Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .


Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada
kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda
dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar
uterus Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari
22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22
minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22
minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap
perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta Perdarahan anterpartum yang bersumber dari
kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk
menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang
belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau
setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-
sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan
karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan
yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak
pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan
anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum
diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari
aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut ;
1. Menjelaskan konsep dasar dari plasenta previa
2. Membuat asuhan keperawatan pada plasenta previa
3. Menjelaskan konsep post sc
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien post op
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Plasenta Previa


1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir . Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas
uterus.
Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks
uteri jauh dari ostium internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium
internus tersebut.

2. Klasifikasi Plasenta Previa


Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
a. Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis)
tertutup oleh jaringan plasenta
b. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus
servisis) tertutup oleh jaringan plasenta
c. Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (ostium internus servisis)
d. Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta
berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.

3. Etiologi Plasenta Previa


Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi
pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,
tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).

4. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :
a. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
b. Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
c. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi
Braxton Hicks atau koitus
d. Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti
sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
pintu atas panggul., ada kelainan letak janin, Pemeriksaan inspekulo :
Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.

5. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai
dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai
tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

6. Insiden plasenta previa


a. Menurut Brenner dkk (1978) menemukan dalam paruh terakhir kehamilan,
insiden plasenta previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 %
diantaranya merupakan plasenta previa totalis. (Williams,847).
b. Di RS. DR Cipto Mangunkusumo antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus
plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1
diantara 125 persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan, 367)
c. Kejadian plasenta previa adalah 0,4-o,6 % dari keseluruhan persalinan. (Acuan
Nasional, 16.

7. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
a. Pada ibu dapat terjadi :
1) Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
2) Anemia karena perdarahan
3) Plasentitis
4) Endometritis pasca persalinan
b. Pada janin dapat terjadi :
1) Persalinan premature
2) Asfiksia berat

8. Penatalaksanaan umum plasenta previa.


a. Harus dilakukan di rumah sakit dengan pasilitas operasi
b. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke
kiri,tidak melakukan senggama ,menghindari tekanan rongga perut (missal
batuk,mengedan karena sulit BAB )
c. Infus Cairan
d. Oksigen (Kalau ada)
e. Seksio Sesaria
f. Konservatif
g. Rawat
h. kartikosteroid untuk pematangan paru-paru janin
i. Bila perdarahan ulang,banyak di lakukan PDMO
B. Konsep Dasar Post Sc
1. Pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat
insisipada abdomen dan uterus (Oxorn, 1996 : 634) Sectio Caesaria adalah suatu
cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria
adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim (Mochtar, 1998
: 177). Pre Eklampsi adalah suatu penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan
itu sendiri, pre eklampsia yang teiah lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan
gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria (Tabel, 1994 : 236).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan
persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai keadaan
sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Berdasarkan
pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa post sectio caesaria
dengan indikasi pre eklampsia adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah
kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan uterus disebabkan kehamilan
itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria.

2. Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo
pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli,
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,
hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634). Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang
belum diketahui, faktor predisposisinya (Taber, 1994) :
a. Nulipara umur belasan tahun.
b. Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk terutama,
dengandiit kurang protein.
c. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarganya.
d. Mempunyal penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya.

3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis eklampsia dan pre eklampsia menurut Hacker (2001) adalah :
a. Pre eklampsia ringan Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg
atau sistolik lebih dan atau sama dengan pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih
dan atau sama dengan peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5
gram/24jam (+ 1 sampai +2), oedema tangan atau muka.
b. Pre eklampsia berat Tekanan darah lebih dan 160/110 mmHg, Proteinuria
lebih dan 5 gram/24 jam (+ 3 sampai + 4), oedema tangan dan atau muka.
c. Eklampsia Salah satu gejala di atas disertai kejang.

4. Tipe-tipe Sectio caesaria


Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :
a. Tipe-tipe segmen bawah : insisi melintang Insisi melintang segmen bawah
uterus merupakan prosedur pilihan abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan
vesika uterina peristoneum yang terlalu dekat sambungan segmen atas dan
bawah uterus di sayat melintang dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik
atas tidak menutupi lapangan pandangan.
b. Tipe-tipe segmen bawah : insisi membujur Cara membuka abdomen dan
menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur
dibuat dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi.
c. Sectio caesaria klasik Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal
ke dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan
gunting berujung tumpul.
d. Sectio caesaria ekstranperitoneal Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk
menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi
luas.

5. Komplikasi
Komplikasi sectio caesaria adalah
a. Infeksi puerpeural (nifas)
1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit
kembung.
3) Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus
terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang teah pecah terlalu lama, penanganannya adalah pemberian
cairan, elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena
1) Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.
2) Antonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pre eklampsia
1) Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal,
2) Tes fungsi hati: bilirubin, SGOT
3) Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan
pre eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gram protein
atau lebih pre eklampsia dinyatakan berat.
b. Sectio caesaria
1) Hemoglobin
2) Hematokrit
3) Leukosit
4) Golongan darah

7. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Post Partum


Adaptasi fisiologis (Hamilton, 1995: 64-68).
1) Tanda-tanda vital
Suhu 24 jam pertama meningkat < 38°C akibat adanya dehidrasi dan
perubahan hormonal, relaksasi otot, normal kembali dalam 24 jam pertama,
bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pada pasien menunjukan adanya
sepsis peurpeural infeksi traktus urinarus, endometriasis, mastitis
pcmbengkakan payudara pada hari kedua ketiga dapat menyebabkan
peningkatan suhu pasien.
2) Sistem kardiovaskuler
Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takhikardi bisa terjadi
merefleksikan atau menunjukan adanya kesulitan dalam proses persalinan alan
persalinan lama, pendarahan yang berlebih (hemorogie post partum)
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolik 30
mmHg atau penambahan diastolik 15 mmHg khususnya bila disertai adanya
sakit kepala atau gangguan penglihatan menunjukan pre ekslampsia.
4) Laktasi
Produk ASI mulai hari ke 4 post partum, pembesaran payudara, putting
susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola mamae berwama
hitam dan kembali normal setelah minggu pertama.
5) Sistem gastrointestinal
Pengendalian fungsi defekasi lambat dalam minggu pertama, peristatik
usus terjadi penurunan segera setelah bayi lahir.
6) Sistemmuskuloskeletal Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema
ekstremitas bawah akan berkurang dalam minggu pertama.
7) Sistem perkemihan
Kandung kemih oedema dan sensitifitas menurun sehingga
menimbulkan overdistension.
8) Sistem reproduksi

Terjadi proses involsio uteri dimana terjadi perubahan penebalan


alat genetalia interna dan eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosasro, 2000 : 237) Macam-
macamlochea dan darah nifas adalah :

a. Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari kedua
pasca persalinan
b. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari ketiga
sampai hari ketujuh pasca persalinan.
c. Lochea serosa : berwarna merah kekuningan pada hari ketujuh sampai
hari keempat belas pasca persalinan.
d. Lochea alba : berwarna putih setelah dua minggu pasca persalinan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress
multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
3. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi
insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
5. Keamanan
a. Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
b. Adanya defisiensi imun
c. Munculnya kanker/adanya terapi kanker
d. Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi
e. Riwayat penyakit hepatic
f. Riwayat tranfusi darah
g. Tanda munculnya proses infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
2. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
5. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
6. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

BAB IV
LAPORAN KASUS IBU NIFAS
POST SC a/i PLASENTA PREVIA

A. Identitas Klien
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. R
Umur : 30 thn Umur : 35 thn
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : seberang padang Alamat : Seberang Padang
No MR : 00056789
Tgl Masuk : 21-11-2019

B. Data umum kesehatan


1. Alasan Masuk
Pasien baru masuk rumah sakit melalui igd dengan keluhan perdarahan yang
hebat dari jalan lahir
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah, nyeribertambah saat bayi dalam
kandungan aktif bergerak, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasinya, nyeri seperti di tusuk-
tusuk, skala nyerinya 6, nyeri sering datang tiba-tiba. Pasien mengatakan susah
menggerakan badan nya karena nyeri, pasien juga merasakan pusing.
4. Riwayat kehamilan
a. Primigrafida G2p2A0H2
i. HPHT : Tanggal 14 Maret 2019
ii. Usia kehamilan : 35-36 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan
TM1: Tidak ada keluhan
TM2: Pasien mengatakan nyeri perut, mual muntah, pusing, lemas, dan terjadi
perdarahan pada jalan lahir
TM3: Terjadi perdarahan , merasa demam hingga menggigil
c. Riwayat imunisasi
Imunisasi TT tidak lengkap
5. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan tidak memiliki riayat penyakit keturunan seperti HT,
DM, Penyakit Jantung maupun alergi
b. Riwayat reproduksi
i. Menstruasi: Menarche 12th, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-4 hari,
tidak dismenore, darah khas menstruasi, tidak ada keputihan.
ii. Menikah : pasien sudah menikah 1x, usia pernikahan sudah 7 tahun,
menikah di umur 23th.
iii. Kehamilan yang dulu : Pasien mengatakan ini adalah anak yang ke2, dan
belum pernah mengalami keguguran.
iv. Kb : Pasien mengatakan pernah menggunakan program keluarga berencana
dengan KB suntik.

6. Status obstetri
a. Nifas hari ke : 2
b. Riwayat persalinan yang lalu : Jenis kelamin anak laki-laki, BB lahir 3,2kg,
keadaan anak sehat
c. Komplikasi nifas yang lalu : Tidak ada

7. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
(1) Kesadaran : CM
(2) TTV : TD: 120/80mmHg
HR: 87x/i
RR: 24x/i
T: 38.5ºC
b. Keadaan umum
(1) Rambut : Hitam, Bersih, Tidak rontok
(2) Mata : Sklera tidak ikterik, Konjungtiva tidak anemis, Palpebra tidak
udema
(3) Wajah : Ada cloasma Gravidarum
(4) Hidung : Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran polip
(5) Mulut : Bersih, Tidak caries, Gigi lengkap, Tidak ada pembesaran tongsil
(6) Bibir : Pucat, Tampak kering
(7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, ada
hiperpigmentasi
c. Pemeriksaan dada
(1) Payudara : Simetris ki.ka, Tampak hiperpigmentasi areola, adanya
bendungan asi,puting menonjol, tidak ada masa, sudah ada pengeluaran asi
d. Abdomen
Adanya linea alba, adanya strie livide, adanya kontraksi uterus, adanya
bekas op.
e. Perineum
(1) Kebersihan : Masih tampak ada darah
(2) Lokea : Rubra
(3) Tanda REEDA : Ada tanda-tanda infeksi pada luka bekas op, luka tampak
memerah.
f. Ekstremitas
(1) Parises : Tidak ada
(2) Edema : Ada, di Tibia ki.ka
(3) Replek patela : Ada

8. Aktifitas dan istirahat


a. Sehat : ± 8 jam
b. Sakit : ± 5 jam

9. Integritas Ego atau Psikososial


Klien mengatakan merasa sedih harus di pisah dengan anaknya, karena
anaknya di rawat di ruang NICU dengan BBLR

10. Eliminasi
a. Bab
(1) Sehat : ± 2x/ Hari
(2) Sakit : ± 1x/ Hari
b. Bak
(1) Sehat : ± 7x/Hari
(2) Sakit : Terpasang Kateter (1500/Hari)

11. Nyeri/Ketidaknyamanan
Pasien mengatakan nyeri di abdomen karena bekas sc, dan bikin tidak
nyaman.

12. Pemeriksaan lab


Hb : 9,6
Leukosit : 12.78
Hematokrit : 4.0
Trombosit : 300

Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : pasien mengatakan Agen cedera fisik Nyeri Akut
nyeri pada luka operasi,
nyeri seperti di tusuk-
tusuk, nyeri saat banyak
bergerak
DO : skala nyeri 6, pasien
tampak melindungi area
yg nyeri

DS : pasien mengatakan Luka post op Resiko infeksi


luka operasinya terasa
panas, badannya panas
DO : leukosit 12, temp
38,5, pasien tampak lemah

DS : pasien mengatakan Nyeri bekas op Hambatan mobilitas fisik


susah menggerakkan
badanya krna merasakan
nyeri, pusing,
DO : pasien tampak
lemah, pasien tampak
jarang bergerak.

INTERVENSI
Dx keperawatan NOC NIC
Nyeri b/d agen cedera Nyeri berkurang Manajemen nyeri
fisik KH : a. Tentukan
 Mengenali rasa nyeri karakteristik dan
 Menggambarkan lokasi nyeri
faktor penyebab b. Beri informasi
nyeri mengenai
 Menyatakan rasa penyebab nyeri
nyeri berkurang c. Pantau ttv
d. Ajarkan teknik
relaksasi
e. Kolaborasi
pemberian
analgetik
Resiko infeksi b/d  Tidak ada tanda- a. Kaji peningkatan
luka post op tanda infeksi suhu, nadi,
 Luka mengering respirasi sebagai
dengan sempurna tanda infeksi
b. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan
c. Observasi insisi
terhadap tanda
infeksi :
kemerahan, nyeri
tekan
d. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
Hambatan mobilitas  Klien dapat a. Kaji respon klien
fisik b/d nyeri bekas mengidentifikasikan terhadap aktifitas
op faktor-faktor yang b. Kaji pegaruh
menurunkan aktifitas terhadap
intoleransi aktifitas kondisi luka dan
 Klien dapat tubuh
beristirahat dengan c. Anjurkan klien
nyaman untuk beristirahat
d. Bantu dalam
pemenuhan
aktifitas sehari-
hari
e. Tingkatkan
aktifitas secara
bertahap

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Diagnosa implementasi Evaluasi
Nyeri b/d agen cedera a. menentukan S : klien mengatakan
fisik karakteristik dan nyeri masih terasa tapi
lokasi nyeri sudah berkurang
b. memberi informasi O : skala nyeri 4
mengenai penyebab A : nyeri akut
nyeri P : masalah belum
c. memantau ttv teratasi, intervensi
d. mengajarkan teknik dilanjutkan
relaksasi
e. mengkolaborasi
pemberian analgetik
Resiko infeksi b/d luka a. mengkaji S : klien mengatakan
post op peningkatan suhu, badan masih terasa
nadi, respirasi panas
sebagai tanda infeksi O : suhu 37,5ºC,
b. mencuci tangan leukosit 12 mm³
sebelum dan sesudah A : resiko infeksi
melakukan tindakan P : masalah belum
c. mengobservasi insisi teratasi, intervensi
terhadap tanda dilanjutkan
infeksi : kemerahan,
nyeri tekan
d. mengkolaborasi
pemberian antibiotik
Hambatan mobilitas a. mengkaji respon S : klien mengatakan
fisik b/d nyeri bekas op klien terhadap masih nyeri jika
aktifitas bergerak
b. mengkaji pegaruh O : pasien tampak
aktifitas terhadap lemah, dan aktifitas
kondisi luka dan masih dibantu
tubuh A : hambatan mobilitas
c. menganjurkan klien fisik
untuk beristirahat P : maslaah belum
d. membantu dalam teratasi, intervensi
pemenuhan aktifitas dilanjutkan
sehari-hari
e. meningkatkan
aktifitas secara
bertahap

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal ( Dystasia ). Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi
uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, His lemah / melemah dan pada
anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan Hydrocephalus.
Jenis- jenis sectio caesarea
1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
b. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.
2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal )
b. Sayatan melintang ( transversal )
c. Sayatan huruf T ( T incision )
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-
halyang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal ( Dystasia )
3. Fetal distress
a. His lemah / melemah
b. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
c. Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
d. Plasenta previa
e. Kalainan letak
f. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
g. Rupture uteri mengancam
h. Hydrocephalus
i. Primi muda atau tua
j. Partus dengan komplikasi
k. Panggul sempit
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas
fisik, dan resiko infeksi.

Anda mungkin juga menyukai