Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MICROTEACHING

“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah microteaching yang diampu oleh:

Dr. Rosidah, M.Si

Oleh :
FIKRAM MUSLIM (1711040012)
APRILIYANI SYAHWAL (1711041002)
SRI MULYANI (1711041012)
ASRI AINUN AMALIAH (1711042014)
ASRIWAN (1711042002)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami suatu
peningkatan. Hal itu disebabkan karena adanya beberapa faktor-faktor penunjang
misalnya kurikulum pendidikan yang ideal, sarana prasarana yang memadai di setiap sekolah
dan yang terpenting ialah faktor pendidik atau kinerja guru. Pendidik merupakan seseorang
yang penting dalam berlangsungnya suatu pendidikan dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran dapat juga mempengaruhi perkembangan pendidikan.
Keberhasilan mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan keaktifan
peserta didik dalam belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar, juga akan
tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan
mengajar. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh
seorang guru. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola
kegiatan pembelajaran secara lebih efektif. Keterampilan dasar mengajar ini perlu dikuasi oleh
semua guru.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini pemakalah akan membahas mengenai keterampilan
dasar mengajar, guru diharapkan dapat memahani dan memiliki kemampuan untuk
menerapkan keterampilan dasar mengajar tersebut secara utuh dan terintegrasi dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keterampilan dasar mengajar?
2. Apa macam-macam keterampilan dasar mengajar?
3. Bagaimana tujuan dan manfaat keterampilan dasar mengajar?
4. Bagaimana implementasi keterampilan dasar mengajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memaparkan definisi keterampilan dasar mengajar.
2. Untuk memaparkan macam-macam keterampilan dasar mengajar.
3. Untuk memaparkan tujuan dan manfaat keterampilan dasar mengajar.
4. Untuk memaparkan implementasi keterampilan dasar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Keterampilan Dasar Mengajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan kecakapan untuk
menyelesaikan tugas.[1] Sedangkan mengajar adalah melatih. DeQueliy dan Gazali
mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling
singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching
is the guidance of learning”, mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
Alvin W.Howard berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba
menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,
attitude, ideals (cita-cita), appreciations(penghargaan) dan knowledge.[2]
Jadi dapat disimpulkan keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan
atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors) yang harus
dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar
secara efektif, efisien dan profesional. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar
berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus
dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang tenaga
pengajar, yaitu:
1. Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach).
2. Menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya( how to teach).
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no 2 yaitu cara membelajarkan
siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh tenaga pengajar,
karena dengan keterampilan dasar mengajar memberikan pengertian lebih dalam mengajar.
Mengajar bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek
yang lebih luas seperti pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai.
B. Macam-Macam Ketrampilan Dasar Mengajar
Menurut Turney terdapat 8 keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan
dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:[3]
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk
dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan
siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus
pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan
mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan
siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih
di tingkatkan.
a. Macam-macam Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Keterampilan bertanya dasar : mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan
dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya dasar terdiri atas 7
komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai berikut:
a) Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar pertanyaan yang
diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
b) Pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal pertanyaan maupun sewaktu-waktu
saat guru akan memberikan pertanyaan. Acuan tersebut berupa informasi yang perlu diketahui
siswa. Hal ini bertujuan sebagai pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan.
c) Pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat pada inti masalah tertentu
sesuai dengan pertanyaan.
d) Pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban, kemudian guru meminta siswa
kedua melengkapi jawaban siswa pertama, lalu siswa ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat
mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta
meningkatkan interaksi antarsiswa.
e) Penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
guru. Guru menunjukkan pertanyaan kepada seluruh siswa kemudian menyebarkan pertanyaan
secara acak sehingga semua siswa siap untuk mendapat giliran.
f) Pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan kemudian menunggu beberapa
saat untuk siswa berpikir bar kemudian meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan.
g) Pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab atau siswa yang bisa
menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan setelah memperoleh tuntunan dari
guru siswa tersebut akan mampu memberikan jawaban yang diharapkan.
2) Ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha
pengembangan kemampuan berfikir siswa.Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri dari:
a) Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, guru diharapkan memberikan
pertanyaan yang bersifat pemahaman, aplikasi (penerapan), alalisis dan sintesis, evaluasi, dan
kreasi. Pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi sesuai dengan sifat materi dan
karakteristik siswa.
b) Pengaturan urutan pertanyaan, agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara
baik dan wajar. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan, kemudian beralih ke
tingkat pertanyaan yang lebih tinggi. Hal itu dikarenakan agar tidak membingungkan siswa dan
tidak menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c) Penggunaan pertanyaan pelacak, hal ini bertujuan agar guru dapat membimbing siswa
untuk mengembangkan jawabannya.
d) Peningkatan terjadinya interaksi, merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
keterlibatan mental intelektual siswa secara maksimal.
b. Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan
1) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
2) Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4) Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6) Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7) Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8) Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1) Kehangatan dan keantusiasan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan karena hal ini akan
mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2) Menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut:
a) Mengulangi pertanyaan sendiri
Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatikan pertanyaan
pertama sehingga menurunkan perhatian dan partisipasi siswa.
b) Mengulangi jawaban siswa
Mengulangi jawaban siswa yang bertujuan untuk memberikan penguatan sangat baik
dilakukan oleh guru. Namun, jika guru terbiasa mengulangi jawaban siswa maka siswa lain
tidak akan mendengarkan jawaban temannya karena jawabannya akan diulangi oleh guru.
c) Menjawab pertanyaan sendiri
Guru cenderung menjawab sendiri pertanyaannya kalau siswa tidak ada yang memberikan
jawaban. Kebiasaan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas berpikir
d) Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
Sebagai satu selingan, guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang memancing
jawaban serentak sehingga kelas menjadi hidup. Namun, kalau hal ini dibiasakan maka akan
menurunkan fungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab dan siswa malas
berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan. Untuk menghindari kebiasaan ini,
guru hendaknya menyusun pertanyaan secara baik dengan tingkat kesukaran yang sesuai
sehingga siswa tidak mungkin menjawabnya secara serentak.
e) Mengajukan pertanyaan ganda
Pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan siswa menjadi
frustasi karena banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-pertanyaan itu dijadikan menjadi satu
pertanyaan. Guru hendaknya memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga
siswa yang kurang mampu berpikir dapat memikirkan jawaban dengan tenang dan tidak
menjadi frustasi.
f) Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
Guru kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang
akan diajukannya. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain tidak
memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyakan ke seluruh siswa,
menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu untuk menjawabnya.
3) Memberikan waktu berpikir
Pada pertanyaan tingkat lanjut, waktu berpikir yang dberikan hendaknya lebih lama dari
waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar. Hal ini sangat
perlu diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun
jawabannya.
4) Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara
cermat sehingga urutan tingkat kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih dahulu dan materi
pelajaran dapat dicakup secara tuntas.
5) Menilai pertanyaan yang telah diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran berlangsung
sehingga ketepatan jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran, kualitas pertanyaan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, dan cakupan materinya dapat diketahui dengan jelas.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut,
diharap guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta meningkatkan
keterlibatan mental intelektual siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.
2. Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun
non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut.
a. Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa
dan bertujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
b. Jenis-jenis Penguatan
1) Penguatan verbal
Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya.
2) Penguatan nonverbal
Penguatan nonverbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan
dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa
simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
c. Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu
1) Kehangatan dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan kehangatan dan keantusiasan.
Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh dengan perhatian atau sikap
yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya,
penguatan yang diberikan dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak
akan ada dampak positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi siswa.
2) Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa
terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
3) Menghindari penggunaan respons yang negatif.
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan dari guru
merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan
kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respons
negatif tersebut.
Di samping ketiga prinsip di atas, dalam meberikan penguatan, guru hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan penguatan
kepada siswa tertentu, “Maron, karanganmu bagus sekali”.
Contoh penguatan kepada kelompok siswa ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, “Wah,
Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas 2 ini”.
Dengan demikian, setiap penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah
dituju kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa.
2) Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang penguatan haruslah
diberikan segera setelah siswa menunjukkan respons yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak
ada waktu tunggu antara respons yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
3) Variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya sehingga dampaknya
cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama dan
terus-menerus akan kehilangan makna hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga
penguatan nonverbal yang dilakukan secara terus-menerus akan membosankan dan tidak
berdampak apa-apa, bahkan mungkin akan menimbulkan respon negatif, misalnya menjadi
bahan tertawaan. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam
memberi penguatan
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi stimulus adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk
mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi.
a. Komponen mengadakan variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1) Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice),
Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan
mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak
guru (teachers movement).
2) Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila
ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat
didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut
:
a) Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Contohnya: gambar-gambar,
diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi, ukiran, peta, globe dan semua alat yang dapat
dilihat oleh manusia.
b) Variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids).Contohnya: rekaman suara
binatang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman kuis atau ujian listenning, radio, dll.
c) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat
didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids). Contohnya: biji-bijian, binatang kecil yang
hidup, patung, alat mainan, alat-alat laboratorium, globe, dll.
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan
suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
b. Tujuan dan Manfaat mengadakan Variasi
1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relevan.
2) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4) Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya.
c. Prinsip Penggunaan mengadakan variasi
1) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai.
2) Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan
merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3) Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.
4. Ketrampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara
sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui
dan yang belum diketahui.
Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat sesuatu menjadi
jelas”. Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara sistematis sehingga yang
menerima penjelasan memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu
dengan informasi lainnya. Misal hubungan informasi baru dengan lama, hubungan sebab
akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau hubungan antara dalil-dalil dengan contoh.
a. Tujuan keterampilan menjelaskan
Kegiatan menjelaskan mempunyai beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain
ialah:
1) Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagainya secara
objektif dan bernalar.
2) Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses
pembelajaran.
3) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara
berpikir yang lebih sistematis.
4) Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat pemahamannya terhadap konsep yang
dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian.
5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam
penyelesaian ketidakpastian.

Sementara itu, penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk:


1) Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar merupakan
penjelasan yang bermakna bagi siswa.
2) Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
3) Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
4) Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
5) Menggunakan waktu secara efektif.
b. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan memberi penjelasan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
1) Keterampilan merencanakan penjelasan
Merencanakan isi pesan (materi) pembelajaran, merupakan tahap awal dalam proses
menjelaskan. Di dalamnya mencakup:
a) Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk unsur-unsur
yang terkait.
b) Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut.
c) Menelaah hukum, rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan
dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
d) Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu mengetahui apakah
siswanya sudah paham tentang materi yang dijelaskan atau masih belum paham.
2) Keterampilan menyajikan penjelasan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan menyajikan penjelasan:
a) Kejelasan ucapan dalam berbicara, sangat menentukan kualitas suatu penjelasan.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, agar penjelasan akan lebih menarik dan mudah
dipahami.
c) Pemberian tekanan, agar siswa lebih menangkap inti permasalahan yang djelaskan.
d) Balikan, untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan atau
ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan guru.
c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam memberikan penjelasan, guru perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini:
1) Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru) dengan yang mendengarkan
(siswa) dan bahan yang djelaskan (materi).
2) Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, tergantung dari
munculnya kebutuhan akan penjelasan.
3) Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran.
4) Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan akan suatu
penjelasan muncul dari siswa.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran[4]
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondusi bagi siswa agar mental
maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Adapun tujuan membuka pelajaran
antara lain, yaitu :
1) Menarik perhatian siswa
2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa
3) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu
untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya.
Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : Merangkum atau membuat garis besar
permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.
a. Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1) Membuka Pelajaran
Komponen keterampilan yang dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut
:
a) Menarik perhatian siswa
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain memvariasikan
gaya mengajar, mengunakan alat-alat bantu mengajar, dan penggunaan pola interaksi yang
bervariasi.
b) Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk
mempelajari atau memasuki topik/kegiatan yang akan di bahas atau dikerjakan,cara
memberikan motivasi ada bermacam-macam cara, diantaranya ialah sikap hangat dan antusias,
menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan,dan memperhatikan
minat siswa.
c) Memberi acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan
gambaran singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan di pelajari
siswa. Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara seperti: Mengemukakan tujuan dan batas-
batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengigatkan masalah pokok,
dan mengajukan pertayaan-pertanyaan.
d) Membuat kaitan
Salah satu aspek yang membuat pelajaran menjadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini guru berusaha
mengaitkan materi baru dengan pengetahuan, pengalaman, minat, serta kebutuhan siswa,
misalnya meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari
materi baru yang akan di jelaskan,memberi kaitan materi baru dengan materi yang sudah
diketahui siswa atau apabila konsep yang akan dijelaskan terlebih dahulu.
2) Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akhir penggal kegiatan. Agar kegiatan
menutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif,guru diharapkan menguasai cara menutup
pelajaran sebagai bahan sebagai berikut :
a) Meninjau kembali (mereview)
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap inti pelajaran, pada akhir penggal kegiatan guru
hendaknya melakukan peninjauan kembali tentang penguasaan siswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu merangkum dan atau membuat ringkasan inti pelajaran.
b) Merangkum inti pelajaran
Kegiatan merangkum inti pelajaran pada dasarnya berlangsung selama proses pembelajaran.
Misalnya, ketika selesai menjelaskan suatu topik guru meminta siswa merangkum topik yang
telah dibahas.
c) Membuat ringkasan
Membuat ringkasan merupakan satu cara untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap inti
pelajaran.
d) Menilai (mengevaluasi)
Penggal kegiatan atau akhir satu pelajaran dapat ditutup dengan menilai penguasaan siswa
tentang pelajaran yang telah dibahas. Penilaian dapat dilakukan dengan cara berikut: Tanya
jawab secara lisan, mendemostrasikan ketrampilan, mengaplikasikan ide baru, menyatakan
pendapat tentang masalah yang di bahas, dan memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan
oleh siswa secara tertulis.
e) Memberi tindak lanjut
Agar siswa dapat memantapkan/mengembangkan kemampuan yang baru dipelajari,guru perlu
memberikan tindak lanjut yang dapat berupa: Tugas-tugas dapat dikerjakan secar individual,
seperti pekerjaan rumah (PR) dan tugas kelompok untuk merancang sesuatu atau memecahkan
masalah berdasarkan konsep yang baru dipelajari.
b. Prinsip-Prinsip Pengunaaan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Penerapan ketrampilan membuka dan menutup pelajaran harus mengikuti prinsip
tertentu. Tanpa memperhatikan prinsip tersebut, kegiatan membuka dan menutup pelajaran
tidak akan berlangsung secara efektif. Prinsip itu adalah:
1) Bermakna
Harus bermakana artinya harus relevan dengan materi yang akan dibahas dan disesuaikan
dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan, seperti menarik
perhatian,meningkatkan motivasi, memberi acuan, membuat kaitan, mereview atau menilai.
2) Berurutan dan Berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembelajaran,
dan bukan merupakan kegiatan yang lepas-lepas dan berdiri itu sendiri. Dalam hal ini guru
hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang tepat, yang sesuai dengan minat,
pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas kaitanya antara yang dengan yang lain.
6. Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui
satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
2) Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan) dan langsung,
artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan
saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
3) Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota
kelompok.
4) Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk
mengambil keputusan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
a. Tujuan dan Manfaat Diskusi
Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
1) Memupuk sikap toleransi yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang
dikemukakan oleh setiap peserta didik.
2) Memupuk kehidupan demokrasi yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab
terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
3) Memndorong pembelajaran secara aktif yaitu siswa dalam membahas suatu topik
pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok
diskusi siswa belajar mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
4) Menumbuhkan rasa percaya diri yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang
dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa
percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.
b. Tahap-Tahap Kegiatan diskusi
1) Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian
dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan
demikian apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat
itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang
topik dan sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan. Oleh karena itu sebelum dan selama
proses diskusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Merumuskan tujuan diskusi yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan
terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
b) Menetapkan topik atau permasalahan
Topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang dan memerhatikan
tingkat perkembangan siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa
ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan
memecahkannya.
c) Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah
diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk
meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi
senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d) Merangkum hasil diskusi
Rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil
pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir diskusi akan dapat
menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan
yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada
topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru
dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu
proses dan hasil diskusi itu sendiri.
3) Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin
terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana
agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng setiap anggota kelompok
untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
4) Meningkatkan urunan siswa
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6) Menutup diskusi
c. Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
1) Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
2) Termotivasi oleh kehadiran teman.
3) Mengurangi sifat pemalu.
4) Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok.
5) Meningkatkan pemahaman diri anak.
6) Melatih sisa untuk berfikir kritis.
7) Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
8) Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa.
d. Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
1) Waktu belajar lebih panjang.
2) Dapat terjadi pemborosan waktu.
3) Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif.
4) Dominasi siswa tertentu dalam diskusi.
5) Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan
pembelajaran.
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan
komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat prefentif) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons
guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.[5]
Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara
optimal, efisien dan efektif. Keterampilan tersebut meliputi :
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Memberi perhatian
3) Memusatkan perhatian kelompok
4) Memberikan petunjuk yang jelas
5) Menegur
6) Memberi penguatan
b. Keterampilan yang berhubungam dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan.
Dalam hal ini guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar
yang optimal.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang
untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan
siswa.
Ciri-ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
1) Terjadi hubungan ( interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa
dengan siswa.
2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemempuan, dan minatnya sendiri.
3) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4) Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat
yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.
5) Peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
a) Organisator kegiatan pembelajaran
b) Sumber informasi bagi siswa
c) Pendorong bagi siswa untuk belajar / motivator
d) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
e) Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan memberibantuan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
a. Komponen katerampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
1) Pemusatan perhatian
2) Memperjelas permasalahan
3) Menganalisis pandangan peserta didik
4) Meningkatkan urunan, pikiran psesrta didik
5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi
6) Mengadakan pendekatan secara pribadi
7) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
8) Membimbing dan memudahkan belajar
9) Merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
10) Menutup diskusi
b. Prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil atau perorangan :
1) Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan.
2) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis.
4) Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
Berbagai hal yang harus dihindari guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalah:
1) Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya dengan
topic pembicaraan.
2) Membiarkan diskusi dikuasai/dimonopoli oleh peserta didik tertentu.
3) Membiarkan peserta didik tidak aktif.
4) Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta
didik.
5) Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan
pemecahan masalah.
6) Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut.
C. Tujuan dan Manfaat Dari Ketrampilan Dasar Mengajar[6]
1. Tujuan dari keterampilan dasar mengajar guru yaitu supaya guru atau tenaga pendidik
dapat memahami hakikat keterampilan dasar mengajar yang dapat dipratikkan di dalam kelas,
mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan dasar mengajar dan terampil menerapkan setiap jenis
keterampilan dasar mengajar untuk meningkatkan kuaitas proses dan hasil pembelajaran.
Dengan memiliki pemahaman ini seorang guru akan mempunyai persiapan mengajar yang baik
dalam menguasai bahan pengajaran, mampu memilih metode yang tepat serta bisa
memberikan penguasaan kelas yang baik.
2. Tujuan yang lain yaitu untuk membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar
mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik hal ini akan memberi pengalaman
mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah,
sedangkan bagi calon tenaga pendidik hal ini dapat mengembangkan keterampilan dasar
mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan
kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar
mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran
sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak)
sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan
untuk melakukan praktek pendidikan di sekolah/lembaga.
Implementasi Dalam Pembelajaran Matematika
1. Implementasi Membuka dan Menutup Pembelajaran dalam
Matematika
a) Membuka Pembelajaran
1) Memvariasi Gaya Mengajar
Contoh, seorang pengajar yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi di kelas, sebaiknya menggantinya dengan cara mengajak siswa untuk belajar
diluar kelas, membentuk kelompok diskusi siswa, bertanya jawab dengan siswa atau
menggunakan berbagai metode mengajar yang lain.
2) Menggunakan alat bantu pelajaran.
Contoh, guru Matematika yang hendak menerangkan topik Volume Ruang, sebaiknya
membawa alat bantu seperti air minum dalam kemasan gelas atau botol. Ini akan
memudahkan siswa dalam memahami topik materi.
3) Memberikan Motivasi
Dengan memberi salam, senyum, menanyakan kabar kesehatan semua siswa,
menyampaikan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mempelajari materi yang
akan disampaikan, bertanya dan memancing rasa ingin tahu siswa.
Contoh, seorang guru bertanya,” Anak-anak, tahukah kalian, bagaimana cara mencari
luas segitiga?”.
4) Menghubungkan Materi yang akan Dipelajari dengan Pengalaman siswaContoh,
seorang guru bertanya, “Anak-anak, materi kita kali ini berkaitan dengan luas bangun
datar. Coba kalian sebutkan apa saja bangun datar yang ada di sekitar kita?”
b) Menutup PembelajaranMembuat rangkuman pokok pelajaran yang telah
dibahas.
Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui gambaran ringkas tentang materi.
Melakukan refleksi (bertanya pada siswa tentang kesulitan
mereka dalam memahami materi yang telah dibahas).
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa
selama menerima pelajaran. Dilanjutkan dengan pemberian
solusi bersama.
Melakukan evaluasi.
Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa.
Evaluasi dapat berupa pemberian soal-soal singkat pada 10
menit terakhir pelajaran, atau berupa pemberian soal-soal
latihan sebagai PR.
Mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi di rumah.
Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam menjaga daya
ingat mereka terhadap materi yang sudah dibahas.
Menyampaikan sebuah kalimat motivasi.
Menyampaikan permohonan maaf atas salah ucap selama
penyampaian materi.
Memberi salam dan senyum.

2. Implementasi Mengelola Kelas


a) Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang
ataupun berpindah.
b) Menciptakan dan mempertahankan iklim belajar yang optimal.
Contohnya, seorang guru matematika memberikan pembelajaran
yang dapat dipahami oleh setiap siswa.
c) Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk
tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
d) Mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
e) Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah
f) Memusatkan perhatian kelompok, perbuatan ini penting
untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu kewaktu dan
dapat dilaksanakan dengan cara menuntut tanggungjawab siswa.
g) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.

3. Implementasi Mengajarkan Perorangan dan Kelompok Kecil


a) Pelajaran diawali dengan pertemuan untuk memberikan informasi
dasar, menjelaskan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal
lain yang daianggap perlu. Siswa diberikan kesempatan untuk
bekerja secara perorangan.
b) Pelajaraan diawali dengan pengarahan atau penjelasan materi,
tugas, serta cara menyelesaikan rumus-rumus matematika yang sulit
dipahami. Setelah itu langsung bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang diakhiri dengan laporan dari setiap kelompok.
c) Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif . Hal
ini yang diutamakan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru
mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru
mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif adan
efektif. Unuk mengaktifkan dan mengefektifkan murid belajar dalam
proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif
memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang dikonotasikan
murid aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri
sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan . Contoh, saat guru
memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru selalu berada di tengah
kelompok untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada
murid dan memperhatikan kekompok atau murid yang mengalami
kesulitan mengerjakan tugas.
d) Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya
Variasi pengorganisasian mencakup variasi pengelompokkan,
variasi penataan ruang dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi
tersebut perlu dilakukan dalam pembelajaran kelas rangkap.
Mengingat guru tidak dapat berperan dan mengontrol secara terus
menerus terhadap semua kelompok besar. Contoh siswa tidak selalu
dalam kelompok yang sama tetapi sekali-kali diminta untuk memilih
teman yang disukai untuk berada dalam kelompoknya.

4. Implementasi Keterampilan Menjelaskan

1.Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini
sesuai dengan bahan atau materi yang akan disampaikan kepada siswa. Kadangkala pertanyaan
juga dipandang sebagai pertanyaan dengan maksud agar perhatian siswa terpusat pada bahan
pelajaran yang akan disampaikan, dan biasanya siswa jika dihadapkan dengan
suatu pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa menjawabnya. Oleh karena itu, mereka akan
selalu mengulangi bahan yang telah disampaikan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat
guru menanyakannya dalam kelas (saat berlangsungnya jam pelajaran).

2.Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab oleh siswa. Dengan berbagai
teknik bertanya secara tidak langsung berarti siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran
yang akan diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan dengan memberikan
keterangan secukupnya terhadap sebagian lain pelajaran yang direncanakan. Contoh : "Di
pegunungan, banyak sekali pepohonan, penduduknya sedikit dan udaranya segar, sedangkan
di Jakarta pepohonan sedikit, penduduknya banyak dan udaranya kotor karena mobil-mobil
dan mesin pabrik mengeluarkan udara kotornya. Sehingga udara terasa semakin panas dan kita
menghirup udara kotor yang bisa menyesakkan pernapasan”.

3. Memberikan contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat ditingkatkan melalui pemberian contoh yang
jelas dan nyata, yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, yang mudah dicerna atau
dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan dengan proses pengambilan
kesimpulan dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan contoh yang lebih dalam
akan memberikan penjelasan yang efektif dan efisien. Sehingga memudahkan siswa
dalam merangkaikan pikirannya untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
Contoh :
“Semua benda-benda yang terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet. Paku, peniti dan anak
kunci terbuat dari besi. Jadi, benda tersebut dapat ditarik oleh magnet. (cara induktif)
“Kertas lipat, sedotan plastik, dan pensil warna tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda-benda
tersebut bukan terbuat dari besi. Jadi, benda-benda yang tidak terbuat dari besi tidak dapat
ditarik oleh magnet. (cara deduktif).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh semua
guru, baik guru SD, SMP, SMA maupun dosen di PT. Jadi guru haruslah menguasai semua
ketrampilan dasar mengajar bukan hanya ketrampilan membuka dan menutup pelajaran. karena
semua ketrampilan itu saling berhubungan. Jika seorang guru hanya terampil dalam satu atau
dua saja ketrampilan dasar mengajar hasil dari kegiatan belajar mengajar tidak akan maksimal.
Selain itu dengan terampil dalam mengajar akan berdampak baik pada semuanya bukan hanya
siswa saja tetapi juga akan berdamapak baik kepada guru itu sendiri.
2. Macam- macam keterampilan dasar mengajar ada 8 yaitu:
a. Keterampilan Bertanya
b. Ketrampilan Memberikan Penguatan
c. Ketrampilan Mengadakan Variasi
d. Ketrampilan Menjelaskan
e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
f. Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
g. Ketrampilan Mengelola Kelas
h. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
3. Tujuan mempelajari keterampilan dasar mengajar yaitu untuk memberikan pengetahuan yang
lebih kepada pendidik mengenai keterampilan mengajar. Selain itu keterampilan dasar
mengajar juga berperan penting dalam proses pembelajaran, semakin guru itu memahami dan
mengaplikasikan keterampilan tersebut, semakin berpengaruh positif juga terhadap proses
pembelajaran.

B. Saran
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan. Menyadari
kekurangan itu kami mohon dengan kerendahan hati untuk memberikan segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca bagi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

Hasibuan & Moedjiono. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marno dan Idris. 2014. Strategi, Metode dan Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan Mengaar
yang Efektif dan Edukatif). Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Pusat Bahasa DEPDIKNAS. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Rhezi. “Keterampilan Dasar Mengajar” dalamhttp://rheziak.blogspot.co.id/2015/07/ diakses 13


September 2016 pukul 10:02

Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Badung: PT Remaja Rosdakarya


[1] Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 244.
[2] Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 32.
[3] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Badung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 74.
[4] Marno dan Idris, Strategi, Metode dan Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan Mengaar
yang Efektif dan Edukatif), (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 46
[5] Hasibuan & Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993),
h. 56.
[6] Rhezi, “Keterampilan Dasar Mengajar” dalam http://rheziak.blogspot.co.id/2015/07/diakses 13
September 2016 pukul 10:02

Anda mungkin juga menyukai