Dokkel Intan
Dokkel Intan
KONJUNGTIVITIS
Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM
dr. Tiara Ramadhani
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laboratorium
Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai Dokter Keluargadengan topik
Konjungtivitis.
Kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tugas ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Krispinus Duma, S.KM, M.Kes, sebagai Kepala Laboratorium Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Rahmat Bakhtiar MPPM, sebagai pembimbing kami selama menjalani
stase di Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. dr. Tiara Ramadhani, sebagai pembimbing kami di Puskesmas Sempaja.
4. Seluruh dosen pengajar di Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
telah mengajarkan ilmunya dan memberikan masukan kepada penyusun.
5. Seluruh staf Puskesmas Lempake yang telah menerima kami di Puskesmas
Lempake dalam rangka kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
6. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2018 yang telah bersedia memberikan
saran kepada penulis.
Akhir kata, ”Tiada sesuatu yang sempurna”. Oleh karena itu, kami
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 3
BAB 3 ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA...............................................9
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
DOKUMENTASI..................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Dokter keluarga adalah dokter yang didik secara khusus untuk bertugas di
pelayanan kesehatan dan bertugas mengambil langkap untuk menyelesaikan
semua masalah pasien. Tujuan kedokteran keluarga adalah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.
Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan. Perumusan masalah dan atau
penetapan cara penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi penderita pada
pelayanan kedokteran menyeluruh, tidak didekati hanya dari satu sisi saja,
melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach). Melalui dokter
keluarga, setiap keluarga diharap dapat menyelesaikan masalahnya. (Anggraini,
Novitasari, & Setiawan, 2015).
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan
benda asing, misalnya kontak lensa (AAO, 2006).
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini,
mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis
bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata
dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga
mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan
terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga
berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak.
Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata
berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus
biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.
Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen
agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi
dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata
(Ilyas, 2003).
4
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati
konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi
di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan
kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata
antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan
juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata
dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.
Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan
paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti
menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi
untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata (Ilyas, 2003).
Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada
beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius (Ilyas, 2003).
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan kedokteran keluarga tentang “konjungtivitis” ini
bertujuan untuk mengetahui penegakkan dan penatalaksanaan serta edukasi yang
tepat pada pasien bagi seorang dokter umum.
BAB 2
LAPORAN KASUS
5
Anamnesis dilakukan di Poli anak dan Remaja Puskesmas Sempaja pada
tanggal 11 Februari 2020 dan di rumah pasien pada tanggal 11 Februari 2020
secara Autoanamnesis dengan pasien dan ibu kandung pasien.
2.1 Anamnesis
a) Identitas Pasien
Nama : Muhammad Rafi Firjatullah
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Batu Cermin Gg. Nur Budi
Suku : Kutai
Agama : Islam
b) Identitas Wali
Nama : Priyanti
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Batu Cermin Gg. Nur Budi
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Agama : Islam
c) Identitas Keluarga
Tabel 2.1 Identitas keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.
6
NO Nama Status Umur Suku Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Tn. MY Ayah 33 tahun Kutai SMA PU
2. Ny. P Ibu 33 tahun Jawa SMA Guru Les
Adik
3. An. APC 5 tahun Kutai - -
Kandung
7
Tengkurap : Lupa
Duduk : Lupa
Merangkak : Lupa
Berdiri : Lupa
Berjalan : Lupa
Berbicara : Lupa
j) Pemeriksaan Prenatal
Periksa di : Klinik bidan
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Obat-obat yang diminum : Tidak ada
k) Riwayat Kelahiran
Lahir di : Klinik Bidan
Ditolong oleh : Bidan
Usia dalam kandungan : Aterm
Jenis partus : Spontan
l) Jadwal Imunisasi
Imunisasi BCG, Polio, Campak, DPT, Hepatitis B lengkap
8
Campak ////// ////// ////// ////// ////// //////
DPT ////// ////// ////// ////// - -
Hepatitis B 0 bulan ////// ////// - - -
g) Genogram
9
Kepala : Normocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
konjungtiva dextra hiperemi, palpebra dextra edem dan hiperemi,
oculi dextra keluar air terus menerus
Hidung : deviasi septum (-)
Mulut : Mukosa mulut basah, faring hiperemi (-),
stomatitis (-), pembesaran tonsil (-), perdarahan gusi (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi ICS (-)
- Palpasi : Gerakan dada simetris
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
- Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V midclavicular line
sinistra
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-Inspeksi : bentuk dan kontur normal
- Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
- Superior : oedem (-/-) akral hangat
- Inferior : oedem (-/-) akral hangat
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2.4 Diagnosa
Konjungtivitis
2.5 Penatalaksanaan
a) Medikamentosa
R/ Gentamisin TM No.I
s. 3 gtt 2 OD
R/ CTM tab No.V
10
s. 3 dd tab 1/2 √
R/ Paracetamol tab No.V
s. 3 dd tab 1/2 √
b) Non Medikamentosa:
- Edukasi tentang penyakit yang diderita pasien.
2.6 Prognosis
- Dubia ad Bonam
11
BAB 3
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
12
1 Pelayanan promotif/preventif Ada
2 Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga lain Puskesmas
3 Pelayanan pengobatan Puskesmas dan dokter
praktek
4 Jaminan pemeliharaan kesehatan Seluruh anggota keluarga
memiliki KIS
No Pola Makan Keluarga
1 Pasien dan anggota keluarga Pasien dan anggota keluarga makan 3 kali
sehari (pagi, siang, dan malam). Makanan
kadang diolah/dimasak sendiridna kadang
beli.
Makanan kemarin : Nasi, ayam, dan mie
instan
No Aktivitas Keluarga
1 Aktivitas fisik
a. Bangun pagi jam 6 lalu bersiap-siap untuk
Pasien sekolah. Pasien kelas 3 SD. Pasien diantar
oleh ibunya ke sekolah.
13
No Lingkungan
14
c.
An. MRF
d.
An. APC
15
kebersamaan
Jumlah 10
Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor ≤ 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan :
Nilai skor keluarga ini adalah 10, artinya keluarga ini menunjukan fungsi
keluarga sehat
Ya Tidak
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok
Ada yang memiliki kebiasaan Ada, ayah, paman dan bibi √
merokok pasien
2 Persalinan
Ibu hamil dan keluarga Iya, di klinik bidan
memiliki akses pertolongan √
persalinan oleh tenaga
kesehatan
3 Imunisasi
Apakah ibu hamil memiliki Iya, di klinik bidan
akses ke pelayanan kesehatan √
terdekat untuk imunisasi
bayinya setelah lahir?
4 Balita di timbang
Apakah balita ibu sering Iya, di klinik bidan √
ditimbang? Dimana?
5 Sarapan pagi
16
Apakah seluruh anggota Rutin sarapan pagi √
keluarga memiliki kebiasaan
sarapan pagi?
6 Dana sehat / Askes
Apakah anda ikut menjadi Ya, KIS √
peserta jaminan kesehatan
7 Cuci tangan
Apakah anggota keluarga Seluruh keluarga selalu
mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan air √
mencuci tangan namun tidak memakai
menggunakan sabun sebelum sabun dan cara cuci tangan
dan sesudah buang air besar ? belum benar
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga √
memiliki kebiasaan gosok tidak melakukan kebiasaan
gigi menggunakan odol menggosok gigi pagi dan
malam sebelum tidur
dengan odol.
9 Aktivitas fisik/olahraga Seluruh anggota keluarga
Apakah anggota keluarga beraktifitas fisik sesuai
melakukan aktivitas fisik atau dengan pekerjaannya, √
olah raga teratur namun jarang berolahraga.
B. Lingkungan Sehat
1 Jamban
Apakah dirumah tersedia √
jamban dan seluruh keluarga
menggunakannya
2 Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air
bersih dengan tempat/tendon √
air tidak ada jentik ?
3 Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia
tempat sampah? Dan di √
17
lingkungan sekitar rumah
tidak ada sampah berserakan?
4 SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL √
disekitar rumah
5 Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara √
didalam rumah
6 Kepadatan Luas rumah 24 m2,
Apakah ada kesesuaian masing-masing orang √
rumah dengan jumlah mempunyai ruang sebesar
anggota keluarga? 8 m2
7 Lantai Sebagian lantai rumah
Apakah lantai bukan dari adalah lantai semen dan √
tanah? dialasi oleh karpet plastik.
Kamar pasien berlantai
tanah dilapisi karpet
plastik
C. Indikator tambahan
1 ASI Eksklusif √
Apakah ada bayi usia 0-6 Pasien menerima ASI
bulan hanya mendapat ASI eksklusif. Ibu Pasien
saja sejak lahir sampai 6 selalu memberikan ASI
bulan eksklusif selama 6 bulan
kepada setiap anaknya
2 Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu Keluarga mengkonsumsi √
terakhir anggota keluarga buah dan sayur dalam 1
mengkonsumsi buah dan minggu terakhir
sayur?
Jumlah 11 7
18
Klasifikasi
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru)
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 11 pertanyaan,
yang berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya
masuk dalam klasifikasi SEHAT III.
3.5 Resume
Tabel 3.5 Analisa Aspek Diagnosis Holistik
1 Alasan kedatangan pasien Pasien datang karena sedang memiliki
keluhan
Apa yang diharapkan pasien & keluarga :
Mencari pengobatan dan segera sembuh
Apa yang dikhawatirkan pasien : Penularan
dari penyakit pasien.
2 Diagnosis klinis, biologis, Konjungtivitis
psikomental, intelektual,
nutrisi derajat keparahan
19
4 Pemicu psikososial & 4.1 Pemicu primer :
lingkungan dalam kehidupan - Adanya keinginan ibu pasien untuk tidak
(faktor risiko eksternal) menularkan penyakit ke keluarga yang lain
20
a. MANDALA OF HEALTH
b.
GAYA HIDUP
Keluarga kurang melakukan pola makan
sehat dan gizi seimbang
Keluarga pasien jarang berolahraga,
kurang melakukan aktivitas fisik serta
PERILAKU KESEHATAN anggota keluarga pasien merokok
LINGKUNGAN PSIKO-
Pengetahuan keluarga pasien
SOSIO-EKONOMI:
kurang mengenai penyakitnya
dan pertolongan pertama -Ayah pasien bekerja sebagai
dalam keadaan sakit karyawan honorer di luar kota
PASIEN
Keluarga pasien tidak cuci tangan
dengan baik dan benar Pasien didiagnosa dengan
Konjungtivitis
ICD 10: H10
BIOLOGI:
Tidak Ada
LINGKUNGAN FISIK:
Kurang sehat karena
hanya berlantai semen
PELAYANAN KES.: tanpa alas duduk dan
-Seluruh keluarga pasien beralaskan karpet plastik
memiliki KIS KOMUNITAS:
-
Tabel 3.6 Skoring Kemmapuan Penyelesaian Masalah dalamKeluarga
No. Masalah yang Rencana Sasaran Skor Upaya Penyelesaian Resume Hasil Akhir Skor
Dihadapi Pembinaan Pembinaan Awal Perbaikan Akhir
1. Masalah perilaku Edukasi Pasien 3 Edukasi tentang penyakit yang Keluarga pasien 5
kesehatan : diderita oleh pasien, dampak mengetahui
- Kurangnya terhadap pasien , dan penyebab dan
pengetahuan bagaimana merawat pasien saat dampakpenyakit
mengenai penyaikt sakit bagi pasien..
- Sikap keluarga Edukasi untuk melakukan
pasien terkesan pencegahan bagi anggota Keluarga pasien
acuh keluarga yang lain seperti termotivasi untuk
mencuci tangan melakukan
pencegahan agar
tidak tertular
2. Masalah gaya hidup Edukasi Pasien dan 3 Edukasi tentang pola makan Pasien dan keluarga 5
: keluarganya sehat dan gizi seimbang yang memahami tentang
- Tidak tepat untuk pasien dan keluarga. pola makan sehat dan
melakukan pola Edukasi tentang pentingnya aktivitas fisik yang
makan sehat aktivitas fisik dan olahraga dan baik.
- Jarang Pasien dan keluarga
aktivitas fisik yang tepat untuk
beraktivitas fisik termotivasi untuk
pasien dan keluarga.
- Ayah pasien
Edukasi tentang bahaya rokok melakukan pola
adalah perokok
dan efeknya terhadap kesehatan makan sehat dan
aktivitas fisik.
3 Lingkungan Edukasi Pasien dan 3 Menerapkan untuk pola hidup Pasien termotivasi 5
keluarga bersih dan sehat untuk menerapkan
pasien hidup bersih dan
sehat
Keterangan :
- Skor 1 = tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi
- Skor 2 = keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, hanya ada keinginan; penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider
- Skor 3 = keluarga mau melakukan namun perlu pengendalian sumber yang belum dimanfaatkan; penyelesaian masalah dilakukan
sebagian oleh provider.
- Skor 4 = keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya; masih tergantung pada upaya provider
- Skor 5 = dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
BAB 4
PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien An. MRF, usia 8 tahun merupakan pasien
dengan konjungtivitis. Pasien datang diantar oleh ibunya dengan keluhan mata
kanan merah. Pasien mengalami keluhan mata kanan merah sudah 2 hari. Pasien
merasa panas dan gatal pada mata kanan serta terasa seperti mengganjal. Pasien
juga mengeluh keluar air mata terus menerus dari mata kanan pasien serta
keluarnya cairan kuning dari mata kanan ketika bangun tidur sehingga sulit untuk
membuka mata. Pasien juga mengeluh bengkak dan nyeri pada kelopak mata
kanan.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata (AAO, 2006). Konjungtivitis di
bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia (Ilyas, 1998).
Sebelumnya keluarga pasien yang sering pasien kunjungi juga memiliki
keluhan yang sama. Terdapat 3 keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa
tetapi sudah mendapatkan pengobatan. Keluarga pasien yang menderita keluhan
sebelumnya mengikuti resepsi pernikahan keluarga dimana kedua pengantin
mengalami keluhan mata. Keluarga lain yang menghadiri resepsi juga mengalami
keluhan yang sama beberapa hari berikutnya.
Infeksi dari konjungtivitis bakterial akut biasanya mulai pada satu mata
dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui
bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll (AAO, 2006).
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien, ditemukan adanya hiperemi
konjungtiva oculi dextra, edema palpebra dextra dan keluarnya sekret berupa air
dari oculi dextra.
Konjungtivitis bakterial akut merupakan peradangan pada konjungtiva
yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium diptherica, Pseudomonas,
neisseria, dan hemophilus (Ilyas, 2003). Konjuntivitis bakterial akut didiagnosis
berdasarkan gejala dan tanda yang timbul, diantaranya hiperemi konjungtiva,
25
edema kelopak dengan kornea yang jernih, kemosis : pembengkakan konjungtiva
dan mukopurulen atau purulen (James et al, 2005).
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak
neutrofil polimorfonuklear (Ilyas, 2003). Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat
diteruskan (PERDAMI, 2002).
Pada kasus ini, pasien diberikan obat tetes mata gentamisin,
Chlorpheniramine maleate, dan paracetamol.
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama
obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari
selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah
belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan (Ilyas, 2003).
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus
dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi
untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh (PERDAMI, 2002).
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan secara khusus hygiene perorangan (James et al, 2005).
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak
diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva
26
dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges,
hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis (AAO,
2006).
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan
menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan (Ilyas, 2003).
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya sampai
bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya (Vaughan, 2000).
Daftar Pustaka
27
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.
Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 1998
3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003,
hal 2, 134.
4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Jakarta. 2002
28
LAPORAN DOKUMENTASI
29
30
31
32