Anda di halaman 1dari 5

MATERNAL

ASUHAN KEBIDANAN KGD NEONATAL PADA FASE AKTIF MEMANJANG

Disusun Oleh:

AMELIA SANTA

AYU ASANDHAR PUTRI

DENI MARDIANIS

DINDA RAMADHAYANTI

ELFI HAFIZO RATNI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III KEBIDANAN

2017
Fase Aktif Memanjang

A. Istilah fase aktif memanjang mengacu pada kemajuan pembukaan yang tidak adekuat

setelah didirikan diagnosa kala I fase aktif, dengan didasari atas :

1. Persalinan lama

- Pembukaan kurang dari 1 cm per jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah

kemajuan persalinan

- Kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 cm pada multipara

- Lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm

perjam)

2. Persalinan macet

- Tidak adanya perubahan servik dalam 2 jam

- Tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam

Pola persalinan nulipara multipara


Persalinan lama
(protraction disoders)
Pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
Penurunan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/ jam
Persalinan macet (arrest
disoders)
Tidak ada pembukaan > 2 jam > 2 jam
Tidak ada penurunan > 1 jam > 1 jam
Sumber: Prawihardjo, 2012

B. Karakteristik Fase Aktif Memanjang :

- Kontraksi melemah sehingga menjadi kurang kuat, lebih singkat dan atau lebih

jarang

- Kualitas kontraksi sama seperti semula tidak mengalami kemajuan

- Pada pemeriksaan vaginal, serviks tidak mengalami perubahan


C. Penyebab Fase Aktif Memanjang :

- Malposisi (presentasi selain belakang kepala)

- Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD)

- Intensitas kontraksi yang tidak adekuat

- Serviks yang menetap

- Kelainan fisik ibu (mis:pinggang pendek) (tidak tahu)

- Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui

D. Akibat Dari Persalinan Yang Lama

1. Terhadap Janin

Akibat untuk janin meliputi :

· Trauma

· Asidosis (tidak tahu)

· Kerusakan Hipoksik (tidak tahu)

· Infeksi

· Peningkatan Mortalitas serta Morbiditas Perinatal

2. Terhadap Ibu

Akibat untuk ibu adalah :

· Penurunan semangat

· Kelelahan

· Dehidrasi

· Asidosis (tidak tahu)

· Infeksi
· Resiko Ruptur Uterus

· Perlunya intervensi bedah meningkatkan Mortalitas Dan Morbiditas.

E. Penanganan umum

- Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan

tingkat hidrasi)

- Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.

- Nilai frekuensi dan lamanya his

- Perbaiki keadaan umum dengan :

 Dukungan emosional, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan

persalinan normal).

 Periksa keton dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun

parenteral,dan upayakan buang air kecil (kateterisasi bila perlu). (tidak

tahu)

 Berikan analgesik : tramadol atau penitidin 25 mg I.M (maksimum 1

mg/kgBB) atau morfin 10 mg I.M, jika pasien merasakan nyeri yang

sangat. (tidak tahu)

- Tentukan keadaan janin

 Periksa denyut jantung janin selama atau segera setelah his. Hitung

frekuensinya sekurang kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif

dan tiap 5 menit selama kala II.

 Jika terdapat gawat janin, lakukan secsio sesaria. Kecuali jika syarat-

syarat dipenuhi lakukan ekstraksi vacum

 Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur

darah. Pikirkan kemungkinan gawat janin.


 Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,

pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang

mungkin menyebabkan gawat janin.

Anda mungkin juga menyukai