I. ARTI LEKSIKAL
o Islam agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. berpedoman pada
kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
1. Korupsi
tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu
masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
2. Islam
ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada
para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman
hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing
umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan
akhirat.
IV. PERMASALAHAN
A. Praktik korupsi di Indonesia
B. Dalil dan pendapat sahabat rasulullah mengenai tindakan korupsi.
C. Hukuman Koruptor Dalam Islam
D. Pencegahan tindakan korupsi menurut perspektif Islam
V. PEMBAHASAN
QS An-Nisa’ 4:29
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
QS Al-Maidah :42
Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita
bohong, banyak memakan yang haram. Menurut Ibnu Mas’ud dan Ali bin Abi
Talib, makna suht adalah suap.”
Hadits Sahih Riwayat Imam Lima Nabi bersabda, “Rasulullah melaknat
penyuap dan penerima suap dan yang terlibat di dalamnya.”
1. Al-Ghulul (Penggelapan)
- Mencuri harta rampasan perang (Al-ghulul)
- Menggelapkan uang dari kas Negara (baitul maal)
- Menggelapkan zakat
- Hadiah untuk para pejabat
Menggelapkan uang Negara dalam Syari’at Islam disebut Al-ghulul, yakni
mencuri ghanimah (harta rampasan perang) atau menyembunyikan sebagiannya
(untuk dimiliki) sebelum menyampaikannya ke tempat pembagian (Abu Fida,
2006).
Adapun dasar hukum dari Al-ghulul, adalah dalil-dalil baik yang terdapat
dalam Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan
perang). Barang siapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang) maka
pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu;
kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”.(QS. Ali-Imran
ayat 161)
Hadits-Hadits yang mengatur Al-ghulul:
a. Larangan Mengambil yang bukan haknya meskipun seutas benang dan
sebuah jarum
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda,”Serahkanlah benang dan
jarum. Hindarilah Al-ghulul, sebab ia akan mempermalukan orang yang
melakukannya pada hari kiamat kelak”. beginilah anjuran dari Rasulullah,
melarang mengambil sesuatu yang bukan haknya walaupun hanya seutas
benang dan sebuah jarum.
b. Larangan untuk mengambil sesuatu tanpa izin dari yang berhak
“… Barang siapa melakukan ghulul, ia akan membawa barang ghulul itu
pada hari kiamat. Untuk itu saya memanggilmu, dan sekarang berangkatlah
untuk tugasmu.” (HR. At-Tirmidzi).
2. Risywah (Penyuapan)
Risywah adalah sesuatu yang dapat menghantarkan tujuan dengan
segala cara agar tujuan dapat tercapai (Abu Frida, 2006). Definisi tersebut
diambil dari asal kata rosya yang berarti tali timba yang dipergunakan untuk
tali timba dari sumur. Sedangkan ar-raasyi adalah orang yang memberikan
sesuatu kepada pihak kedua yang siap mendukung perbuatan batil.
Adapun roisyi adalah penghubung antara penyuap dan penerima suap,
sedangkan al-murtasyi adalah penerima suap.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam Abu Fida mendefinisikan risywah sebagai
berikut:
“Suatu yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan atau
jabatan (apa saja) untuk menyukseskan perkaranya dengan mengalahkan
lawan-lawannya sesuai dengan apa-apa yang diinginkan, atau untuk
memberikanpeluang kepadanya (misalnya seperti lelang/tender) atau
menyingkirkan lawan-lawannya……” (Al-Halal dan Haram, hal,123)
Adapun dasar hukum dari Risywah, adalah dalil-dalil baik yang terdapat
dal Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
Adapun dasar hukum dari Ghasab, adalah dalil-dalil baik yang terdapat
dalam Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
4. Khianat
Wahbah al-Zuhaili dalam Irfan mendefinisikan khianat dengan segala
sesuatu (tindakan/upaya yang bersifat) melanggar janji dan kepercayaan
yang telah dipersyaratkan di dalamnya atau telah berlaku menurut adat
kebiasaan, seperti tindakan pembantaian terhadap terhadap kaum muslim
atau sikap menampakkan permusuhan terhadap kaum muslim.
Adapun dasar hukum dari Khianat, adalah dalil-dalil baik yang terdapat dal
Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
Larangan berkhianat dan faedah bertakwa
a. Pencurian kecil
b. Pencurian besar
Sariqah adalah mengambil barang atau harta orang lain dengan cara
sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya yang biasa digunakan
untuk menyimpan barang atau harta kekayaan tersebut.
6. Hirabah (Perampokan)
Pengertian Hirabah/perampokan (Irfan, 2012) adalah tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada pihak lain,
baik dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah, dengan tujuan untuk
menguasai atau merampas harta benda milik orang lain tersebut atau dengan
maksud membunuh korban atau sekedar bertujuan untuk melakukan teror dan
menakut-nakuti pihak korban.
Adapun dasar hukum dari Hirabah (Perampokan), adalah dalil-dalil baik yang
terdapat dalam Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
Hukuman Terhadap Perusuh dan Pengacau Keamanan
Berdasarkan Surah Al-Maidah (5) ayat 33
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik 414) , atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian
itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar” (QS: Al-Maidah (5) ayat 33).
Maksudnya ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau
melakukan kejahatan sekali lagi maka dipotong tangan kiri dan kaki kanan.
7. Al-Maks (Pungutan Liar), Al-Ikhtilas (Pencopetan), dan Al-Ihtihab
(Perampasan)
Surah Asy-Syura (42) ayat 42
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia
dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab
yang pedih” (QS: Asyy-Syura (42) ayat 42).
Pungutan liar yang terjadi sejak kita mengurus akte kelahiran hingga akte
kematian yang terjadi di Negara kita barangkali termasuk dalam kategori ini.
Karena pungli merupakan pungutan yang tidak memiliki dasar hukum agar
seseorang tetap membayarnya agar urusannya lancar. Masyarakat sebenarnya
sangat keberatan namun apa daya karena berhadapan dengan mereka yang
memiliki kekuasaan.
Nabi saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang kerjanya
melakukan pungutan liar.” (HR. abu Dawud).
D. Pencegahan tindakan korupsi menurut perspektif Islam
Dalam sistem hukum plural ini terdapat 3 sistem : yaitu sistem hukum
islam, sistem hukum barat , dan sistem hukum adat.
Menurut Islam , secara normatif, sistem hukum plural ini haram hukumnya
untuk diterapkan dalam aqidah Islam. Bukankah dalam Al-Qur’an Allah
berfirman yang berbunyi “Laa yusyrik fi hukmini ahadan. ” yang artinya, Allah
tidak mengambil seorangpun sebagai sekutu-Nya dalam menetapkan hukum.
(QS.Al-Kahfi :26). Maka, sistem hukum plural yang syirik dari warisan kafir
penjajah ini sudah semestinya dihapuskan dari muka bumi ini tidak hanya di
Indonesia melainkan seluruh dunia. Melaksanakan sistem syirik yang jahanam
ini bagi kami sama saja melanggengkan keharaman menari-nari diatas negeri
kami dan mendukung penjajahan bangsa sendiri.
Dengan diterapkannya syari’ah Islam sebagai hukum tunggal dengan
didukung tegaknya kepemimpinan khalifah di negeri ini, maka syari’ah Islam
dapat memainkan perannya yang sangatefektif untuk memberantas korupsi
baik peran pencegahan (preventif) maupun dalam segi penindakan atau
pemberantasan (kuratif).
Secara preventif paling tidak ada 6 (enam) langkah untuk mencegah korupsi
menurut paradigma syari’ah Islam sebagai berikut :
a. Rekrutmen SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas
dan Integritas, bukan berasaskan egoisme yang pada akhirnya
berujung pada korupsi,kolusi, dan nepotisme. Dalam istilah Islam,
mereka yang menjadi aparatur wajib memenuhi kriteria yang
individunya berkepribadian islam (syakhsiyah islamiyah). Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda “ Barangsiapa memperkerjakan
seseorang karna faktor suka atau hubungan kerabat, berarti dia telah
berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin”.
b. Negara wajib melakukan pembinaan kepada seluruh aparat dan
pegawainya. Khalifah Umar bin khotob selalu memberikan nasihat
kepada bawahannya “ Kekuatan dalam bekerja adalah jika kamu tidak
menunda pekerjaan hari ini sampai besok, kalau kamu menundanya
pekerjaannya akan menumpuk...’’
c. Negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak kepada
aparatnya , sebagaimana Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar,
“Cukupilah para pegawaimu, agar mereka tidak berkhianat”.
d. Islam melarang menerima suap atau hadiah atau dalam istilah
korupsi dikatakan gratifikasi bagi para aparat negara sebagai sabda
Nabi “Barangsiapa yang sudah menajadi pegawai kami dan sudah kami
beri gaji, maka apa saja yang ia ambil di luar itu adalah harta yang
curang.’’ (HR.Abu Daud). Tentang hadiah kepada aparat pemerintah,
Nabi SAW berkata, “Hadiah yang diberikan kepada para penguasa suht
adalah haram dan suap yang diberikan kepadahakim adalah kekufuran.
(HR.Ahmad)
e. Adanya keteladanan dari pimpinan. Manusia cenderung mengikuti
orang terpandang dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka
disini pemimpin juga memiliki peran besar untuk menjadi teladan yang
baik bagi umatnya atau masyarakatnya.
f. Memperkuat iman dan taqwa pada pribadi masing-masing , karena
sejatinya semua kembali pada diri masing-masing umat.
VI. KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwasanya korupsi dalam islam sangatlah dilarang
dan sudah tertera dalam Al-Qur’an serta Al Hadistnya. Pencegahan dan
hukuman korupsi menurut perspektif islam pun tidak jauh berbeda dengan
apa yang sudah tertera dalam Undang-undang. Kita sebagai warga negara
alangkah baiknya agar bersikap amanah dan mementingkan keperluan orang
lain terlebih dahulu, apalagi keperluan negara. Karena persoalan seperti ini
bukan hanya persoalan kecil yang bisa dianggap remeh, namun ini
menyangkut kesejahteraan banyak pihak. Allah SWT sangat membenci
adanya korupsi atau penyelewengan, hal ini karena korupsi termasuk ke
dalam dosa besar.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang
kerjanya melakukan pungutan liar.” (HR. abu Dawud).
VII. DAFTAR REFERENSI
https://www.kompasiana.com/hammady/58b28624147b61fa10260673/pandangan-
agama-terhadap-korupsi
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-
umum/20078-
https://amwofficial.blogspot.com/2012/11/hukuman-bagi-koruptor-menurut-
islam.html
https://www.voaindonesia.com/a/aneh-masyarakat-religius-namun-korupsi-
tinggi/4587783.html
https://www.kompasiana.com/ririsna/5c0ecf48ab12ae2d46265c62/larangan-
korupsi-dalam-perspektif-islam?page=all
http://pilarislam.blogspot.com/2016/02/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan.html
https://www.kbbi.web.id/korupsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi