Anda di halaman 1dari 35

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian tentang pengaruh berjalan kaki

dan hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah lansia

hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya yang dilakukan pada 7 januari 2019

sampai 21 Januari 2019. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 30 responden

dan semuanya bersedia menjadi responden.

Pembahasan dimulai dari gambaran umum UPTD Griya Werdha Surabaya,

karakteristik responden didapatkan dari data demografi yang meliputi umur, jenis

kelamin, pekerjaan, riwayat pendidikan, riwayat hipertensi keluarga, riwayat

konsumsi alkohol, riwayat merokok, konsumsi obat anti hipertensi, kemudian

dilanjutkan dengan penyajian data khusus dengan penyajian data khusus dengan

penyajian data khusus yang meliputi pre-test dan post-test terhadap tekanan darah

sistolik dan diastolik. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan

diberikan interpretasi pada variabel yang diteliti.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

UPTD Griya Werdha merupakan pelayanan unit yang berasal dari Dinas

Sosial Kota Surabaya yang terbentuk sebagai konsekuensi implementasi UU No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. UPTD Griya Werdha ini berlokasi di

Jalan Ketintang Madya 15a, Jambangan, Surabaya. Luas bangunan panti 2450m2,

dengan batas-batas bangunan yang di sekitar UPTD Griya Werdha yaitu, batas

Utara (pemukiman warga, Jalan Jambangan Baru 5), batas Selatan (pemukiman
88

warga), batas Barat (tol Jambangan Baru), batas Timur (pemukiman warga, Jalan

Ketintang Madya 4). Sarana Gedung yang dimiliki UPTD Griya Werdha meliputi

aula, dapur, ruang perawat, ruang administrasi, dan 12 ruang kamar tidur lansia, 2

ruang kamar untuk lansia dengan kondisi bedrest dan 10 ruang kamar untuk lansia

mandiri dan parsial yaitu Kamar Mawar, Kamar Bougenvile, Kamar Anggrek,

Kamar Sedap Malam, Kamar Dahlia, Kamar Teratai, Kamar Wijaya Kusuma,

Kamar Melati, Kamar Kamboja, dan Kamar Tulip dengan kapasitas masing-masing

ruang kamar terdiri dari 8–10 orang untuk setiap kamarnya serta dilengkapi dengan

kamar mandi, kipas angin atau pendingin ruangan (AC).

UPTD Griya Werdha merupakan unit pelayanan yang bertugas untuk

menampung dan memberikan hunian bagi para lanjut usia (lansia) yang terlantar di

Surabaya. Dengan memberikan fasilitas bagi para penghuninya berupa kebutuhan

primer seperti makan tiga kali dalam sehari ditambah dengan buah setelah makan

(buah papaya dan semangka) serta snack berupa singkong rebus, ubi dan pisang

rebus (pada malam saja), perawat, dokter, dan satu unit mobil ambulan.

Prioritas utama UPTD Griya Werdha ini yaitu lansia dengan usia diatas 60

tahun, dikategorikan miskin, terlantar, dan tidak punya keluarga. Jumlah lansia

yang tinggal di UPTD Griya Werdha pada Bulan Januari 2019 sebanyak 144

(kapasitas huni sebanyak 150 orang), jumlah ini meningkat 50% dari tahun 2017.

Lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha dikategorikan menjadi tiga

berdasarkan kemandirian lansia yaitu lansia mandiri, lansia parsial (keterbatasan

dalam berjalan dan pikun), dan lansia bedrest. Dari 144 orang lansia terdiri dari 24

orang lansia mandiri (laki-laki), 33 orang lansia mandiri (perempuan), 29 orang

lansia parsial (laki-laki), 40 orang lansia parsial (wanita), 3 orang lansia bedrest
89

(laki-laki), 15 orang lansia bedrest (wanita), dari seluruh penghuni 144 terdapat

kurang lebih 76 orang lansia penghuni panti mengalami hipertensi.

Kegiatan yang dilakukan lansia pada hari Senin adalah pemeriksaan TTV

(pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan seminggu sekali) meliputi tekanan darah,

nadi, dan pernapasan, hari Sabtu kegiatan jalan sehat (jalan keluar panti dan

memutari gang sekitar komplek perumahan sekitar lokasi panti werdha) yang

dilakukan sebelum makan pagi, dan pada hari minggu kegiatan senam pagi oleh

perawat (apabila ada mahasiswa praktik juga boleh mengikuti dan mendampingi

lansia), selain kegiatan tersebut, setiap hari lansia mengikuti pengajian yang

dilakukan setelah Sholat Maghrib sampai setelah Sholat Isya sekitar pukul 20:00

WIB. Pada malam harinya sekitar pukul 01:00 atau 02:00 WIB kegiatan Sholat

Tahajud berjamaah. Kegiatan rutin seperti makan pagi dilakukan pukul 07:00 WIB,

seusai makan pagi lansia melanjutkan aktivitas masing-masing seperti mandi,

mencuci dan menjemur pakaian, untuk lansia yang parsial personal hygiene nya

akan dilakukan oleh perawat dan dibantu oleh mahasiswa. Apabila tidak ada

kegiatan dari mahasiswa lansia beristirahat sampai waktu makan siang tiba,

sebelum makan siang, lansia melakukan Sholat Dhuhur berjamaah di mushola, lalu

dilanjutkan makan siang. Sholat Ashar berjamaah lalu makan sore lalu Sholat

Maghrib berjamaah, dilanjutkan Sholat Isya dan Sholat Sunnah Tahajud berjamaah

begitu seterusnya.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik demografi responden

Pada penelitian ini menggambarkan data demografi berupa jenis kelamin,

usia, pendidikan, riwayat keluarga dengan hipertensi, riwayat merokok dan


90

konsumsi obat anti hipertensi. Karakteristik demografi responden di UPTD Griya

Werdha adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Demografi di


UPTD Griya Werdha Surabaya Pada Bulan Januari 2019 (n=30)
No. Karakteristik Demogarfi Kelompok Perlakuan
Reponden F %
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 10 33,34 %
b. Perempuan 20 66,66 %
Total 30 100
2. Usia
a. 60-65 4 13,33 %
b. 66-70 5 16,67 %
c. 71-75 13 43,33 %
d. 76-80 8 26,67 %
Total 30 100
3. Pendidikan
a. Tidak sekolah 7 23,33 %
b. SD 16 53,33 %
c. SMP 4 13,33 %
d. SMA 3 10 %
Total 30 100
4. Riwayat Hipertensi Keluarga
a. Ada 18 60 %
b. Tidak ada 12 40 %
Total 30 100
5. Riwayat Merokok
a. Iya 8 26,67 %
b. Tidak 22 73,33 %
Total 30 100
6. Konsumsi obat anti hipertensi
a. Iya 11 36,67 %
b. Tidak 19 63,33 %
Total 30 100

Tabel 5.1 merangkum karakteristik demografi responden. Dapat dilihat dari

tabel tersebut bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dan

proporsi terbesar responden berada pada rentang usia 71-75 (43,33%). Berdasarkan

dari segi pendidikan proporsi terbesar responden berpendidikan rendah yaitu berada

pada tingkat pendidikan tamat SD/sederajat sebanyak 16 orang (53,33 %), sebagian

responden memiliki riwayat hipertensi keluarga yaitu sebanyak 18 orang (60 %),
91

sebagian besar responden tidak memiliki riwayat merokok yaitu sebanyak 22 orang

(73,33 %) dan sebagian besar responden tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi

sebanyak 19 orang (63,33 %).

5.1.3 Data Khusus

Data khusus pada penelitian ini didapatkan melalui pengaruh berjalan kaki

dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. Pada data khusus akan disajikan data

yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu tekanan darah sistolik dan

diastolik.

1. Uji Normalitas

Hasil penelitian ini akan diuji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

karena responden pada penelitian ini kurang dari 50. Berikut adalah hasil uji

normalitas data penelitian dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian (n=30)


Shapiro-Wilk Shapiro-Wilk
Data Penelitian Data Penelitian
Statistic p Statistic p
TD Sistolik Pre Hari 1 0,840 0,000 TD Diastolik Pre Hari 1 0,858 0,001
TD Sistolik Post Hari 1 0,932 0,055 TD Diastolik Post Hari 1 0,914 0,019
TD Sistolik Pre Hari 2 0,881 0,003 TD Diastolik Pre Hari 2 0,795 0,000
TD Sistolik Post Hari 2 0,976 0,724 TD Diastolik Post Hari 2 0,919 0,025
TD Sistolik Pre Hari 3 0,856 0,001 TD Diastolik Pre Hari 3 0,801 0,000
TD Sistolik Post Hari 3 0,934 0,064 TD Diastolik Post Hari 3 0,915 0,020
TD Sistolik Pre Hari 4 0,887 0,004 TD Diastolik Pre Hari 4 0,780 0,000
TD Sistolik Post Hari 4 0,927 0,041 TD Diastolik Post Hari 4 0,869 0,002
TD Sistolik Pre Hari 5 0,919 0,025 TD Diastolik Pre Hari 5 0,847 0,001
TD Sistolik Post Hari 5 0,900 0,008 TD Diastolik Post Hari 5 0,825 0,000
TD Sistolik Pre Hari 6 0,944 0,113 TD Diastolik Pre Hari 6 0,872 0,002
TD Sistolik Post Hari 6 0,912 0,016 TD Diastolik Post Hari 6 0,840 0,000

Tabel 5.2 memperlihatkan data variabel dari tekanan darah sistolik dan

diastolik sebelum dan sistolik dan diastolik sesudah perlakuan didapatkan

berdistribusi tidak normal (Shapiro Wilk dengan nilai signifikasi > 0,05 data
92

berdistribusi normal), karena pada data penelitian ini berdistribusi tidak normal dan

digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata antara dua kelompok sampel yang

saling berpasangan (pre-post), maka uji hipotesa penelitian yang digunakan adalah

Wilcoxon signed ranks test.

2. Pengaruh berjalan kaki dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan

tekanan darah sistolik

Hasil uji Wilcoxon signed ranks test tekanan darah sistolik dan diastolik pada

kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test Tekanan Darah Sistolik Subjek
Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Bulan Januari 2019 (n=30)
Berjalan Kaki Sebelum Intervensi Sesudah Intrevensi Wilcoxon signed
Dan Rendam Kaki f % F % rank test
Hari 1
Normal - - 7 23,3%
P.Hipertensi 15 50% 13 43,3% p= 0,006
Hipertensi 1 13 43,3% 10 33,3%
Hipertensi 2 2 6,7% - -
Hari 2
Normal - - 11 36,7%
P.Hipertensi 13 43,3% 11 36,7% p= 0,000
Hipertensi 1 16 53,3% 8 26,7%
Hipertensi 2 1 3,3% - -
Hari 3
Normal - - 9 30%
P.Hipertensi 14 46,7% 13 43,3% p= 0,000
Hipertensi 1 13 43,3% 7 23,3%
Hipertensi 2 3 10% 1 3,3%
Hari 4
Normal - - 14 46,7%
P.Hipertensi 12 40% 12 40% p= 0,000
Hipertensi 1 17 56,7% 4 13,3%
Hipertensi 2 1 3,3% - -
Hari 5
Normal - - 16 53,3%
P.Hipertensi 9 30% 10 33,3% p= 0,000
Hipertensi 1 18 60% 4 13,3%
Hipertensi 2 3 10% - -
93

Hari 6
Normal - - 20 66,7%
P.Hipertensi 6 20% 10 33,3% p= 0,000
Hipertensi 1 21 70% - -
Hipertensi 2 3 10% - -

Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan

post test didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik. Sebelum

intervensi dilakukan dapat dilihat pada tabel tidak ada seorang responden yang

dikatergorikan normal. Namun setelah intervensi terdapat pasien yang masuk

dalam kategori normal (sesuai standard JNC VIII yaitu <120) dengan jumlah yang

mengalami peningkatan pada hari pertama hingga ke enam, namun terkecuali pada

hari ke tiga yang mengalami penurunan. Sebaliknya responden yang berada pada

hipertensi grade 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hanya pada hari

ke tiga muncul hipertensi grade 2 (3,3%). Kemudian pada hipertensi grade 1

mengalami penurunan mulai dari hari pertama hingga hari ke enam jumlah nya

yang semakin menurun menunjukan adanya pengaruh berjalan kaki dan rendam

kaki air hangat. Dapat di simpulkan responden setelah dilakukan intervensi yang

masuk dalam kategori normal semakin meningkat, responden dengan hipertensi

grade 1 nilainya semakin menurun, sedangkan pada responden yang masuk dalam

hipertensi grade 2 menunjukan pola yang tidak teratur, responden dengan pre

hipertensi menunjukan pola yang fluktuatif (naik-turun).

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon sign rank test (dengan signifikasi

p=0,05) ditemukan adanya penurunan tekanan darah sistolik dari hari pertama

intervensi hingga hari keenam, hal ini ditunjukan dengan p=0,006 pada hari pertama

dan p=0,000 pada hari keenam, terdapat perbedaan yang signifikan.


94

3. Pengaruh berjalan kaki dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan
tekanan darah diastolik
Tabel 5.5 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test Tekanan Darah Diastolik
Subjek Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Bulan Januari 2019 (n=30)
Berjalan Kaki Sebelum Intervensi Sesudah Intrevensi Wilcoxon signed
Dan Rendam Kaki f % F % rank test
Hari 1
Normal - - 16 53,3%
P.Hipertensi 9 30% 6 20% p= 0,018
Hipertensi 1 7 23,3% 8 26,7%
Hipertensi 2 14 46,7% - -
Hari 2
Normal 14 46,7% 25 83,3%
P.Hipertensi 7 23,3% 2 6,7% p= 0,002
Hipertensi 1 9 30% 3 10%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 3
Normal 14 46,7% 21 70%
P.Hipertensi 5 16,7% 5 16,7% p= 0,010
Hipertensi 1 11 36,7% 4 13,3%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 4
Normal 14 46,7% 26 86,7%
P.Hipertensi 6 20% 4 13,3% p= 0,002
Hipertensi 1 10 33,3% - -
Hipertensi 2 - - - -
Hari 5
Normal 11 36,7% 28 93,3%
P.Hipertensi 10 33,2% 1 3,3% p= 0,000
Hipertensi 1 9 30% 1 3,3%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 6
Normal 7 23,3% 28 93,3%
P.Hipertensi 10 33,3% 2 6,7% p= 0,000
Hipertensi 1 13 43,3% - -
Hipertensi 2 - - - -

Dari tabel 5.5 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan

post test didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah diastolik, namun

sebelum intervensi dilakukan dapat dilihat pada tabel terdapat responden yang

dikatergorikan normal jumlah nya fluktuatif dari hari pertama hingga hari ke enam.
95

Namun setelah intervensi terdapat pasien yang masuk dalam kategori normal

(sesuai standard JNC VIII yaitu <80) dengan jumlah yang mengalami peningkatan

yang signifikan pada hari pertama hingga ke enam, namun terkecuali pada hari ke

tiga yang mengalami penurunan. Sebaliknya responden yang berada pada hipertensi

grade 2 hanya ditemukan pada hari pertama sebelum dilakukan intervensi saja

sebesar 46,7%. Kemudian pada hipertensi grade 1 tidak signifikan tapi terjadi

penurunan yang fluktuatif mulai dari hari pertama hingga hari ke enam jumlah nya

yang semakin menurun menunjukan adanya pengaruh berjalan kaki dan rendam

kaki air hangat. Dapat di simpulkan responden setelah dilakukan intervensi yang

masuk dalam kategori normal semakin meningkat, responden dengan hipertensi

grade 1 nilainya fluktuatif, sedangkan pada responden yang masuk dalam hipertensi

grade 2 menunjukan pola yang menurun dengan jumlah terbsar berada pada hari

pertama.

Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan

post test pada kelompok perlakuan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

tekanan darah diastolik. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon sign rank test

(dengan signifikasi p=0,05) ditemukan adanya penurunan tekanan darah sistolik

dari hari pertama intervensi hingga hari keenam, hal ini ditunjukan dengan p=0,018

pada hari pertama dan p=0,000 pada hari keenam, terdapat perbedaan yang

signifikan.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh jalan kaki dan rendam kaki terhadap tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik.


96

Jalan kaki dan rendam kaki dapat menurunkan tekanan darah sistolik dalam

rentang 10 – 35 mmHg. Olahraga berjalan kaki akan menigkatkan aktivitas simpatis

yang mempengaruhi peningkatan heart rate dan stroke volume. Peningkatan

aktivitas saraf simpatik ini dibaca oleh baroreseptor yang terletak pada arteri carotis

dan arkus aorta, baroreseptor bertugas untuk membaca tekanan dan disampaikan

langsung ke medulla oblongata melalui nervus vagus (N X) dan nervus

glossopharingeal (N IX). Selanjutnya medulla oblongata bereaksi menghambat

aktivitas parasimpatis dan melepaskan norepinefrin yang bekerja di SA node.

Peningkatan aktivitas simpatis mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah dan

peningkatan aliran darah ke otot. Pada vasokontriksi terjadi peningkatan ANP

(Atrial Natriuretic Peptide). yaitu hormon jantung yang dikeluarkan dikeluarkan

atrium jantung dalam rangka merespon adanya distensi pada bagian atrium,

stimulasi angiotenisn II, dan juga situmulasi simpasis. Peningkatan kadar ANP

sering ditemukan selama terjadi hipervolemi ( peningkatan volume darah ) dan juga

gagal jantung kongestif. Corin yang merupakan enzim protease bertugas mengubah

pro ANP menjadi ANP (Atrial Natriuretic Peptide). Fungsi Hormon Atrial

Natriutetic Peptide antara lain sebagai hormon yang berperan penting dalam

mengatur keseimbangan natrium dan air, sebagai hormon yang berperan penting

dalam mengatur keseimbangan darah dan tekanan arteri, sebagai hormon yang

berfungsi untuk meningkatkan volume darah yang ditandai dengan meningkatnya

regangan dan tekanan di daerah natrium. Hormon atrial natrutetic peptide ini

bekerja dengan menurunkan pelepasan aldosterone oleh korteks adrenal, setelah itu

meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus yang nantinya akan menimbulkan

diuresis dan natriuresis, serta menurunkan pelepasan renin. Melalu mekanisme


97

kinerja inilah ANP tersebut dapat berperan dalam menurukan volume darah dan

tekanan vena sentral , kardiak output dan tekanan darah arterial, maka tekanan darah

tersebut mengalami penurunan. Selanjutnya setelah berjalan kaki terjadi relaksasi,

penurunan ketegangan otot, selanjutnya sitem baroreseptor akan meberikan respon

ke medulla oblongata, terjadi penyetingan oleh medulla oblongata dengan

meningkatkan aktivitas parasimpatis (pada saat istirahat) dan aktivitas simpatis

menurun. hal ini menyebabkan penurunan aliran simpatis ke arteriol (menurunkan

tahanan perifer), penurunan aliran simpatis ke vena (menurunkan tekanan pengisian

jantung), penurunan tonus simpatis dan peningkatan tonus parasimpatis ke jantung

(memperlambat frekuensi denyut jantung dan menurangi kontraktilitas), dan

menghambat sekresi ADH, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Rendam kaki menggunakan air hangat akan menyebabkan terangsangnya

saraf pada kaki untuk merangsang baroreseptor, dimana baroreseptor merupakan

reflek yang paling utama dalam mengontrol regulasi tekanan darah. Baroreseptor

menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berada di arkus aorta dan

arteri karotis. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang,

reseptor-reseptor ini mengirim impuls dengan cepat ke pusat vasomotor dan

mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga terjadi perubahan

tekanan darah.

Hidroterapi rendam air hangat yaitu dengan sistem konduksi terjadi

perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan

pelebaran pembuluh dan ketegangan otot sehingga dapat memperlancar peredaran

darah yang akan memperngaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus

kortikus dan arkus aorta yang menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf
98

yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada

otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke

pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu

regangan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada

awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka. Untuk membuka

katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta.

Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya

pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah

mendorong darah masuk ke jantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya.

Pada tekanan diastoliknya keadaan relaksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel

berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan

adanya pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan diastolik..

Teori adaptasi roy menjelaskan model adaptasi merupakan kerangka

konseptual keperawatan yang dikembangkan oleh Sister Calista Roy. Roy

memandaang individu sebagai makhluk biopsikososial yang dilihat sebagai satu

kesatuan utuh yang memiliki koping untuk beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Menurut Roy terdapat 5 komponen utama dalam ilmu keperawatan,

yaitu (1) manusia yang mendapat asuhan keperawatan; (2) keperawatan; (3) konsep

sehat; (4) konsep lingkungan; (5) aplikasi tindakan keperawatan (Nursalam, 2013).

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai sesuatu yang berpengaruh terhadap

perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga

integritas diri.

Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Input

yang mempengaruhi tekanan darah berupa stimulus residual (yang dapat dikontrol)
99

meliputi stress, obesitas, kurangnya aktivitas olahraga, konsumsi kadar garam

tinggi, merokok, dan stimulus konstektual (yang tidak dapat dikontrol) meliputi

genetic, usia, jenis kelamin, etnik atau ras. Stimulus fokal (yang bersinggungan)

yaitu kombinasi jalan kaki dan rendam kaki.

Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses

kontrol dari individu sebagai suatu system adaptasi. Mekanisme tersebut

dinamakan regulator dan kognator. Subsistem regulator dan kognator adalah

mekanisme penyesuaian atau koping yang berhubungan dengan perubahan

lingkungan, diperlihatkan dari perubahan biologis, psikologis dan sosial. Sehingga

efek simultannya dapat menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan pengukungan tekanan darah sistolik dari 30 responden yang

diambil saat pre test dengan rerata sebesar 140 mmHg, nilai rerata per hari

menunjukan hasil tertinggi pada pre hari keenam sebesar 145 mmHg. Hasil

pengukuran darah pada responden menunjukan bahwa rerata dari tekanan darah

sistolik sebelum intervensi merupakan hipertensi derajat 1. Faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia sangat banyak, Smeltzer & Bare

(2009) menjelaskan bahwa tekanan darah seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor dan setiap individu memiliki respon secara spesifik yang berbeda-beda

dengan individu lainnya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

usia, jenis kelamin, genetic atau keturunan, stress, dan perubahan biologis akibat

proses penuaan. Salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah usia, hasil

penelitian menunjukkan dari 30 responden yang mengalami hipertensi lebih banyak

pada usia 71-75 yaitu sebesar 43,33% dan terbesar kedua yaitu berada pada rentan

usia 76-80 yaitu sebesar 26,67%. Harison, Wilson & Kasper (2005) menyatakan
100

bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya, hal

ini disebabkan karena perubahan usia juga menyebabkan terjadinya penurunan

fungsi dan perubahan sistem hormonal pada vaskuler. Tingkat tekanan darah lansia

biasanya akan mengalami peningkatan pada tekanan sistoliknya, ini disebabkan

karenan adanya penurunan elastisitas pembuluh darah. Elastisitas arteri semakin

berkurang, tidak lentur, dan cenderung menjadi kaku (Widyanto & Tribowo, 2013).

Pada proses penuaan, struktural dan fungsional pada sistem endotel

pembuluh perifer mengalami perubahan. Perubahan tersebut meliputi

atherosclerosis, yaitu hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah. Perubahan elastisitas pembuluh darah terjadi

karena penumpukan plak pada pembuluh darah. Perubahan elastisitas aorta dan

pembuluh darah besar mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik.

Disfungsi endothel dan penurunan NO (Nitric Oxide) berkaitan dengan peningkatan

kekakuan arteri dan kejadian isolated systolic hypertension (ISH), keadaan ini

menyebabkan arteri tidak dapat mengembang saat jantung memompa dan

mengalirkan darah ke arteri, sehingga volume darah yang mengalir sedikit tidak

lancar dan berdampak pada penurunan curah jantung dan tahanan perifer.

Pada penelitian ini sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 66,66 %. Secara global kejadian hipertensi lebih tinggi laki-laki daripada

perempuan, karena laki-laki cenderung memiliki gaya hidup yang dapat

meningkatkan tekanan darah seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Namun,

pada penelitian ini didapatkan responden perempuan lebih banyak daripada laki-

laki, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia perempuan akan

mengalami perubahan hormonal. Pada usia lanjut perempuan akan mengalami


101

menopause dimana kadar hormon estrogen akan mengalami penurunan, dapat

dilihat dari hasil penelitian Faah (2015) bahwa hormon estrogen akan menurun

kadarnya ketika perempuan memasuki usia lanjut (menopause) sehingga

perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi. Hormon estrogen sendiri

memiliki peranan penting dalam meningkatkan kadar HDL (High Density

Lipoprotein). Menurut penelitian Andini (2013) kadar HDL yang tinggi merupakan

faktor pencegah terjadinya proses atherosclerosis. Pada umumnya penurunan

hormon estrogen ini mulai terjadi pada wanita pada usia 45-55 tahun.

Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia

adalah kurangnya melakukan aktifitas fisik. Jenis aktifitas fisik yang efektif untuk

menurunkan tekanan darah adalah berjalan kaki. Aktifitas fisik di UPTD Griya

Werdha terdapat senam yang rutin di lakukan sekali dalam seminggu, sedangkan

menurut rekomendasi JNC VIII tahun 2014 lanjut usia dengan hipertensi

seyogyanya melakukan olahraga 3 kali dalam seminggu. Aktivitas yang kurang

dapat menyebabkan hipertensi dikarenakan terjadi penurunan curah jantung

sehingga pompa darah ke jantung berkurang. Tekanan darah sendiri dipengaruhi

oleh cardiac output (curah jantung) dan TPR atau tahanan perifer (Total Peripheral

Resisten). Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium, stress, obesitas, dan factor resiko

hipertensi lainnya (Widyanto & Tribowo, 2013).

Hal ini sesuai dengan penelitian (Anggi, L. & Wiwin. 2017) didapat hasil

berjalan kaki selama 20 menit dapat menurunkan tekanan darah dengan rerata

tekanan sistolik sebesar 13,45 mmHg dan tekanan diatolik sebesar 7,72 mmHg.
102

Pelaksanaan berjalan kaki dan rendam kaki air hangat pada hari ke tiga

terjadi kenaikan tekanan darah, pada responden berkode A8 hal ini disebakan

karena terjadi pertengkran dengan lansia lain dikarenakan tersinggung dengan

perkataan lansia tersebut. Sedangkan penurunan yang terbesar terjadi pada

responden berkode A10 hal ini disebabkan karena A10 merupakan responden

paling muda, sedangkan responden dengan kode A25 dan A26 mendapatkan

penurunan yang paling rendah yaitu sebesar 5 mmHg, hal ini dikarenakan

responden A25 dan A26 berumur paling tua diantara 30 responden. Semakin tua

seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi (Yang fi, 2016).

Efek jangka pendek mempengaruhi tekanan darah sistolik tetapi pada hari

ke tiga terdapat responden yang mengalami kenaikan tekanan darah, kemungkinan

besar prediksi terus menerus diberikan intervensi tersebut apakah tekanan darahnya

kembali ke tekanan darah awal atau semula, maka perlu penelitian selanjutnya

dengan waktu yang lebih panjang sehingga didapatkan hasil yang significant .
103

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

pengaruh berjalan kaki dan hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan

tekanan darah lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian maka disimpulkan:

1. Ada pengaruh pada pemberian intervensi berjalan kaki dan rendam kaki

air hangat terhadap perubahan tekanan darah sistolik pada lansia

hipertensi.

2. Ada pengaruh pada pemberian intervensi berjalan kaki dan rendam kaki

air hangat terhadap perubahan tekanan darah diastolik pada lansia

hipertensi.

6.2 Saran

1. Bagi tempat penelitian

UPTD Griya Werdha disarankan untuk melanjutkan terapi olahraga

berjalan kaki dan rendam kaki air hangat, gabungan ke dua intervensi ini

dapat menurunkan tekanan darah, meskipun lansia melakukan aktivitas

yang lain dan tidak mempengaruhi hasil pada saat intervensi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan lebih

memperhatikan faktor perancu (waktu konsumsi obat-obatan) dan pada


104

sampel dengan jumlah yang lebih banyak atau dilakukan pada 2 tempat

dan ditambahkan dengan kelompok kontrol untuk pembanding.

3. Bagi fasilitas kesehatan lainya

Gabungan dua intervensi dapat diterapkan pada lansia diluar panti

yang menderita hipertensi, namun dengan syarat seperti lansia dengan

resiko jatuh rendah, lansia dengan nilai indeks katz A.


105

DAFTAR PUSTAKA

Arista, S. 2018.‘Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi Terhadap Tingkat Hipertensi


Lansia Di Dusun Biru Trihanggo Gamping Sleman’.Skripsi
Barader, M., Mary, W.D. & Yakobus, S. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler :
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Black, Henry R. & William, J. E., 2013. Hypertension A Companion to
Braunwald’s Heart Disease Second Edition. Philadelphia : El Sevier
Saunders.
Dian, I.P. 2017.‘Pengaruh jalan pagi terhadap perubahan tekanan darah pada lanjut
usia dengan hipertensi di desa kalianget timur kecamatan kalianget kebupaten
sumenep.Skripsi
Dewi, S. R., 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Deepublish.
Dharma, Kelana. K., 2018. Pemberdayaan Keluarga Untuk Mengoptimalkan
Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke. Yogyakarta : DEEPUBLISH.
Efendi, Ferry dan Makhfudli., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Etik, T. 2016.‘Pengaruh Olahraga Berjalan Kaki (Casual Walking) Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi’.Skripsi
Ferayanti, N. 2017.‘Efektivitas Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah’. Skripsi
Fikriana, Riza., 2018. SISTEM KARDIOVASKULER.Yogyakarta : Deepublish.
Gamya, T.U.,Wasito & Mustika. (2017) ‘Analisa Tekanan Darah Lansia Yang
Melakukan Kegiatan Olahraga Jalan Pagi’.Skripsi
Hernandez, Eduardo., 2015 . A Review of the JNC 8 Blood Pressure Guideline.
Texas Heart Institute Journal. Jun; 42(3): 226–228. Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4473614/
Inggrid, E.D. 2017.‘Efektivitas Hidroterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Wreda Al- Islah Malang’.Skripsi
Irwan,. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Deepublish.
Kementrian Kesehatan R.I., 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Kesehatan R.I.
106

Manurung, Nixson, Rostinah, M. dan Christina, M. T. B., 2017. Asuhan


Keperawatan Sistem Endokrin Dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan
Keperawatan Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Deepublish.
Muhadi, 2016. JNV 8: Evidence-based Guidline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. Jakarta : Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo. CDK-
236/ vol. 43 no. 1, th. 2016
Muhith, Abdul dan Sandu S., 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta
: CV.ANDI OFFSET.
Muttaqin, Arif., 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Nadar, Sunil dan Gregory.YH.L., 2015. Hypertension Second Edition. New York :
Oxford University Press.
Neporent, Liz., 2000. Fitness Walking For Dummies. Canada : Wiley Publishing,
Inch.
Nugraha, A. et al., 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah: Diagnosis
Nanda -1 2015-2017 Intervensi Nic Hasil Noc. Jakarta : EGC.
Nur, S. 2018.‘Perbandingan Pemberian Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat Dan Pijat
Akupresur Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer’.Skripsi
Nursalam, 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, 2015. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry., 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : Salemba.
Ram, C. Venkata S., 2014. Hypertension : A Clinical Guide. London : CRC Press.
Ronny, Setiawan dan Sari Fatimah., 2010. Fisiologi Kardiovaskuler : Berbasis
Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.
Shahbabu, Bhaskar, Aparajita, D., Kaushik, S., Sanjaya, K.S., 2016. Which is More
Accurate in Measuring the Blood Pressure? A Digital or an Aneroid
Sphygmomanometer. Journal of Clinical and Diagnostic Research.
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4843288/pdf/jcdr-
10-LC11.pdf
107

Sunaryo. et al., 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. ANDI


OFFSET.
Tao.L.dan Kendall.K., 2013. Sinopsis Organ System Kardiovaskuler, Pendekatan
dengan Sistem Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus Klinik. Tanggerang
Selatan : Karisma Publishing Group.
Wang, R.W.& Zhao, C. 2017.“Effect of 12-week brisk walking training on exercise
blood pressure in elderly patiens with essential hypertension : a pilot
study’.Skripsi
White, Lois., Gena, D. & Wendy, B., 2013. Medical Surgical Nursing : An
Integrated Approuch Third Edition. New Zealand : Cengange Learning
Widyanto, F.C.& Triwibowo,C.,2013.Trend Diseases “Trend Penyakit Saat Ini”.
Jakarta : Trans Info Media.
Wijaya, Andra. S. & Yessie, M. P., 2013.KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
https://www.heart.org/-/media/data-import/downloadables/hypertension-
guideline-highlights-flyer-ucm_497841.pdf
Yuliatin, Enik,. 2012. Bugar dengan Olahraga. Jakarta Timur : Balai Pustaka
(Persero).
108

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian


109

Lampiran 2 Surat ijin penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Surabaya
110

Lampiran 3 Surat Penelitian UPTD Griya Werdha


111

Lampiran 4 Surat lulus kaji etik


112

Lampiran 5 Lembar Permohonan menjadi Responden Penelitian


LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian Skripsi di Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, maka saya :
Nama : Riza Mustika Wenny
NIM : 131711123021
Jabatan : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Dosen Pembimbing :
1. Dr. Ninuk Dian Kurniawati,S.Kep.Ns.,MANP
2. Dr. Abu Bakar,S.Kep.Ns.,M.Kep.SP,Kep.MB

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Berjalan Kaki dan


Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya” untuk maksud dan tujuan
menganalisis pengaruh berjalan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan menjadi responden dan bersedia menanda tangani formulir persetujuan
yang telah disediakan. Saya menjamin kerahasiaan pernyataan dan identitas saudara
karena penelitian ini tidak akan mencantumkan identitas saudara.

Surabaya, Desember 2018


Hormat saya,

Riza Mustika Wenny


113

Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian Bagi Responden


LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN
(FORM INFORMATION FOR CONSENT)
1. Judul penelitian
Pengaruh Berjalan Kaki dan Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di UPTD
Griya Werdha.
2. Tujuan
Menganalisis pengaruh berjalan kaki dan hidroterapi rendam kaki air hangat
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
3. Perlakuan yang diterapkan pada subjek
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-experimental
dengan one group pra-post test design. Peneliti ingin mengetahui pengaruh
berjalan kaki dan hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian ini melibatkan dua
kelompok subjek, kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi. Berjalan
kaki dan hidroterapi rendam kaki air hangat ini dilakukan 6 kali pertemuan
selama dua minggu, dimana setiap pertemuan durasinya 40 menit.
4. Manfaat
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh pengetahuan
yang dapat digunakan sebagai pilihan alternatif baru dalam menurunkan
tekanan darah yang lebih efektif dan efesien khususnya bagi usia lanjut.
5. Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subjek selaku
responden dalam penelitian ini, dikarenakan intervensi yang diberikan pada
subjek bukan merupakan tindakan invasif, subjek hanya diberikan
intervensi berjalan dengan intensitas lambat-sedang. Apabila penelian ini
dirasa menyebabkan bahaya potensial kepada responden maka pihak
penganggung jawab adalah peneliti.
6. Hak untuk undur diri
Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini sifatnya adalah sukarela sehingga
subjek berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan
dampak yang merugikan bagi subjek.
7. Intensif untuk responden
Responden yang mengikuti penelitian ini tidak mendapatkan intensif berupa
souvenir yang telah disiapkan peneliti.
8. Jaminan kerahasiaan
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden terjamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil akhir penelitian.

Peneliti,

Riza Mustika Wenny


114

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Telah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Berjalan Kaki Dan Hidroterapi
Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya “.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada responden
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak
bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian dengan penuh
kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Surabaya, Desember 2018
Peneliti Responden

( Riza Mustika Wenny ) (……………………)


Saksi

(……………………..)
*) Coret salah satu
115

Lampiran 8 SOP Merendam kaki dengan air hangat

No. Tindakan
1. Persiapkan alat dan bahan:
1. Thermometer air
2. Baskom/ ember bentuk tabung dengan tinggi 44 cm, diameter 47
cm , dan tebal 0,25 cm.
3. 2 buah handuk ukuran dewasa (70×135 cm)
4. Wadah air/ termos yang berisi air panas 3 L
2. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur
4. Menanyakan kesiapan klien
3. Fase Kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Berikan klien posisi duduk
3. Mengukur tekanan darah klien 10 menit sebelum dilakukan
rendam kaki menggunakan sphygmomanometer, stetoschope dan
dicatat dalam lembar penilaian observasi.
4. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air panas sampai
setengah penuh lalu ukur suhu air (35oC) dengan thermometer air.
5. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki
terlebih dahulu.
6. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka
tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali
suhunya dengan thermometer. Atau bisa dengan cara lansung
mengganti dengan ember yang baru dengan suhu yang sudah
diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau
ember kedua.
8. Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu
9. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan
handuk.
10. Rapikan alat
5. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Catat hasil kegiatan dalam lembar observasi
4. Berpamitan
(Kusumaastuti,2008)
116

Lampiran 9 SOP Pemeriksaan Tekanan Darah Dengan Sphygmomanometer


STANDART OPERATING PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DENGAN
SPHYGMOMANOMETER
S.P.O. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Pengertian Mengukur tekanan sistol dan diastole yang merupakan
indikator untuk menilai fungsi daripada sistem
kardiovaskuler
Tujuan Mengetahui nilai tekanan darah
Kebijakan Peraturan Direktur RSUD Dr.Soetomo No.
118.4/10649/301/2012 tentang kebijakan pelayanan
RSUD Dr.Soetomo
Prosedur 1. Identifikasi pasien
2. Aturlah posisi pasien
3. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam
posisi terlentang
4. Bukalah lengan baju
5. Pasangkan manset pada lengan kanan/kiri atas
sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu
ketat maupun terlalu longgar)
6. Tentukan denyut nadi arteri radialis
dekstra/sinistra
7. Pompa balon udara isi manset sampai denyut nadi
arteri radialis tidak teraba
8. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi
brachialis
9. Pompa sampai manometer setinggi 200 mmHg
lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
10. Kempeskan balon udara manset secara perlahan-
lahan dan berkesinambungan dengan memutar
scrup pada pompa udara berlawanan arah jarum
jam
11. Catat tinggi manometer saat pertama kali
terdengar kembali denyut
12. Catat tinggi manometer
a. Suara korotkoff I : menunjukan besarnya
tekanan sistolik secara auskultasi
b. Suara korotkoff II : menunjukan besarnya
tekanan diastolik secara auskultasi
13. Dokumentasi
a. Dokumentasi semua hasil yang diperoleh
pada lembar observasi
b. Jelaskan pada pasien hasil yang diperoleh
117

Lampiran 10 Lembar Penjaringan Responden


LEMBAR PENJARINGAN RESPONDEN
PENGARUH BERJALAN KAKI DAN HIDROTERAPI RENDAM
KAKI AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI UPTD GRIYA
WERDHA SURABAYA
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
B. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
1. Jenis kelamin :
2. Suku :
3. Pendidikan terakhir :(1) Tidak sekolah
(2) Tamat SD/sederajat
(3) Tamat SMP/sederajat
(4) Tamat SMA/sederajat
(5) Tamat Akademik/Perguruan Tinggi
4. Riwayat pekerjaan :(1) PNS
(2) Wiraswasta
(3) Pensiunan
(4) Lainnya, sebutkan…………………
5. Riwayat keluarga hipertensi :(1) Tidak ada
(2) Ada, jika ada siapa? (1) Bapak
(2) Ibu
(3) Kakek
(4) Nenek
6. Penyakit ini selain hipertensi :(1) Tidak ada
(2) Ada, sebutkan………..
7. Beraktifitas secara mandiri : Indeks Katz : ……………
: TUGT :
8. Riwayat merokok :(1) Tidak
(2) Ya , jika iya sebutkan berapa
jumlahnya…………
9. Riwayat konsumsi alkohol :(1) Tidak (2) Ya
10. Kebiasaan olahraga :(1) Tidak (2) Ya
11. Konsumsi OAH :(1) Tidak (2) Ya
12. Nama OAH : ……………………………
13. Kebiasaan konsumsi OAH :(1) Pagi (2) Siang (3)Malam
14. Terapi non farmakologis :(1) Belum pernah
(2) Pernah, sebutkan………
C. PEMERIKSAAN UMUM
1. Tekanan darah (mmHg) :

*) Keterangan : Lingkari pilihan yang sesuai dengan jawaban anda.


118

Lampiran 11 Indeks Katz


INDEKS KATZ
No. Responden:
Nama :
Umur :
SCORE KRITERIA
A Kemandirian dalam makan, kontinen, berpindah ke kamar
kecil, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu dari fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kanmar kecil, berpindah dan satu dari
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kanmar kecil, berpindah dan satu dari
fungsi tambahan
F Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
G Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F
119

Lampiran 12 Standar Operasional Prosedure (SOP) Pemeriksaan Resiko Jatuh:


TIME UP GO TEST (TUGT)

A. Definisi
TUG biasanya digunakan dalam penelitian dan klinis pengaturan untuk
memeriksa individu pada peningkatan resiko jatuh. Peneliti melaporkan
sensitivitas 80% dan spesifikasi 100% untuk pemeriksaan resiko jatuh dengan
menggunakan TUG (Barry, E., et all,2014).

B. Tujuan
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai resiko jatuh, keseimbangan dan gaya
berjalan pada lansia (Barry, E., et all,2014).

C. Persiapan Alat
1. Stopwatch
2. Kursi berlengan
3. Lintasan bertanda dengan jarak 3 meter

D. Implementasi
1. Mulailah tes dengan klien duduk dengan benar (piggul sampai ke bagian
belakang kursi) di kursi dengan sandaran tangan. Kursi harus stabil dan
diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak saat subjek bergerak
dari duduk untuk berdiri. Subjek diperbolehkan menggunakan lengan pada
saat duduk dan gerakan duduk.
2. Letakkan selotip hitam dilantai 3 meter dari kursi sehingga mudah dilihat
klien.
3. Instruksi
Dengan kata “GO/MULAI” anda akan berdiri, berjalan searah garis dilantai,
berbalik dan berjalan kembali ke kursi dan duduk. Berjalanlah dengan
kecepatan biasa anda.
120

4. Mulai timing pada kata “GO/MULAI” dan hentikan timing saat klien duduk
kembali dengan benar di kursi dengan punggung berbaring di sandaran kursi.
5. Klien memakai alas kaki regular mereka, dapat menggunakan alat bantu
berjalan yang biasanya mereka gunakan selama ambulasi, namun mungkin
tidak dibantu oleh orang lain. Tidak ada Batasan waktu. Mereka mungkin
berhenti dan beristirahat (tapi tidak duduk) jika mereka perlu.
6. Klien tidak boleh melakukan percobaan praktek tepat pengujian.
7. Lakukan observasi untuk kecepatan berjalan, keseimbangan, postur tubuh,
penggunaan alat bantu jalan, langkah pendek dan lambaian tangan.
8. Isilah hasil waktu tempuh dan observasi pada table dibawah ini.

E. Lembar Dokumentasi TUGT


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

No. Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)


1.
2.
3.
Rata-rata waktu TUG
Intepretasi hasil
Observasi gaya berjalan

F. Evaluasi

≤ 14 Tidak beresiko jatuh


> 14 Resiko tinggi jatuh
> 24 Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
> 30 Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
121

Lembar 13 Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
No. No. Hari/tanggal Pre Test Post Test
Responden Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Anda mungkin juga menyukai