Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Teknik Pembenihan Ikan

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KOMET (Carrasius auratus)

Disusun Oleh:

Nama : Kunaefi Kamal


NIM : 1711102010014
Kelompok : IV (EMPAT)
Asisten : Nofrizal Ferdian Syahputra

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas rahmat-NYA
sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan Teknik Pembenihan Ikan tepat pada
waktunya. Salam tak lupa saya sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad Saw yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada asisten
pembimbing yang telah sudi membimbing kami dan memberi ilmu pengetahuan
dalam menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa pula praktikan ucapkan terimakasih
kepada orang tua dan rekan dimana mereka selalu mendoakandan mereka selalu
memberi motivasi kepada praktikan.
Praktikan menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan maka dari itu saya sangat menginginkan agar semua pihak yang
bersangkutan dalam memeriksa laporan ini, saya mohon kritikan dan saran untuk
laporan ini.

Darussalam, Desember 2018

Praktikan

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................. 1
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2


2.1 Klasifikasi Ikan ..................................................................................... 2
2.2 Habitat Ikan ........................................................................................... 2
2.3 Reproduksi Ikan .................................................................................... 3
2.4 Hormon Ovaprime ................................................................................ 3

BAB III METODE KERJA................................................................................ 4


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 4
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 4
3.3 Cara Kerja .............................................................................................. 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 9


4.1 Hasil Pengamatan .................................................................................. 9
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 12

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 16


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 16
5.2 Saran ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17


LAMPIRAN ......................................................................................................... 18

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 4
Tabel 4.1.1 Parameter Pemijahan........................................................................ 9
Tabel 4.1.2 Tingkah Laku Saat Memijah ............................................................ 9
Tabel 4.1.3 Embriogenesis .................................................................................. 9
Tabel 4.1.4 Kualitas Air Saat Pemijahan ............................................................ 10
Tabel 4.1.5 Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik .................................................. 10
Tabel 4.1.6 Pemasukan dan Pengeluaran Benih ................................................. 11

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengolahan Data ............................................................................... 18
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum ................................................................... 19

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha
budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan belum banyak berkembang sedangkan di
beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan dalam
jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. Ikan komet (Carrasius auratus)
merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer dikalangan masyarakat,
khususnya bagi pecinta ikan hias. Ikan komet (Carrasius auratus) hampir diseluruh
Indonesia tersebar dan terkenal karena selain warnanya yang bagus dan cantik penampilan
lain yang menarik adalah siripnya yang panjang dan berumbai sehingga sangat menarik
untuk dilihat.
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak diminati oleh
berbagai lapisan masyarakat di dalam negeri maupun di luar negeri karena komposisi
warna yang dimilikinya, salah satu jenis ikan hias air tawar yang digemari oleh masyarakat
adalah ikan komet. Salah satu jenis ikan hias ar tawar yang disenangi karena keindahannya
seperti memiliki bentuk, warna dan corak yang indah. Ikan komet memiliki potensi yang
cukup menjanjikan di bidang bisnis.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik pembenihan ikan komet
(Carrasius auratus) dari awal hingga akhir serta mendapatkan hasil akhir dan juga dapat
mengetahui tingkah laku saat memijah serta parameter yang diamati.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami teknik pembenihan ikan komet (Carrasius auratus) secara baik dan benar
sehingga nantinya dapat diaplikasikan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan


Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang
populer di kalangan masyarakat, khususnya bagi pecinta ikan hias, hal ini dikarenakan ikan
komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan gerakan yang menarik dan
dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup berdampingan dengan jenis ikan lain bila
berada didalam satu tempat. Karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, ikan ini dapat dipelihara di hampir semua tempat di dunia asal saja tempatnya
bersih dan sehat. Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini,
keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna
tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi,
sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Kedudukan
ikan komet di dalam sistematika menurut Goernaso (2005) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus

2.2 Habitat Ikan


Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam
aquarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih untuk
menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 20 % air aquarium atau
kolam setiap minggunya. Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan terhadap
penyakit, hal tersebut disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet

2
cepat menjadi kotor disebabkan oleh sisa pakan dan feses dari ikan komet yang banyak
(kotoran).
Ikan komet adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya
mengalir tenang dan berudara sejuk. Untuk bagian substrat dasar aquarium atau kolam
dapat diberi pasir atau krikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena
ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat
hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu
rendah 15 – 20 derajat C tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27
– 30 derajat C. Adapun konsentrasi DO di atas 5 ppm dan pH 5,5 – 9,0. Hal tersebut
khususnya diperlukan saat ikan komet akan memijah (Huet, 1971).

2.3 Reproduksi Ikan


Reproduksi ikan komet terjadi secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam
sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang
rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu
perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan komet adalah menempel pada
substrat, telur ikan komet berbentuk bulat berwarna bening berdiameter 1,5-1,8 mm, dan
berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau
bobot induk, embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Kemudian antara 2-3 hari, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan
komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan
makanan bagi larva, kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari.
Larva ikan komet bersifat menempel dan bergerak vertikal, ukuran larva antara
0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia
akhir) dalam waktu 4-5 hari, pada stadia kebul ini ikan komet memerlukan pasokan
makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal
dari zooplankton seperti rotifera, moina dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul
dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya, setelah 2-3 minggu kebul tumbuh menjadi
burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Kemudian antara 2-3 minggu
seterusnya burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang

3
berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram, putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah
tiga bulan kemudian berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100
gram (Lingga, 2003).

2.4 Hormon Ovaprime


Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20 g
analog salmon gonadotropin releasing hormone (s GnRH) LHRH dan 10 g domperidone
sejenis anti dopamine, per milliliter (Nandeesha et al, 1990 diacu dalam Mukhlas 2009).
Gonadotropin adalah hormon berbahan baku protein yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisa. Hormon ini memanipulasi gonad sehingga bisa matang dan berovulasi. Hormon
gonadotropin bisa berbentuk ekstrak kelenjar hipofisa ikan dan gonadotropin mamalia
(seperti HCG = human chorionic gonadotropin, LH = luteinizing hormone, FSH = follicle
stimulating hormone dan PMSG = pregnan mare serum gonadotropin). LHRH (luteinizing
hormone releasing hormone) adalah hormon dari golongan protein yang dihasilkan oleh
hipotalamus. Hormon ini molekulnya sangat kecil dibandingkan dengan hormon golongan
lainnya, yakni terdiri dari 10 asam amino (dekapeptida). Ovaprime digunakan sebagai agen
perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan s GnRH akan menstimulus pituitary
untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus
dalam mensekresikan dopamin yang memerintahkan pituitary menghentikan sekresi GtH I
dan GtH II.

4
BAB III
METODELOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2019, berlokasi di


Laboratorium Basah Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:


Tabel 3.2 Alat dan Bahan
No Alat dan bahan Jumlah
1 Ikan Komet Sepasang
2 Ovaprim Secukupnya
3 Ember 1
4 Nampan 1
5 Suntik 1
6 Handuk 1
7 Aquarium 1
8 Aerasi 1
9 Timbangan 1
10 Milimeter Blok 1
11 Tissue Secukupnya
12 Thermometer 1
13 PH Meter 1

3.3. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum ini adalah :


1. Dipilih induk ikan komet yang matang gonad.
2. Dilakukan aklimatisasi.

5
3. Dilakukan penyuktikan induk dengan ovaprim dan NaCl 1:1.
4. Dimasukkan ke dalam aquarium hingga pemijahan berlangsung.
5. Setelah terjadi pembuahan diamati telur ikan komet.
6. Diambil telur ikan komet sebanyak 100 butir sebagai sampel.
7. Diamati dibawah mikroskop.
8. Diamati dan dicatat setiap tahapan oogenesis.
9. Difoto sebagai data dokumentasi.

3.4 Analisa Data

3.4.1 Pertambahan Bobot Induk


W = Wt – W0
Keterangan: W = Pertambahan bobot induk
Wt = Berat induk akhir
W0 = Berat induk awal
3.4.2 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
𝐵𝐺
IKG = 𝐵𝑇 x 100 %

Keterangan: IKG = Pertambahan bobot induk


BG = Berat Gonad
BT= Berat T ubuh
3.4.3 Fertilizitation Rate (FR)
Jumlah telur yang di buahi
FR = X 100%
jumlah total telur

3.4.4 Heatching Rate (HR)


Jumlah telur yang menetas
HR = X 100%
jumlah telur yang di buahi

3.4.5 Fekunditas Relatif (F)


F = n (Wt / Ws) / BW atau F = n (Wt / Ws)
Keterangan: F = Fekunditas Relatif
Wt = Berat gonad total ditimbang (gr)
WS = Berat telur sampel yang ditimbang (gr)
BW = Bobot tubuh ikan tanpa gonad (gr)

6
3.4.6 Survival Rate (SR)
Jumlah benih hidup
SR = X 100%
jumlah penebaran awal

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Minggu Pertama Pada Ikan Komet


No Ikan Panjang ikan
1. 1 9 ml
2. 2 1.2 cm
3. 3 1 cm
4. 4 9 ml
5. 5 9 ml

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Kedua Pertama Pada Ikan Komet


No Ikan Panjang ikan
1. 1 2.4 cm
2. 2 1,2 cm
3. 3 2 cm
4. 4 1,7 cm
5. 5 2 cm
6. 6 2 cm
7. 7 1.2 cm
8. 8 1.5 cm
9. 9 1.7 cm
10. 10 1.8 cm

Tabel 4.1.3 Hasil Pengamatan Kedua Pertama Pada Ikan Komet


No Ikan Panjang ikan
1. 1 2.5 cm
2. 2 2 cm
3. 3 1.8 cm

8
4. 4 1.8 cm
5. 5 1.4 cm
6. 6 2.5 cm
7. 7 2 cm
8. 8 2.5 cm
9. 9 1.8 cm
10. 10 1.5 cm

Tabel 4.1.4 Hasil Pengamatan Tingkah Laku Saat Memijah

No Waktu Tingkah laku ikan


1. 20.00 -Induk Betina mulai mendekati Jantan.
-Bergerak aktif mengitari daerah disekitar paranet
dan antar kedua ikan saling kejar--kejaran.
-Ikan sedikit naik kepermukaan, bergerak sangat aktif
dan saling kejar-kejaran.
2. 22.00 -Jantan semakin aktif mengejar betina dan saling
mendekati paranet/substrak.
-Ikan bergerak dan mengelilingi sekitaran paranet.
3. 00.00 -Masing-masing pasangan ikan sangat aktif kejar-
kejaran, sesekali terjadi jeda beberapa menit
kemudian kejadian serupa berulang lagi
4. 02.00 -ikan berenang kesudut aquarium dan ikan jantan
semakin mendekati ikan betina dan tidak mau
menjauh..ikan berenang kesudut aquarium dan ikan
jantan semakin mendekati ikan betina dan tidak mau
menjauh.
5. 04.00 kedua ikan mulai menghisap²/menghembus² hapa yg
ada didasar aquarium dan ikan jantan semakin agresif

9
mendekati ikan betina
kedua ikan mulai menghisap-hisap atau
menghembus-hembus hapa yg ada didasar aquarium
dan ikan jantan semakin agresif mendekati ikan
betina.
6. 06.00 ikan jantan masih sangat agresif mendekati ikan
betina, pola berenang naik keatas dan turun kebawah.

Tabel 4.1.5 Hasil Pengamatan Embriogenesis


No Waktu Keterangan
1. 08.00 – 08.45 WIB Embrio belum berkembang
2. 09.45 – 14.26 WIB Blastodisk sudah sempurna
3. 15.10 – 19.12 WIB Masuk ke fase Morula
4. 19.40 – 20.00 WIB Masuk ke fase Blastula
5. 20.30 – 21.28 WIB Masuk ke fase Gastrula
6. 22.00 – 23.45 WIB Perisai embrio
7. 00.00 – 15.45 WIB Mulai ke tahap Organogenesis
8. 16.00 WIB Telur sudah menetas dan berubah menjadi larva

Tabel 4.1.6 Hasil Pengamatan Kualitas Air Minggu pertama


No Parameter Kualitas Air Keterangan
1. Suhu 28o C
2. Ph 7 (Netral)

Tabel 4.1.7 Hasil Pengamatan Kualitas Air Minggu Kedua


No Parameter Kualitas Air Keterangan
1. Suhu 28o C

10
2. Ph 9 (Basa)

4.2 Pembahasan
Pembenihan ikan adalah ilmu yang mempelajari mengenai kegiatan
mengembangbiakan atau memperbanyak ikan secara alami, semi buatan dan buatan. Selain
memproduksi benih ikan untuk kegiatan pembesaran ikan, kegiatan pembenihan ikan juga
akan menghindari kepunahan komoditas ikan tertentu (Priyadi et al., 2009). Pembenihan
ikan diawali dari pengelolaan induk ikan yang benar, Cara Pembenihan Ikan yang Baik
(CPIB) dan proses pemijahan induk, penetasan telur dan perawatan larva serta pendederan
benih sesuai dengan kebutuhan produksi sehingga dapat diperoleh hasil budidaya yang
optimal. Ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias yang cukup diminati sehingga
harus dipelajari cara pemijahannya agar dapat menghasilkan benih yang mencukupi
permintaan. Ikan komet pada saat pemijahan sebaiknya menggunakan rasio 1:2 yaitu 1
jantan dengan 2 betina, kemudian pada saat setelah pemijahan induk harus dipisahkan
dengan telurnya agar induk tidak memakan telur- telur tersebut.
Praktikum kali ini menggunakan teknik pemijahan semi buatan, yang mana teknik
melakukannya dengan cara penyuntikan di bagian punggung (intra muscular), selain
dipunggung (intra muscular) teknik penyuntikan juga terdapat pada kepala (intra cranial),
perut (intra peritoneal) dan ekor (intra ventralis). Setelah dilakukannya penyuntikan
dengan menggunakan hormon ovaprim, hormon ovaprim hanya untuk proses ovulasi telur
yang memiliki kandungan Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH). Praktikum ini
dilakukan dengan cara ikan jantan di beri dosis hormon ovaprim 0,3ml/kg bobot ikan dan
juga untuk betina diberi dosis 0,5ml/kg ,hasil ini didapat dengan cara dosis dikali dengan
bobot induk. Namun pada saat praktikum dilakukan pengenceran dengan larutan aquades
terlebih dahulu, hal tersebut dikarenakan larutan hormon ovaprim begitu kental dan
berfungsi juga supaya larutan lebih steril dan hasil yang didapat juga lebih memuaskan
nantinya. Setelah dilakukan penyuntikan dibagian punggung pada masing-masing ikan
tersebut, selanjutnya ikan diletakkan kembali ke dalam wadah pemijahan yang telah
diletakkan kakaban/ijuk yang berfungsi sebagai tempat melekatnya telur nantinya.

11
Pengamatan setelah penyuntikan barulah diamati tingkah laku ikan tersebut yang
dilakukan selama semalaman dengan waktu sejam sekali sampai ikan mengeluarkan telur.
Pada pengamatan yang tertera di hasil pengamatan tertera bahwasannya ikan mulai
melakukan proses pemijahan setelah dilakukannya penyuntikan hormon yaitu pada pukul
18.15 wib setelah itu barulah diperhatikan tingkah lakunya, pada pukul 19.15 wib ikan
masi beradaptasi dan belum ada pergerakan. Pada pukul 20.15 wib semakin mulai dekat
dan berada disekitar substrat dan aerasi disini terlihat jelas bahwanya ikan sudah mulai
beradaptasi. Kemudian pada pukul 21.15 wib ikan bergerak aktif dan semakin berdekatan,
respon ikan sangat baik setelah dilakukannya penyuntikan. Lalu pada pukul 22.15 wib ikan
jantan sudah sangat agresif dan tetap berkejar-kejaran, tingkah laku yang terjadi masih
sama ia tetap saling kejar-kejaran. Kemudian pada pukul 23.15 wib ikan saling berdekatan
dan berdempetan namun tidak lagi saling kejar-kejaran karena ikan jantan cenderung
mendekati substrat, pada pukul ini tingkah laku ikan sudah berbeda ia tidak lagi kejar-
kejaran hal ini dapat dipastikan ikan akan mulai melakukan proses pemijahan. Lalu pada
pukul 00.15 wib ikan kembali melakukan aktifitasnya dengan saling berdekatan dengan
pasangannya, kemudian pada pukul 01.15 wib tingkah laku ikan masi sama yaitu masing-
masing saling berdekatan bahkan dapat dipastikan ikan semakin sangat dekat.
Pukul 02.15 wib ikan tidak ingin berpisah ia tetap mendekati pasangannya hal ini
sangat berdampak positif bahwasanya ikan tidak ingin jauh dari pasangannya hal ini
bertujuan ikan memijah akan semakin cepat. Kemudian pada pukul 03.15 wib ternyata ikan
sudah mengeluarkan telur, hal ini terlihat jelas bahwasanya penyuntikan yang dilakukan
sore tadi berhasil dengan hasil ikan mengeluarkan telur. Telur yang dikeluarkan berbentuk
bulat putih seperti kristal, telur ikan menempel pada hapa atau jaring tempat menempelnya
telur. Total telur yang dikeluarkan sangat banyak, hal ini dapat dipastikan bahwasanya
proses penyuntikan berhasil dilakukan dengan dikeluarkannya telur pada ikan komet
(Carrasius auratus) tersebut. Kemudian setelah diperhatikannya tingkah laku ikan saat
memijah selanjutnya ikan dibiarkan selama 12 jam induk untuk dipindahkan ke akuarium
lain demi menghindari telur yang dimakan oleh induk. Setelah itu mulai diamati telur hasil
pemijahan ikan komet, ada beberapa telur ikan yang tidak terbuahi (kosong). Namun, ikan

12
komet jantan sangat matang disini terlihat bahwasanya sperma yang dikeluarkan oleh ikan
tersebut sangat banyak sehingga dapat dibuahinya telur ke induk betina komet lainnya.
Suhu yang diukur pada kualitas air ikan komet ini berkisar 28o C, suhu ini sangat
baik karena suhu optimalnya kualitas air pada proses pemijahan ikan komet ini berkisar
24-29o C. Kemudian untuk nilai dari fekunditas telur berkisar 347.422 butir, lalu untuk
nilai dari haetching rate berkisar 17,64% karena telur yang menetas ada 15 butir dan yang
terbuahi juga ada 85 telur. Indeks kematangan gonad pada ikan betina -60% lalu nilai
fertilization rate 96,96% hasil ini didapat dari jumlah telur yang dibuahi dan jumlah telur
total. Pengamatan telur dari ikan komet ini dimulai dari 3 jam sesudah terbuahi dan terlihat
belum terjadi perkembangan. Namun setelah 8 jam dari awal pengamatan baru terlihat
embrio dari ikan komet ini, pengamatan terakhir dilakukan esok harinya dengan
tampaknya calon-calon larva yang sudah mulai menetas dan bergerak. Setelah calon-calon
larva tersebut diamati kemudian barulah dihitung total benih yang hidup selama masa
perawatan benih tersebut sehingga didapati total benih yang hidup sebanyak 15%.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu:
1. Ikan jantan di beri dosis hormon ovaprim 0,3ml/kg bobot ikan dan untuk betina
diberi dosis 0,5ml/kg bobot ikan
2. Penyuntikan hormon dilakukan dengan tingkat kemiringan 450 agar tidak melukai
ikan.
3. Nilai dari fekunditas telur berkisar 347.000 telur, lalu untuk nilai dari haetching rate
berkisar 17,64% karena telur yang menetas ada 15 butir dan yang terbuahi juga ada
85 telur. Indeks kematangan gonad pada ikan betina -14,28% lalu nilai fertilization
rate 85% hasil ini didapat dari jumlah telur yang dibuahi dan jumlah telur total.
4. Survival rate pada ikan komet (Carrasius auratus) ini berjumlah 15 %.
5. Larva yang baru menetas masih berwarna kuning keemasan keseluruhannya dan saat
berumur waktu tertentu akan berubah warnanya masing-masing.

5.2 Saran
Semoga praktikum ini dapat menambah wawasan akan cara pemijahan yang baik
dan benar dan semoga nilai yang diberikan oleh asisten adalah nilai yang terbaik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Goenarso. 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Huet, M. 1971. Texts Boox Of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing
News LTD, England.

Lingga, P., Heru. S. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. JakartaNandeesha
M.C., Rao, K.G., Jayanna, R.N., Parker, N. C., Varghese, T. J. 1990. Induce
Spawning in Indian Major Carps Through Single Application of Ovaprime-C
Proc. Of The Second Asian Fisheries Scienc, Wuxi, China. 12p.

Priyadi., K. Yulia., Darwa. 2009. Nama-Nama Daerah Ikan Laut di Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi- LIPI. Jakarta: 188 hal.

Ruswantoro., Schwarz., Baker. 2011. Teknik Pemijahan Ikan Kakap. London Press.
London

15
LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisa Data


1. Pertambahan Bobot Induk
W Betina = Wt – W0 W Jantan = Wt – Wo
= 35 - 56 = 33-65
= -21 gr = -32 gr
2. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
𝐵𝐺 𝐵𝐺
IKG B = 𝐵𝑇 x 100 % IKG J = 𝐵𝑇 x 100 %
21 𝑔𝑟 32 𝑔𝑟
= 35 𝑔𝑟 x 100% = 33 𝑔𝑟x 100 %

= 60 % = 96, 96 %
3. Fertilizitation Rate (FR)
Jumlah telur yang di buahi
FR = X 100%
jumlah total telur
85
= 100 x 100 %

= 85 %
4. Heatching Rate (HR)
Jumlah telur yang menetas
HR = X 100%
jumlah telur yang di buahi
15
= 85
x 100 %

= 17, 64 %
5. Fekunditas Relatif (FR)
FR = n (Wt / Ws) / BW atau F = n (Wt / Ws)
F = n ( Wt / BW)
= 100 ( 8gr / 0,00018 gr ) / 56
= 347.222,22 butir/g
6. Survival Rate (SR)
Jumlah benih hidup
SR = X 100%
jumlah tpenebaran awal
15
= x 100 %
100

= 15 %

16
Gambar 1 : waktu pemijahan

Gambar 2 : penyuntikan dengan ovaprim

17

Anda mungkin juga menyukai