Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian tentang pengaruh berjalan kaki
dan hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah lansia
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya yang dilakukan pada 7 januari 2019
karakteristik responden didapatkan dari data demografi yang meliputi umur, jenis
dilanjutkan dengan penyajian data khusus dengan penyajian data khusus dengan
penyajian data khusus yang meliputi pre-test dan post-test terhadap tekanan darah
sistolik dan diastolik. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
UPTD Griya Werdha merupakan pelayanan unit yang berasal dari Dinas
22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. UPTD Griya Werdha ini berlokasi di
Jalan Ketintang Madya 15a, Jambangan, Surabaya. Luas bangunan panti 2450m2,
dengan batas-batas bangunan yang di sekitar UPTD Griya Werdha yaitu, batas
Utara (pemukiman warga, Jalan Jambangan Baru 5), batas Selatan (pemukiman
88
warga), batas Barat (tol Jambangan Baru), batas Timur (pemukiman warga, Jalan
Ketintang Madya 4). Sarana Gedung yang dimiliki UPTD Griya Werdha meliputi
aula, dapur, ruang perawat, ruang administrasi, dan 12 ruang kamar tidur lansia, 2
ruang kamar untuk lansia dengan kondisi bedrest dan 10 ruang kamar untuk lansia
mandiri dan parsial yaitu Kamar Mawar, Kamar Bougenvile, Kamar Anggrek,
Kamar Sedap Malam, Kamar Dahlia, Kamar Teratai, Kamar Wijaya Kusuma,
Kamar Melati, Kamar Kamboja, dan Kamar Tulip dengan kapasitas masing-masing
ruang kamar terdiri dari 8–10 orang untuk setiap kamarnya serta dilengkapi dengan
menampung dan memberikan hunian bagi para lanjut usia (lansia) yang terlantar di
primer seperti makan tiga kali dalam sehari ditambah dengan buah setelah makan
(buah papaya dan semangka) serta snack berupa singkong rebus, ubi dan pisang
rebus (pada malam saja), perawat, dokter, dan satu unit mobil ambulan.
Prioritas utama UPTD Griya Werdha ini yaitu lansia dengan usia diatas 60
tahun, dikategorikan miskin, terlantar, dan tidak punya keluarga. Jumlah lansia
yang tinggal di UPTD Griya Werdha pada Bulan Januari 2019 sebanyak 144
(kapasitas huni sebanyak 150 orang), jumlah ini meningkat 50% dari tahun 2017.
dalam berjalan dan pikun), dan lansia bedrest. Dari 144 orang lansia terdiri dari 24
lansia parsial (laki-laki), 40 orang lansia parsial (wanita), 3 orang lansia bedrest
89
(laki-laki), 15 orang lansia bedrest (wanita), dari seluruh penghuni 144 terdapat
Kegiatan yang dilakukan lansia pada hari Senin adalah pemeriksaan TTV
nadi, dan pernapasan, hari Sabtu kegiatan jalan sehat (jalan keluar panti dan
memutari gang sekitar komplek perumahan sekitar lokasi panti werdha) yang
dilakukan sebelum makan pagi, dan pada hari minggu kegiatan senam pagi oleh
perawat (apabila ada mahasiswa praktik juga boleh mengikuti dan mendampingi
lansia), selain kegiatan tersebut, setiap hari lansia mengikuti pengajian yang
dilakukan setelah Sholat Maghrib sampai setelah Sholat Isya sekitar pukul 20:00
WIB. Pada malam harinya sekitar pukul 01:00 atau 02:00 WIB kegiatan Sholat
Tahajud berjamaah. Kegiatan rutin seperti makan pagi dilakukan pukul 07:00 WIB,
mencuci dan menjemur pakaian, untuk lansia yang parsial personal hygiene nya
akan dilakukan oleh perawat dan dibantu oleh mahasiswa. Apabila tidak ada
kegiatan dari mahasiswa lansia beristirahat sampai waktu makan siang tiba,
sebelum makan siang, lansia melakukan Sholat Dhuhur berjamaah di mushola, lalu
dilanjutkan makan siang. Sholat Ashar berjamaah lalu makan sore lalu Sholat
Maghrib berjamaah, dilanjutkan Sholat Isya dan Sholat Sunnah Tahajud berjamaah
begitu seterusnya.
tabel tersebut bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dan
proporsi terbesar responden berada pada rentang usia 71-75 (43,33%). Berdasarkan
dari segi pendidikan proporsi terbesar responden berpendidikan rendah yaitu berada
pada tingkat pendidikan tamat SD/sederajat sebanyak 16 orang (53,33 %), sebagian
responden memiliki riwayat hipertensi keluarga yaitu sebanyak 18 orang (60 %),
91
sebagian besar responden tidak memiliki riwayat merokok yaitu sebanyak 22 orang
(73,33 %) dan sebagian besar responden tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi
Data khusus pada penelitian ini didapatkan melalui pengaruh berjalan kaki
dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. Pada data khusus akan disajikan data
yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu tekanan darah sistolik dan
diastolik.
1. Uji Normalitas
karena responden pada penelitian ini kurang dari 50. Berikut adalah hasil uji
Tabel 5.2 memperlihatkan data variabel dari tekanan darah sistolik dan
berdistribusi tidak normal (Shapiro Wilk dengan nilai signifikasi > 0,05 data
92
berdistribusi normal), karena pada data penelitian ini berdistribusi tidak normal dan
digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata antara dua kelompok sampel yang
saling berpasangan (pre-post), maka uji hipotesa penelitian yang digunakan adalah
2. Pengaruh berjalan kaki dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan
Hasil uji Wilcoxon signed ranks test tekanan darah sistolik dan diastolik pada
Tabel 5.3 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test Tekanan Darah Sistolik Subjek
Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Bulan Januari 2019 (n=30)
Berjalan Kaki Sebelum Intervensi Sesudah Intrevensi Wilcoxon signed
Dan Rendam Kaki f % F % rank test
Hari 1
Normal - - 7 23,3%
P.Hipertensi 15 50% 13 43,3% p= 0,006
Hipertensi 1 13 43,3% 10 33,3%
Hipertensi 2 2 6,7% - -
Hari 2
Normal - - 11 36,7%
P.Hipertensi 13 43,3% 11 36,7% p= 0,000
Hipertensi 1 16 53,3% 8 26,7%
Hipertensi 2 1 3,3% - -
Hari 3
Normal - - 9 30%
P.Hipertensi 14 46,7% 13 43,3% p= 0,000
Hipertensi 1 13 43,3% 7 23,3%
Hipertensi 2 3 10% 1 3,3%
Hari 4
Normal - - 14 46,7%
P.Hipertensi 12 40% 12 40% p= 0,000
Hipertensi 1 17 56,7% 4 13,3%
Hipertensi 2 1 3,3% - -
Hari 5
Normal - - 16 53,3%
P.Hipertensi 9 30% 10 33,3% p= 0,000
Hipertensi 1 18 60% 4 13,3%
Hipertensi 2 3 10% - -
93
Hari 6
Normal - - 20 66,7%
P.Hipertensi 6 20% 10 33,3% p= 0,000
Hipertensi 1 21 70% - -
Hipertensi 2 3 10% - -
Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan
post test didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik. Sebelum
intervensi dilakukan dapat dilihat pada tabel tidak ada seorang responden yang
dalam kategori normal (sesuai standard JNC VIII yaitu <120) dengan jumlah yang
mengalami peningkatan pada hari pertama hingga ke enam, namun terkecuali pada
hari ke tiga yang mengalami penurunan. Sebaliknya responden yang berada pada
hipertensi grade 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hanya pada hari
mengalami penurunan mulai dari hari pertama hingga hari ke enam jumlah nya
yang semakin menurun menunjukan adanya pengaruh berjalan kaki dan rendam
kaki air hangat. Dapat di simpulkan responden setelah dilakukan intervensi yang
grade 1 nilainya semakin menurun, sedangkan pada responden yang masuk dalam
hipertensi grade 2 menunjukan pola yang tidak teratur, responden dengan pre
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon sign rank test (dengan signifikasi
p=0,05) ditemukan adanya penurunan tekanan darah sistolik dari hari pertama
intervensi hingga hari keenam, hal ini ditunjukan dengan p=0,006 pada hari pertama
3. Pengaruh berjalan kaki dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan
tekanan darah diastolik
Tabel 5.5 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test Tekanan Darah Diastolik
Subjek Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Bulan Januari 2019 (n=30)
Berjalan Kaki Sebelum Intervensi Sesudah Intrevensi Wilcoxon signed
Dan Rendam Kaki f % F % rank test
Hari 1
Normal - - 16 53,3%
P.Hipertensi 9 30% 6 20% p= 0,018
Hipertensi 1 7 23,3% 8 26,7%
Hipertensi 2 14 46,7% - -
Hari 2
Normal 14 46,7% 25 83,3%
P.Hipertensi 7 23,3% 2 6,7% p= 0,002
Hipertensi 1 9 30% 3 10%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 3
Normal 14 46,7% 21 70%
P.Hipertensi 5 16,7% 5 16,7% p= 0,010
Hipertensi 1 11 36,7% 4 13,3%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 4
Normal 14 46,7% 26 86,7%
P.Hipertensi 6 20% 4 13,3% p= 0,002
Hipertensi 1 10 33,3% - -
Hipertensi 2 - - - -
Hari 5
Normal 11 36,7% 28 93,3%
P.Hipertensi 10 33,2% 1 3,3% p= 0,000
Hipertensi 1 9 30% 1 3,3%
Hipertensi 2 - - - -
Hari 6
Normal 7 23,3% 28 93,3%
P.Hipertensi 10 33,3% 2 6,7% p= 0,000
Hipertensi 1 13 43,3% - -
Hipertensi 2 - - - -
Dari tabel 5.5 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan
post test didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah diastolik, namun
sebelum intervensi dilakukan dapat dilihat pada tabel terdapat responden yang
dikatergorikan normal jumlah nya fluktuatif dari hari pertama hingga hari ke enam.
95
Namun setelah intervensi terdapat pasien yang masuk dalam kategori normal
(sesuai standard JNC VIII yaitu <80) dengan jumlah yang mengalami peningkatan
yang signifikan pada hari pertama hingga ke enam, namun terkecuali pada hari ke
tiga yang mengalami penurunan. Sebaliknya responden yang berada pada hipertensi
grade 2 hanya ditemukan pada hari pertama sebelum dilakukan intervensi saja
sebesar 46,7%. Kemudian pada hipertensi grade 1 tidak signifikan tapi terjadi
penurunan yang fluktuatif mulai dari hari pertama hingga hari ke enam jumlah nya
yang semakin menurun menunjukan adanya pengaruh berjalan kaki dan rendam
kaki air hangat. Dapat di simpulkan responden setelah dilakukan intervensi yang
grade 1 nilainya fluktuatif, sedangkan pada responden yang masuk dalam hipertensi
grade 2 menunjukan pola yang menurun dengan jumlah terbsar berada pada hari
pertama.
Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan
post test pada kelompok perlakuan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
tekanan darah diastolik. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon sign rank test
dari hari pertama intervensi hingga hari keenam, hal ini ditunjukan dengan p=0,018
pada hari pertama dan p=0,000 pada hari keenam, terdapat perbedaan yang
signifikan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengaruh jalan kaki dan rendam kaki terhadap tekanan darah sistolik dan
Jalan kaki dan rendam kaki dapat menurunkan tekanan darah sistolik dalam
aktivitas saraf simpatik ini dibaca oleh baroreseptor yang terletak pada arteri carotis
dan arkus aorta, baroreseptor bertugas untuk membaca tekanan dan disampaikan
atrium jantung dalam rangka merespon adanya distensi pada bagian atrium,
stimulasi angiotenisn II, dan juga situmulasi simpasis. Peningkatan kadar ANP
sering ditemukan selama terjadi hipervolemi ( peningkatan volume darah ) dan juga
gagal jantung kongestif. Corin yang merupakan enzim protease bertugas mengubah
pro ANP menjadi ANP (Atrial Natriuretic Peptide). Fungsi Hormon Atrial
Natriutetic Peptide antara lain sebagai hormon yang berperan penting dalam
mengatur keseimbangan natrium dan air, sebagai hormon yang berperan penting
dalam mengatur keseimbangan darah dan tekanan arteri, sebagai hormon yang
regangan dan tekanan di daerah natrium. Hormon atrial natrutetic peptide ini
bekerja dengan menurunkan pelepasan aldosterone oleh korteks adrenal, setelah itu
kinerja inilah ANP tersebut dapat berperan dalam menurukan volume darah dan
tekanan vena sentral , kardiak output dan tekanan darah arterial, maka tekanan darah
reflek yang paling utama dalam mengontrol regulasi tekanan darah. Baroreseptor
menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berada di arkus aorta dan
arteri karotis. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang,
tekanan darah.
darah yang akan memperngaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus
kortikus dan arkus aorta yang menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf
98
yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada
otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke
pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu
regangan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada
awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka. Untuk membuka
katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta.
pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah
berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan
yaitu (1) manusia yang mendapat asuhan keperawatan; (2) keperawatan; (3) konsep
sehat; (4) konsep lingkungan; (5) aplikasi tindakan keperawatan (Nursalam, 2013).
perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga
integritas diri.
Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Input
yang mempengaruhi tekanan darah berupa stimulus residual (yang dapat dikontrol)
99
tinggi, merokok, dan stimulus konstektual (yang tidak dapat dikontrol) meliputi
genetic, usia, jenis kelamin, etnik atau ras. Stimulus fokal (yang bersinggungan)
diambil saat pre test dengan rerata sebesar 140 mmHg, nilai rerata per hari
menunjukan hasil tertinggi pada pre hari keenam sebesar 145 mmHg. Hasil
pengukuran darah pada responden menunjukan bahwa rerata dari tekanan darah
menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia sangat banyak, Smeltzer & Bare
(2009) menjelaskan bahwa tekanan darah seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor dan setiap individu memiliki respon secara spesifik yang berbeda-beda
usia, jenis kelamin, genetic atau keturunan, stress, dan perubahan biologis akibat
proses penuaan. Salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah usia, hasil
pada usia 71-75 yaitu sebesar 43,33% dan terbesar kedua yaitu berada pada rentan
usia 76-80 yaitu sebesar 26,67%. Harison, Wilson & Kasper (2005) menyatakan
100
bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya, hal
fungsi dan perubahan sistem hormonal pada vaskuler. Tingkat tekanan darah lansia
berkurang, tidak lentur, dan cenderung menjadi kaku (Widyanto & Tribowo, 2013).
relaksasi otot polos pembuluh darah. Perubahan elastisitas pembuluh darah terjadi
karena penumpukan plak pada pembuluh darah. Perubahan elastisitas aorta dan
kekakuan arteri dan kejadian isolated systolic hypertension (ISH), keadaan ini
mengalirkan darah ke arteri, sehingga volume darah yang mengalir sedikit tidak
lancar dan berdampak pada penurunan curah jantung dan tahanan perifer.
sebanyak 66,66 %. Secara global kejadian hipertensi lebih tinggi laki-laki daripada
pada penelitian ini didapatkan responden perempuan lebih banyak daripada laki-
laki, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia perempuan akan
dilihat dari hasil penelitian Faah (2015) bahwa hormon estrogen akan menurun
Lipoprotein). Menurut penelitian Andini (2013) kadar HDL yang tinggi merupakan
hormon estrogen ini mulai terjadi pada wanita pada usia 45-55 tahun.
adalah kurangnya melakukan aktifitas fisik. Jenis aktifitas fisik yang efektif untuk
menurunkan tekanan darah adalah berjalan kaki. Aktifitas fisik di UPTD Griya
Werdha terdapat senam yang rutin di lakukan sekali dalam seminggu, sedangkan
menurut rekomendasi JNC VIII tahun 2014 lanjut usia dengan hipertensi
oleh cardiac output (curah jantung) dan TPR atau tahanan perifer (Total Peripheral
Resisten). Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium, stress, obesitas, dan factor resiko
Hal ini sesuai dengan penelitian (Anggi, L. & Wiwin. 2017) didapat hasil
berjalan kaki selama 20 menit dapat menurunkan tekanan darah dengan rerata
tekanan sistolik sebesar 13,45 mmHg dan tekanan diatolik sebesar 7,72 mmHg.
102
Pelaksanaan berjalan kaki dan rendam kaki air hangat pada hari ke tiga
terjadi kenaikan tekanan darah, pada responden berkode A8 hal ini disebakan
responden berkode A10 hal ini disebabkan karena A10 merupakan responden
paling muda, sedangkan responden dengan kode A25 dan A26 mendapatkan
penurunan yang paling rendah yaitu sebesar 5 mmHg, hal ini dikarenakan
responden A25 dan A26 berumur paling tua diantara 30 responden. Semakin tua
seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi (Yang fi, 2016).
Efek jangka pendek mempengaruhi tekanan darah sistolik tetapi pada hari
besar prediksi terus menerus diberikan intervensi tersebut apakah tekanan darahnya
kembali ke tekanan darah awal atau semula, maka perlu penelitian selanjutnya
dengan waktu yang lebih panjang sehingga didapatkan hasil yang significant .
103
BAB 6
Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
pengaruh berjalan kaki dan hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan
6.1 Kesimpulan
1. Ada pengaruh pada pemberian intervensi berjalan kaki dan rendam kaki
hipertensi.
2. Ada pengaruh pada pemberian intervensi berjalan kaki dan rendam kaki
hipertensi.
6.2 Saran
berjalan kaki dan rendam kaki air hangat, gabungan ke dua intervensi ini
sampel dengan jumlah yang lebih banyak atau dilakukan pada 2 tempat
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2 Surat ijin penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Surabaya
110
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian Skripsi di Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, maka saya :
Nama : Riza Mustika Wenny
NIM : 131711123021
Jabatan : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Dosen Pembimbing :
1. Dr. Ninuk Dian Kurniawati,S.Kep.Ns.,MANP
2. Dr. Abu Bakar,S.Kep.Ns.,M.Kep.SP,Kep.MB
Peneliti,
(……………………..)
*) Coret salah satu
115
No. Tindakan
1. Persiapkan alat dan bahan:
1. Thermometer air
2. Baskom/ ember bentuk tabung dengan tinggi 44 cm, diameter 47
cm , dan tebal 0,25 cm.
3. 2 buah handuk ukuran dewasa (70×135 cm)
4. Wadah air/ termos yang berisi air panas 3 L
2. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur
4. Menanyakan kesiapan klien
3. Fase Kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Berikan klien posisi duduk
3. Mengukur tekanan darah klien 10 menit sebelum dilakukan
rendam kaki menggunakan sphygmomanometer, stetoschope dan
dicatat dalam lembar penilaian observasi.
4. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air panas sampai
setengah penuh lalu ukur suhu air (35oC) dengan thermometer air.
5. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki
terlebih dahulu.
6. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka
tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali
suhunya dengan thermometer. Atau bisa dengan cara lansung
mengganti dengan ember yang baru dengan suhu yang sudah
diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau
ember kedua.
8. Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu
9. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan
handuk.
10. Rapikan alat
5. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Catat hasil kegiatan dalam lembar observasi
4. Berpamitan
(Kusumaastuti,2008)
116
A. Definisi
TUG biasanya digunakan dalam penelitian dan klinis pengaturan untuk
memeriksa individu pada peningkatan resiko jatuh. Peneliti melaporkan
sensitivitas 80% dan spesifikasi 100% untuk pemeriksaan resiko jatuh dengan
menggunakan TUG (Barry, E., et all,2014).
B. Tujuan
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai resiko jatuh, keseimbangan dan gaya
berjalan pada lansia (Barry, E., et all,2014).
C. Persiapan Alat
1. Stopwatch
2. Kursi berlengan
3. Lintasan bertanda dengan jarak 3 meter
D. Implementasi
1. Mulailah tes dengan klien duduk dengan benar (piggul sampai ke bagian
belakang kursi) di kursi dengan sandaran tangan. Kursi harus stabil dan
diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak saat subjek bergerak
dari duduk untuk berdiri. Subjek diperbolehkan menggunakan lengan pada
saat duduk dan gerakan duduk.
2. Letakkan selotip hitam dilantai 3 meter dari kursi sehingga mudah dilihat
klien.
3. Instruksi
Dengan kata “GO/MULAI” anda akan berdiri, berjalan searah garis dilantai,
berbalik dan berjalan kembali ke kursi dan duduk. Berjalanlah dengan
kecepatan biasa anda.
120
4. Mulai timing pada kata “GO/MULAI” dan hentikan timing saat klien duduk
kembali dengan benar di kursi dengan punggung berbaring di sandaran kursi.
5. Klien memakai alas kaki regular mereka, dapat menggunakan alat bantu
berjalan yang biasanya mereka gunakan selama ambulasi, namun mungkin
tidak dibantu oleh orang lain. Tidak ada Batasan waktu. Mereka mungkin
berhenti dan beristirahat (tapi tidak duduk) jika mereka perlu.
6. Klien tidak boleh melakukan percobaan praktek tepat pengujian.
7. Lakukan observasi untuk kecepatan berjalan, keseimbangan, postur tubuh,
penggunaan alat bantu jalan, langkah pendek dan lambaian tangan.
8. Isilah hasil waktu tempuh dan observasi pada table dibawah ini.
F. Evaluasi
LEMBAR OBSERVASI
No. No. Hari/tanggal Pre Test Post Test
Responden Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.