Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman yang bersifat poliploid biasanya atau umumnya memiliki ukuran

morfologi lebih besar dibandingkan tanaman diploid. Dengan demikian kualitas

tanaman yang diberi perlakuan diharapkan lebih baik dibandingkan tanaman

diploid. Sebagian besar organisme berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom

yang bersifat diploid. Variasi jumlah set kromosom (ploidi) sering ditemukan di

alam (Suminah et al., 2002).

Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel merupakan ciri

benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat melakukan

mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Peningkatan ukuran umbi bawang

merah dapat dilakukan melalui manipulasi penggandaan kromosom (poliploidi)

dengan meanfaatkan kolkisin. Fenomena ploidi dapat terjadi karena kegagalan

mekanisme berpisahnya benang gelendong saat anafase pada pembelahan mitosis.

Kejadian tersebut dapat terjadi secara alami maupun diinduksi secara buatan

dengan menggunakan kolkisin (Rahayu et al., 2015).

Kolkisin merupakan salah satu mutagen kimia yang dapat menginduksi

poliploidi, dimana organisme memiliki tiga kali atau lebih set kromosom dasar

dalam sel-selnya. Kolkisin menyebabkan terhambatnya pembentukkan benang

spindel dengan cara berikatan dengan tubulin, sehingga polimerasi tubulin

menjadi mikrotubulin akan terhambat. Hal tersebut mengakibatkan kromosom

tidak mengalami pemisahan pada saat proses pembelahan sel sehingga sel

mengandung jumlah set kromosom yang berlipat dan terbentuk organisme yang

poliploid (Dewi dan Pharmawati, 2018).


Salah satu teknik pemuliaan untuk perbaikan sifat adalah perakitan

poliploidi. Poliploid adalah keadaan sel dengan penambahan satu atau lebih

genom dari genom normal diploid (2n). Tanaman hasil poliploidisasi akan

mempunyai ukuran bunga, buah, dan biji yang lebih besar, ukuran daun lebih

lebar dan tebal, warna daun lebih hijau, dan usia vegetatifnya lebih panjang

dibandingkan dengan tanaman diploid (normal). Poliploidi juga menunjukkan

resisten terhadap penyakit, rasanya lebih enak, mudah dicerna, dan seratnya

kurang kasar (Muammar, 2013).

Pemuliaan poliploidi dapat memperbaiki sifat tanaman dan menambah

kejaguran; tanaman poliploidi mempunyai penampilan morfologi meliputi daun,

bunga, batang, umbi lebih jagur atau vigor dibanding tanaman diploid. Jika

konsentrasi larutan kolkhisin dan lamanya waktu perlakuan kurang mencapai

keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat diperoleh. Jika konsentrasinya

terlalu tinggi atau waktunya perlakuan terlalu lama, maka kolkhisin

memperlihatkan pengaruh negatif, yaitu penampilan tanaman menjadi lebih jelek,

sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan tanaman mati (Sofia, 2007).

Tujuan Praktikum

Addapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah

kromosom pada akar bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan kolksisin.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai sarana informasi bagi pihak yang membutuhkan


TINJAUAN PUSTAKA

Poliploid adalah peningkatan jumlah genom (set kromosom) pada sel,

jaringan atau organ tanaman. Proses penggandaan dapat terjadi secara spontan

atau buatan. Poliploid pada tanaman mengakibatkan terjadinya perubahan

konstitusi genom tanaman untuk mempertahakankan genom seimbang. Fenomena

poliploidi pada tanaman dapat terjadi akibat penggandaan spontan atau dari

mutasi genetik yang terjadi saat meiosis (Sari, 2018).

Pemberian karakter tanaman dapat diupayakan dengan cara lain, diantaranya

dengan induksi poliploid. Induksi poliploid dapat dilakukan dengan pemberian

mutagen kimia seperti kolkisin pada jaringan meristem tanaman. Senyawa ini

dapat menghambat terbentuknya benang – benang spindel pada tahap anafase

(pembelahan sel) sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploid.

Tanaman yang bersifat poliploid umumnya akan menghasilkan ukuran morfologi

lebih besar dari tanaman diploidnya, sehingga induksi poliploid dimanfaatkan

dalam pemuliaan tanaman, karena hasil panen menjadi lebih tinggi

(Putra dan Soegianto, 2019).

Poliploidi terbentuk dalam dua kelompok yaitu : kelompok pertama

autopoliploidi yaitu penggandaan ploidi melalui penggabungan genom – genom

yang sama. Ploid yang dihasilkan dari proses ini adalah aneuploid (kromosom

abnormal) yakni bentuk triploid, tetraploid dan pentaploid. Kelompok kedua

allopoliploidi adalah penggandaan kromosom yang terjadi melalui penggabungan

genom – genom yang berbeda. Manipulasi poliploidi dilakukan untuk

mendapatkan jenis yang mempunyai lebih dari 2 set kromosom (2n) (Kadi, 2007).

Mutasi kromosom dapat berupa perubahan jumlah kromosom yang menjadi


berlipat, disebut poliploidi. Fenomena ini dapat terjadi secara alami maupun

buatan, poliploid dapat diperoleh dengan cara induksi menggunakan kolkisin

dengan konsentrasi dan lama perendaman tertentu. Tanaman yang mudah

diaplikasikan kolkisin untuk melihat pengaruh poliploid adalah tanaman bawang

merah karena memiliki jumlah kromosom yang sedikit dan berukuran cukup besar

sehingga mudah untuk diamati (Khikmah, 2018).

Poliploidi dengan kolkisin merupakan salah satu teknik peningkatan varian

genetik dan sekaligus digunakan sebagai salah satu metode pemuliaan tanaman.

Poliploidi merupakan suatu proses penggandaan jumlah set kromosom sehingga

menghasilkan organisme yang mempunyai jumlah set kromosom berlipat

(lebih dari 2x). Kolkisin merupakan salah satu bahan kimia apabila diberikan pada

tanaman dapat menyebabkan poliploid pada individu tersebut. Poliploid adalah

keadaan sel dengan penambahan satu atau lebih genom dari genom normal

2n = 2x. Kolkhisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi

dan biji tanaman Autumn crocus (Cholchicum autumnale Linn.) yang termasuk

dalam Familia Liliaceaae (Ariyanto et al., 2015).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Prktikum

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini pada hari

Jumat tanggal 6 Desembaer 2019 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di

Laboratorium Sitogenetika Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dengan ketingian ± 32 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, penggaris untuk menggaris buku gambar, deck glass untuk penutup

objek yang ada di preparat, pinset umtuk menjepit bahan bahan, bunsen untuk

mensterilkan alat dan bahan, pipet tetes untuk memindahkan larutan, pensil

berfungsi untuk menekan nekan bahan yang ada di preparat sehingga

kromosomnya menyebar, silet berfungsi untuk memotong bahan, handsprayer

sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai

tempat menaruh akar setelah dipotong, kamera HP untuk dokumentasi kegiatan

praktikum.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akar tanaman

bawang merah (Allium ascalonicum L.) sebagai bahan praktikum yang diamati,

literatur sebagai referensi bacaan, kertas untuk tempat data, buku gambar untuk

tempat menggambar hasil praktikum, asetokarmin sebagai pewarna sel, air untuk

perendaman perlakuan kontrol, kolkisin sebagai senyawa antimitosis, tisu untuk

mengeringkan preparat, sarung tangan dan masker untuk menghindari


kontaminasi, alkohol untuk mensterilkan alat.

Prosedur Praktikum

 Disiapkan alat dan bahan

 Dipisahkan akar tanaman bawang merah dari umbinya

 Diletakkan akar bawang merah di dalam petridish

 Dituangkan air ke dalam petridish untuk perlakuan kontrol dan

dituangkan larutan kolkisin untuk perlakuan yang menggunakan kolkisin

 Direndam akar tanaman dengan menggunakan perlakuan air dan larutan

kolkisin selama 3 jam

 Diambil akar tanaman bawang yang telah direndam dan dipotong akar

sepanjang 1 cm dengan menggunakan pisau silet

 Diletakkan akar diatas kaca preparat dan diberikan larutan acetocarmin

 Ditutup menggunakan deck glass kemudian ditekan-tekan menggunakan

penghapus pensil

 Dilewatkan di atas bunsen yang menyala sebanyak 3 kali

 Dilakukan pelabelan dan diamati di mikroskop


Pembahasan

Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set

kromosom lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian

disebut sebagai organisme poliploid. Hal ini sesuai dengan literatur dari Sari

(2018) yang menyatakan bahwa poliploid adalah peningkatan jumlah genom (set

kromosom) pada sel, jaringan atau organ tanaman. Proses penggandaan dapat

terjadi secara spontan atau buatan. Poliploid pada tanaman mengakibatkan

terjadinya perubahan konstitusi genom tanaman untuk mempertahakankan genom

seimbang.

Tujuan poliploidi adalah untuk mendapatkan penggandaan jumlah set

kromosom sehingga menghasilkan organisme yang mempunyai jumlah set

kromosom berlipat (lebih dari 2x). Hal ini sesuai dengan literatur dari Putra dan

Soegianto (2019) yang menyatakan bahwa tanaman yang bersifat poliploid

umumnya akan menghasilkan ukuran morfologi lebih besar dari tanaman

diploidnya, sehingga induksi poliploid dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman,

karena hasil panen menjadi lebih tinggi.

Poliploidi terbentuk dalam dua kelompok yaitu allopoliploidi dan

autopoliploidi. Hal ini sesuai dengan literatur dari Kadi (2007) yang menyatakan

bahwa dua kelompok poliploidi yaitu pertama autopoliploidi yaitu penggandaan

ploidi melalui penggabungan genom – genom yang sama. Ploid yang dihasilkan

dari proses ini adalah aneuploid (kromosom abnormal) yakni bentuk triploid,

tetraploid dan pentaploid. Kelompok kedua allopoliploidi adalah penggandaan

kromosom yang terjadi melalui penggabungan genom – genom yang berbeda.


Dalam praktikum ini menggunakan akar bawang merah karena jumlah

kromosom yang sedikit dan berukuran lebih besar. Tanaman bawang memiliki

ukuran kromosom yang cukup besar sehingga sangat cocok digunakan untuk studi

eksperimental. Hal ini sesuai dengan literatur dari Khikmah (2018) yang

menyatakan bahwa tanaman yang mudah diaplikasikan kolkisin untuk melihat

pengaruh poliploid adalah tanaman bawang merah karena memiliki jumlah

kromosom yang sedikit dan berukuran cukup besar sehingga mudah untuk

diamati.

Fungsi kolkisin adalah dapat menggandakan atau menginduksi sel poliploid.

Hal ini sesuai dengan literatur dari Ariyanto et al (2015) yang menyatakan bahwa

Kolkisin merupakan salah satu bahan kimia apabila diberikan pada tanaman dapat

menyebabkan poliploid pada individu tersebut. Kolkhisin (C22H25O6N)

merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi dan biji tanaman Autumn crocus

(Cholchicum autumnale Linn.) yang termasuk dalam Familia Liliaceaae.


KESIMPULAN

1. Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom

lebih dari sepasang.

2. Tujuan poliploidi adalah untuk mendapatkan penggandaan jumlah set

kromosom sehingga menghasilkan organisme yang mempunyai jumlah set

kromosom berlipat (lebih dari 2x).

3. Poliploidi terbentuk dalam dua kelompok yaitu allopoliploidi dan

autopoliploidi.

4. Dalam praktikum ini menggunakan akar bawang merah karena jumlah

kromosom yang sedikit dan berukuran lebih besaR sehingga mudah diamati.

5. Fungsi kolkisin adalah dapat menggandakan atau menginduksi sel poliploid.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, S. E., Parjanto., dan Supriyadi. 2015. Pengaruh Kolkisin Terhadap


Fenotipe Dan Jumlah Kromosom Jahe. Universitas Muria Kudus

Dewi, I. A. R. P., dan Pharmawati, M. 2018. Penggandaan Kromosom Marigold


(Tagetes erecta L.) dengan Perlakuan Kolkisin. Universitas Udayana.
Bali.

Kadi, A. 2007. Manipulasi Poliploidi Untuk Memperoleh Jenis Baru Yang


Unggul. LIPI. Jakarta.

Khikmah, F. F. 2018. Penegmbangan Modul Pengayaan Poliploidi Tanaman


Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Untuk Kelas XII SMA.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Muammar, A. 2013. Analisis Fenotip Dan Ploidi Tanaman Melon (Cucumis melo
L.) Kultivar Hikadi Hasil Perendaman Ekstrak Daun Tapak Dara
(Catharanthus roseus [L] G. Don.). Universitas Gajah Mada.
Yogayakarta.

Putra, B. K., dan Soegianto, A. 2019. Induksi Poliploidi Pada Bawang Merah
Dengan Pemberian Kolkisin. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahayu, E. D. M., Sukma, D., Syukur, M., Aziz, S. A., dan Irawati. 2015. Induksi
Poliploidi Mengguankan Kolkisin Secara In Vivo Pada Bibit Anggrek
Bulan. LIPI. Bogor.

Sari, Y. 2018. Induksi Poliploidi Pada Bawang Merah Dengan Menggunakan


Kolkisin. IPB. Bogor.

Sofia, D. 2007. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Waktu Pemberian Kolkhisin


Terhadap Pertumbuhan Dan Poliploid Pada Biji Muda Kedelai Yang
Dikultur Secara In Vitro. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suminah., Sutarno., dan Setyawan, A. D. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah


(Allium ascalonicum L.) Dengan Pemberian Kolkisin. Universitas
Negeri Surakarta. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai