Anda di halaman 1dari 10

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XVIII, Nomor 2: 45-54 ISSN 0216-1877

FUSI PROTOPLASMA DALAM RUMPUT LAUT

oleh
1)
Nurul Dhewani Mirah Sjafrie

ABSTRACT

PROTOPLAST FUSION IN SEAWEEDS. Protoplast fusion techniques in va-


rious organism have been frequently used to search for new hybrids. The techniques
require informations on the cell wall structure and knowledge in the type of enzymes
in order to produce sufficient quantity of protoplasma. The widely used fusion techni-
ques are the Polyethilene-glicol (PEG) and Electro fusion.

PENDAHULUAN bungan protoplasma dari dua jenis rumput


laut, yaitu Porphyra yezoensis yang ber-
Selama beberapa tahun belakangan ini warna merah keunguan dan P. pseudolinearis
terlihat bahwa kemampuan para ahli dalam yang berwarna hijau. Dari hasil penelitian
memanipulasi dan mempelajari kultur sel mereka diperoleh keturunan yang berwarna
tumbuhan berkembang sangat pesat. Tehnik kehijauan. Penggabungan protoplasma dari 7
kultur sel tumbuhan dapat diterapkan dalam jenis rumput laut marga Porphyra di Jepang
berbagai bidang seperti : biokimia, genetik, telah dilaporkan oleh FUJITA dan SAITO
flsiologi anatomi dan biologi sel (EVANS (1990). Selanjutnya REDDY et al (1989)
et al. 1983). Salah satu keuntungan dari telah melakukan penggabungan protoplasma
kultur sel adalah dapat teratasinya penye- dari 3 jenis alga hijau, yaitu Ulva pertusa, U.
diaan bibit secara berkesinambungan. Man- conglobata dan U.fasciata. B ALESTRI et al.
faat yang lebih jauh lagi dari kultur sel ada- (1989) mencoba mengisolasi dan
lah dapat diciptakannya suatu varietas menggabungkan protoplasma dari 2 jenis al-
baru dengan jalan perkawinan silang orga- gae merah yaitu Laurencia obtusa dan
nisma melalui tehnik penggabungan proto- Plocamium cartilagenum. Pada tulisan ini
plasma. penulis akan mengemukakan secara umum
Tehnik penggabungan protoplasma te- tentang tehnik penggabungan protoplasma
lah banyak dicoba oleh para ahli untuk pada rumput laut.
mendapatkan suatu hibrid. Dalam bidang
biologi laut khususnya di dalam mengem- FUSI PROTOPLASMA
bangkan budidaya rumput laut, beberapa
ahli telah mencoba melakukan penggabung- Fusi protoplasma secara umum dapat
an protoplasma dari rumput laut yang se- diartikan sebagai penggabungan antara 2
jenis maupun yang berlainan jenis. FUJITA atau lebih protolasma dari suatu tanaman
& MIGITA (1987) telah melakukan pengga- sejenis atau yang berlainan. Teknik fusi

1) Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Laut, Pusat Penelitian dan Pen gem ban gan Oseanologi - LIPI,
Jakarta.

45

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

protoplasma mulai dikembangkan para ahli struktur dinding sel. Keduanya akan merupa-
sejak timbulnya anggapan bahwa hibridi- kan pasangan harmonis yang dapat bekerja
sasi antar 2 jenis tumbuhan dibatasi oleh bersama-sama. Misalnya, apabila telah dike-
seksual (EVANS 1983). Pada teknik ini tahui dinding sel dari suatu organisma, maka
beberapa pengetahuan dasar yang perlu akan mudah untuk menentukan jenis enzim
diketahui antara lain adalah struktur dinding penghancur dinding sel tadi. Demikian pula
sel serta pengetahuan tentang enzim. sebaliknya.
Untuk memecah dinding sel rumput
A. STURKTUR DINDING SEL laut, umumnya para ahli menggunakan
Sebelum dijelaskan tentang struktur kombinasi dari beberapa jenis enzim, tergan-
dinding sel, maka penulis akan mengurai- tung dari komposisi dinding sel rumput
kan sekilas mengenai apa yang disebut laut yang akan dipecah. Pada Tabel 2 diper-
protoplasma. Protoplasma adalah istilah lihatkan jenis enzim, yang digunakan untuk
yang diberikan kepada sel hewan atau tum- memecah dinding sel rumput laut serta
buhan tanpa adanya dinding sel, atau dapat jumlah protoplasma yang dihasilkan.
diformulasikan sebagai:
TAHAPAN KERJA
Protoplasma = sel - dinding sel
Metode penggabungan protoplasma
terdiri dari beberapa tahapan, diawali dari
Di dalam protoplasma sendiri terdapat
persiapan sampel dan enzim, isolasi proto-
komponen-komponen sel seperti ; mi-
plasma, fusi protoplasma dan diakhiri
tokhondria, badan golgi, nukleus, reticulum
dengan kultur.
endoplasma, vacuola dan sebagainya. Semua
organ-organ tersebut merupakan komponen
1. Persiapan contoh
utama sel yang mencerminkan sifat-sifat
Langkah awal adalah mencuci contoh
genetik organisma yang bersangkutan. Oleh
rumput laut yang diambil dari alam dengan
karena itu pada rekayasa genetika, proto-
air laut yang telah difllter (FS) beberapa
plasma banyak dipergunakan orang sebagai
kali. Untuk memudahkan pekerjaan, dapat
material dasar.
digunakan kuas atau sikat yang lembut.
Pengetahuan tentang struktur pemben-
Selanjutnya sampel dicuci selama 5 menit
tuk dinding sel sangat diperlukan dalam
dengan larutan deterjen 0,1% dan kemudian
menunjang keberhasilan kerja fusi proto-
dibllas dengan air laut yang telah disteri-
plasma. Hal ini memegang peranan sangat
lisasi dengan autoclave (ASW). Untuk meng-
penting pada saat penentuan jenis enzim
hilangkan epiflt seperti bakteri, hewan
yang akan digunakan untuk memecah din-
serta tumbuhan lain, larutan 11% XI. 112
ding sel tanaman. Pada Tabel 1 diperlihat-
dalam ASW dapat digunakan sebagai larutan
kan komponen utama dinding sel pada
pencuci. CHEN (1986) menggunakan 0,75 %
beberapa kelas rumput laut.
Betadine sebagai larutan pencuci, sedangkan
B. JENIS ENZIM CHOU & LU (1989) menggunakan NaOC12
Pengetahuan tentang kerja enzim sama 30 ppm sebagai larutan pencuci. Selanjutnya,
pentingnya dengan pengetahuan mengenai larutan pencuci yang tersisa atau masih melekat
pada sampel dimasukkan kedalam petridis

46

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 1. Komposisi utama dingding sel pada 3 kelas


rumput laut (SOUTH & WHTTTICK 1987)

yang berisi medium f/2 yang mengandung sedangkan BALESTRI et al. {1989) meng-
antibiotik. Menurut CHEN (1986) larutan gunakan Paracentrotus lividus (sea urchin)
antibiotik tersebut terdiri dari : 300 ug/ml sebagai "crude enzym".
Penicillin G; 100 ug/ml Streptomycin sulfat;
50 ug/ml Neomycin B; dan 200 ug/ml 3. Isolasi Protoplasma
Kanamycin. Akhirnya sampel diinkubasikan Sampel yang telah diinkubasikan seia-
selama 38-40 jam pada kondisi yang kurang ma satu malam dicuci beberapa kali dengan
cahaya (+ 1000 lux). ASW, selanjutnya thallus dipotong-potong
1 mm dan ditempatkan di dalam tabung
2. Persiapan Enzim reaksi. Di dalam tabung reaksi, potongan-
Pemilihan jenis enzim yang akan di- potongan thallus dicuci dengan medium
gunakan harus disesuaikan dengan sifat ESP (Enrich Seawater Provokali) 2 - 3 kali.
dinding sel tanaman yang akan dipecah, Selanjutnya ke dalam tabung reaksi dimasuk-
agar dapat diperoleh jumlah protoplasma kan larutan enzim (5 % comersial enzym
seperti yang diharapkan. Jenis-jenis enzim + 2 % crude enzym) yang telah dicampur
yang digunakan umumnya adalah campuran dengan 0,6 M manitol dan 5 % Dextran
antara enzim komersial (Drilase, cellulase sulfat. Fungsi larutan manitol adalah untuk
R-10 atau RS, Maceroenzym R-10, Cellu- menjaga tekanan osmotik protoplasma se-
lase, Onozuka R-10 atau RS) dengan "crude dangkan dextran sulfat berfungsi untuk
enzym", "Crude enzym" diperoleh dari mencegah kerusakan ribonuclease dan lipase
hasil ekstraksi kerang-kerangan, umumnya yang terdapat di dalam crude enzim. Akhir-
berasal dari jenis Haliotis sp (CHOU & LU nya larutan enzim yang berisi thallus di
1989), namun CHEN (1986) menggunakan letakkan dalam "mixer" dan diputar per-
Littorina littoria salah satu jenis Gastropoda, lahan sela 1 jam dalam keadaan gelap.

47
Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 2. Beberapa jenis enzimyang digunakan untuk memecah


dinding sel rumput laut serta jumlah protoplasma
yang dihasilkan (CHOU & LU 1989 )

4. Pemurnian Protoplasma 5. Fusi Protplasma


Pada tahap pemurnian, pertama-tama Sampai saat ini cara menggabungkan
larutan dipindahkan dalam tabung centri- dua atau lebih protoplasma pada rumput
fuge dan diputar dengan kecepatan 1000 laut yang berhasil dilakukan hanya dua
rpm selama 5 menit. Kepada endapan yang cara, yaitu metode PEG dan Elektrofusion.
terbentuk ditambahkan 0,6 M manitol.
Hal yang sama diulangi beberapa kali.

48
Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

a. Metode PEG (Polyethilene Glikol) plasma pada 7 jenis Porphyra adalah 20 %.


Teknik fusi protoplasma dengan me- Keadaan inilah yang menjadi salah satu
tode Polythilene Glikol pertama kali di- sebab mengapa teknik PEG mulai ditinggal-
lakukan oleh KAO & MICHAYLUK untuk kan.
menggabungkan protoplasma pada tanaman Tahapan kerja dengan menggunakan
tinggi (dalam EVANS & BRAVO 1983). "Somatic Hybrizer" adalah sebagai berikut:
Selanjutriya teknik ini dicoba para ahli protoplasma yang telah dimurnikan di
untuk menggabungkan protplasma rumput cuci beberapa kali dengan larutan elektro-
laut. Walaupun teknik PEG banyak diikuti, fusion (cara kerjanya sama dengan pemur-
namun tingkat keberhasilan metode ini nian protoplasma). Kemudian 200 ul larut-
sangat kecil. Hasil fusi yang diperoleh an ini (protoplasma dalam larutan elektro-
umumnya lebih kecil dari 1 % (CHOU & fusion) diletakkan di antara 2 elektroda
LU 1989), atau berkisar antara 8 % - 10 % di dalam ruang fusi, dibiarkan selama 5 me-
(FUJITA&SAITO1990). nit agar mengendap pada dasar ruang fusi,
Tahapan kerja fusi protoplasma de- setelah itu diberi aliran listrik untuk menda-
ngan metode PEG adalah sebagai berikut : patkan ikatan 2 atau 3 rantai protoplasma.
Sebanyak 100 ul protoplasma yang telah Keterpaduan wama protoplasma dari 2 sel
dimurnikan di tuangkan ke dalam "cover yang berbeda akan terlihat jelas pada hasil
slip" (24 x 24 mm) yang ditempatkan di fusi. Namun untuk mengetahui perbedaan
dalam petridis berukuran ( 9 x 2 cm) dan warna tidaklah mudah terutama bagi mereka
dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu ke yang baru memulai bekerja di bidang terse-
dalam petridis ditambahkan 30 — 40 mg but.
Polyethilene glikol (PEG) 4000 powder Tingkat keberhasilan metode elektro-
atau 100 ul - 200 ul PEG 4000 larutan, se- fusion ini sangat tergantung pada kondisi
lanjutnya di biarkan selama 1 5 — 2 0 menit. optimum dari "Somatic Hybridizer" pada
Ahirnya protoplasma dicuci dengan larutan saat pengoperasiannya. Berdasarkan hasil
PEG pencuci dan siap dikultur di dalam percobaan yang telah dilakukan oleh FUJI-
medium f/2. Komposisi dari medium f/2 TA dan SAITO (1990), kondisi optimum
disajikan dalam Tabel 3. untuk memperoleh hasil fusi yang baik
disarikan dalam Tabel 4.
b. Metode Electrofusion
Beberapa tahun belakangan ini terbuk- 6. Kultur protoplasma
ti bahwa fusi protoplasma dapat juga dilaku- Hasil fusi pada tahapan 5 segera
kan dengan bantuan energi listrik. Cara ini dipindahkan ke dalam petridis yang berisi
disebut metode Elektrofusion, dan alatnya medium f/2 (FUJITA & SAITO 1990)
dikenal dengan "Somatic Hybridizer". Ting- atau dapat juga digunakan medium ESP
kat keberhasilari fusi protoplasma dengan (Provasoli's Enrich Sewater yang ditambah
teknik elektrofusion lebih tinggi jika diban- anti biotik dan tanpa penambahan Vitamin)
dingkan dengan teknik PEG. Hal ini dibuk- (REDDY et al 1989). Beberapa publikasi
tikan antaranya oleh hasil penelitian FUJI- menyebutkan bahwa untuk menekan per-
TA dan SAITO (1990) yang memperlihat- tumbuhan bakteri sebaiknya dipergunakan
kan bahwa tingkat keberhasilan fusi proto- medium yang mempunyai nilai osmotik

49
Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

tinggi. Selang 4 hari berikutnya, protoplas- PROSPEK PENGEMBANGAN


ma akan menempel pada dasar petridis
dan pada saat ini dapat dilakukan penggan- Dalam kaitannya dengan kondisi budi-
tian medium. Untuk jenis Porphyra biasa- daya rumput laut di Indonesia, tampaknya
nya protoplasma tidak mau menempel teknik fusi protoplasma akan memberikan
di dasar petridis, oleh sebab itu penggantian suatu alternatif baru. Sudah menjadi rahasia
medium harus di bawah mikroskop secara umum bahwa budidaya rumput laut kita
hati-hati. masih sangat tergantung dari bibit yang di-

50
Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

peroleh dari alam, di samping itu masih


digunakan teknik budidaya secara vegeta- 2. Ruang untuk melakukan fusi yang di-
tif. Kendala yang sering dijumpai adalah lengkapi dengan lemari asam (clean
kualitas hasil, pertumbuhan tanaman yang bench); satu set "Simadzu somatic
lambat, daya tahan tanaman terhadap kon- hybridizer" SSH-2 (Shimadzu Co., Ja
disi lingkungan perairan dan sebagainya. pan), terdiri dari beberapa alat penun-
Sedangkan untuk mendapatkan hasil panen jang teknik fusi termasuk mikroskop.
yang berkesinambungan dengan disertai 3. Ruang kerja yang dilengkapi dengan auto
kualitas serta kuantitas yang optimum di- clave; refrigerator; freezer; centrifuge
perlukan jenis rumput laut yang memiliki besar dan kecil; shaker; mikroskop; tim
sifat-sifat unggul. Maka bukan tidak mung- bagan analitik serta peralatan gelas.
kin teknik fusi protoplasma dapat 4. Selain itu diperlukan juga bahan-bahan
digunakan untuk mendapatkan bibit unggul. kimia untuk membuat medium serta
Oleh ka-rena itu penulis menyarankan agar enzim.
tehnik ini dapat dikembangkan di
Puslitbang Ose-anologi - LDPI. Adapun Sebagai tenaga di laboratorium fusi
perlengkapan yang dibutuhkan pada kerja protoplasma, dibutuhkan sekurang-kurang-
fusi protoplasma antara lain : nya 2 orang tenaga yang terdiri dari seorang
staf dan seorang teknisi. Mereka haruslah
1. Ruang kultur yang dirancang memeiliki ketelitian,kesabaran, dedikasi dan
sedemikian rupa sehingga suhu cahaya tanggung jawab yang tinggi.
dapat diatur.

51

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

52

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 3. Protoplast segar Ulva sp. (pembesaran 40x, sumber: penulis)

Gambar 4. Kultur protoplast Ulva sp. yang berumur 1 minggu


(pembesaran 40x, sumber : penulis)

53

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DAFTAR PUSTAKA EVANS, DA. 1983. Protoplast Fusion.


In : Handbook of Plant cell culture Volu-
BALESTRI, E; F. DELLA PIETA and me I : Technique for propagation and
F. CINELLI, 1989. Production of proto- breeding (EVANS, DA; W.R. SHARP;
plasts from two red marine algae : Lau- P.V. AMMIRATO and Y. YAMADA
rencia obtusa (Hudson) Lamouroux and eds.): 291 - 321.
Plocamium cartilagenum (L.) Dixon from FUJITA, Y. and MIGITA, S. 1987. Fusion
Mediterranenean Sea. In: Proc. 1st. of protoplast from thalli of two different
Intl. Marine Biotechnology Conference color types in Porphyra yezoensis Ueda.
(S. MIYACHI; I. KURABE & Y. and development of fusion products.
ISHIDA eds.): 375 - 378 Jap. J. Phycol. 35 : 201 - 208.
CHEN, LJM.C. 1986. Cell development of FUJITA, Y. and SAITO, M. 1990. Proto-
Porphyra miniata (Rhodophyceae) under plast isolation and fusion in Porphyra
axenic culture. Botanica Marina 29 : (Bangiales, Rhodophyta). Hydrobiologia
435 - 439. 204/205: 161-166.
CHOU, H.N and H. K. LU. 1989. Proto- REDDY, C.R.K; S. MIGITA and Y. FUJI-
plast from seaweeds : isolation, culture TA. 1989. Protoplast isolation and rege-
and fusion. In : Proc. 1st. Intl. Marine neration of three species of Ulva in
Biotechnology Conference (S. MIYAKI; axenic culture. Botanica Marina 32 : 4 8 3 -
I. KURABE and Y. ISHIDA eds.): 227 - 490.
230. SOUTH, R.G. and A. WHITTICK. 1987.
EVANS, D.A. and J.E. BRAVO. 1983. Introduction to Phycology. Blackwell
Protoplast isolation and culture. In : Scientific Publications, London : 341
Handbook of Plant cell culture Volu- pp.
me I; Techniques for propagation and
breeding (EVANS, D.A; W.R. SHARP;
P.V. AMMIRATO and Y. YAMADA
eds.): 124-178.

54

Oseana, Volume XVIII No. 2, 1993

Anda mungkin juga menyukai