Anda di halaman 1dari 16

Sajian Kasus

EPISKLERITIS

Diajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang

Pembimbing :

dr. Faozan, Sp.M

Disusun oleh :

Elsa Fitriani [406137023]

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA, 2015
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

STATUS PASIEN

Nama Dokter muda 406137023 Tanda tangan

Nama Pembimbing Dr. Faozan Sp.M

Tanggal 11 Juni 2015

Rumah Sakit RS Bhayangkara, Semarang

Periode 18 Mei – 20 Juni 2015

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Usia : 69 tahun
Alamat : Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 15-06-120815

II. Anamnesis
Diambil secara autoanamnesis di Poliklinik Mata RS Bhayangkara pada hari Senin, 8
Juni 2015.

Keluhan Utama : Mata sering berair,terutama mata kanan

Keluhan Tambahan : Mata kanan terasa mengganjal, perih, agak silau bila melihat
cahaya, nyeri kepala ringan sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata RS Bhayangkara


dengan keluhan mata sering berair sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu,keluhan seperti ini
sering dirasakan hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu Keluhan ini disertai rasa mengganjal,
perih dan agak silau apabila melihat cahaya terutama dirasakan pada mata kanan. Apabila
keluhan muncul sering disertai nyeri kepala ringan pada bagian kanan,namun tidak sampai
mengganggu aktifitas. Pasien sebelumnya hanya memakai kacamata baca saja, pasien
menyangkal adanya penglihatan yang bertambah buram saat melihat jauh maupun dekat sejak
mengalami keluhan ini.S ebelumnya pasien pernah mengobati keluhan dengan obat
mata’visine’ yang dibeli di apotik,keluhan berkurang sedikit tetapi kemudian muncul
kembali.
Demam(-), gatal (-), penglihatan ganda (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Diabetes melitus (+) sejak 5 tahun yang lalu
Hipertensi (+) terkontrol
Reumatoid artritis (-),
Lupus (-)
Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan yang sama (-)
Diabetes melitus (+)  Ayah pasien
HT (+)  Ayah dan ibu pasien
RA(-)
Lupus (-)
Alergi (-)
Kebiasaan/ Lingkungan
-Pasien sering mengucek-ngucek mata

Anamnesis Sistem :
1. Cerebrospinal : Pasien mengeluh nyeri kepala ringan sebelah kanan
2. Cor : tidak ada keluhan
3. Respirasi/ Pulmo : tidak ada keluhan
4. Abdomen : tidak ada keluhan
5. Urogenital : tidak ada keluhan
6. Ekstremitas/ Musculoskeletal : tidak ada keluhan

Kesimpulan Anamnesis :
1. Mata sering berair terutama mata sebelah kanan
2. Disertai rasa mengganjal, perih, agak silau bila melihat cahaya terutama mata
kanan .nyeri kepala ringan sebela kanan

3. Keluhan dirasakan hilang timbul


4. Pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi
5. Ayah pasien memiliki riwayat DM dan hiprtensi, ibu pasien memili riwayat DM
dan hipertensi.

Pemeriksaan Status Generalis:


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan\
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15
Tekanan darah : 130/80
Nadi : 88 x/menit
RR : 18 x/menit

III. Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerjakan Tidak

Visus Jauh 0,3 0,2 


Refraksi - - 
Koreksi - - 
Visus Dekat - - 
Proyeksi Sinar - - 
Persepsi Warna - - 
(merah, hijau)

IV. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan Penilaian
OD OS
Dikerjakan Tidak
1. Posisi mata
Orthoforia Orthoforia 
2. Gerakan bola mata

3. Lapang pandang Normal Normal 


4. Kelopak mata
S I S I 
(Superior et Inferior)
 Benjolan - - - -
 Edema - - - -
 Hiperemis - - - -
 Ptosis - - - -
 Lagophthalmos - - - -
 Ectropion - - - -
 Entropion - - - -
5. Bulu mata
 Trikiasis - - 
 Madarosis - - 
 Krusta - - 
6. Aparatus Lakrimalis

Sakus lakrimal
 Hiperemis - - 
 Edem - - 
 Fistel - - 
Punctum lakrimal
 Eversi - - 
 Discharge - - 

7. Konjungtiva
K. Bulbi
 Warna Transparan Transparan 
 Vaskularisasi - - 
 Nodul - - 
 Edema - - 
K. Tarsal superior
 Hiperemis - - 
 Folikel - - 
 Papillae - - 
 Korpus alineum - - 
K. Tarsal inferior
 Hiperemis - - 
 Folikel - - 
 Papillae - - 
 Korpus alineum - - 
8. Sklera
 Warna Putih Putih 
 Inflamasi - - 
 Injeksi episklera + - 
 Nodul - - 
9. Kornea
 Kejernihan Jernih Jernih 
 Ukuran 11 mm 11 mm 
 Permukaan Licin Licin 
 Limbus Jernih Jernih 
 Infiltrat - - 
 Defek - - 
 Edema - - 
10. COA
 Kedalaman Cukup Cukup 
 Hifema - - 
 Hipopion - - 
11. Iris
 Warna Hitam Hitam 
 Sinekia - - 
 Iridodenesis - - 
 Neovaskularisasi - - 
12. Pupil
 Ukuran 3 mm 3 mm 
 Bentuk Bulat Bulat 
 Tepi Rata Rata 
 Simetris Simetris Simetris 
 Reflekks direk + + 
 Refleks indirek + + 
13. Lensa
 Kejernihan Jernih Jernih 
 Luksasio - - 
 Afakia - - 
 IOL - - 
14. Reflek fundus + + 
15. Korpus vitreum - - 
16. Tekanan intra okuler Dbn Dbn 

V. Kesimpulan Pemeriksaan

OD : OS :

VOD : 0,2 VOS : 0,3

VI. Resume Pemeriksaan


Dari pemeriksaan visus didapatkan :
VOD : 0,2
VOS : 0,2
Pada pemeriksaan objektif lainnya didapatkan : injeksi epislera OD (+)

VII. Diagnosis Kerja


Episleritis simpel OD

VIII. Diagnosis Banding


1. Episkleritis nodular
2. Conjungtivitis
3. skleritis

Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari apakah ada factor etiologi sistemik
lainnya

IX. Terapi
Medikamentosa :
- Na Diclovenac ED S 4 dd gtt 1  OD
- Artificial tears (Natrium Chlorida,Kalium chlorida) ED S4 dd gtt 1 ODS

Non medikamentosa : Pemeriksaan refraksi dengan koreksi saat keluhan hilang

Edukasi

- Hindari mengucek mata


- Hindari Paparan debu/memakai pelindung mata
- Mengontrol penyakit sistemik yang di derita (DM dan HT) dengan mengurangi
mengkosumsi makanan yang asin dan yang manis,dan rutin memeriksakan tekanan
darah dan gula darah.
X. Prognosis

Ad Vitam : Bonam
Ad Visam : Dubia ad bonam
Ad Fungtionam : Bonam
Ad Kosmetikan : Dubia
Ad Sanationam : dubia ad bonam
EPISKLERITIS

1. Definisi

Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang terletak di antara
1
konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri, dan bersifat rekurensi. Episkleritis
adalah penyakit pada episklera yang sering, ringan, dapat sembuh sendiri dan biasanya mengenai ora
serata

2. Anatomi

Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik
halus yaitu episklera.

3. Etiologi

Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun sepertiga kasus
berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas mungkin berperan.

Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya


 Collagen vascular disease :Polyarteritis nodosa, seronegative spondyloarthropathies-
Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease, Reiter syndrome, psoriatic arthritis,
artritis rematoid
 Infectious disease : Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan syphilis,
viruses termasuk herpes, fungi, parasites.
 Miscellaneous : Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals
 Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia, Paraproteinemia, Paraneoplastic
syndromes-Sweet syndrome, dermatomyositis, Wiskott-Aldrich syndrome, Adrenal cortical
insufficiency, Necrobiotic xanthogranuloma, Progressive hemifacial atrophy, Insect bite
granuloma, Malpositioned Jones tube, following transscleral fixation of posterior chamber
intraocular lens 1

Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout

5. Manifestasi Klinik

Gejala episkleritis meliputi:


 Sakit mata dengan rasa nyeri ringan
 Mata kering
 Lakrimasi
 Mata merah pada bagian putih mata
 Kepekaan terhadap cahaya
 Tidak mempengaruhi visus

Tanda objektif pada episkleritis:


 Kelopak mata bengkak
 Konjungtiva bulbi kemosis disertai dengan pelebaran pembuluh darah episklera dan
konjungtiva.
 Bila sudah sembuh, warna sklera berubah menjadi kebiru-biruan
 Pemeriksaan mata memperlihatkan hiperemia lokal sehingga bola mata tampak
berwarna merah atau keunguan yang menunjukkan pembuluh darah episklera yang
melebar
 Pembuluh darah episklera dapat mengecil bila diberikan fenilefrin 2,5%.
Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis nodular mempunyai gambaran
khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna putih di bawah
konjungtiva. Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas
benkolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada
episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah
terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang.

Diagnosis

Penegakan diagnosa didapatkan dari anamnesis untuk menanyakan beberapa


gejala-gejala yang dialami pasien, menanyakan riwayat penyakit sistemik sebelumnya
pada pasien, melakukan pemeriksaan pada mata pasien, serta dilakukan pemeriksaan
fisik pasien bila dicurigai penyebabnya terkait penyakit sistemik. Pemeriksaan lebih
lanjut seperti melakukan beberapa tes lebih lanjut, seperti tes darah, untuk mengetahui
apakah episkleritis terkait dengan penyakit sistemik lain yang mendasarinya.

7. Pemeriksaan Fisik

Ditandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak berwarna merah muda
atau keunguan. Juga terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem episklera, konjungtiva diatasnya dan
kapsula tenon di bawahnya. 4

a. Episkleritis Sederhana

Gambaran yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral dan gambaran yang lebih
jarang adalah kemerahan difus. Jenis ini biasanya sembuh spontan dalam 1-2 minggu.

b. Episkleritis Noduler

Ditandai dengan adanya kemerahan yang terlokalisir, dengan nodul kongestif dan biasanya
sembuh dalam waktu yang lebih lama.

 Pemeriksaan dengan Slit Lamp yang tidak menunjukkan peningkatan permukaan


sklera anterior mengindikasikan bahwa sklera tidak membengkak.
 Pada kasus rekuren, lamela sklera superfisial dapat membentuk garis yang paralel
sehinggga menyebabkan sklera tampak lebih translusen. Gambaran seperti ini jangan
disalah diagnosa dengan penipisan sklera.
b.
c.

d. Gambar Episkleritis Simple

e.

f.

g. Gambar Episkleritis Nodular

7. Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi


Pada kebanyakan pasien dengan episkleritis yang “self limited” pemeriksaan laboratorium
tidak diperlukan . 1

8. Penatalaksanaan

1.Simple Lubrikan atau Vasokonstriktor

Digunakan pada kasus yang ringan 2


2.Steroid Topikal

Mungkin cukup berguna, akan tetapi penggunaannya dapat menyebabkan rekurensi. Oleh
karena itu dianjurkan untuk memberikannya dalam periode waktu yang pendek. 2 Terapi topikal
dengan Deksametason 0,1 % meredakan peradangan dalam 3-4 hari. Kortikosteroid lebih efektif
untuk episkleritis sederhana daripada daripada episkleritis noduler. 4

3.Oral Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)

Obat yang termasuk golongan ini adalah Flurbiprofen 300 mg sehari, yang diturunkan menjadi
150 mg sehari setelah gejala terkontrol, atau Indometasin 25 mg tiga kali sehari. Obat ini
mungkin bermanfaat untuk kedua bentuk episkleritis, terutama pada kasus rekuren. 4 Pemberian
aspirin 325 sampai 650 mg per oral 3-4 kali sehari disertai dengan makanan atau antasid. 6

4. Episkleritis memiliki hubungan yang paling signifikan dengan penyakit sistemik, ,oleh karena itu
dilakukan penanganan dengan penyakit sistemik terkait

Follow up

 Pasien yang diberi pengobatan dengan air mata artifisial tidak perlu diperiksa kembali
episkleritisnya dalam beberapa minggu, kecuali bila gejala tidak membaik atau malah makin
memburuk.
 Pasien yang diberi steroid topikal harus diperiksa setiap mingggunya (termasuk pemeriksaan
tekanan intraokular) sampai gejala-gejalanya hilang. Kemudian frekuensi pemberian steroid
topikal ditappering off.

Kepada pasien harus dijelaskan bahwa episkleritis dapat berulang pada mata yang sama
atau pada mata sebelahnya. 6

9. Diagnosis Banding

 Konjungtivitis
Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya keterlibatan konjungtiva
4
palpebra. Pada konjungtivitis ditandai dengan adanya sekret dan tampak adanya folikel
atau papil pada konjungtiva tarsal inferior. 6

 Skleritis

untuk mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan episkleritis,


konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah sinar matahari (jangan
pencahayaan artifisial) disertai penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% yang
menimbulkan konstriksi pleksus vaskular episklera superfisial dan konjungtiva. 4

 Iritis

Pada iritis ditemukan adanya sel dan ”flare” pada kamera okuli anterior. 6

Scleritis. Engorged scleral vessels do not blanch with application of topical phenylephrine 2.5
percent.
Episcleritis. Engorged episcleral vessels give the eye a bright red appearance. Blanching of
the vessels occurs with application of topical phenylephrine 2.5 percent.

10. Prognosis

 Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun kekambuhan dapat terjadi
selama bertahun-tahun 4
 Pada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan pengobatan yang baik 7

11. Komplikasi

 Sering relaps
 Pada kasus yang jarang dapat terjadi skleritis

Daftar Pustaka

1. Roy Hampton, Episcleritis in Http://www.emedicine.com/oph/topic641.htm


2. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 5 th Edition pp.
151-2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.
3. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th
Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams & Wilkins
4. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-171. Jakarta. 2000.
Widya Medika.
5. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 4 th Edition pp.
151-2. Great Britain. 1999. Butterworth-Heinemann.
6. Rhee Douglas and Pyfer Mark, Episcleritis in The Wills Eye Manual 3 rd Edition pp133-134.
United States of America. 1999. Lippincott Williams & Wilkins
7. FeinbergEdward,EpiscleritisinHttp://www.pennhealthj.com/ency/article/001019.htm.

Anda mungkin juga menyukai