Anda di halaman 1dari 3

BAB V

NILAI EKONOMIS DAN KEUNTUNGAN BUDIDAYA

Akhir-akhir ini kegiatan perikanan semakin merambah begitu pesat, yang asalnya hanya urusan ekonomi
lokal menjadi kegiatan ekonomi global yang bisa menghasilkan miliaran dolar dari dari perdagangan
dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1950-an nilai perdagangan global dari kegiatan perikanan mencapai
USD 15 miliar. Dan meningkat secara drastis pada tahun 2006 menjadi USD 86 miliar (FAO, 2009). Di
Indonesia kegiatan perikanan meraup devisa sekitar 4,09 miliar dollar AS (KKP, 2017). Kegiatan perikanan
kini telah menjadi sumber kekuatan untuk pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara-negara di dunia.

Termasuk di Indonesia, khususnya hasil perikanan terus meningkat. Data BPS menunjukkan bahwa PDB
perikanan berangsur-angsur dari tahun 2011 sebesar Rp. 154.545,2 triliun hingga tahun 2017 sebesar
Rp. 227.278,9 triliun.

PadPada kuartil III tahun 2018, PDB Indonesia sebesar Rp. 59.984,3 triliun dari sektor perikanan
berdasarkan harga konstan. Angka ini naik 3,71% dari kuartil III tahun 2017 yang hanya sebesar Rp.
57.836 triliun (BPS, 2018).

Indonesia dan Thailand menjadi negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk top 10 negara di dunia
penghasilan produk perikanan di mana hasil perikanan ke-2 negara ini berkontribusi lebih dari 2%
terhadap GDP.

Ikan merupakan sumber protein hewani. Dibutuhkan 200 juta ternak untuk memenuhi kebutuhan
protein dari ikan tersebut (Alverson et al, 1994). Menurut data FAO bahwa hampir 1 miliar penduduk
dunia, umumnya negara berkembang sangat menggantungkan kebutuhan protein hewaninya dari hasil
perikanan. Di Indonesia sendiri, ikan menyuplai hampir 60% kebutuhan protein hewani. Konsumsi ikan di
Indonesia juga meningkat dari 47,12 kg pernah kapita pada tahun 2017 menjadi 50 kg per kapita pada
tahun 2018.

Kegiatan budidaya perikanan berkontribusi terhadap tersedianya lapangan pekerjaan. Perikanan secara
langsung ataupun tidak langsung memberikan peranan penting bagi jutaan orang yang menggantungkan
hidupnya pada sektor perikanan.

Sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan sehingga tidak
heran jika perikanan sering disebut sebagai "employment of the last resort" yang mudah menyerap
tenaga kerja. FAO (2019) menyatakan bahwa, perikanan lebih cepat menyerap tenaga kerja dibandingkan
dengan sektor pertanian tradisional dalam kurun waktu 3 dasa warsa terakhir.

Budidaya perikanan telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang
menggantungkan sebagian besar hidupnya pada sektor perikanan. Sebagai contoh, masyarakat kota Oma
di Jepang dikenal sebagai "Kota Tuna" (Tuna Town) karena mereka memperlakukan ikan tuna sebagai
emas hitam sebab dari tuna sendiri bisa menghasilkan USD 15 juta atau sekitar 150 miliar. Uang tersebut
bukan hanya dari penjualan ikan, namun juga dari pariwisata berbasis ikan tuna.
1) Budidaya Ikan Kerapu

Ikan Kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis tinggi yang terdapat di perairan
Indonesia. Ikan kerapu mengandung gizi tinggi dan telah dapat dibudidayakan secara komersial di
beberapa negara tropis. Tingginya harga komoditas ikan kerapu disebabkan karena populasinya yang
semakin berkurang. Di Indonesia, kegiatan budidaya ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan
bertambahnya permintaan pasar, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk komoditas ekspor
(Anonim, 2011).

Ada 3 alasan mengapa ikan kerapu perlu dibudidayakan untuk komoditas unggulan di Indonesia:

• Kerapu merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor besar yang selama ini belum
dimanfaatkan secara penuh

• Budidaya ikan kerapu diharapkan dapat meningkatkan devisa negara dan mensejahterakan masyarakat
yang mata pencahariannya sebagai petani budidaya perikanan

• Modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan khususnya terhadap rusaknya terumbu karang

Alasan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pengembangan budidaya ikan kerapu yang nantinya
diharapkan tidak hanya memberikan dampak terhadap sektor perikanan secara luas melainkan juga
terhadap pengembangan wilayah, pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat (Sudirma dan Karim,
2008).

Dengan adanya kegiatan budidaya juga diharapkan dapat memberikan motivasi kepada masyarakat desa
untuk mendorong tumbuhnya suasana yang kondusif dengan cara meningkatkan ketersediaan jasa
pelayanan pendidikan, kesehatan, fasilitas infrastruktur lain yang dibutuhkan masyarakat desa.

Dengan dilaksanakannya kegiatan budidaya ikan kerapu dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

-Meningkatkan pendapatan bagi petani budidaya perikanan

-Meningkatkan peluang lapangan kerja bagi masyarakat

-Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) setempat dengan retribusi atau pajak daerah

-Meningkatkan kegiatan perikanan di pedesaan, mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan


sosial antara desa dan kota, antara sektor tradisional dan modern

2)Budidaya Udang Vaname

Budidaya udang vaname sangat berkembang pesat akhir-akhir ini. Udang vaname memiliki berbagai
keunggulan diantaranya: lebih tahan dari penyakit, pertumbuhan cepat, masa pemeliharaan singkat,
daya tahan tubuh tinggi, pemberian pakan yang relatif mudah.
Udang vaname sangat diminati oleh pasar dunia salah satunya oleh Amerika Serikat. Udang vaname
dijual dengan ukuran 15-25 gram per ekor. Harganya bisa mencapai 80-100 ribu rupiah per kg.

Berdasarkan data KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) menyatakan bahwa, udang vaname
menyumbang hingga 42% neraca perdagangan perikanan di Indonesia pada tahun 2018. Nilai kontribusi
udang vaname sekitar USD 859,15 juta.

Indonesia termasuk negara produsen udang terbesar di dunia bersama China, India, Vietnam, Ekuador
dan Thailand. Tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat 6 dengan capaian produksi sebesar 390 ribu
ton (SCI, 2017).

Semua pencapaian di atas, masih tergolong belum maksimal jika melihat potensi lahan yang dimiliki oleh
Indonesia. Wilayah pesisir Indonesia sekitar 2,9 juta hektare untuk budidaya, air payau atau tambak dan
baru dimanfaatkan sebesar 22,5% (KKP, 2015). Artinya, masih ada sekitar 2,2 juta hektare lahan potensial
budidaya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Jika kita estimasi untuk usaha budidaya tambak udang vaname intensif sekitar 500.000 hektare dengan
produktivitas rata-rata 40 ton/ha/tahun, maka bisa diproduksi 20 juta ton/tahun. Dengan harga udang
rata-rata USD 5 per kg, maka akan menghasilkan USD 100 miliar per tahun. Bila diekspor setengahnya,
maka akan meraih devisa USD 50 miliar per tahun lebih unggul dari kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai