Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No.

1, Januari 2017

ANALISA TOTAL BAKTERI, KADAR AIR DAN pH


PADA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)
DENGAN DUA METODE PENGERINGAN
Evan Ch. Kumesan 1 , Engel V. Pandey 2 dan Helen J. Lohoo 2
1)
Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado
2)
Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado
Email: kumesan98@gmail.com

ABSTRACT
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi Negara dan
budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu
memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Tujuan dari penelitian
ini adalah menghitung jumlah koloni bakteri, dan menentukan jumlah kadar air dan pH pada rumput laut
(Kappaphycus alvarezii) dengan dua metode pengeringan. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif
yaitu metode analisa yang memberikan gambaran secermat mungkin tentang suatu individu, keadaan
gejala atau kelompok tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada rumput laut rata-rata menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, rumput laut yang
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari dari pukul 08.00–12.00 selama 40 jam adalah 5,45x10 5
CFU/gr, dan untuk pukul 12.00–16.00 selama 40 jam 5,13x10 5 CFU/gr. Sedangkan, untuk pengeringan
menggunakan cabinet dryer selama 12 jam adalah 5,39x10 5 CFU/gr dan pengeringan selama 24 jam
adalah 5,48x10 5 CFU/gr. Untuk kadar air nilai tertinggi yaitu 17,25% pada pengeringan menggunakan
cabinet dryer selama 12 jam. Dan nilai rata-rata terendah yaitu 10,75% pada pengeringan sinar matahari
selama 40 jam. Dan untuk nilai pH, nilai tertinggi yaitu 5,58 pada pengeringan menggunakan sinar
matahari pada pukul 08.00–12.00 selama 40 jam dan untuk nilai terendah yaitu 4,93 pada pengeringan
menggunakan cabinet dryer selama 24 jam.

Kata Kunci: cabinet dryer, TPC, Kapphaphycus alvarezii.

PENDAHULUAN dihasilkan dari rumput laut ini adalah kappa


karagenan (Winarno, 2008).
Luas wilayah Indonesia sebagian besar,
Kappaphycus alvarezii termasuk dalam
yaitu dua pertiganya merupakan wilayah
rumput laut yang mempunyai nilai komersial
perairan. United Nation Convention on the Law
dan komoditas ekspor. Rumput laut jenis ini
of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982
merupakan salah satu carragenophytes yaitu
melaporkan bahwa luas perairan Indonesia
rumput laut penghasil karaginan. Hasil olahan
adalah 5,8 juta km 2 dan didalamnya terdapat
Kappaphycus alvarezii banyak digunakan
27,2 % dari seluruh spesies flora dan fauna di
sebagai pengemulsi, pembentuk gel, penstabil,
dunia. Rumput laut atau lebih dikenal dengan
dan pengental (Hudaya, 2008).
sebutan seaweed merupakan salah satu
Provinsi Sulawesi Utara menyimpan
sumberdaya hayati yang sangat melimpah di
potensi pengembangan budidaya rumput laut,
perairan Indonesia, yaitu sekitar 8,6% dari total
salah satunya jenis Kappaphycus alvarezii.
biota di laut (Dahuri, 1998).
Rumput laut penghasil kappa karaginan ini
Rumput laut dapat menghasilkan devisa
telah dibudidayakan pada beberapa lokasi, salah
serta pendapatan masyarakat terutama
satunya di daerah perairan Desa Arakan
masyarakat pesisir. Karena rumput laut yang
Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa
utamanya dari kelas rhodophyceae (ganggang
Selatan. Potensi budidaya di perairan Arakan ±
merah) selain mengandung karaginan dan agar-
1.500 Ha, dan telah termanfaatkan untuk
agar juga mempunyai kandungan gizi yang
budidaya rumput laut 450 Ha. Produksi rumput
penting yaitu yodium. Salah satu jenis rumput
laut dari desa Arakan pada tahun 1992–2000
laut merah yang bernilai ekonomis penting
mencapai 150–2000 ton kering per bulan,
yaitu rumput laut Kappaphycus alvarezii adalah
namun pada tahun 2006–2012 produksi rumput
rumput laut penghasil karaginan
laut mengalami penurunan yaitu 1–5 ton kering
(carragenophyte). Jenis karaginan yang
per bulan (Teurupun 2013).

124
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 1, Januari 2017

Pengeringan merupakan tahapan Mutu Hasil Perikanan selama bulan September–


pengolahan yang cukup penting karena terkait Oktober 2016.
dengan kadar air bahan sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap penampakkan, tekstur, Bahan dan Alat
cita rasa, nilai gizi bahan pangan, dan terutama Alat yang digunakan ialah: cabinet
aktivitas mikroorganisme (Bintang 2013). dryer, Erlenmeyer 1000ml, Erlenmeyer 250ml,
Pengeringan pada rumput laut adalah proses Pipet 1 ml, gelas ukur, magnetic stirer, cawan
utama dari pengolahan rumput laut itu sendiri petri, autoclave, Inkubator, tabung hush,
sebagai bahan baku industri seperti karagenan. spatula, oven, timbangan analitik, cawan
Oleh karena itu berhubungan dengan porselen, desikator, pH meter, gelas beker
pengeringan sehingga diperlukan untuk 100ml.
menganalisa kadar air, pH dan analisa total Bahan yang digunakan yaitu sampel
bakteri dari rumput laut tersebut untuk rumput laut kering Kappaphyus alvarezii,
mengetahui apakah sudah memenuhi standar Nutrient Agar, akuades, NaCl 0,9%, larutan
mutu yang telah ditetapkan. buffer, alkohol 70%, alumunium foil, wrapping
Metode pengeringan ini dilakukan crap, tissue, masker, handskun, spritus.
dengan dua perlakuan yaitu pengeringan dengan
sinar matahari dan pengeringan dengan alat Tata Laksana Penelitian
pengering buatan atau cabinet dryer. Dimana Rumput laut diambil dari desa Arakan,
pengeringan di bawah sinar matahari dengan Kabupaten Minahasa Selatan melalui petani
lama pengeringan selama 40 jam atau 4 jam budidaya rumput laut. Kemudian di bawa ke
setiap hari selama 10 hari dimulai pada pukul Laboratorium Teknologi Penanganan dan
08.00–12.00 dan 12.00–16.00, sedangkan untuk Pengolahan Hasil Perikanan Unsrat untuk
cabinet dryer dengan sumber panas dari kompor dikeringkan. Pengeringan rumput laut
dengan lama pengeringan selama 12 jam dan 24 menggunakan dua cara yaitu Pengeringan
jam pada suhu 60ºC dan sampel digantung pada menggunakan cabinet dryer dan sinar matahari
pengait yang ada di dalam cabinet dryer. dan setelah dikeringkan sampel dibawa ke
Laboratorium Pengendalian Mutu Hasil
METODOLOGI PENELITIAN Perikanan untuk dianalisa TPC, Kadar Air dan
pH.
Penelitian ini menerapkan metode
deskriptif yaitu metode analisa yang
Parameter yang Digunakan
memberikan gambaran secermat mungkin
Analisa Total Bakteri (Total Plate Count)
tentang suatu individu, keadaan gejala atau
Prosedur perhitungan jumlah bakteri
kelompok tertentu.
menurut modifikasi Fardiaz (1993) ialah
sebagai berikut:
Hipotesis Penelitian
1. Semua peralatan disterilkan dengan
Hipotesis merupakan jawaban
menggunakan autoclave pada tekanan 15psi
sementara dari rumusan masalah penelitian
selama 15 menit pada suhu 121°C.
(Sugiono, 2008). Berdasarkan masalah yang
2. Ditimbang NA (Nutrient Agar) dan
diajukan dan teori yang diuraikan maka dapat
masukkan ke dalam Erlenmeyer dan diberi
dirumuskan hipotesis yaitu:
Akuades sebanyak 250ml setelah itu
1. Ada pengaruh terhadap jumlah koloni
homogenkan dengan magnet putar
bakteri, kadar air dan pH pada rumput laut
(Magnetic Stirer) pH diatur pada 7,0
(Kappaphycus alvarezii) yang dikeringkan
selanjutnya direbus sampai larut dan
dengan dua metode pengeringan.
disterilkan dengan autoclave pada tekanan
2. Tidak Ada pengaruh terhadap jumlah koloni
15psi dengan suhu 121ºC selama 15 menit.
bakteri, kadar air dan pH pada rumput laut
3. Disiapkan larutan pengencer 0,9% NaCl,
yang dikeringkan dengan dua metode
masing-masing pengenceran tingkat
pengeringan.
pertama 90ml dan mulut Erlenmeyer
ditutupi alumunium foil, sedangkan untuk
Tempat dan Waktu Penelitian
tingkat pengenceran kedua dan ketiga
Penelitian ini dilaksanakan di
masing-masing diambil 9ml NaCl 0,9%
Laboratorium Teknologi Penanganan dan
kemudian dimasukkan ke dalam tabung
Pengolahan Hasil Perikanan dan Pengendalian

125
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 1, Januari 2017

hush yang dilengkapi dengan penutup. dalam desikator selama 15 menit dan
Semua larutan pengenceran disterilkan ditimbang (C gram)
dengan autoclave dengan suhu 121ºC 3. Penimbangan ini diulang sampai diperoleh
tekanan 15psi selama 15 menit. berat yang konstan.
4. Sampel diblender dan ditimbang 10 gram Kadar Air = x 100
secara aseptis kemudian dimasukkan ke Dimana :
dalam 90ml NaCl 0,9% steril sehingga A = Berat kering cawan (gr)
diperoleh larutan dengan tingkat B = Berat kering cawan dan sampel awal (gr)
C = Berat kering cawan dan sampel setelah
pengenceran 10 -1 . Dari pengenceran 10 -1 dikeringkan (gr)
dipipet 1ml ke dalam tabung reaksi 2,
kemudian homogenkan sehingga diperoleh Analisa Penentuan Nilai pH (AOAC, 1995)
pengenceran 10 -2, lanjutkan sampai Bahwa penentuan pH dapat dilakukan
-4
diperoleh pengenceran 10 . dengan menggunakan pH meter, dengan urutan
5. Dari setiap pengenceran diambil 1ml kerja sebagai berikut :
pindahkan ke cawan etri steril yang telah 1. Timbang sampel yang telah dirajang kecil-
diberi kode untuk tiap sampel pada tingkat kecil sebanyak 10 gr dan di homogenkan
pengenceran tertentu. menggunakan mortar dengan 20ml Aquades
6. Ke dalam semua cawan petri dituangkan selama 1 menit.
secara aseptis NA sebanyak 15–20ml. 2. Tuangkan ke dalam beker gelas 10 ml,
setelah penuangan, cawan petri digoyang kemudian diukur pHnya dengan
perlahan-lahan sambil diputar 3 kali ke kiri, menggunakan pH meter.
ke kanan, lalu ke depan, ke belakang, kiri 3. Sebelum pH meter digunakan, harus ditera
dan kanan, kemudian didinginkan sampai kepekaan jarum penunjuk dengan larutan
agar mengeras. Setelah NA padat buffer pH 7.
dimasukkan ke dalam incubator selama 24 4. Besarnya pH adalah pembacaan jarum
jam pada suhu 37ºC dengan posisi terbalik. penunjuk pH setelah jarum skala konstan
Setelah masa inkubasi berakhir, dilakukan kedudukannya.
perhitungan jumlah bakteri dan jumlah
bakteri dikalikan dengan 1 per pengenceran. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan jumlah koloni menggunakan
rumus sebagai berikut : Hasil Total Koloni Bakteri
Total Bakteri= Jumlah Koloni Bakteri x Hasil perhitungan koloni bakteri pada
1/Pengenceran. rumput yang dikeringkan dengan dua metode
pengeringan yaitu menggunakan sinar matahari
Analisa Kadar Air (AOAC, 1995) dan cabinet dryer dengan menggunakan suhu
Analisis kadar air dengan menggunakan inkubasi 37ºC dapat dilihat pada gambar 1.
oven. Kadar air dihitung sebagai persen berat, 6
5.45 5.48
5.39
artinya berapa gram berat contoh dengan yang 5.13
5
Nilai Koloni Bakteri (CFU/gr)

selisih berat dari contoh yang belum diuapkan


dengan contoh yang telah (dikeringkan). Jadi 4
kadar air dapat diperoleh dengan menghitung
3
kehilangan berat contoh yang dipanaskan.
Urutan kerjanya sebagai berikut: 2
1. Cawan porselen disterilkan dalam Oven
1
selama 1 jam dengan suhu 105ºC. kemudian
didinginkan selama 15 menit dan ditimbang 0
beratnya (A gram). Sampel
2. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan Gambar 1. Histogram nilai koloni bakteri
ditaruh dalam cawan porselen yang telah (CFU/gr) rumput laut
diketahui beratnya (B gram). Sampel dalam (Kappapphycus alvarezii) kering
porselen ini kemudian dikeringkan dalam dengan dua metode pengeringan.
oven pada suhu 105ºC sampel konstan
selama 3 jam, selanjutnya didinginkan Gambar 3 menunjukan bahwa jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada rumput laut
kering rata-rata menunjukan hasil yang tidak

126
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 1, Januari 2017

jauh berbeda, rumput laut yang dikeringkan yaitu 15,75% dengan suhu 60ºC. Hal ini
menggunakan sinar matahari selama 40 jam menunjukan bahwa selama pengeringan rumput
pada pukul 08.00–12.00 adalah 5,45x105 laut baik yang menggunakan sinar matahari dan
CFU/gr, dan untukpengeringan 40 jam pada cabinet dryer , lebih lama waktu pengeringan
pukul 12.00–16.00 5,13x10 5 CFU/gr. maka kadar air dari rumput laut tersebut lebih
Sedangkan, untuk pengeringan menggunakan berkurang.
cabinet dryer untuk pengeringan selama 12 jam 20

KADAR AIR (%)


adalah 5,39x10 5 CFU/gr dan pengeringan 17.25
15.75
selama 24 jam adalah 5,48x10 5 CFU/gr. 15 13.75
Berdasarkan data di atas bahwa untuk nilai 10.75
koloni bakteri tertinggi yaitu 5,48x10 5 CFU/gr 10
dengan pengeringan menggunakan cabinet
dryer selama 24 jam, dan untuk nilai terendah 5
koloni bakteri yaitu 5,13x105 CFU/gr pada
pengeringan sinar matahari dari pukul 12.00– 0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
16.00.
SAMPEL
Menurut penelitian Suptijah (2003),
menyatakan bahwa rumput laut memiliki Gambar 2. Histogram analisa kadar air rumput
kandungan kimia karagenan dan senyawa fenol, laut (Kappaphycusalvarezii) dengan
terutama flavanoid, selanjutnya Pelczar et al. dua metode pengeringan.
(1977) dalam Prajitno (2007), menyatakan
bahwa persenyawaan flavanoid sebagai Naiu (2011) dalam Harun (2013)
antibakteri menghambat pertumbuhan dan menyatakan bahwa ketebalan bahan
metabolisme bakteri dengan cara merusak berpengaruh terhadap hasil pengeringan. Hal ini
membran sitoplasma dan mendenaturasi protein terjadi karena semakin tebal bahan, transfer
sel. Volk dan Wheeler (1988) menambahkan, massa dan panas pada bahan akan semakin
senyawa flavonoid dapat merusak membran sulit. Kesulitan ini terjadi karena semakin
sitoplasma yang dapat menyebabkan bocornya banyak air terikat pada bahan akan lebih sulit
metabolit penting dan menginaktifkan sistem untuk diuapkan dibandingkan dengan air bebas.
enzim bakteri. Kerusakan ini memungkinkan Hal yang sama juga terjadi pada bahan padatan
nukleotida dan asam amino merembes keluar karena dibanding produk cair, air bebas bahan
dan mencegah masuknya bahan-bahan aktif ke padatan lebih banyak. Sehingga transfer
dalam sel, keadaan ini dapat menyebabkan moisture dan panas akan semakin kecil.
kematian bakteri. Berdasarkan hasil penelitian Selanjutnya Muller et al, (2006) menyatakan
tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan pengeringan dengan alat pengering buatan
bakteri pada rumput laut kering terhambat dianggap lebih menguntungkan karena akan
karena adanya senyawa flavonoid yang terjadi pengurangan kadar air dalam jumlah
terkandung dalam rumput laut sebagai besar dalam waktu yang singkat.
antibakteri. Nilai standar kadar air rumput laut
kering berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Hasil Analisa Kadar Air (SNI 2354-2-2015) adalah maksimal 30% dan
Hasil analisa kadar air pada rumput laut minimal 50%. Dari hasil penelitian ini
kering yang dikeringkan dengan sinar matahari menunjukkan bahwa rumput laut yang
dan cabinet dryer dapat dilihat pada Gambar 2. dikeringkan menggunakan sinar matahari yang
Berdasarkan Gambar 2, menunjukan tertinggi dengan lama pengeringan selama 40
bahwa pengeringan yang berbeda dengan jam pada pukul 08.00–12.00 yaitu 13,75%,
menggunakan sinar matahari dan cabinet dryer, sedangkan nilai kadar air dari rumput laut yang
nilai rata-rata untuk kadar air dari rumput laut dikeringkan menggunakan cabinet dryer dengan
kering dengan perlakuan sinar matahari selama lama pengeringan 12 jam nilai tertingginya
40 jam pada pukul 08.00–12.00 yaitu 13,75% adalah 17,25%. Hasil penelitian ini
dan pengeringan dengan sinar matahari selama menunjukkan bahwa produk rumput laut kering
40 jam pada pukul 12.00–16.00 yaitu 10,75%. masih dalam batas standar yang telah
Sedangkan pengeringan menggunakan cabinet ditentukan oleh SNI.
dryer selama 12 jam yaitu 17,25% dan 24 jam

127
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 1, Januari 2017

Oviantari dan Purwata (2007) dalam menggunakan dua metode pengeringan yaitu
Masduqi (2014), menyatakan bahwa proses bersifat asam.
pengeringan yang tidak merata dan perubahan
temperatur secara fluktuatif tersebut KESIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi kandungan air. Semakin lama
Kesimpulan
waktu pengeringan yang dilakukan, maka kadar
Berdasarkan hasil penelitian Analisa
air yang terdapat pada suatu bahan akan
total bakteri (TPC), kadar air dan pH yang
semakin rendah.
terdapat pada rumput laut (Kappaphycus
alvarezii) dengan dua metode pengeringan
Hasil Analisa pH
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Hubungan antara rumput laut yang
1. Pengeringan rumput laut dengan
dikeringkan dengan dua metode pengeringan
menggunakan cabinet dryer merupakan
yaitu menggunakan sinar matahari dan cabinet
salah satu inovasi untuk pengeringan
dryer terhadap nilai pH rumput laut dapat
rumput laut khususnya jenis Kappapphycus
dilihat pada Gambar 3.
6 alvarezii.
5.58 5.57
5.13 4.93 2. Jumlah koloni bakteri pada Rumput Laut
5 (Kappaphycus alvarezii) dengan dua
4 metode pengeringan tidak menunjukkan
Nilai pH

pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan


3
koloni bakteri.
2 3. Pengeringan dengan sinar matahari kadar
airnya lebih sedikit dibandingkan dengan
1
pengeringan cabinet dryer perbedaan kadar
0 air ini dikarenakan pengeringan
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
SAMPEL
menggunakan sinar matahari lebih lama
dibandingkan cabinet dryer.
Gambar 3. ilai pH rumput laut (Kappaphycus 4. Nilai kadar air rumput laut (Kappaphycus
alvarezii) kering dengan dua
alvarezii) yang dikeringkan dengan dua
metode pengeringan.
metode berbeda masih dalam batas standar
Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai pH minimum yang ditetapkan oleh SNI
Rumput Laut yang dikeringkan menggunakan (Standar Nasional Inonesia).
sinar matahari dan cabinet dryer yaitu untuk 5. Nilai pH untuk Rumput Laut (Kappaphycus
pengeringan sinar matahari dengan lama alvarezii) dengan dua metode pengeringan
bersifat asam.
pengeringan dari pukul 08.00–12.00 dan dari
pukul 12.00–16.00 tidak jauh berbeda. Dari
gambar di atas untuk pengeringan menggunakan Saran
sinar matahari selama 40 jam pada pukul Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu
08.00–12.00 adalah 5,58 dan untuk pengeringan adanya penelitian lebih lanjut tentang lama
selama 40 jam pada pukul 12.00–16.00 adalah pengeringan dengan menggunakan cabinet
5,57. Sedangkan untuk pengeringan cabinet dryer dan mutu dari rumput laut yang
dryer nilai pH dari rumput laut kering dikeringkan dengan sinar matahari.
mengalami penurunan sedikit lebih rendah yaitu
dengan lama pengeringan 12 jam adalah 5,13 DAFTAR PUSTAKA
dan untuk pengeringan 24 jam adalah 4,93. dari AOAC., 1995 Official Methods of Analysis of the
gambar di atas nilai pH tertinggi 5,58, Association of Official Analytical. Chemist,
Washington.
pengeringan menggunakan sinar matahari
Dahuri, Rokhmin. 1998. Coastal Zone Management in
dengan lama pengeringan 40 jam pada pukul Indonesia: Issues and Approaches. Journal of Coastal
08.00–12.00, sedangkan nilai pH terendah yaitu Development 1, No. 2.97-112.
4,93 pengeringan menggunakan cabinet dryer Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Liberty.
dengan lama pengeringan 24 jam. Yogyakarta.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat Hall CW. 1980. Drying and Storage of Agriculture Crops.
bahwa nilai pH rumput laut yang dikeringkan Connecticut : The AVi Publishing Company, Inc.
Wetsport.

128
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 1, Januari 2017

Hardoko, 2007. Studi Penurunan Glukosa Darah Diabet Prajitno, Arief. 2007. Uji Sensitifitas Flavonoid Rumput
Dengan Konsumsi Rumput Laut Eucheuma cotonii. Laut (Eucheuma cottoni) Sebagai Bioaktif Alami
Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya Malang. Terhadap Bakteri Vibrio Harveyi. Skripsi. Fakultas
FPIK Institut Pertanian Bogor. 90 hal. Perikanan, Universitas Brawijaya.
Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Pramono, S. 2006. Penanganan Pasca Panen Dan
Masyarakat. Jakarta Gramedia. Pengaruhnya Terhadap Efek Terapi Obat Alami.
Muller, J and Heindl. 2006. Drying Of Medical Plants In Prosiding Seminar nasional Tumbuhan Obat Indonesia
R.J. Bogers, L. E. Cracer, and D> Lange (eds), XXVIII, Bogor, 15-18 Sept.2005. Hal 1-6.
Medical and Aromatic Plant, springer, The Soegiarto, A.W., S. Ayadja, Sulistidjo dan H. Mubarak.
Netherland, p.237-252. 1987. Rumput Laut (Algae): manfaat, potensi dan
Naiu S, L. Mile. Kalaka S.R. 2011. Karakteristik usaha budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI.
karaginan dari rumput laut K. alvarezii pada umur Jakarta: 15-17.
panen yang berbeda. Laporan Hasil Penelitian Sugiono 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Pengembangan Program Studi: Hal 1-36. dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Oviantari M.V. dan Parwata I.P. 2007. “Optimalisasi Suptijah, Pipih. 2003. Rumput Laut: Prospek dan
Produksi Semi-Refined Carrageenan Dari Rumput Tantangannya.
Laut Eucheuma cotonii Dengan Variasi Teknik
Pengeringan Dan Kadar air Bahan Baku” Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 1
(1): 62-71.

129

Anda mungkin juga menyukai