Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PKK GANGUAN MOBILITAS DAN

TRANPORTASI

Disusun Oleh

Nama : RACHMAD SUBARKAH

Nim : 149012019006

STIKes MUHAMAMDIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM PROFESI NERS

2019/2020
A Pengertian
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang (Ansari, 2011).

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif
dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008). Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,
membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong
untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12
jam.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006)

Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk membawa pasien dari lokasi
kejadian ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan
pasien.

Teknik mobilisasi dan transportaasi adalah teknik yang dapat digunakan oleh perawat
untuk member perawatan pada klien imobilisasi. Teknik ini juga mebutuhkan mekanika
tubuh tyang sesuai sehingga memungkinkan perawat untuk menggerakkan, mengangkat
atau memindahkan klien dengan aman dan juga melidungi perawat dari cidera sistem
muskulokelental

B Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang
dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua
yaitu :
 Ketidak mampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
 Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan
primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit
tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.

3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini
cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.
Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi
menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)

C Klasifikasi

Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara
lain :

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).

Rentang Gerak dalam mobilisasi


Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif


Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional


Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan (Carpenito, 2000).

D Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang
karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ
vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

 Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.
Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.
 Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada
tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara
sternum dan iga.
 Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan
dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan,
dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah
(tibia dan fibula) .
 Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara
bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan
dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi
pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
 Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel
mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.
Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.
Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum
mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.
 Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan
otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang
dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
 Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler,
terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai
sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali
pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
 Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama,
berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
 Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan
aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara
berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk
memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada
telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan
informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

E Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
3. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan ( pengurangan ROM, tirah baring,
penurunan kekuatan).
4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan pembatasan mobilisasi
5. Resiko injuri berhubungan dengan ( ketidak layakan mekanik tubuh,
ketidaklayakan posisi, ketidaklayakan proses pemindahan , kelemahan umum )
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembatasan mobilisasi
F Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan


 Pengkajian

1. Aspek biologis

 Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan
kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang
sesuai dengan tahap pekembangan individu.
 Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan
pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan
aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
 Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
imobilisasi terhadap sistem tubuh.

2. Aspek psikologis

Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis
klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang
digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.

3. Aspek sosial kultural

Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak
yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya,
misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun sosial dan lain-lain
4. Aspek spiritual

Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut
klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien
menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
 Data focus

DS

 Klien mengatakan kesulitan membolak balikan posisi


 Keluaraga klien mengatakan adanya perubahan cara berjalan
 Klien mengatakan klien tidak mampu berdiri terlalu lama
 Klien terlihat gerakan bergetar
 Klien mengatakan lemas
 Klien tidak mampu berjalan
 Klien mengatakan kesulitan memenuhi ADLs

DO

 Klien terlihat lemas


 Klien terlihat lemas
 Klien mengatakan klien pernah terjatuh
 Klien mengaatakan tidak mampu berdiriterlalu lama
 Teremor akibat pergerakan
 Keterbatasan kemampuan melakukan motorik kasar
 Pergerakan lambat
 Ketidakstabilan postur
 Pergerakan tidak terkordinasi
No Data focus Etiologi Diagnosa keperawatan

1 DS Penurunan Hambatan mobilitas fisik


kekuatan otot
 Klien mengatakan kesulitan
membolak balikan posisi
 Keluaraga klien mengatakan adanya
perubahan cara berjalan
 Klien mengatakan klien tidak
mampu berdiri terlalu lama
DO

 Klien terlihat gerakan bergetar


 Keterbatasan kemampuan
melakukan motorik kasar
 Teremor akibat pergerakan
 Ketidakstabilan postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak terkordinasi

2 DS kelemahan intoleransi aktifitas


umum
 Klien mengatakan lemas
 Klien tidak mampu berjalan
 Klien mengatakan kesulitan
memenuhi ADLs

DO

 Klien terlihat lemas


 Klien tidak mampu berdiri terlalu lama

3 DS Kelemahan Resiko cidera


umum
 Klien mengatakan klien pernah
terjatuh
 Kien mengaatakan tidak mampu
berdiriterlalu lama

DO

 Klien terlihat lemas


 Rencana keperawatan
No Diagnosa Noc Intervensi Rasional
keperawatan
1 Hambatan Setelah dilakuakn 1. Monitoring ttv sebelum dan 1. untuk mengetahui
mobilitas tindakan sesudah latihan dan lihat keadaan pasien
fisik Bd keperawatan respon klien saat latihan sebelum dan sesudah
penurunan 2. Konsultasikan dengan terapi
diharapkan klien tindakan keperawatan
kekuatan otot fisik tentang rencana
mampu ; ambuasi sesuai dengan 2. untuk embantuklien
kebutuhan dalam mengatasi
1. klien mampu
3. Bantu klien untuk imobiliasi
meningkatkan
menggunakan tongkat dan 3. Untuk
dalam aktifitas
cegah teerhadap cidera mengurangiresiko
fisik
4. Ajarkan pasien atau keluarga cidera
2. mengerti tujuan
tentang teknik ambulasi
dari 4. Untuk membantu klien
5. Keji kemampuan klien
peningkatan dalam mengatsi
dalam mobilisasi
mobilitas mobilisasi
6. Latih pasien dalam
3. memverbalisasi
pemenuhan adls secara 5. Untuk mengukur
kan kekuatan
mandiri sesuai kemampuan tingkat kemampuan
dan kemampuan
7. Damping dan bantu jika klien dalam ADLs
berpindah
klien memerlukan bantuan 6. Untuk membantu
4. memperagakan
dalam pemenuhan adls
penggunaan alat dalam pemenuhan
8. Berikan alat bantu jika klien
bantu ADLs
memerlukan
5. bantu untuk 7. Untuk membantu
9. Ajarkan klien posisi
mobilisasi
bagaiana merubah posisi dan mobilitas klien
(walker)
berikan bantuan jika di 8. Untuk mempermudah
perlukan dan mengurangi resiko
cedera saat klien
beraktifitas
9. Untuk menjaga
kenyamanan pasien
2 intoleransi Setelah diberikan 1. Kolaborasikan dengan 1. Untuk mengetahui
aktifitas bd informasi kesehatan tenaga rehabilitasi medic terapi yang tepat untuk
kelemahan diharapkan klien dalam merencenakan klien
umum program terapi yang tepat
1. berpatisipasi 2. Membantu klien dalam
2. Bantu klien untuk
dalam aktifitas memenuhi kebutuhan
mengindentifikasiaktivits
fisik tanpa di seft carenya
yang mampu dilakukan
sertai
3. Bantu klien memilih 3. Membantu klien dalam
peningkatan
aktifitas konsisten yang Pemenuhan kebuhan
tekanan darah
sesuai dengan kemampuan
nadi dan fisik psikologi dan sosial sehari hari
respirasi 4. Bantu untuk 4. Untuk melatih
2. mampu mengindentifikasi dan kemampuan klien
melakukan mendapatkan sumber
5. Untuk membatu
ADLs secara aktifitas yang di inginkan
mandiri 5. Bantu untuk mendapatkan aktifitas klien
3. TTV dalam alat bantu aktivitas seperti
batas normal kursi roda, krek
4. Energy
psikomotor
5. Level
kelemahan
6. Mampu
berpindah;
degan atau
tanpa alat
bantu
7. Status
kardiopulmun
ari adekuat

3 Resiko Setelah di lakukan 1. Sediakan lingkungan yang 1. Untuk mencegah


cidera bd pendidikan dan nyaman untuk klien terjadinya cidera (
kelemahan tindakan 2. Indentifikasi kebutuhan injury)
umum
keperawatan kemanyanan pasien, sesuai 2. untuk mengetahui
diharapkan klen ; dengan kondisi fisik dan aktifitas yang tepat
fungsi kognitif pasien dan untuk pasien
1. Klien terbebas riwayat penyakit pasien 3. untuk mencegah
dari cidera terdahulu terjadinya cidera
2. Klien mampu 3. Memasang side rall tempat 4. untuk menjaga
menjelaskan tidur kenyamanan klien
cara atau 4. Menyediakan tempat tidur 5. untuk mengawasi dan
metode untuk yang nyaman dan bersih membantu kebutuhan
mencegah 5. Menganjurkan keluarga klien
injuri untuk menjaga pasien 6. untuk mnjelasakn
3. Klien mampu 6. Berikan penjelasan tentang keadaan klien
meenjelaskan perubahan pada pasien dan saat di rawat dan
faktor resiko keluarga pasien tentang tindakan yang harus
dari status kesehatan pasien dan dilakukan oleh klien
lingkungan / penyebab penyakit.
prilaku
personal
4. Mampu
memodifikasi
gaya hidup
untuk
mencegah
injury
5. Menngunakan
fasilitas
kesehatan
yang ada
Daftar pustaka

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta
: EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC. Jakarta : EGC.

Mediaction publishing,2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan nanda jilid 1

Anda mungkin juga menyukai