Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

MUTU LAYANAN KEBIDANAN DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. BQ. DWI REGITA CAHYA PUTRI (P07126017050)


2. DIAN ISLAMIATI (P07126017053)
3. INATUL AULIA (P07126017059)
4. TUTI ALAWIYAH (P07126017078)
5. YUYUN WULANDARI (P07126017081)
6. NENDI ALPATAHI AULIA (P07126016029)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan karunia Nya sehingga tugas
kelompok Mutu Layanan Kebidanan Dan Kebijakan Kesehatan ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Demi pengembangan kreatifitas kami
sebagai penyusun dan kesempurnaan laporan ini, saya menunggu kritik dan saran dari
pembaca, baik dari segi isi serta pemaparannya.

kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari kami oleh
karena itu dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan laporan ini
dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Kebidanan.

Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun laporan mengucapkan banyak

terima kasih.

Mataram,……………….. 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Tujuan ............................................................................................................................
C. Manfaat ..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidang kesehatan yang paling terpengaruh oleh dampak globalisasi, yakni antara lain
bidang perumahsakitan, tenaga kesehatan, industri farmasi, alat kesehatan dan asuransi
kesehatan.

Di bidang perumahsakitan misalnya, manajemen pelayanan kesehatan belum efisien.


Mutunya masih relatif rendah. Disinilah justru letak keunggulan rumah sakit swasta asing
yang telah terbiasa bekerja dengan sistem manajemen profesional. Kehadiran rumah sakit
swasta asing akan menguntungkan kelompok konsumen tertentu karena mempunyai lebih
banyak pilihan pelayanan kesehatan yang kian bermutu, namun rumah sakit swasta
nasional akan tersaingi dan kesenjangan pelayanan kesehatan antara kelompok yang
mampu dan yang kurang mampu akan menjadi lebih lebar.

Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah
terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini
tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi
berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta.

Peningkatan kualitas pelayanan adalah salah satu isu yang sangat krusial dalam
manajemen, baik dalam sektor pemerintah maupun sektor swasta. Hal ini terjadi karena di
satu sisi tuntunan masyarakat terhadap perbaikan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun
menjadi semakin besar, sedangkan disisi lain, praktek penyelenggaraan pelayanan tidak
mengalami perbaikan yang berarti.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan bahwa Kesehatan


merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 28 H ayat (1) : “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan
tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai
pelaku dari pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat,
pemerintah ( pusat, provinsi, kabupaten/kota ), badan legeslatif serta badan yudikatif.
Dengan demikian dalam lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan pembangunan
kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya bersama-sama
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Keberhasilan pembangunan Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu


dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai keberhasilan dalam
pembangunan bidang kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dalam hal ini Puskesmas sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya
kesehatan untuk jenjang pertama di wilayah kerjanya masing-masing. Puskesmas sesuai
dengan fungsinya ( sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pusat pelayanan kesehatan dasar )
berkewajiban mengupayakan, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang
bermutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkwalitas dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan Nasional yaitu
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan program mutu di Rumah Sakit ?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan program mutu di Puskesmas ?
3. Bagaimana monitoring identifikasi masalah penjamin mutu ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program mutu di Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program mutu di Puskesmas.
3. Untuk mengetahui monitoring identifikasi masalah penjamin mutu.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pelaksanaan Kegiatan Program Mutu di Rumah Sakit.


Quality assurance (QA) dalam rumah sakit merupakan salah satu faktor penting dan
fundamental khsususnya bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholder, sebab
dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi Rumah Sakit,
adanya QA yang baik membuat RS mampu bersaing dan tetap eksis di masyarakat. Bagi
Pasien, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan baik.
Bagi praktisi medis, selain terikat dengan standar profesinya, dengan adanya QA para
praktisi medis dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati2 dalam menjaga mutu
pelayanannya. Dan bagi pemerintah, adanya QA dapat menjadikan standar dalam
memutuskan kebenaran suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit.
a. Quality Assurance di Rumah Sakit
Komponen yang mempengaruhi baik buruknya suatu rumah sakit dalam konsep QA,
yakni:
1. Aspek Klinis
Komponen yang berhubungan dengan hal medis ( dokter, perawat, teknik
medis,dll)
2. Efisiensi dan efektifitas
Pelayanan yang murah, tepat guna, tidak adda diagnosa, dan terapi yang
berlebihan.
3. Keselamatan pasien
Upaya perlindungan pasien dari hal- hal yang bisa membahayakan pasien.

Kelompok indikator keamanan pasien meliputi


1. fasilitas pemadam kebakaran

a. Pembuangan limbah
b. Pencegahan penularan kuman
c. Cadangan listrik
d. Ruang operasi yang memenuhi standar
e. Adanya ruang pulih sadar yang memadai
f. Adanya ICU yang memadai

2. Alat

a. Pengikat di kereta dorong


b. Pengikat di tempat tidur
c. Kelengkapan oksigen
d. Kelengkapan alat gawat darurat

3. Obat

a. Tersedia obat untuk mengatasi syok


b. Nama obat yang jelas
c. Dosis obat yang jelas

4. Prosedur
a. Prosedur menghadapi musibah
b. Prosedur penyimpanan barang pasien
c. Prosedur pencegahan infeksi nosokomial
d. Prosedur menunggu pasien

5. Petugas

a. Adanya petugas satpam yang cukup


b. Adanya seragam petugas
c. Adanya nama dan identitas petugas
d. Adanya identitas penunggu pasien

6. Kegiatan

a. Status diisi lengkap


b. Adanya catatan pergantian antar petugas

Ciri mutu yang baik


1. Tersedia dan terjangkau
2. Tersedia kebutuhan
3. Tepat sumber daya
4. Tepat standar profesi/ etika profesi
5. Wajar dan aman
6. Mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani

Pelayanan medis yang baik adalah :


1. Yang didasari oleh praktek medis yang rasional dan didasari oleh ilmu kedokteran
2. Mengutamakan pencegahan
3. Terjadinya kerjasama antara masyarakat dengan ilmuan medis
4. Mengobati seseorang sebagai keseluruhan
5. Memelihara kerjasama antara dokter dengan pasien
6. Berkoordinasi dengan pekerja sosial
7. Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan medis
8. Mengaplikasikan pelayanan modern dari ilmu kedokteran yang dibutuhkan
masyarakat
PRINSIP- PRINSIP JAMINAN MUTU:

1. Setiap orang di dalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian


dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing- masing mengontrol
dan bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing
orang.
2. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan baik
pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat-alat statistik
dan keterlibatan setiap orang yang terkait.
4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
5. Pembentukan teamwork. Baik itu dalam part time teamwork, full time teamwork
ataupun cross functionalteam .
6. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees)
melalui keterlibatan di dalam pengambilan keputusan.
7. Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus
dilaksanakan.
8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment atau modal
dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk
mencapai potensi yang mereka harapkan.
9. Supliers dan customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.

Program Quality Assurance


Penahapan Program Quality Assurance

A. Orientasi pada Pelanggan

Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan adalah kepuasan pelanggan


terhadap kesembuhan suatu penyakit. Hanya dengan memahami proses dan
pelanggan maka organisasi dapat memahami dan menghargai makna kualitas.
Semua manajemen dalam jaminan mutu diarahkan pada satu tujuan utama
yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen
tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan
peningkatan kepuasan pelanggan.

B. Continous Improvement

Perbaikan terhadap mutu yang berkesinambungan memerlukan


beberapa persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
1. Berdasarkan Visi dan Misi Rumah Sakit
2. Mengikuti Tahap Strategi Perbaikan

C. Scientific Approach
1. Pendekatan ilmiah merupakan langkah sistematis bagi setiap
individu maupun Tim dalam proses pemecahan masalah dan
perbaikan proses.
2. Fokus pada pendekatan ilmiah adalah pengumpulan, pengolahan
dan pemanfaatan data. Dalam proses pengumpulan dan pemanfaatan
data tersebut tidak dianjurkan untuk menggunakan ilmu statistik
yang rumit.

D. Pembentukan Tim

Tim akan menciptakan suatu kondisi dimana para anggota akan


tetap mempertahankan perubahan, mempelajari lebih banyak tentang
kebutuhan dan memperoleh ketrampilan dalam kerjasama.

Program Quality Assurance


Pelaksanaan Program Quality Assurance

A. Fase Inisiasi :
1. TrainingNeed Assessment (TNA) : Perbaikan mutu yang diberikan
terburu buru sering menyebabkan pengambilan keputusan tentang jenis
pelatihan yang akan diberikan menjadi salah.
2. Seminar Sadar Mutu
a. Quality Awareness Workshop : Kegiatan ini penting dilaksanakan
sebelum kegiatan program jaminan mutu dilakukan pada suatu
tempat.
b. Pengembangan Kepemimpinan Mutu : Kepemimpinan yang
berwawasan mutu merupakan kemampuan untuk membangkitkan
semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab
menyeluruh terhadap usaha mencapai suatu tujuan.
c. Menetapkan Tujuan Peningkatan Mutu : Pada langkah ini
tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi perlu dirumuskan secara
tepat dan benar, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam
peningkatan mutu akan semakin jelas dan tepat.
d. Menyusun Rencana Stratejik dan Operasional : Penyusunan
rencana stratejik dan rencana operasional rumah sakit sebaiknya
berdasarkan pada analisa SWOT dengan memperhitungkan faktor
faktor eksternal dan internal rumah sakit tersebut.

B. Fase Transformasi

Pada fase ini beberapa strategi yang disarankan adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk


proyek percontohan.
2. Pembentukan kelompok kerja yang kompeten terhadap proses tersebut.
3. Identifikasi anggota untuk masing masing kelompok kerja.
4. Proses dalam kelompok kerja untuk melakukan perbaikan yang
berkesinambungan.
5. Pelatihan penyusunan standar dan dokumentasi mutu.
6. Pelatihan internal audit mutu and corective action.
7. Pelatihan manajemen stratejik.
8. Evaluasi.

C. Fase Integrasi

Pada fase ini strategi yang disarankan adalah :


1. Membentuk dan mempertahankan komitmen terhadap mutu melalui
optimalisasi dan proses perbaikan yang berkesinambungan.
2. Pelatihan pada seluruh karyawan.
3. Penetapan indikator mutu.
4. Pengembangan sistem surveilance dan evaluasi mutu yang tepat.
5. Penerapan proses perbaikan mutu yang berkesinambungan pada semua
unit dan lintas
6. unit dengan membentuk kelompok kerja yang mandiri.

2.2. Pelaksanaan Kegiatan Program Mutu di Puskesmas


Kesehatan merupakan aspek penting dalam kerangka pembangunan nasional.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan sangat
mendukung peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembagunan kesehatan nasional, diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
merupakan garda depan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dasar. Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 menjadi landasan hukum dalam
penyelenggaraan Puskesmas, yang merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal diperlukan adanya
pengelolaan organisasi puskesmas secara baik yang meliputi kinerja pelayanan, proses
pelayanan, serta sumber daya yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka
upaya peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien di puskesmas serta
menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskemas, diperlukan
adanya penilaian oleh fihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan,
yaitu melalui mekanisme akreditasi. Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah untuk
pembinaan peningkatan mutu kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan pelayanan
serta program dan penerapan manajemen risiko. Tentu saja akreditasi ini bukan sekedar
penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.

2.3. Monitoring Identifikasi Masalah Penjamin Mutu

Monitoring adalah kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaanya secara
mantap, teratur dan terus menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati dan
mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut.

Monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin untuk mengidentifikasi


pelaksanaan dari berbagai komponen program sebagaimana telah direncanakan, waktu
pelaksanaan program sebagaimana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai
tujuan program (UNESCO).

Monitoring adalah suatu kegiatan untuk mengikuti perkembangan suatu program yang
dilakukan secara mantap dan teratur serta terus menerus (Suherman, dkk.1988).

Monitoring merupakan fungsi manajemen yang berkesinambungan yang mempunyai


tujuan utama menyediakan umpan balik dan indikasi awal tentang bagaimana kegiatan-
kegiatan dilaksanakan, perkembangan atau pencapaian kinerja dari waktu ke waktu serta
pencapaian hasil yang diharapkan kepada manajer dan stakeholders.

Monitoring melacak kinerja yang nyata terhadap apa yang direncanakan atau
diharapkan dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Monitoring
meliputi kegiatan pengumpulan dan analisis data tentang proses dan hasil dari
pelaksanaan program atau kegiatan dan memberikan rekomendasi untuk melakukan
tindakan koreksi. Monitoring Pengendalian adalah tindak lanjut dari monitoring.
Monitoring sebenarnya lebih ditekankan pada kegiatan mencermati proses pelaksanaan
kegiatan serta adanya perubahan lingkungan organisasi. Hasil monitoring akan
memberikan umpan balik, apakah kegiatan dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi
adanya penyimpangan dari yang direncanakan, atau bahkan perencanaan yang tidak tepat
atau menjadi tidak tepat oleh adanya perubahan lingkungan. Hasil monitoring dipakai
sebagai dasar tindakan manajemen, mulai dari penjaminan kegiatan tetap pada tracknya
sampai pada tindakan koreksi dan/ atau penyesuaian.Pengertian inilah yang dilmaksud
sebagai pengendalian, sehingga sering pengendalian tidak dapat dipisahkan atau bahkan
sulit dibedakan dengan monitoring itu sendiri. Monitoring dan pengendalian adalah
sebuah kesatuan kegiatan, yang sering juga disebut sebagai on-going evaluation atau
former evaluation.

a. Fungsi monitoring dan pengendalian

Adalah fungsi manajemen yang berkesinambungan untuk memberikan rekomendasi


untuk melakukan tindakan koreksi kepada pimpinan puskesmas dan stakeholders
lainnya. Bila kemudian tindakan koreksi dilakukan maka fungsi pengendalian akan
terlaksana secara lengkap.

Hasil monitoring dan pengendalian yang telah dianalisis dan diolah dapat dijadikan
sebagai informasi yang dapat dipahami dengan mudah oleh manajer/stake holder
(Pimpinan Puskesmas) untuk dasar pengambilan keputusan tindak lanjut, baik
menyangkut kegiatan yang sedang berjalan maupun kegiatan yang akan datang.

b. Tujuan monitoring dan pengendalian

1. Menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
yang mencakup standar input (waktu, biaya, SDM, tehnologi, prosedur dll).
2. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya penyimpangan
dan penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan untuk melakukan koreksi
pada pelaksanaan kegiatan atau program berkait, baik yang sedang berjalan maupun
pengembangannya di masa mendatang.
3. Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang adanya
perubahan-perubahan lingkungan yang harus ditindak lanjuti dengan penyesuaian
kegiatan.
4. Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja
program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara kontinyu dan dari waktu
ke waktu.
5. Informasi dari hasil monitoring dan pengendalian dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan yang tepat dan akuntabel, untuk menjamin pencapaian hasil/tujuan yang
lebih baik, efektif dan lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya. Adapun tujuan
yang lain dari pelaksanaan monitoring dan pengendalian adalah:
 Pembelajaran untuk mengetahui mengapa program kegiatan dapat terlaksana
dengan baik atau tidak baik,,apa penyebab yang mempengaruhinya serta
bagaimana koreksi dapat dilakukan.
 Untuk melakukan verifikasi dan meningkatkan kualitas manajemen program,
untuk mengidentifikasi strategi yang berhasil dalam rangka ekstensi/ekspansi
dan replikasi.
 Untuk memodifikasi strategi yang kurang berhasil.
 Untuk mengukur keberhasilan dan manfaat suatu intervensi.
 Untuk memberi informasi kepada stakeholders agar stakeholders dapat
menyebutkan hasil dan kualitas program.
 Untuk memberikan justifikasi atau validasi kepada donor, mitra atau
konstituen yang berkepentingan.

c. Langkah-langkah monitoring dan pengendalian

Langkah utama monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses pelaksanaan program/


kegiatan. Standar biasa mencakup semua input yang digunakan (dana, meteri/bahan,
cara atau metode, SDM, Prosedur, Tehnologi dll).
2. Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja (pengamatan) dari
pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan yang dipilih untuk dibandingkan dengan
standar/indikator (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang telah ditentukan.
3. Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk pengkajian
pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.
4. Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data yang dikumpulkan (termasuk
perubahan lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat penilaian dan
kesimpulan tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis dan kesimpulan akan
digunakan lebih lanjut untuk perumusan rekomendasi tindak lanjut.
5. Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dn penyesesuai
kegiatan, maupun perencanaan ulang).
6. Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut kepada pihak
yang berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan proses pengambilan keputusan
lebih lanjut.
Pengendalian berbeda dengan monitoring hanya pada kewenangan dari manajer untuk
langsung melakukan intervensi ketika hasil monitoring tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Jadi pengendalian adalah kegiatan monitoring ditambah dengan tindakan
intervensi yang dilakukan oleh manajer (pengendali/ superisor/ pelaksana monitoring).
Perbedaan monitoring dan evaluasi ada pada tabel di bawah ini:

Table 1. Characteristics of Monitoring and Evaluation

Monitoring Evaluation

Continuous Periodic: at important


milestones such as the mid-
term of programme
implementation; at the end or a
substantial period after
programme conclusion
Keepstrack; oversight; In-depth analysis; Compares
analyses and documents planned with actual
progress achievements

Focuses on inputs, activities, Focuses on outputs in relation to


outputs, implementation inputs; results in relation to cost;
processes, continued relevance, processes used to achieve results;
likely results at outcome level overall relevance; impact; and
sustainability

Answers what activities were Answers why and how results


implemented and results were achieved. Contributes to
achieve building theories and models for
change

Alerts managers to problems Provides managers with


and provides options for strategy and policy options
corrective actions

Self-assessment by Internal and/or external


programme managers, analysis by programme
supervisors, community managers, supervisors,
stakeholders, and donors community stakeholders,
donors, and/or external
evaluators

Sources: UNICEF, 1991. WFP, May 2000.

Monitoring, pengendalian dan evaluasi merupakan alat manajemen untuk


memberikan informasi kepada pengambil keputusan dan menunjukkan akuntabilatas program
atau kegiatan. Evaluasi bukan pengganti monitoring dan pengendalian, demikian sebaliknya
monitoring dan pengendalian tidak bisa menggantikan evaluasi. Data yang dihasilkan secara
sistematis pada waktu kegiatan monitoring sangat menentukan keberhasilan evaluasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kerangka pembangunan nasional.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan
sangat mendukung peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu kami berharap pembaca dapat memberi masukan dan mendapatkan
manfaat dari laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

SYAFRUDIN,DKK.2014,MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


UNTUK BIDAN. JAKARTA.TRANS INFOMEDIA.

http://chpm.fk.ugm.ac.id/index.php/id/component/content/article/85-id/pml-ntt/640-
modul-vi-monitoring-pengendalian-evaluasi-dan-pelaporan-pelayanan-kesehatan-tingkat-
pertama-di-puskesmas

http://amrinachipp.blogspot.com/2015/12/program-jaminan-mutu-di-rumah-sakit.html

Www.mutupelayanankesehatan.net-divisi-mutu-PKMK-FK-UGM
SOAL MUTU LAYANAN

1. Suatu rumah sakit telah mendapat pengakuan dari departemen kesehatan bahwa
layanan kesehatan rumah sakit tersebut telah memenuhi beberapa standar layanan
kesehatan tertentu.
Pernyataan diatas merupakan pengertian darimana?
A. Lisensi
B. Akreditasi
C. Sertifikasi
D. Organisasi
E. Standarisasi
( Inatul Aulia)

2. Untuk menjaga kelangsungan jaminan mutu di puskesmas, petugas diharapkan dapat


memberikan pelayanan terbaik (best pratice).
Bagaimana cara menjaga hal tersebut?
A. Proses pemecahan masalah melalui PTP
B. Identifikasi masalah melalui Penilaian Kinerja
C. Mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap standar
D. Mengintegrasikan Jaminan mutu dalam sistem manajemen
E. Evaluasi dan monitoring melalui Lokakarya Mini Puskesmas
(Tuti Alawiyah)

3. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan nasional, maka diperlukan adanya


kemampuan mentransformasikan pendidikan kesehatan untuk penguatan system
kesehatan. Hal ini perlu sejalan dengan peningkatan pelayanan kesehatan terutama
upaya meningkatkan kualitas SDM Kesehatan.
Apa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan upaya tersebut?
A. Penguatan perencanaan
B. Penyesuaian kurikulum
C. Pengembangan jenis tenaga kesehatan
D. Pengembangan kapasitas SDM Kesehatan
E. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan
( Yuyun Wulandari)

4. Penilaian pada tahap pelaksanaan program merupakan salah satu tahap dari…..
A. Jenis penilaian mutu pelayanan kebidanan
B. Macam macam penilaian mutu pelayanan kebidanan
C. Jenispenilaian standar pelayanan kebidanan
D. Macam macam penilaian standar pelayanan kebidanan
E. Tahap tahap penilaian mutu penilaian kebidanan
( Bq. Dwi Regita Cahya Putri)

5. Yang termasuk dalam kegiatan persiapan program jaminan mutu adalah …


A. Menetapkan aspek pelayanan kesehatan yang di pandang penting untuk
di perhatikan
B. Menetapkan institusi yang menyelenggarakn PJM
C. Melakukan penilaian hasil
D. Menetapkan masalah dan prioritas penyebab mutu
E. Menjabarkan Tolak ukur dan ambang batas oleh organisasi PJM
(Dian Islamiati)

6. Tingkat kesempurnaan dan standar yang sudah diputuskan dalam


mempersembahkan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian, yakni
pengertian dari..
A. Konsep
B. Mutu
C. Dimensi
D. Konsep dasar mutu pelayanan kebidanan
E. Standar persyaratan minimal
( Nendi Alpatahi Aulia)

Anda mungkin juga menyukai