Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 4

Kelas : XII.2
Sinopsis Cerpen “Ba’da Ashar Kami Melingkar”

Kami diinstruksikan untuk mengedarkan secarik kertas, tak terlalu kecil dan tak terlalu besar yang
cukup untuk menuliskan satu kalimat. Mas Pembina itu memberikan perintah untuk menulis nama dan
satu kalimat pertanyaan bebas dan acak dalam waktu dua menit di kertas tersebut.

“Maksudnya apa ini?” reaksi spontan kami setelah instruksi yang cukup aneh itu. Lalu kami mulai
menuliskan nama dan pertanyaan. Setelah itu, kertas dikumpulkan kepada Mas Pembina dan beliau
edarkan lagi secara acak.

Lalu Mas Pembina memberikan perintah yang cukup aneh kembali. Mas Pembina menyuruh untuk
membaca pertanyaan yang kami dapati dan menanyakan jawabannya kepada penulis pertanyaan itu.
Dibacalah pertanyaan pertama, seperti inilah bunyinya, “Apa yang mesti kita lakukan untuk
menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam kelompok ini?” Si penulis begitu ditanya jawabannya dahinya
mengkerut karena tidak tau jawabannya.

Beberapa saat setelah Mas Pembina membiarkan si penulis berpikir, Mas pembina bangkit dari
duduknya. “Kalian tau apa maksud dari semua ini?” Seketika suasana hening. “Apa yang ditanyakan
sebelumnya, kini kembali kepada kalian, untuk ditanyakan jawabannya. Apa yang kalian berikan, semua
akan kembali kepada kalian begitu juga dengan niat kalian.”

“Jadi apa niat kalian kuliah? Apa niat kalian pergi ke tempat ini? Luruskan niatmu dalam kuliah ini,
sebab ia akan berbalas kembali untuk kalian” jika niatmu hanya untuk mendapat gelar, maka kamu akan
dapatkan balasan sesuai niatmu itu begitu juga jika niatmu kuliah hanya untuk hal hal yang sifatnya
materi; uang; pekerjaan atau yang sifatnya fana, kelak akan sirna dan lekang oleh waktu. Sebaliknya, jika
niat kalian untuk sesuatu yang besar, agung, dan maha kekal, maka kalian akan dapati balasan yang
sesuai.

Masyaa Allah, apa niat kita dalam hidup ini? Padahal setiap lima kali dalam sehari, kita ikrarkan
dalam sembahyang.

“Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu
bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan untukku dan akulah orang pertama-tama berserah diri.”

Pendekatan Objektif

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu
sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan
dengan realitas pengarang maupun pembaca. Karya sastra harus dilihat sebagai objek yang mandiri yang
menonjolkan karya sastra sebagai struktur verbal yang otonom. Dalam teori initerjalin secara jelas antara
konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dengan pengkajian karya sastra itu sendiri, baik secara
metamorforis maupun secara elektis. Istilah lain dari teori objektif adalah teori struktural. Untuk
memahami makna dari sebuah karya sastra, karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri,
lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas pula dari efeknya pada
pembaca. Pendekatan ini dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi,
rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari
sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur
pembentuknya.

Analisis Formal Mengenai Unsur Intrinsik Cerpen

1) Tema : Cerpen ini mengangkat tema yang menarik yaitu tentang Kehidupan Islami (religi)
Kutipan cerpen : “Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan Semesta
Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan untukku dan akulah orang
pertama-tama berserah diri.”

2) Alur : Cerpen ini menggunakan alur maju dimana setiap kejadian yang terdapat pada cerpen
urutannya sesuai dengan urutan waktu yang dialami tokoh atau ceritanya bergerak maju.

3) Latar :

I. Latar tempat : latar tempat, yaitu latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat dalam cerpen ini adalah di universitas
atau tempat kuliah.
Kutipan cerpen : “Jadi apa niat kalian kuliah? Apa niat kalian pergi ke tempat ini?
Luruskan niatmu dalam kuliah ini, sebab ia akan berbalas kembali untuk kalian”
II. Latar sosial : latar sosial dalam cerpen ini tidak dijelaskan secara rinci. Dari awal cerpen
hanya diceritakan tokoh berada di tengah kelompok dimana kelompok tersebut merasa
kebingungan akibat instruksi yang diberikan oleh Mas Pembina. Mereka tidak bisa
menjawab pertanyaan yang mereka buat sendiri. Mas pembina mengajari mereka tentang
pentingnya niat dalam hidup.
Kutipan cerpen : “Dibacalah pertanyaan pertama, seperti inilah bunyinya, “Apa yang mesti
kita lakukan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam kelompok ini?” Si penulis
begitu ditanya jawabannya dahinya mengkerut karena tidak tau jawabannya.”

“Jadi apa niat kalian kuliah? Apa niat kalian pergi ke tempat ini? Luruskan niatmu dalam
kuliah ini, sebab ia akan berbalas kembali untuk kalian” jika niatmu hanya untuk mendapat
gelar, maka kamu akan dapatkan balasan sesuai niatmu itu begitu juga jika niatmu kulian
hanya untuk hal hal yang sifatnya materi; uang; pekerjaan atau yang sifatnya fana, kelak
akan sirna dan lekang oleh waktu. Sebaliknya, jika niat kalian untuk sesuatu yang maha
kekal, maka kalian akan dapati balasan yang sesuai.”

4) Penokohan :
I. Dalam cerpen ini, tokoh utama tidak dijelaskan secara mendetail. Seharusnya, tokoh utama
dalam cerpen mempunyai karakteristik atau penokohan tersendiri. Tokoh utama dalam
cerpen ini diceritakan dalam jumlah banyak (Kami). Adapun penokohan “kami” adalah
penasaran dan dapat menerima nasihat. Rasa penasaran dari tokoh “Kami” bisa dilihat dari
pertanyaan yng mereka ajukan setelah mendengar instruksi yang aneh.
Kutipan cerpen : “Maksudnya apa ini?” reaksi spontan kami setelah instruksi yang cukup
aneh itu.”
“Masyaa Allah, apa niat kita dalam hidup ini? Padahal setiap lima kali dalam sehari, kita
ikrarkan dalam sembahyang.
“Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada
sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan untukku dan akulah orang pertama-
tama berserah diri.”
II. Dalam cerpen ini juga terdapat tokoh “si Penulis” yang merupakan bagian dari tokoh kami
dalam cerpen ini. Tokoh ini digambarkan kebingungan karena pertanyaannya sendiri.
Kutipan cerpen : “Lalu Mas Pembina memberikan perintah yang cukup aneh kembali. Mas
Pembina menyuruh untuk membaca pertanyaan yang kami dapati dan menanyakan
jawabannya kepada penulis pertanyaan itu. Dibacalah pertanyaan pertama, seperti inilah
bunyinya, “Apa yang mesti kita lakukan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam
kelompok ini?” Si penulis begitu ditanya jawabannya dahinya mengkerut karena tidak tau
jawabannya.”
III. Terdapat satu tokoh lagi dalam cerpen ini, yaitu Mas Pembina. Mas Pembina digambarkan
sebagai seorang tokoh pengajar yang memimpin dan menasehati para tokoh lainnya dalam
cerpen ini. Tokoh ini juga menjadi teladan bagi tokoh lainnya.
Kutipan cerpen : “Mas Pembina itu memberikan perintah untuk menulis nama dan satu
kalimat pertanyaan bebas dan acak dalam waktu dua menit di kertas tersebut.”
“Lalu Mas Pembina memberikan perintah yang cukup aneh kembali. Mas Pembina
menyuruh untuk membaca pertanyaan yang kami dapati dan menanyakan jawabannya
kepada penulis pertanyaan itu.”
“Beberapa saat setelah Mas Pembina membiarkan si penulis berpikir, Mas pembina bangkit
dari duduknya. “Kalian tau apa maksud dari semua ini?” Seketika suasana hening. “Apa
yang ditanyakan sebelumnya, kini kembali kepada kalian, untuk ditanyakan jawabannya.
Apa yang kalian berikan, semua akan kembali kepada kalian begitu juga dengan niat
kalian.”

5) Sudut Pandang : Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama karena tokoh utama dalam
cerpen ini adalah tokoh “Kami”. Tokoh “Kami” yang mengisahkan jalan cerita.

6) Gaya bahasa :
I. Antitesis : pasangan kata yang artinya bertentangan
Kutipan cerpen : “Kami diinstruksikan untuk mngedarkan secarik kertas, tak terlalu kecil
dan tak terlalu besar yang cukup untuk menuliskan satu kalimat.”
II. Repetisi : Mengulang kata yang bermakan sama dalam sebuah kalimat
Kutipan cerpen : “Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan
Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan untukku dan
akulah orang pertama-tama berserah diri.”
7) Amanat : Cerpen ini mempunyai amanat yang sangat mendalam mengenai kehidupan yang harus
disertai niat dalam melaksanakan sesuatu. Setiap hal baik yang akan kita lakukan harus disertai niat
terlebih dahulu bahkan dalam menjalani kehidupan pun harus disertai dengan niat. Namun,
kehidupan bukan hanya sekedar dengan niat saja. Dalam menjalani kehidupan pula harus disertai
kerja keras dan do’a.

Anda mungkin juga menyukai