Anda di halaman 1dari 16

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Akurasi Terperiksa
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Paskibraka

Tanggal
1946
pembentukan

Organisasi Pasukan Tugas


Jenis
Kenegaraan Pemuda dan Pelajar

Pengibaran dan penurunan Sang


Tujuan
Saka Merah Putih

Kantor pusat Jakarta, Indonesia

Wilayah layanan Indonesia

Ketua Umum PPI Gousta Feriza, SH., MH

Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya
mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan
Indonesia di 3 tempat, yakni tingkat Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Wali Kota), Provinsi
(Kantor Gubernur), dan Nasional (Istana Merdeka). Anggotanya berasal dari pelajar SMA
Sederajat kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk
persiapan pengibaran pada 17 Agustus.

Selama waktu seleksi sampai 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka dinamakan
"CAPASKA" atau Calon Paskibraka. Pada waktu penugasan 17 Agustus, anggota dinamakan
"PASKIBRAKA", dan setelah 17 Agustus, dinamakan "PURNA PASKIBRAKA".

Tingkatan Paskibraka ada tiga yaitu:

 Paskibraka Nasional - bertugas di Istana Merdeka


 Paskibraka Propinsi - bertugas di Pusat pemerintahan gubernur propinsi
 Paskibraka Kota - bertugas di Pusat pemerintahan wali kota/kabupaten

Daftar isi
 1Lambang Purna Paskibraka
 2Sejarah
 3Penjelasan dari makna: Purna Paskibraka Indonesia (PPI), Paskibra, Paskibraka dan
Purna Paskibraka
 4Latihan dan Persiapan PASKIBRAKA sebelum 17 Agustus (HUT-RI)
 5Pembentukan Formasi Pasukan
 6Tentang Makna Merah Putih
 7Makna merah putih
o 7.1Sejarah
o 7.2Arti Warna
o 7.3Peraturan Tentang Bendera Merah Putih
o 7.4Kemiripan dengan bendera negara lain
o 7.5Daftar bendera yang mirip dengan bendera Indonesia
 8Referensi
 9Pranala luar

Lambang Purna Paskibraka[sunting | sunting sumber]


Seorang Paskibraka sedang bertugas.

Dalam organisasi Paskibraka, ada dua lambang, yaitu lambang Paskibraka/Paskibra yaitu
bergambarkan dua pemuda/pemudi paskibraka menengok kekanan dengan seragam PDU adalah
lambang aktif anggota paskibra/paskibraka yang sedang bertugas, dan ada lambang kedua yaitu
lambang Purna Paskibraka Indonesia yang berlambangkan daun dan bunga teratai. Penjelasan
lambangnya sebagai berikut:

 tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan
berbakti
 tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif,
disiplin, dan bergembira

Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia. dan mengapa
Lambang Anggota Paskibraka dilambangkan dengan Bunga Teratai. Karena Bunga Teratai
tumbuh di lumpur dan berkembang diatas air yang bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah
pemuda dan pemudi yang tumbuh dari (Orang Biasa) tanah air yang sedang
bermekar/berkembang dan membangun.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Husein Mutahar, pendiri Paskibraka

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno
memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan
pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di
benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan
oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus
perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan
lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang
berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun
1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani
pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana
Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode
itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi
masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di
Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang
dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

 Pasukan 17 / pengiring (pemandu),


 Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
 Pasukan 45/pengawal.
Idik Sulaeman, Sang Pencetus Istilah Paskibraka

Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945
(17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra
daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas
pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari
para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain
menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga
tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah
dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan
provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus
ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat
Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik
kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan
Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah
air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi
diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera
Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera
Pusaka dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar
mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu,
anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.

Penjelasan dari makna: Purna Paskibraka Indonesia (PPI),


Paskibra, Paskibraka dan Purna Paskibra
 Purna Paskibraka Indonesia, atau disingkat PPI, merupakan organisasi yang
beranggotakan mereka yang pernah bertugas sebagai anggota Paskibraka pada peringatan
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi atau
nasional.
 Paskibra merupakan pasukan pengibar bendera yang tidak bertugas sebagai pengibar
bendera pusaka di tingkat kota, provinsi, dan nasional, namun hanya bertugas di sekolah.
Paskibra merupakan anggota yang mengikuti ekstra kurikuler Paskibra di sekolah tetapi
tidak diutus untuk menjadi Paskibraka, anggota Paskibra yang telah mengikuti seleksi
Paskibraka tetapi tidak lolos, dan/atau anggota yang mengikuti perlombaan baris-berbaris
paskibra yang tidak diutus menjadi Paskibraka.
 Paskibraka merupakan pasukan pengibar bendera pusaka yang di mana anggotanya
melakukan tugas pengibaran dan/atau penurunan bendera duplikat pusaka merah putih di
tingkat kota, provinsi, dan nasional.
 Purna Paskibraka adalah sebutan bagi anggota Paskibraka yang telah mengikuti
pelatihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran
bendera pusaka.

Latihan dan Persiapan PASKIBRAKA sebelum 17 Agustus


(HUT-RI)
Paskibraka diawali dengan seleksi dari tingkat Kota/Kabupaten pada bulan Maret dan April.
Yang berhasil lolos akan dikirim ke seleksi tingkat Provinsi pada bulan Mei. Dari seleksi tingkat
provinsi akan dikirim dua pasang putra dan putri ke seleksi tingkat nasional pada bulan Juni.
Seleksi tingkat nasional akan menetapkan satu pasangan putra dan putri terbaik dari setiap
provinsi untuk mewakili provinsi yang bersangkutan menjadi Anggota Paskibraka Nasional yang
bertugas mengibarkan bendera di Istana Merdeka.

Anggota Paskibraka tingkat Nasional biasanya memasuki asrama Pelatihan pada minggu terakhir
bulan Juli. Selama tiga minggu mereka akan menjalani latihan baris berbaris dan formasi
pengibaran bendera di Pusat Pelatihan Paskibraka Cibubur. Setelah melaksanakan gladi kotor
dan gladi bersih pada tanggal 14 dan 15 Agustus, mereka akan mengikuti upacara Pangukuhan
pada tanggal 16 Agustus. Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus, anggota Paskibraka
melaksanakan tugas utama pengibaran bendera pusaka pada pagi hari dan penurunan bendera
pada sore hari.

Selain mengikuti latihan fisik baris berbaris, anggota Paskibraka juga mengikuti latihan mental
spiritual dan kepemimpinan yang disebut Latihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila. Latihan ini
bermaksud mempersiapkan anggota Paskibraka menjadi putra-putri Indonesia terbaik yang akan
menjadi generasi penerus dan calon-calon pemimpin pada masa depan. Pelatihan ganda seperti
itu sudah ditradisikan sejak tahun 1968, namun untuk lebih menyeragamkan pelatihan tersebut
ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah telah mengeluarkan pedoman berupa
Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) No. 065 Tahun 2015.

Pembentukan Formasi Pasukan


Formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Paling depan adalah pasukan 17, dibelakangnya
adalah pasukan 8, dan paling belakang adalah pasukan 45 beranggotakan TNI atau POLRI
bersenjata

Pada dasarnya Paskibraka terdiri dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi, dan
Nasional. Untuk tingkat Kota/Kabupaten yaitu melaksanakan tugas di Kota asal Paskibraka
tersebut dengan inspektur upacara yaitu Wali Kota/setara. Pembentukan Tingkat Provinsi yaitu
diseleksi dari kota-kota pada provinsi tersebut dan akan diutus ke ibukota provinsi dari kota-kota
di provinsi daerah asal, Paskibraka pada tingkat ini melaksanakan tugas di ibukota Provinsi
dengan inspektur upacara yaitu Gubernur/setara. Dan yang akhir yaitu tingkat Nasional yaitu
Paskibraka yang diseleksi dari seluruh provinsi di Indonesia yang tiap-tiap provinsi akan
mengutus satu putra dan satu putri terbaik dan tingkat ini melaksanakan tugas di Istana Merdeka
Jakarta, dengan inspektur upacara yaitu Presiden Republik Indonesia. Paskibraka dibagi menjadi
dua tim tugas yaitu pasukan yang melakukan tugas pagi sebagai pengibar bendera dan tugas sore
sebagai pasukan penurunan bendera.

Formasi khusus Paskibraka yaitu:

 Kelompok 17 berposisi di paling depan sebagai pemandu/pengiring dengan dipimpin oleh


suatu Komandan Kelompok (DanPok). Kelompok 17 Ini seluruhnya merupakan anggota
Paskibraka.
 Kelompok 8 berposisi di belakang kelompok 17 sebagai pasukan inti dan pembawa
bendera. Di kelompok ini terdapat 4 anggota TNI atau POLRI (di Tingkat Nasional
terdapat anggota Paspampres) sebagai pengawal dan 2 putri Paskibraka sebagai pembawa
bendera (sekarang hanya satu pembawa bendera), 3 putra Paskibraka pengibar/penurun
bendera, dan 3 putri Paskibraka di saf belakang sebagai pelengkap/pagar.
 Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 sebagai pasukan pengawal/pengaman dan
merupakan anggota dari TNI atau POLRI dengan senjata lengkap. Untuk tingkat nasional
(di Istana Negara), pasukan 45 terdiri dari anggota Paspampres.

Pasukan yang melakukan pengibaran/penurunan bendera dipimpin oleh Komandan Pasukan


(Danpas) yang posisinya di sebelah kanan Komandan Kelompok (DanPok) 17. Danpas
merupakan perwira TNI atau POLRI minimal berpangkat letnan atau inspektur hingga kapten
atau ajun komisaris polisi (AKP).
Tentang Makna Merah Putih

Prosesi Pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Paskibraka saat HUT RI 17 Agustus

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah
Sang Saka Merah Putih (bendera asli jahitan tangan ibu Fatmawati), Sang Merah Putih,
Merah Putih, atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah
Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta
bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran
sama.

Makna merah putih[


Sejarah[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk kategori ini adalah Bendera Pusaka.

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit
yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.[1] Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan
terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa
Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna
merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul
dalam lambang-lambang Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Merah dan
putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan.
Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam
Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang
mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum
masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin
sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam
teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas
katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari
daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai
lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah
putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah
menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII.
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-
XII.[2] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang
berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar
pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman kerajaan
Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol
kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama
Woromporang.[3] Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung
warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam[4] yang mungkin juga
berasal dari warna Majapahit.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna
merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan
kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi
nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa
pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera
ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika
kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.[5]

Bendera Belanda digunakan sejak 20 Maret 1602 - 8 Maret 1942 (340 tahun)

Bendera Jepang digunakan sejak 8 Maret 1942 - 17 Agustus 1945 (3 tahun 5 bulan)

Bendera Merah Putih digunakan sejak 17 Agustus 1945[6]

Arti Warna
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling
melengkapi dan menyempurnakan jiwa dan raga manusia untuk membangun Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna
yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih mirip dengan
warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau
Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah
merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang
Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam
rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan
dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang
jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Peraturan Tentang Bendera Merah Putih

Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35 [7], UU No 24/2009,[8] dan Peraturan
Pemerintah No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia [9]

Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur dan dengan ketentuan ukuran:[8]

1. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;


2. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
3. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
4. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
5. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
6. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
7. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
8. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
9. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;dan
10. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.

Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit
hingga matahari terbenam.[8] Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.[8]

Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia
tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau
kantor, satuan pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.[8]

Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:[8]

1. istana Presiden dan Wakil Presiden;


2. gedung atau kantor lembaga negara;
3. gedung atau kantor lembaga pemerintah;
4. gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
5. gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
6. gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
7. gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
8. gedung atau halaman satuan pendidikan;
9. gedung atau kantor swasta;
10. rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
11. rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
12. rumah jabatan menteri;
13. rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
14. rumah jabatan gubernur, bupati, wali kota, dan camat;
15. gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
16. pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
17. lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan
18. taman makam pahlawan nasional

Momentum pengibaran bendera asli setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945.

Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada peti atau
usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden,
anggota lembaga negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan
perwakilan rakyat daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional Indonesia,
anggota Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau warga negara
Indonesia yang berjasa bagi bangsa dan negara.[8]

Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen
Nasional Jakarta.[8]

Setiap orang dilarang:[8]

1. merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan


maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Bendera Negara;
2. memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
3. mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
4. mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan memasang
lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
5. memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan tutup
barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.

Kemiripan dengan bendera negara lain

Artikel utama: Daftar bendera dwiwarna merah-putih

Menurut kesetaraan kedudukannya sebagai bendera nasional, bendera ini mirip dengan Bendera
Monako yang mempunyai warna sama namun rasio yang berbeda, selain itu bendera ini juga
mirip dengan Bendera Polandia yang mempunyai warna yang sama namun warnanya terbalik.
Sejarah Paskibraka – Awal Terbentuk dan Perkembangannya

written by Adara Primadia

Paskibraka atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka biasanya sekumpulan pelajar kelas 10 dan 11
yang bertugas untuk mengibarkan duplikat bendera pusaka. Tugas mereka selalunya dilaksakan
pada saat memperingati hari kemerdekaan Bangsa Indonesia yaitu setiap tanggal 17 Agustus tiap
tahunnya. Penugasan paskibraka di bagi kepada tiga tempat.

Kabupaten/kota dimana pelaksanaannya di Kantor Bupati/Walikota, Provinsi yang dilakukan di


Kantor Gubernur, serta yang paling prestisius dan idaman calon paskibraka adalah di tingkat
nasional. Dilaksanakan bersama presiden di Istana Negara. Seleksi penerimaan di mulai sejak
bulan April untuk persiapan upacara 17 agustus.

Awal Terbentuk

Sejarah paskibraka di mulai pada tahun 1946 Presiden Soekarno memanggil ajudannya saat itu
Mayor (Laut) M. Husein Mutahar. Presiden Soekarno memerintahkan untuk melakukan
persiapan upacara detik-detik proklamasi yang akan diadakan di Yogyakarta pada saat itu.
Tepatnya di istana Presideng Gedung Agung Yogyakarta.

Atas perintah langsung presiden. Mayor (Laut) M. Husein Mutahar bersiap mencari cara
memperingati detik-detik proklamasi. Terbesit dalam benak Husein untuk sebaiknya upacara
peringatan tersebut dilakukan oleh pemuda-pemudi bangsa dari seluruh penjuru Indonesia. Hal
ini sebagai perwujudan bahwa merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa di kemudian hari.

Namun, pada saat itu suasana serta infrastruktur transportasi antar pulau masih belum
berkembang. Gagasan itu urung dilakukan. M. Husein Mutahar pun hanya bisa menghadirkan
lima orang yang terdiri dari tiga pemuda dan dua pemudi. Lima orang tersebut sebagai
perlambangan dari pancasila. Kelima orang tersebut berasal dari berbagai daerah yang kebetulan
saat itu berada di Yogyakarta. Formasi lima orang tersebut tetap dilakukan sampai upacara
Detik-Detik Proklamasi di tahun 1949 di Yogyakarta. Formasi lima tersebut dinamakan Pasukan
Penggerek Bendera.

Pada tahun 1950 terjadi perpindahan kembali ibukota Republik Indonesia dari Yogyakarta ke
Jakarta. Sejak itu Mayor (Laut) M. Husein Mutahar tidak lagi mengemban amanah sebagai
Pembina Pasukan Penggerek Bendera. Pengibaran Bendera Pusaka pada setiap 17 Agustus di
Istana Merdeka diambil alih oleh Rumah Tangga Kepresidenan hingga Agustus 1966. Selama di
Jakarta pun Pasukan Penggerek Bendera adalah para pelajar dan mahasiswa dari seluruh
Indonesia yang saat itu sedang berada di Jakarta.
Pada masa kepemimpinan Presiden ke-II yakni Soeharto pada tahun 1967. Husein Muhatar
dipanggil untuk menangani masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Ketika mendapat tugasnya
kembali Husein muhatar merealisasikan idenya mengenai Pasukan Penggerek Bendera pada
tahun 1946. Sama dengan formasi barisan yang digunakan saat ini.

Formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

Dalam periode 1946 sampai 1950 masih digunakan Formasi 5. Baru pada tahun 1967 Husein
Muhatar mengembangkan formasi pengibaran menjadi 3 kelompok. Penamaan kelompok itu
berdasarkan filosofi hari kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus 1945 dan berjumlah sesuai
filosofi itu:

Pasukan 17 disebut juga pasukan pengiring (pemandu)

Pasukan 18 disebut pasukan inti pembawa bendera

Pasukan 45 disebut pasukan pengawal

Pada waktu itu situasi masih belum memadai untuk memanggil perwakilan seluruh wakil dari
provins-provinsi di Indonesia. Husein Muhatar hanya memanggil putera daerah yang saat itu
sedang belajar di Jakarta. Rencana awal Husein Muhatar adalah melibatkan Mahasiswa
AKABRI untuk menjadi pasukan 45 tapi tidak memungkan. Usulan lain menggunakan pasukan
khusus ABRI kala itu namun sangat sulit mengingat tugas yang diemban oleh mereka.

Akhirnya pasukan 45 diambil alih oleh Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES sekarang
PASPAMPRES) mengingat tugas mereka memang berada di lingkungan istana. Baru pada
tanggal 17 Agustus 1968 Pasukan Penggerek Bendera berasal dari putra putri utusan provinsi.
Namun karna masih kurangnya utusan dari provinsi lain maka PASWALPRES yang mengisi
kekosongannya.

Pada tahun berikutnya yaitu 5 Agustus 1969. Presiden Soeharto membagikan duplikat bendera
pusaka dan naskah proklamasi ke seluruh Gubernur di Indonesia. Agar mereka dapat
melaksanakan secara baru pada 17 Agustus 1969. Barulah pada tahun itu yakni 1969 anggota
Pasukan Penggerek Bendera berasal dari siswa SLTA seluruh Indonesia. Pada tahun 1973, Idik
Sulaeman melontarkan sebuah nama untuk mengganti istilah Pasukan Penggerek bendera Pusaka
menjadi PASKIBRAKA atau Pasuka Pengibar Bendera Pusaka.

Istilah-Istilah di Paskibraka

Purna Paskibraka Indonesia : Biasa disebut PPI adalah organisasi pemuda dan pemudi yang
pernah mengembang tugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Tinggkat
Kabupaten/kota, Provinsi dan Nasional.
Paskibra : Istilah yang digunakan untuk Pasukan Pengibar yang hanya mengibarkan bendera di
lingkungan sekolah. Biasanya berupa ekstrakulikuler. Mereka adalah pemuda dan pemudi yang
tidak diutus oleh pihak sekolah untuk mewakili di tingkat Kabupaten/Kota untuk ikut seleksi.

Paskibraka : Merupakan Pasukan yang bertugas mengibarkan bendera di tingkat kota/kabupaten,


provinsi dan nasional.

Purna Paskibraka : Sebutan bagi anggota Paskibraka yang telah mengikuti pelatihan Pandu Ibu-
Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran bendera pusaka

Seleksi Pasukan Paskibraka

Seleksi Paskibraka diawali di tingkat Kota/Kabupaten pada bulan Maret dan April. Selanjutnya
jika lolos akan ke tingkat provinsi untuk menjalani seleksi ke nasional pada bulan Mei. Dari
provinsi akan dikirim dua pasang putra dan putri untuk ikut seleksi nasional pada bulan Juni.
Ditingkat ini akan dipilih sepasang yang akan mewakili provinsi masing-masing untuk bertugas
di Istana Negara

Anggota Paskibraka nasional hanya memasuki asrama pada minggu terakhir bulan Juli. Mereka
akan menjalani latihan baris berbaris dan formasi selama tiga minggu di Pusat Pelatihan
Paskibraka di Cibubur. Pada 14 dan 15 Agustus mereka akan melakukan gladi bersih dan gladi
kotor. 16 Agustus mereka akan dilakukan pengukuhan. Esoknya 17 Agustus akan melaksanakan
tugas untuk pengibaran pada pagi hari dan penurunan pada sore hari.

Selain mengikuti latihan fisik baris berbaris, anggota Paskibraka juga mengikuti latihan mental
spiritual dan kepemimpinan yang disebut Latihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila. Latihan ini
bermaksud mempersiapkan anggota Paskibraka menjadi putra-putri Indonesia terbaik yang akan
menjadi generasi penerus dan calon-calon pemimpin pada masa depan. Pelatihan ganda seperti
itu sudah ditradisikan sejak tahun 1968.

Lambang Paskibraka

Paskibraka memiliki dua lambang. Lambang pertama adalah dua pemuda/pemudi paskibraka
menengok kekanan dengan seragam PDU adalah lambang aktif anggota paskibra/paskibraka
yang sedang bertugas. Lambang kedua yaitu lambang Purna Paskibraka Indonesia yang
berlambangkan daun dan bunga teratai, yang memiliki arti:

tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan berbakti

tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif, disiplin, dan
bergembira

Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia, dan lambang
anggota paskibraka dilambangkan dengan bunga teratai, karena bunga teratai dapat tumbuh di
lumpur dan berkembang juga diatas air. Yang bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah
pemuda dan pemudi yang tumbuh dari tanah air yang sedang bermekar dan membangun.

Artikel Terkait

Anda mungkin juga menyukai