FRAKTUR
OLEH :
AN NAFI NURMANITA
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disertai dengan luka
sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah dan lukaorgan-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai sters yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya.(Bruner & Suddarth, 2001)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
(Mansjoer Arif, 2000)
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidayat, 2005)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.(Sylvia A, 1995)
B. ETIOLOGI
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapatkan ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang)
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pergelangan tangan.
3. Trauma ringanpun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukkan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan
cruris dst)
2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang)
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang)
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b. Fraktur segmental : fraktur dimana gars patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen.
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a. Fraktur tertutup, bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu :
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan
lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal ataumemar kulit dan
jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembekakkan.
4) Tingkat 3: cidera berat dengan keruskan jaringan lunak nyata dan
ancaman sindroma kompartement
b. Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I: luka bersih, panjangnya kurang dari 1cm.
2) Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
3) Grade III: sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme
trauma :
a. Fraktur transversal: fraktur yang arahya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasinya.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang kearah permukaan lain.
e. Fraktur alvusi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya:
a. Tidak adanya dislokasi
b. Adanya dislokasi
- At axim : membentuk sudut
- At lotus : frakmen tulang berjauhan
- At longitudinal : berjauhan memanjang
- At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek
8. Berdasarkan posisi fraktur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
9. Fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
10. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis
tulang.
D. PATOFISIOLOGI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang dapat disebabkan karena trauma atau suatu keadaan yang
patologis. Klasifikasi fraktur banyak macamnya, tetapi yang terpenting
adalah ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar
(fraktur terbuka dan fraktur tertutup).
Tulang yang rusak mengakibatkan rusaknya periosteum, pembuluh darah
pada korteks dan sumsum tulang, serta jaringan lunak lainnya. Fraktur
dimanifestasikan dengan adanya deformitas, bengkak pada area patah tulang,
kemerahan dari perdarahan subkutan, spasme otot karena kontraksi otot
involunter di dekat area patah tulang sehingga menimbulkan gangguan rasa
nyaman (nyeri).
Gangguan sensasi/baal karena kerusakan saraf atau tertekannya saraf
oleh edema dapat menyebabkan kehilangan fungsi normal sehingga
menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri.
Fraktur terbuka dengan adanya jaringan yang rusak memunculkan
masalah kerusakan integritas jaringan, dan memungkinkan masuknya
kuman sehingga resiko terjadi infeksi.
E. MANIFESTASI KLINIK
Manisfestasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi,
pembengkakkan local, dan perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fregmen tulang
diimobilitasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk memininalkan gerakan antar fragmen
tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cinderung
bergerak secara alamiah bukanya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan defermitas
ekstermitas yang bias diketahui dengan membandingkn dengan
ekstermitas normal. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tepat
melengketnyaotot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenernya karena
kontraksi otot yang melekat di atas ada di bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci)
d. Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fregmen satu
dengan lainnya.
e. Pembengkakkan dan perubahan warna lokalpada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cidera
2. Bone scans, tomogram, atau MRI scans
3. Anteriogram : dilakukkan bila ada kerusakan vaskuler
4. CCT kalau banyak kerusakan otot
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Leukosit turun/meningkat, eritrosit dan albumin turun, Hb, hematrokit
sering rendah akibat pendarahan, laju endap Dapar (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca
meningkat di dalam darah, trauma otot meningkat beban kreatinin untuk
ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cidera hati..
G. PENATALAKSANAAN
1. Reduksi adalah memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi
anatomik normal. Caranya : reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
2. Imobilisasi adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi
penyembuhan. Caranya : dengan alat-alat eksternal ( bebat, brace, case,
pen dalam plester, fiksator eksternal, traksi, balutan), alat-alat internal (
nail, lempeng, sekrup, kawat, batang ).
3. Rehabilitasi adalah meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal
pada bagian yang sakit.
b. Komplikasi Lambat
Pernyatuan terlambat atau tidak adanya penyatuan
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak
terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur
tertentu. Ini mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan
distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang. Pada akhirnya fraktur
menyembuh.
Tidak adanya penyatuan terjadi karena kegagalan
penyatuan ujung-ujung patahan tulang. Faktor yang ikut berperan
dalam masalah penyatuan meliputi infeksi pada tempat fraktur,
interposisi jaringan di antara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan
manipulasi yang tidak memadai, yang menghentikan
pembentukan kalus, jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang.
Stimulasi elektrik osteogenesis
Osteogenesis pada tidak adanya penyatuan dapat
distimulasi dengan impuls elektrik, efektivitasnya sama dengan
graft tulang. Stimulasi elektrik memodifikasi lingkungan jaringan,
membuatnya bersifat elektronegatif, yang akan meningatkan
deposisi mineral dan pembentukan tulang.
Nekrosis avaskuler tulang
Terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Pasien merasa nyeri dan terjadi penurunan fungsi moblisasi.
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain :
Malunion
Adalah suatu keadaan di mana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk
sudut, atau miring.
Delayed union dan nonunion
Sambungan yang terlambat dan tulang patah yang tidak
menyambung kembali. Delayed union adalah proses
penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Nonunion dari tulang
yang patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan
bagi penderita.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
FOKUS PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan
pada struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri.
2) Sirkulasi
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon
terhadap nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan
tekanan darah bila terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3) Neurosensori
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a. Deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan rotasi,
krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
b. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat
sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
c. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau
trauma lain.
4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area fraktur, berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5) Keamanan
Tanda:
a. Laserasi kulit, perdarahan
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
6) Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Imobilisasi
b. Bantuan aktivitas perawatan diri
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan
b. Pengkajian Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah
a. X-ray
Menentukan lokasi/luasnya fraktur
b. Scan tulang:
Memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram
- dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
1. Hitung Darah Lengkap
- hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan;
peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
2. Kretinin
- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
3. Profil koagulasi
- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau
cedera hati.