Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN MENGIDENTIFIKASI PASIEN RISIKO TINGGI

DAN PELAYANAN RISIKO TINGGI


DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH

RSGM BAITURRAHMAH
Jl. Raya By Pass KM.14 Sei Sapih, Padang - Sumatera Barat Telp +62 811 126 9191

email : rsgm@unbrah.ac.id web : https://rsgm.unbrah.ac.id/

2019
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH
Nomor :

tentang
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN RISIKO TINGGI DAN PELAYANAN RISIKO
TINGGI

DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


BAITURRAHMAH

Menimbang : Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan


pasien di RSGM Baiturrahmah, maka diperlukan kebijakan
identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417/Menkes/PER/II/2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34/Menkes/PER/II/2017
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1173/Menkes/Per/X/2004 tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2004 tentang Rekam Medis
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
19/Menkes/Per/IV/2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11/Menkes/Per/II/2017 tentang Keselamatan Pasien
13. Kemenkes RI, KARS, SNARS edisi Tahun2018
MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Penetapan Kebijakan Identifikasi Pasien dan Pelayanan


Resiko Tinggi di RSGM Baiturrahmah sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini;

2. Latar belakang Kebijakan Identifikasi Pasien Pelayanan


Resiko Tinggi di RSGM Baiturrahmah dapat menjadi acuan
bagi seluruh petugas dalam memberikan Pelayanan Pasien
Resiko Tinggi;

3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila


di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Padang
Pada Tanggal

Direktur RSGM Baiturrahmah

Dr. Drg. Widyawati, Sp.KG


NIDN 1008037202
d
r
g
.

H
.

B
e
n
Lampiran : Keputusan Direktur RSGM Baiturrahmah
Nomor :
Tanggal :
PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RESIKO TINGGI DAN PELAYANAN
RISIKO TINGGI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum ( tergantung panduan tidak sejarah selalu)


a. Yayasan Pendidikan Baiturrahmah merupakan yang bergerak dibidang Pendidikan. RSGM
Baiturrahmah adalah Rumah Sakit gigi dan mulut pendidikan tempat dimana para dokter gigi
muda dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Baiturrahmah Padang menempuh
pendidikan profesi dokter gigi. RSGM Baiturrahmah merupakan rumah sakit khusus gigi

dan mulut yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Baiturrahmah Padang,


memiliki bangunan gedung baru berlokasi di Jl. Raya ByPass KM.14 Sei Sapih, Kota
Padang, Sumatera barat, terdiri atas 3 lantai dengan fasilitas perawatan gigi dan mulut
lengkap dan memadai ditunjang dengan tenaga medis dan spesialis yang kompeten
dibidangnya.
b. Keselamatan pasien di RSGM Baiturrahmah berdasarkan KKP-RS adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
c. RSGM Baiturrahmah melaksanakan asuhan kepada pasien untuk berbagai kebutuhannya
atau kebutuhan pada keadaan kritis. Beberapa pasien digolongkan masuk dalam kategori
risiko tinggi karena umurnya, kondisinya, dan kebutuhan pada keadaan kritis. Anak-anak
dan lansia biasanya dimasukkan ke dalam golongan ini karena meraka biasanya tidak dapat
menyampaikan keinginannya, tidak mengerti proses asuhan yang diberikan, dan tidak dapat
ikut serta dalam mengambil keputusan terkait dirinya. Sama juga halnya dengan pasien
darurat yang ketakutan, koma, dan bingung tidak mampu memahami proses asuhannya
apabila pasien harus diberikan asuhan cepat dan efisien.

2. Pengertian
a. Pasien risiko tinggi adalah pasien yang golongkan dalam katerogi risiko tinggi
karena umurnya, kondisinya dan kebutuhan keadaan kritis terutama anak-anak dan
lansia.
b. Pelayanan risiko adalah yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk
pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, risiko bahaya pengobatan, potensi
yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat berisiko tinggi.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

3. Ruang lingkup dan Tata Urut. Panduan Identifikasi pasien risiko tinggi dan pelayanan
risiko tinggi meliputi pembahasan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan pasien risiko tinggi,
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Ruang Lingkup. Ruang lingkup identifikasi pasien risiko tinggi
disesuaikan dengan populasi dan pelayanan risiko tinggi yang berguna untuk
menurunkan risiko tinggi. Dalam hal ini prosedur untuk mengindentifikasi :
bagaimana rencana akan berjalan termasuk identifikasi perbedaan populasi anak
dengan dewasa, dokumentasi yang dibutuhkan agar tim asuhan dapat bekerja dan
berkomunikasi efektif, keperluan informed consent, keperluan monitor pasien,
kualifikasi khusus staf yang terlibat dalam proses asuhan dan teknologi medis
khusus tersedia dan dapat digunakan. Pasien risiko tinggi gigi dan mulut meliputi
fraktur dento alveolar, dislokasi TMJ, perdarahan post ekstraksi, phlegmon dan
syok anafilaktik
c. Bab III Kebijakan
d. Bab IV Tata Laksana
e. Bab V Dokumen

BAB III
KEBIJAKAN

4. Kebijakan Umum
RSGM Baiturrahmah perlu menetapkan bahwa asuhan pelayanan kepada pasien yang
berisiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis

5. Kebijakan Khusus
a. RSGM Baiturrahmah melaksanakan proses mengidentifikasikan pasien risiko tinggi
dan pelayanan risiko tinggi sesuai dengan populasi pasiennya serta menetapkan risiko
tambahan yang mungkin berpengaruh pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko
tinggi.
b. RSGM Baiturrahmah melatih staf untuk pemberian pelayanan pada pasien risiko
tinggi dan pelayanan risiko tinggi
c. RSGM Baiturrahmah melaksanakan pemberian pelayanan pada pasien risiko tinggi
dan pelayanan risiko tinggi ditulis di rekam medis
d. RSGM Baiturrahmah mengembangkan pelayanan risiko tinggi dimasukan dalam
program peningkatan mutu

6
BAB IV
TATA LAKSANA

6. Identifikasi Pasien Risiko Tinggi


A. Pasien dengan penyakit umum
1) Penaganan Kasus Emergensi

Pasien yang tiba- tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak dilakukan
pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua,
yaitu pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat
darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survey primer untuk
mengidentifikasi masalah- masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya
dilakukan survey sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi:

a. Airway : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
control servikal.
b. Breathing : mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasia dekuat.
c. Circulation : mengecek system sirkulasi disertai control perdarahan
d. Disability : mengecek status neurologis
e. Exposure environment control : buka baju penderita tapi cegah hipotermi.

Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam


nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas.
Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat
(kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena
kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat
dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh
dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera.
Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak
permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian
primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.

2) Penanganan Resiko Jantung Paru pada Pasien dengan Tindakan


Kedokteran Gigi

Resusitasi jantung paru merupakan salah satu tindakan/ usaha untuk


mengembalikan fungsi jantung paru, tanpa tindakan ini, maka henti sirkulasi

7
menyebabkan gangguan disfungsi serebral yang akhirnya dapat menyebabkan kematian
sel otak yang irreversible. Tujuan Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah untuk
mengadakan kembali pembagian substrat sementara, sehingga memberikan waktu untuk
pemuliahn fungsi jantung paru secara spontan. RJP dilakukan jika ada henti nafas dan
henti jantung.

3) Pasien Dengan Life Support Atau Dalam Kondisi Koma

Pasien stupor dan koma beresiko tinggi untuk terjadinya aspirasi yang disebabkan
karena hilangnya reflek batuk dan muntah, hipoksi, endotracheal tube (ETT) dengan
intubasi merupakan cara yang paling efektif untuk menjaga jalan nafas baik dan
oksigenasi yang adekuat. Bila pasien dalam kedaan koma yang dalam atau adanya tanda
gangguan respirasi lebih baik dilakukan intubasi. Pada pasien stupor dengan pernafasan
yang normal dapat kita berikan 100% oksigen dengan face mask sampai hipoksemia
tidak ditemukan.

4) Restraint ( anak)
Definisi restraint ini berlaku untuk semua penggunaan restraint di unit dalam
rumah sakit. Pada umumnya, jika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dengan
mudah, maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restraint. Jika suatu tindakan
memenuhi definisi restraint, hal ini tidak secara otomatis dianggap salah/ tidak diterima.
Penggunaan alat restraint secara berlebihan dapat terjadi, tetapi pengambilan keputusan
untuk mengaplikasikan restraint bukanlah suatu hal yang mudah. Suatu diskusi yang
mendalam mengenai aspek etik, hukum, praktik dan profesionalisme dilakukan untuk
membantu tenaga kesehatan (misalnya perawat) memahami perbedaan antara
penggunaan restraint yang salah tidak dapat ditolerir dengan kondisi yang memang
memerlukan tindakan restraint.
Tidaklah memungkinkan untuk membuat suatu daftar mengenai jenis restraint
apa saja yang dapat diterapkan kepada pasien dikarenakan pengaplikasiannya bergantung
pada kondisi pasien saat itu. Suatu pembatasan fisik mekanis kimia dapat diterapkan
pada suatu kondisi tertentu, tetapi tidak pada kondisi lainnya.

B. Pasien dengan penyakit gigi dan mulut


1) Fraktur dento alveolar,
2) Dislokasi TMJ,
3) Perdarahan post ekstraksi,
4) Phlegmon dan syok anafilaktik
5) Pasien dengan penyakit menular
7. Pelayanan Pasien Yang Berisiko Tinggi

8
A. Pasien gawat darurat
B. Pasien rawat inap
C. Pasien rawat jalan

2. pasien dengan penyakit menular………………

5). Pasien Lansia, Cacat Atau Yang Beresiko Untuk Diperlakukan Tidak Senonoh
Pada usia lanjut gejala klinik gangguan jiwa seringkali berbeda dengan penderita
usia lebih muda. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia sejalan dengan periode penuaan
menunjukkan adanya kelainan patologi yang multiple merupakan suatu tantangan dalam
menilai gejala klinik, pemberian pengobatan dan rehabilitasi. Menua sehat seringkali
digunakan sebagai sinonim dari bebas dan ketidakmampuan pada lanjut usia. Jadi menua
sehat harus diikuti dengan lanjut usia yang aktif. Senantiasa berperan serta pada aktifitas
sosial, budaya, spiritual, ekonomi dan peristiwa di masyarakat. Faktor penyulit pada
pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan antara lain sering adanya penyakit
kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat dan peningkatan kerentanan
terhadap gangguan kognitif. Oleh karena itu pasien lansia dan cacat merupakan salah
satu pasien yang beresiko tinggi yang perlu mendapat perhatian khusus.

8. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Beresiko Tinggi :

1. Pasien Rawat Jalan

a. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai tempat.


b. Perawat poli gigi umum dan spesialis wajib mendampingi pasien untuk dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.

2. Pasien Rawat Inap

a. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kamar perawat
b. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur
c. Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat digunakan
d. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjuk dan dipercaya

3. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Penderita Cacat

9
a. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu seta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
b. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak
lain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang disandang.
c. Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.
d. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.

4. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Anak – Anak

a. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
b. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
c. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien.
d. Pemasangan CCTV di ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan
kepada keluarga yang lain.

5. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Yang Beresiko Disakiti (Resiko


Penyiksaan, NAPI, Korban dan Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan
Dalam RumahTangga)

a. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.


b. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di kantor
perawat, berikut dengan penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar
perawatan dengan pasien beresiko.
c. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
d. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

9. Daftar Kelompok Pasien Beresiko tinggi


1) Pasien dengan cacat fisik dan mental
2) Pasien usia lanjut
3) Pasien bayi dan anak- anak
4) Pasien korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
5) Pasien narapidana, korban dan tersangka tindak pidana
6) Pasien dengan penyakit kronis seperti pasien dialysis, pasien kemotherapi, pasien
stroke.
7) Penanganan kasus emergensi;

10
8) Penanganan Resusitasi;
9) Pasien dengan life support atau dalam kondisi koma;
10) Restraint
11) Pasien lansia, cacat atau yang berisiko untuk diperlakukan tidak senonoh.

10. Setiap pasien RSGM Baiturrahmah mendapatkan pelayanan yang tepat oleh setiap unit
pelayanan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan.
Pengaturan ketenagaan diatur dalam prosedur jadwal dinas.
11. Perencanaan dan pelayanan terhadap pasien dilakukan secara terintegrasi, terkoordinasi dan
melibatkan proses kolaboratif antara berbagai jenis perawatan, unit dan departemen yang
terdokumentasi dalam rekam medis pasien
12. Permintaan prosedur diagnostik oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan
dokter jaga, dengan menyertakan diagnosa atau indikasi klinis dalam rangka menunjang
interpretasi hasil yang digunakan untuk membuat perencanaan perawatan dan pengobatan
pasien.
13. Setiap prosedur tindakan beserta hasilnya dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien harus didokumentasikan didalam rekam medis serta diinformasikan kepada pasien
dan atau keluarga.
14. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien adalah sama di seluruh RSGM
Baiturrahmah. Para pimpinan rumah sakit bersepakat untuk memberikan proses pelayanan
yang seragam. Kebijakan dan prosedur memandu pelayanan yang seragam sesuai dengan
Undang-Undang dan peraturan terkait.
15. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama, menerima asuhan keperawatan
yang setingkat di seluruh RSGM Baiturrahmah.

PELAYANAN PENYAKIT MENULAR……..

BAB V
DOKUMENTASI

16. Seluruh informasi yang diberikan/dijelaskan kepada pasien maupun keluarga, seluruh
tindakan yang dilakukan kepada pasien, seluruh persetujuan maupun penolakan terhadap
tindakan atau prosedur yang akan diberikan ke pasien tercatat dalam status rekam medis
pasien dan tersimpan sebagai berkas rekam medis pasien. Hal tersebut merupakan bukti telah
memberikan pelayanan catatan perkembangan pasien secara terintegrasi dan berkas tersebut
akan menjadi bukti legal jika terjadi kasus hukum.
17. Pencatatan tersebut dapat dilakukan pada form catatan perkembangan pasien terintegrasi dan
formulir observasi pasien. Semua catatan tersebut akan menjadi bukti semua asuhan
pelayanan yang telah diberikan para pemberi pelayanan asuhan kepada pasien di RSGM
Baiturrahmah.

11
18. Semua perencanaan dan asuhan pelayanan yang diberikan dicatat dalam catatan terintegrasi.
Setiap prosedur tindakan beserta hasilnya dan pelayanan yang lain yang diberikan kepada
pasien harus didokumentasikan direkam medis, serta diinformasikan kepada pasien dan atau
keluarga
19. Dikemudian hari jika hal-hal tersebut dibutuhkan oleh hokum maka hasil dokumentasi di
berkas rekam medis tersebut dapat menjadi bukti hukum untuk semua asuhan pelayanan yang
telah diberikan kepada pasien selama dirawat di RSGM Baiturrahmah.

12

Anda mungkin juga menyukai