Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN

“LIABILITY, NEGLIGENCE DAN MALPRAKTEK”

Oleh:

I Made Aditya Dwi Artawan (P07120219055)


I Gusti Ngurah Agung Ari kepakisan (P07120219059)
I Gede Made Krisna Dwipayana (P07120219064)
Luh Putu Sukma Wati (P07120219066)
Maria Sholasticha Putu Erlina S (P07120219068)
I Made Tantri Patrayana (P07120219069)
Dimas (P07120219085)

Putu Inggita Wahyu Utami (P07120219093)


Ni Made Cahyaning Upadani (P07120219096)
Pande Gede Angga Gustina Aryanto (P07120219097)
Putu Galih Kumara Yoga (P07120219099)
I Gusti Bagus Ade Oka Dwipayana (P07120219100)
Ni Made Arisasmita Candra Dewi (P07120219103)

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan
nilai mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Judul makalah ini adalah
“Liability, Negligence dan Malpraktek”

Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :

1. selaku dosen yang mengajar di mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum
Kesehatan, yang telah memberi dorongan, motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada
penulis.
2. Pihak Keluarga yang sepenuhnya telah membantu dan memberi dorongan moril
maupun materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 02 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Pada hakekatnya keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada


manusia dan kemanusiaan, artinya profesi keperawatan lebih mendahulukan
kepentingan kesehatan masyarakat di atas kepentingan sendiri. Pelayanan
keperawatan merupakan bentuk pelayanan yang bersifat humanistic dengan
menggunakan pendekatan holistic, berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
mengacu pada standar pelayanan keperawatan serta menggunakan kode etik
keperawatan sebagai tuntunan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan. Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan
dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai
profesi adalah mempunyai bdy of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta
ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk
implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan
dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitasi. Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara
langsung berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada
saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja
maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik
pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari oleh
ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat.
Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran
praktek keperawatan lainnya. Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok
membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tanggungjawab perawat, kelalaian dan
malpraktek praktek keperawatan, baik ditinjau dari hukum dan etik keperawatan.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa itu liability atau tanggungjawab dalam praktik keperawatan?
2. Apa itu negligence atau kelalaian dalam praktik keperawatan?
3. Apa itu malpraktik dalam praktik keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu liability atau tanggungjawab dalam praktik keperawatan
2. Untuk mengetahu apa itu negligence atau kelalaian dalam praktik keperawatan
3. Untuk mengetahui apa itu malpraktik dalam praktik keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Perawat

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara
hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers
1983:25) Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki
kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya
tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki
integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

A. Jenis atau macam-macam tanggung jawab perawat :


1. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien.
Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling
utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan,
pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan.

2. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien


Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau
komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan
filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap
pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah tersebut adalah hak
dan martabat manusia. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
a. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap
keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
b. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adapt
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan
masyarakat.
c. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga,
dan masyarakat, senantiasa diladasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur keperawatan.
d. Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga, dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari
tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

3. Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas.


a. Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh
pihak yang berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan
norma-norma kemanusian.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik,
agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
e. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien
dalam melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam
mempertimbangkan kemempuan jika menerima atau mengalih-tugaskan
tanggung jawab yang ada hubungannya dengan kaperawatan.
4. Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat.
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain adalah
sebagai berikut :
a. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesame perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari
profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

5. Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi.


a. Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan
keperawatan.
b. Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

6. Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara.


a. Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.
B. Tanggung Gugat Perawat

Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta
pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian
bagi pihak lain. Di bidang pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat
terjadi sebagai akibat adanya hubungan hukum antara tenaga medis ( dokter,
bidan, perawat) dengan pengguna jasa ( pasien) yang diatur dalam perjanjian.
Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada
pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya.
Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus
mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.

Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat


a. Contractual Liability.
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak
dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya
sesuatu hak pihak lain sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam
kaitannya dengan hubungan terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus
dilaksanakan oleh health care provider adalah berupa upaya (effort), bukan
hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya
bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau
dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan sebagai civil
malpractice
b. Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan
atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum .
Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang
berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban
hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan yang
baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari
1919).
c. Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan
(liability whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab
meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa; baik yang bersifat
intensional, recklessness ataupun negligence. Tanggung gugat seperti ini
biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce, dimana
produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat
produk yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan
akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
d. Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka
RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat
oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate
(employee).

2.2 Kelalaian ( Negligence ) Dalam Praktik Keperawatan

A. Kelalaian ( Negligence )
Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek
keperawatan, dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya
mereka lakukan pada tingkatannya, lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian
ini berbeda dengan malpraktek, malpraktek merupakan pelanggaran dari
perawat yang melakukan kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan pada
tingkatanya tetapi mereka lakukan.
Menurut Hanafiah dan Amir (1998) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2010)
mengatakan bahwa kelalaian adalah sikap yang kurang hati-hati, yaitu tidak
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan
wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Sedangkan Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah
kegagalan untuk bersikap hati-hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-
hati akan melakukan di dalam keadaan tersebut , ia merupakan suatu tindakan
yang seorang dengan hati-hati yang wajar tidak akan melakukan di dalam
keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa yang seorang lain
dengan hati-hati yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang
sama.
Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk
pelanggaran hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul,
maka yang penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini
dengan memperhatikan dari berbagai sudut pandang, baik etik, hukum,
manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima layanan.
Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya standar praktek keperawatan
dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia keperawatan adalah hal
penting.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelalaian
cenderung mengarah kesifat ketidaksengajaan, tidak berhati-hati dalam bekerja,
tidak teliti dalam melakukan suatu tindakan, tidak memperhatikan kepentingan
orang lain, namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi
tujuannya. Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan
orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir, 1999). Tetapi jika kelalaian itu
mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merengut nyawa orang
lain, maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan
kriminal.

B. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:
a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau
tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi
yang memadai/tepat
b. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat
tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat, misal: melakukan tindakan
keperawatan dengan menyalahi prosedur
c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya, misal: pasien seharusnya dipasang pengaman
tempat tidur tapi tidak dilakukan.
Kelalaian bisa sebagai indikasi malpraktik dan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Kelalaian perdata
Merupakan kelalaian petugas kesehatan tidak menyebabkan
pelanggaran undang-undang, akibat kelalaian tersebut tidak
menyebabkan pasien cidera, cacat ataupun kematian dan sanksinya
adalah sanksi etik yang diatur oleh kode etik profesi.
2. Kelalaian pidana
Merupakan kelalaian petugas kesehatan atau medis mengakibatkan
pelanggaran hukum atau undang-undang. Kelalaian tersebut
menyebabkan pasien cidera, cacat atau meninggal. Sanksi pelanggaran
adalah pidana yang ditentukan pengadilan dalam proses pengadilan yang
terbuka.

C. Dampak Kelalaian
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang
luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit,
individu perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana,
juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat
pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya (Kozier, 1991) dan
penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan
juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi
kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361
KUHP).
2.3 Malpraktik Dalam Praktik Keperawatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010), malpraktik dapat diartikan melakukan


suatu tindakan praktik yang salah atau menyimpang dari ketentuan dan prosedur kerja
yang baku (benar). Dalam bidang kesehatan, malpraktik adalah penyimpangan
penanganan kasus atau masalah kesehatan, sehingga menyebabkan dampak yang
buruk bagi pasien, jika kita bicara mengenai malpraktik, maka ada dua istilah yang
sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan malpraktik yaitu kelalaian dan
malpratik itu sendiri.
Malpraktek tidak sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan
terkait dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan
profesional yang baku. Malpraktik ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang
telah terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan
dalam pekerjaannya. Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk
menggambarkan kelalaian oleh perawat dalam melakukan kewjibannya sebagai
tenaga keperawatan.

Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik.


Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya
perawat, dokter, atau penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa
untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan
hal-hal dibawah ini :

a. Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar
profesi. Hubungan perawat-klien menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban
berdasarkan standar keperawatan.

b. Breach of the duty


Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari
apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran
yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar
keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Injury
Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat
dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat
pelanggaran. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat
dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.

d. Proximate caused
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan terjadinya an cedera yang
dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung berhubungan.
dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakukan Kesalahan : Caffee (1991)


dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat
berisiko melakukan kesalahan, yaitu :

1. Tahap pengkajian keperawatan (assessment errors),


2. Perencanaan keperawatan (planning errors), dan
3. Tindakan intervensi keperawatan (intervention errors).

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Assessment errors,
Termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien
secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan,
seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan
pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan
data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih
lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan.
Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat mengumpulkan
data dasar secara komprehensif dan mendasar.
b. Planning errors
Termasuk hal-hal berikut :

1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam


rencana keperawatan.

2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang


telah dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan
yang tidak dimahami perawat lain dengan pasti.

3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang


disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana
keperawatan.

4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk


mencegah kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan
dalam membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya
dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan
yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan
modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus
realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk
pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas
baik secara lisan maupun dengan tulisan. Lakukan tindakan berdasarkan
rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap pendapat
perlu divalidasi dengan teliti.

c. Intervention errors

Termasuk kegagalan menginteipretasikan dan melaksanakan tindakan


kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati,
kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia.
Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan
dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan
tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive
therapy).
Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan
pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di
antara anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini,, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan
program pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori


sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu :

a. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal
malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik
pidana,yaitu :

1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan


perbuatan tercela.

2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa
kesengajaan (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344
KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat
keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi
medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
Atau kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan
luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut
pasien saat melakukan operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum
pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh
sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada badan
yang memberikan sarana pelayananjasa tempatnya bernaung.

b. Civil malpractice.

Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice


apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.

2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan


tetapi terlambat melakukannya.

3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan


tetapi tidak sempurna.

4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya


dilakukan. Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat
individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka
badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut
dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

c. Administrative malpractice.

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice


manakala orang tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah
mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena, Surat Ijin Praktek), batas
kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut
dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara
hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Kelalaian praktek
keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan
ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Kelalaian merupakan
bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam pelanggaran etik dan juga dapat
digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jelas harus dilihat dahulu proses
terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian.
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Harus dilakukan penilaian terlebih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan
atau yang tidak dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku.
Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka perawat sebelum
melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik keilmuan dan
ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan legalitas perawat
Indonesia dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur oleh perundang-
undangan.

3.2 Saran
1. Seorang tenaga kesehatan diharapkan memiliki kompetensi keilmuan dan ketrampilan
yang baik sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta:
EGC.Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
https://www.slideshare.net/merryismalia/materi-malpraktekkep
https://id.scribd.com/doc/242781009/Kelalaian-Dan-Malpraktek-Dalam-Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai