Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan
keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa
tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pra interaksi,
orientasi sampai tahap evaluasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan bentuk
keperawatan yang komprehensip maka dapat melihat manusia sebagai
makhluk holistik yang utuh dan unik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
kewajiban perawat adalah menghormati hak pasien diantaranya adalah
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit, memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi.
Hak-hak pasien yang harus dihormati oleh para perawat telah diatur
dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No.8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pasien sebagai
konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya
pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran,
pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap
pelayanan kesehatan yang diterimanya, dengan hak tersebut di atas maka
konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam
keselamatan dan kesehatannya.
Hak-hak pasien ini dapat dilakukan oleh perawat melalui
orientasi yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien baru. Orientasi pasien
baru merupakan kontrak antara perawat dan pasien/keluarga dimana
terdapat kesepakatan antara perawat dengan pasien/keluarganya dalam
2

memberikan Asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan


saling percaya antara perawat dan pasien/ keluarga dapat terbina (Nining,
2008).
Praktik orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24
jam pertama) dan kondisi pasien sudah tenang. Orientasi diberikan pada
pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan di kamar pasien
dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya pasien diinformasikan
untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan di kamar
pasien. Namun demikian, praktik orientasi ini banyak yang tidak
dilakukan oleh perawat. Secara umum perawat menerima pasien rawat
inap dari instalasi gawat darurat, melakukan anamnesa atas pasien
kemudian melakukan beberapa tindakan seperti menyiapkan kamar dan
sebagainya, sementara memperkenalkan diri, membacakan hak-hak pasien
dan sebagainya tidak dilakukan. Banyak hal yang mempengaruhi tidak
dilakukannya praktik orientasi ini seperti adanya keengganan dari perawat,
rasa malas, merasa menambah beban, ketidaktahuan dan sebagainya.
Banyak perawat yang tidak mengetahui pentingnya praktik
orientasi sebagai salah satu sarana untuk menjalin hubungan yang baik antara
perawat dengan pasien. Perawat tidak mengetahui dan menyadari bahwa
praktik orientasi yang berupa pengenalan diri dan membacakan hak-hak
pasien merupakan suatu hak yang harus disampaikan oleh perawat. Hal ini
akan membuat pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami
secara benar baik berkaitan dengan hak dan kewajiban pasien selama
dirawat di rumah sakit. Pengetahuan sendiri merupakan hasil dari tahu
dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Hal ini terjadi setelah perawat belajar baik dari dunia pendidikan formal
maupun pengalaman selama bekerja di rumah sakit.
Kurangnya pengetahuan perawat tentang praktik orientasi ini dapat
disebabkan juga oleh faktor pendidikan misalnya masih banyaknya
perawat pelaksana yang hanya berpendidikan SPK yaitu sebanyak 9
3

orang, dan D3 sebanyak 65 orang sedangkan yang berpendidikan S1


sebanyak 2 orang, sementara itu perkembagan dunia medis
membutuhkan seorang perawat dengan pengetahuan yang tinggi yang
ditunjang dengan pendidikan yang baik. Faktor pengalaman bekerja juga
penting dimana semakin lama pengalaman bekerjanya maka perawat akan
lebih mengetahui dan memahami standar operasional perawatan yang harus
dijalankan kepada setiap pasien. Sebagaimana dijelaskan oleh
(Notoatmodjo, 2003) bahwa tindakan seserang akan sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan sementara pengetahuan itu sendiri dipengaruhi beberapa hal
seperti pendidikan dan pengalaman.
Praktik orientasi terhadap pasien baru ini sangat penting karena dapat
memberikan informasi kepada pasien ataupun keluarganya tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan proses keperawatan. Berdasarkan
fenomena yang peneliti dapati di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Semarang terhadap salah seorang anggota keluarga pasien yang
kebingungan untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit. Anggota
keluarga pasien ini tidak mendapat informasi yang jelas dari perawat
bagaimana prosedur dan juga ruangan administrasinya. Kejadian ini
menunjukkan bahwa orientasi terhadap pasien baru dan keluarga sangat
diperlukan dan harus dipraktikkan oleh perawat.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Susilowati (2008) yang meneliti
tentang hubungan pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan
dengan pelaksanaan standar operasional prosedur pasien baru di ruang rawat inap
Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta mendapatkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan
SOP pasien baru, dalam penelitian ini juga diketahui bahwa pengetahuan
perawat tentang pelaksanaan SOP yang rendah cukup besar yaitu sebanyak
38,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang pelaksanaan
SOP mempengaruhi tindakan perawat tersebut untuk melakukan SOP terhadap
pasien baru. Penelitian Susilowati ini meneliti seluruh standar operasional perawat
terhadap pasien baru, namun dalam penelitian hanya akan meneliti tentang
praktik orientasi perawat terhadap pasien baru.
4

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Bhakti Wira


Tamtama Semarang dengan melakukan wawancara terhadap 6 orang perawat
diketahui bahwa 4 diantaranya tidak melakukan orientasi terhadap pasien yang
baru masuk. Hal ini berdasarkan pengakuan 2 di antara perawat bersangkutan
karena ketidaktahuannya sementara 2 lainnya karena adanya keengganan
untuk melakukan orientasi karena dianggap membutuhkan waktu yang lama.
Para perawat ini beranggapan bahwa yang terpenting mereka telah melakukan
tindakan keperawatan secara benar dan memberikan pelayanan yang baik
kepada pasien maka hal itu dianggap sudah cukup dan tidak perlu lagi
melakukan orientasi kepada pasien baru dengan memperkenalkan diri,
membacakan tata tertib rumah sakit apalagi sampai membacakan hak-hak
pasien. Hasil wawancara dengan 5 orang pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama Semarang semuanya menyatakan bahwa saat pertama
kali masuk tidak didahuli oleh perawat yang memperkenalkan diri atau
memperkenalkan lingkungan rumah sakit. Perawat-perawat tersebut hanya
melakukan tindakan medis yang diperlukan saja.
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
kajian terhadap masalah praktik orientasi perawat terhadap pasien baru yang
dikaitkan dengan pengetahuan mereka. Untuk itu peneliti mengambil
judul “Hubungan pengetahuan dengan praktik orientasi perawat terhadap
pasien baru di ruang rawat inap RS. Bhakti Wira Tamtama Semarang”.

B. Rumusan masalah
Pasien baru sudah selayaknya mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan dirinya secara benar, salah satu informasi tersebut adalah
mengenai hak-hak yang dapat diterima oleh pasien. Informasi mengenai hak-
hak pasien ini menjadi tanggung jawab perawat melalui praktik orientasi
terhadap pasien baru, namun sayangnya hal ini jarang dilakukan oleh
perawat karena keengganan perawat, dianggap menambah beban, dan
karena ketidaktahuan perawat. Hasil studi pendahuluan mendapatkan bahwa
dari 6 perawat, 2 diantaranya menyatakan tidak tahu orientasi dan 2 lainya
enggan untuk melaksanakan orientasi karena membutuhkan waktu yang
5

lama. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut “Adakah hubungan pengetahuan perawat dengan praktik
orientasi terhadap pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama Semarang?”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan praktik orientasi
terhadap pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang praktik orientasi
di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.
b. Mendeskripsikan praktik orientasi terhadap pasien baru di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat dengan praktik
orientasi terhadap pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama Semarang.

D. Manfaat penelitian
1. Pasien dan keluarga
Pelaksanaan praktik orientasi terhadap pasien baru, akan memberikan
pengetahuan terhadap pasien dan keluarganya terutama mengenai hak-
hak yang dapat diterima sehingga pasien akan lebih dihargai dalam
tindakan asuhan keperawatan, dan pasien dapat meminta haknya
apabila ada hak yang dilanggar oleh pihak rumah sakit selama proses
perawatan.
2. Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat
untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktik orientasi kepada pasien
baru.
6

3. Instansi rumah sakit


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pelaksanaan pembinaan perawat khususnya pengetahuan tentang
standar pelayanan keperawatan dalam melaksanakan praktik orientasi
terhadap pasien baru.
4. Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
sejenis di masa yang akan datang.

E. Bidang ilmu
Penelitian ini berkaitan dengan bidang ilmu manajemen keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai