Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

ANALISA KERUSAKAN CEROBONG ASAP MESIN INDUK

PADA KAPAL PATROLI TNI KAL I-9-14

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

NAMA : ARIF FEBRIANTO

NIM : 2017 69 002

PROGRAM STUDY TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN yang maha esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini
selesai tepat pada waktunya. Proposal ini dengan judul “Analisa Kerusakan
Cerobong Asap Pada Mesin Induk Kapal Patroli TNI KAL I-9-14“.

Penulis menyadari bahwa proposal yang dibuat ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon kritik serta saran dari semua pihak
yang bersifat membangun, serta menjadi pembelajaran baru bagi penulis sendiri demi
tercapainya kesempurnaan proposal ini.

Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga proposal ini
dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Ambon, 22 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Batasan Masalah
1.5 Manfaat
1.6 Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Cerobong Asap
2.2 Mesin Induk
2.3 Emisi Gas Buang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi,Waktu dan Obyek Penulisan
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Analisa Data
3.4 Metode Penulisan

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerobong asap merupakan struktur yang berfungsi sebagai ventilasi


pembuangan panas gas buang atau asap yang dihasilkan dari kompor, boiler,
tungku, suatu mesin atau bahkan perapian ke luar menuju atmosfer. Cerobong
asap biasanya tersusun secara vertikal atau mendekati vertikal, dalam arti sangat
mendekati vertikal. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan apakah aliran gas
telah mengalir dengan lancar atau belum.

Pada umumnya cerobong asap dapat dijumpai pada lokomotif uap dan
bangunan-bangunan industri lain, kapal-kapal di Amerika Serikat pun dilengkapi
dengan cerobong asap, atau yang lebih dikenal dengan istilah stack. Demikian
pula pada kapal Patroli TNI KAL I-9-14 ini juga dilengkapi dengan cerobong
asap.

Gambar 1. Kapal Patroli TNI KAL I-9-14

Cerobong asap punya fungsi utama menyalurkan asap dari dalam ruangan
menuju luar ruangan. Pada kapal, cerobong asap berfungsi untuk menyalurkan
asap hasil pembakaran dalam mesin (gas buang) menuju luar ruangan. Asap
disalurkan atau dibuang keluar supaya tidak terperangkap dalam kamar mesin
sehingga tidak terhirup oleh manusia. Kalau sampai terhirup, asap hitam legam
yang mengandung belerang dioksida itu bisa membuat napas sesak dan muka
belepotan asap. Untuk menghindari hal-hal seperti itulah cerobong asap biasanya
diletakkan pada tempat langsung terhubung udara bebas.

Gambar 2. Cerobong Asap

Namun, pada kasus kali ini, cerobong asap pada mesin induk kapal TNI
tersebut, telah mengalami kerusakan berupa keretakan dari akar cerobong asap. Oleh
karena itu, perlu analisa kerusakan dari cerobong asap tersebut baik tentang akibat
maupun pengaruhnya terhadap kamar mesin dan lingkungan sekitar. Selain itu, solusi
dalam analisa ini juga sangat diharpakan pada akhir tulisan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat ditentukan bahwa


perumusan masalah dari tulisan ini adalah:

1. Dari jenis kerusakan yang ada, bagaimanakah cerobong asap mesin


induk tersebut dapat mengalami kerusakan?
2. Bagaimanakah solusi dan cara untuk menangani kerusakan tersebut?

1.3 Tujuan

Dari rumusan permasalahan yang dituliskan diatas , maka dapat


ditentukan bahwa tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Dapat mengetahui penyebab kerusakan cerobong asap mesin induk


tersebut.
2. Dapat mengetahui cara dan solusi untuk menangani kerusakan
tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan yang akan dianalisa dalam penelitian ini,


maka akan dibatasi permasalahan-permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Hanya meninjau cerobong asap yang mengalami kerusakan.


2. Menawarkan 2 solusi yaitu mengelas kembali atau menggantikan
dengan yang baru.

1.5 Manfaat

Dari penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang


membutuhkan. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain :
1. Dapat mengetahui penyebab-penyebab kerusakan cerobong asap,
sehingga dapat melakukan perawatan lebih awal.
2. Mengetahui cara pencegahan, penggantian atau perawatan pada
kerusakan cerobong asap agar umur pakai cerobong asap bisa lebih
lama.
1.6 Hipotesis
Dari observasi lapangan, maka hipotesis penelitian ini yaitu:
1. Cerobong asap mengalami kerusakan karena beberapa factor, antara
lain:
a. Kurangnya perawatan (maintenance) mesin induk
b. Faktor umur
2. Solusi yang tepat untuk menangani kerusakan cerobong asap ini
ialah sistem pengelasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Cerobong Asap

Gambar 3. Pandangan samping ruang kamar mesin kapal


Sejarah
Roma menggunakan tabung di dalam tembok untuk menarik asap keluar
dari toko roti tetapi cerobong asap nyata hanya muncul di Eropa utara pada abad
ke-12. cerobong asap industri menjadi umum di akhir abad 18. Contoh yang
masih ada paling awal dari cerobong bahasa Inggris adalah di Conisborough
Perlu di Yorkshire yang berasal dari 1185 AD.
Cerobong asap secara tradisional telah dibangun dari batu bata, baik pada
bangunan kecil dan besar cerobong asap awal adalah sebuah konstruksi bata
sederhana. Kemudian cerobong asap yang dibangun dengan menempatkan batu
bata sekitar liners ubinUntuk mengontrol downdrafts ventilasi topi (sering
disebut pot cerobong) dengan berbagai desain kadang-kadang ditempatkan di
bagian atas cerobong asap.
Pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas, metode yang digunakan
untuk mengekstrak memimpin dari bijih yang diproduksi dalam jumlah besar asap
beracun. Di utara Inggris , cerobong asap dekat-horizontal lama dibangun, sering
lebih dari 3 km (2 mi) panjang, yang biasanya diakhiri di cerobong vertikal
pendek di lokasi terpencil di mana asap akan menyebabkan kurang merugikan dan
perak deposito Lead terbentuk pada bagian dalam cerobong asap ini panjang, dan
secara berkala pekerja akan dikirim sepanjang cerobong untuk mengikis dari
deposito ini berharga.

Fungsi Cerobong Asap


Adapun fungsi cerobong asap adalah untuk meningkatkan menarik udara
untuk pembakaran dan untuk membubarkan polutan dalam gas buang di wilayah
yang lebih besar sehingga mengurangi konsentrasi polutan sesuai dengan batasan
peraturan atau lainnya.

Gambar 4. Kerusakan cerobong asap pada Kapal Patroli TNI KAL I-9-14
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan
inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber
bergerak maupun tidak bergerak. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemeritah
pusat antara lain:
a. Penetapan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pencemaran
udara seperti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Penentuan pengelola pengawasan dan penanggungjawab pengendalian
pencemaran udara serta dampaknya, yaitu:
i. Kementerian Negara Lingkungan Hidup bertanggungjawab terhadap
regulasi emisi dan pemantauan dampak lingkungan yang terjadi;
ii. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bertanggungjawab
terhadap pengawasan dan pengendali mutu bahan bakar;
iii. Departemen Perindustrian bertanggungjawab mengawasi produk
komponen kendaraan yang ramah lingkungan dan mengawasi dan
sertifikasi bengkel dalam rangka meningkatkan kualitas udara di
perkotaan;
iv. Departemen Perhubungan bertanggungjawab pengujian tipe untuk
kendaraan bermotor produksi baru termasuk uji emisi gas buang dan
pengadaan dan pemasangan converter kit;
v. Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap pengujian kendaraan
bermotor yang sedang berjalan.

2.2 Mesin Induk


Mesin penggerak utama disebut juga mesin induk atau bahasa
maritimnya Main engine benda ini yang menggerakan sebuah kapal dalam
operasinya membawa muatan dari pelabuhan ke pelabuhan Port to Port baik
barang padat, cairan, gas maupun manusia. Mesin penggerak utama dalam
kemaritiman diutamakan dari jenis mesin diesel (2 tak dan 4 tak). Pada
umumnya, main engine suatu kapal ialah mesin diesel.
Gambar 5. Gambar Sebuah Mesin Induk Kapal

Motor bakar diesel biasa disebut juga dengan Mesin diesel (atau mesin
pemicu kompresi) adalah motor bakar pembakaran dalam yang menggunakan
panas kompresi untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan
bakar yang telah diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Mesin ini tidak
menggunakan busi seperti mesin bensin atau mesin gas. Mesin ini ditemukan
pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima paten pada 23
Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat digunakan
dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia
mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia)
tahun 1900 dengan menggunakan minyak kacang (lihat biodiesel). Mesin ini
kemudian diperbaiki dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering.
Mesin diesel memiliki efisiensi termal terbaik dibandingkan
dengan mesin pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya, karena
memiliki rasio kompresi yang sangat tinggi. Mesin diesel kecepatan-rendah
(seperti pada mesin kapal) dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50%.
Mesin diesel dikembangkan dalam versi dua-tak dan empat-tak. Mesin
ini awalnya digunakan sebagai pengganti mesin uap. Sejak tahun 1910-an,
mesin ini mulai digunakan untuk kapal dan kapal selam, kemudian diikuti
lokomotif, truk, pembangkit listrik, dan peralatan berat lainnya. Pada tahun
1930-an, mesin diesel mulai digunakan untuk mobil. Sejak saat itu,
penggunaan mesin diesel terus meningkat dan menurut British Society of
Motor Manufacturing and Traders, 50% dari mobil baru yang terjual di Uni
Eropa adalah mobil bermesin diesel, bahkan di Perancis mencapai 70%.

2.3 Emisi Gas Buang


Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam
mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan
melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran berupa air (H2O),
gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang beracun, CO2, NOx
senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat
ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas. Adapun
karakteristik emisi gas buang adalah :

Gambar 6. Emisi Gas Buang


1. HC atau Hidrokarbon
Hidrokarbon(HC) merupakan unsur senyawa bahan bakar bensin, HC
yang ada pada gas buang adalah dari senyawa bahan bakar yang tidak terbakar
habis dalam proses pembakaran motor, HC diukur dalam satuan ppm (part
permillion) (Robert, 1993. Weller, 1989. Spuller, 1987.). Hidrokarbon total
yang ada di atmosfir menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu
lintas, kebanyakan hidrokarbon yang dilepas adalah metan.
Hidrokarbon merupakan gas toxid bagi manusia, hidrokarbon yang
bersifat karsinogenik dapat berbahaya karena hidrokarbon didalam udara
mengalami reaksi foto kimia sehingga dapat berubah menjadi gas yang lebih
berbahaya dari pada asalnya (menjadi peroxiasetil nitrat, keton, dan aldihida)
sehingga hidro karbon pada konsentrasi yang sedang sampai tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada selaput lendir, mata, hidung dan
tenggorokan dan jika terakumulasi dalam waktu yang agak lama hidrokarbon juga
berpotensial menyebabkan penyakit kanker. (Spuller, 1987. Petter, 1989. Robert,
1993. Soemirat, 2004 )

2. CO atau Karbonmonoksid
Karbonmonoksid(CO) merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk
akibat pembakaran yang tidak sempurna dalam proses kerja motor, gas CO
merupakan gas yang relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan unsur lain,
CO dapat diubah dengan mudah menjadi karbon dioksida(CO2) dengan bantuan
sedikit oksigen dan panas, CO diukur dalam satuan % pervolume atau dalam ppm
tetapi dalam industri otomotif sesuai dengan alat ukur yang digunakan sering
diukur dalam satuan % per volume (Spuller, 1987. Weller, 1989. Robert, 1993,
Anonymoys,1994)

3. NOx atau Nitrogen Oksida


Adalah unsur dari Nitrgen Oksida (NO) dan Nitrogen Oksida (NO2) tetapi
dalam dunia otomotif sering dinyatakan dalam NOx saja, NOx juga merupakan
senyawa gas beracun yang ditimbulkan dari proses pembakaran yang tidak
sempurna serta juga diakibatkan oleh suhu pembakaran diruang bakar yang cukup
tinggi (Spuller, 1987. Weller,1989. Robert, 1993)
4. Pb atau Timah Hitam
Timah hitam(Pb) merupakan senyawa beracun yang terkandung dalam
bahan bakar bensin dengan tujuan untuk menaikkan angka oktan bensin sehingga
pada waktu pembakaran dalam proses kerja motor tidak mudah terjadi detonasi
atau knocking (Spuller, et, al. 1987). Timah hitam adalah neurotoksin racun
penyerang syaraf bersifat akumulatif yang dapat merusak pertumbuhan otak pada
anak-anak. Pada saat ini kandungan Pb/timbal dalam premium masih ada
walaupun dalam kandungan yang sangat kecil ( 0,013 gr/l) untuk premium tanpa
timbal dan 0,3 gr/l untuk premium dengan timbal, data dari Pertamina.
(Anonymoys,2014)

5. CO2 atau Karbon Dioksida


Karbon dioksida(CO2) merupakan senyawa yang tidak beracun dari hasil
pembakaran motor pada kondisi pembakaran yang baik akan dihasilkan CO2
yang tinggi (min 12% volume), peningkatan CO2 di atmosfer akan membawa
dampak terhadap pemanasan global melalui efek rumah kaca, Menurut penelitian
Intergovernmental Panel on Climate Change, emisi CO2 antropogenik / hasil
kegiatan manusia total adalah 7,1 Giga ton karbon per tahum (Weller, 1989.
Sumarwoto, 1992. Robert, 1993;).

6. SO2 atau Sulfur


Pembakaran bahan bakar, gas dan batubara mengandung sulfur tinggi, dan
diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiga dari seluruh gas SO2
atmosfir pertahun, akan tetapi karena hampir seluruhnya berasal dari buangan
industri dan kendaraan bermotor maka hal ini dianggap cukup gawat, apabila
pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu
singkat sumber-sumber buatan ini akan dapat memproduksi lebih banyak SO2
dari pada sumber alamiah, didalam udara sulfur dioksida mengalami reaksi
fotokimia dan berubah menjadi berbagai macam senyawa sebelum jatuh ke
permukaan bumi, gas SO2 misalnya dapat teroksidasi menjadi –SO3 yang
mempunyai sifat iritian yang lebih kuat daripada SO2. Selain itu –SO3 ini
bekerja sinergistik dengan SO2 yang selanjutnya baik SO2 mapun –SO3 dapat
bereaksi dengan air dan menjadi asam sulfat yang merupakan iritan yang kuat,
jumlah SO2 dalam udara sangat bervariasi dengan musim maupun dengan
keadaan cuaca sehingga didapat varisasi yang tidak menentu (Soemirat, 2004).
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Lokasi, Waktu dan Obyek Penulisan


Lokasi penulisan proposal ini yaitu di Pemda III, Kel. Tihu dan lokasi
pemngambilan data yaitu di Dock Slipway Unpatti.Waktu penulisan proposal
ini yaitu dimulai pada Selasa 22 Oktober 2019 sampai. Obyek yang ditulis
yaitu tentang kerusakan cerobong asap mesin induk pada Kapal Patroli TNI
yang mengalami kerusakan berupa retakan.
.
3.2 Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, pengumpulan data yang akan dianalisa dengan
menggunakan metode studi pustaka/literatur. Artinya dengan menelusuri dan
menelaah teori-teori yang ada di perpustakaan. Kegiatan ini untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi
obyek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain.

3.3 Analisa Data


Dari data-data, serta teori-teori yang diperoleh dalam proses
pengumpulan data, maka akan dilanjutkan dengan tahapan analisa data. Pada
proses ini, kita akan menganalisis mulai dari kerusakannya. Setelah itu mencari
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat dari kerusakan itu. Lalu mencari
solusi, penggantian atau pengelasan.

3.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini ialah metode
deskriptif. Dalam penulisan ini memuatkan pada satu kasus secara intensif dan
mendetail.
3.5 Diagram Alir
Pada bagian ini, akan dijelaskan alur dari pembahasan proposal melalui
diagram alir berikut:
 Start :
Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penulisan masalah
yaitu penentuan topik atau judul tulisan yang akan di tulis.
 Studi Pendahuluan
Pada tahap ini, saya memulai menelaah latar belakang yang mendasari
pengambilan judul tersebut.
 Perumusan Masalah
Pada tahap ini, masalah akan dirumuskan hingga mengarahkan penulisan
ini bisa sampai ke tujuan yang diharapkan.
 Analisa Masalah
Kemudian, masalah yang telah dirumuskan mulai dianalisa berdasarkan
teori-teori dahulu hingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan, serta
hipotesis-hipotesis juga akan ditentukan pada tahap ini.
 Pengumpulan Data
Untuk mencapai hasil yang di tentukan, maka pada tahap ini data-data yang
berkaitan dengan masalah yang diangkat akan dikumpulkan. Data yang
diambil juga harus merupakan data yang benar-benar akurat. Dari sumber
yang jelas dan diakui, baik dari jurnal-jurnal, penulisan terdahuli dan
internet.
 Kecukupan
Mengenai data yang diambil pada tahap pengumpulan data, akan di
perhatikan kembali ahwa data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum
untuk bisa membantu mencapai tujuan penulisan. Jika iya, mak penulisan
akan dilanjutkan pada tahap berikutnya. Namun jika belum, maka kita akan
kembali pada tahap sebelumnya yaitu pada tahap pengumpulan data.
 Hasil dan Pembahasan
Setelah data yang dikumpulkan dinyatakan sudah cukup, maka akan pada
tahap ini akan di bahas secara rinci, sehingga mencapai sebuah hasil
penulisan.
 Kesimpulan
Hasil yang telah diperoleh, akan disimpulkan benar-benar sesuai dengan
hasil yang diperoleh dan tidak bisa dipaksakan aar harus sesuai dengan
tujuan yag diharapkan.
 Finish
Pada tahap ini, merupakan tahap penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://libratama.com/mengenal-cerobong-asap-industri/ (diakses 25 Februari
2019, 20:15 WIT)

2. https://www.babla.co.id/bahasa-indonesia-bahasa-inggris/cerobong-asap
(diakses 26 Februari 2019, 21:47 WIT)

3. https://id.scribd.com/doc/193771244/Cerobong-Asap-Punya-Fungsi-Utama-
Menyalurkan-Asap-Dari-Dalam-Ruangan- Menuju-Luar-Ruangan
(diakses 06 Februari 2019, 21:49 WIT)

4. Nuning Endah Kurniawati Dan R. Azizah, 2006. “Pengaruh Penggunaan


Cerobong Asap Model “Water Spons Filter” (Wsf) Terhadap Penurunan
Kadar So2 Pada Industri Tahu Di Sukun, Malang”. Malang

5. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Dan Pengkondisian Udara, SNI 03-
6572-2001

6. Ainul Yaqien Dan Ayu Octavia, 2011. Perencanaan Struktur Chimney


(Cerobong Asap) Di Pltu Kabupaten Lahat Sumatera Selatan, Sumatera
Selatan

7. Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

8. Lr Technical Matters, Edisi Sept 2008 Dan Buletin Mer Edisi Sept 2008 –Dp

9. http://c.mi.com/thread-1644028-1-0.html (diakses 26 Februari 2019, 22:02


WIT)

10. https://www.kompasiana.com/greenquest-
indonesia/55b8fd993eafbd691984d490/terobosan-baru-cerobong-asap-
solusi- polusi-udara (diakses 27 Februari 2019, 20:32 WIT)

Anda mungkin juga menyukai