suction
paru dan bebas dari g. Auskultasi suara nafas, catat
tanda –tanda adanya suara tambahan
distress pernafasan h. Lakukan suction pada mayo
c. mendemotrasikan i. Berikan bronkodilator bila
batuk efektif dan perlu
suara nafas yang j. Berikan pelembab udara kassa
bersih, tidak ada basah Nacl pelembab
sianosis dan k. Atur intake untuk cairan
dyspneu ( mampu mengoptimalkan
mengeluarkan keseimbangan
sputum, mampu l. Monitor respirasi dan status 02.
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips) Respiratory monitoring
d. tanda – tanda vital
dalam rentang a. Monitor rata-rata, kedalaman,
normal. irama dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
d. Monitor pola nafas :
bradipena,takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan otot
55

diafragma ( gerakan paradoksis


)
g. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan/ tidak
adanyaventilasi dan suara
tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan nafas
utama
i. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Hipertermia Thermoregulasi a. Monitor suhu sesering
b.d reaksi mungkin
inlamasi b. Monitor warna dan suhu kulit
Setelah dilakukan c. Monitor tekanan darah, nadi
tindakan keperawatan dan RR
selama………..pasien d. Monitor penurunan tingkat
menunjukkan : kesadaran
e. Monitor WBC, Hb, dan Hct
Suhu tubuh dalam f. Monitor intake dan output
batas normal dengan g. Berikan anti piretik:
kreiteria hasil: h. Berikan cairan intravena
i. Kompres pasien pada lipat
 Suhu 36 – 37C
paha dan aksila
 Nadi dan RR dalam
j. Tingkatkan sirkulasi udara
rentang normal
k. Tingkatkan intake cairan dan
Tidak ada
nutrisi
perubahan warna
 Monitor TD, nadi, suhu, dan
kulit dan tidak ada
RR
pusing, merasa
 Catat adanya fluktuasi
nyaman
tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
4 Ketidakseimb  Nutritional status : Nutrition management
angan nutrisi  Nutritional status :
kurang dari food and fluid a. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan  Intake b. Kolaborasi dengan ahli gizi
56

tubuh b.d  Nutritional status : untuk menentukan jumlah


ketidakadeku nutrient intake kalori dan nutrisi yang
atan intake  Weight control dibutuhkan pasien.
nutrisi, Kriteria hasil : c. Anjurkan pasien untuk
dyspneu meningkatan intake fe
a. Adanya d. Anjurkan pasien untuk
peningkatan berat meningkatkan protein dan
badan sesuai vitamin c
dengan tujuan e. Berikan substansi gula
b. Berat badan ideal f. Yakinkan diet yang dimakan
sesuai dengan mengandung tinggi serat untuk
tinggi badan mencegah konstipasi
c. Mampu g. Berikan makanan yang terpilih
mengidentifikasi ( sudah dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi ahli gizi )
d. Tidak ada tanda h. Ajarkan pasien bagaimana
malnutrisi membuat catatan makanan
e. Menunjukkan harian
peningkatan fungsi i. Monitor jumlah nutrisi dan
pengecapan dari kandungan kalori
menelan j. Berikan informasi tentang
f. Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
penurunan berat k. Kaji kemapuan pasien untuk
badan yang berarti. mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
Nutrition monitoring

a. BB pasien dalam batas normal


b. Monitor adanya penurunan
berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
e. Monitor limgkungan selama
makan
f. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan
57

perubahan pigmentasi
h. Monitor turgol kulit
i. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kad albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan intake
nutrisi
o. Catat adanya edema,
hiperemik, hiperteonik papila
lidah dan cavitas oral.
p. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
5 Resiko Immune status a. Pertahankan teknik aseptif
infeksi b.d b. Batasi pengunjung bila perlu
organisme Knowledge : infection c. Cuci tangan setiap sebelum
purulen. control dan sesudah tindakan
Risk control keperawatan
d. Gunakan baju, sarung tangan
kriteria hasil: sebagai alat pelindung
e. Ganti letak IV perifer dan
a. klien bebas dari
dressing sesuai dengan
tanda dan gejala
petunjuk umum
infeksi
f. Gunakan kateter intermiten
b. mendeskripsikan
untuk menurunkan infeksi
proses penularan
kandung kencing
penyakit, factor
g. Tingkatkan intake nutrisi
yang mempengaruhi
h. Berikan terapi antibiotik bila
penularan serta
perlu infection protection(
penatalaksanaannya,
proteksi terhadap infeksi)
c. menunjukkan
i. Monitor tanda dan gejala
kemampuan untuk
infeksi sistemik dan lokal
mencegah timbulnya
j. Pertahankan teknik isolasi k/p
infeksi
k. Inspeksi kulit dan membran
58

d. jumlah leukosit mukosa terhadap kemerahan,


dalam batas normal panas, drainase
e. menunjukkan l. Monitor adanya luka
perilaku hidup sehat m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
p. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

Anda mungkin juga menyukai