Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA RUGI – RUGI DAYA PADA JARINGAN


DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK KOTAMOBAGU DAN
PERBAIKAN

Disusun Oleh :

Rahmat Alfath Sudiro

(15021103028)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

. Penggunaan energi listrik saat ini telah meningkat dengan pesat, baik
dalam kawasan industri, dan dunia pendidikan maupun untuk keperluan
rumah tangga. Sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat modern yang memiliki kemajuan dibidang informasi dan
teknologi yang membutuhan energi listrik sebagai sumber utama untuk
mengoperasikan peralatan elektronik maupun motor motor listrik. Daya listrik
yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo distribusi ke pemakai
mengalami rugi tegangan dan rugi daya, itu disebabkan karena saluran
distribusi mempunyai resistansi, induktansi, dan capasitansi.

Namun dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit hingga


sampai ke konsumen, terjadi penurunan kualitas yang mengakibatkan
timbulnya rugi tegangan dan rugi daya saluran. Timbulnya rugi-rugi tersebut
saling berkaitan karena rugi tegangan yang timbul pada saluran selanjutnya
akan menghasilkan rugi daya pada saluran. Rugi tegangan sendiri terjadi dari
dua komponen yakni rugi-rugi tegangan akibat resistans saluran dan rugi-rugi
tegangan akibat reaktansi saluran. Rugi rugi resistans akibat tahanan saluran
akan menimbulkan rugi daya aktifsedangkan rugi-rugi tegangan akibat
reaktansi saluran akan menimbulkan rugi daya reaktif. Rugi daya aktif akan
terdisipasi dalam bentuk energi sedangkan rugi daya reaktif akan
dikembalikan ke sistem dalam bentuk medan magnetik dan atau medan
listrik. Rugi daya aktif saluran ini menghasilkan susut daya sehingga daya
aktif yang sampai ke beban pada sisi penerima selalu lebih kecil dari daya
aktif dari sisi pengirim.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya rugi-rugi daya


yaitu antara lain perubahan suhu lingkungan, panasnya penghantar, jarak
pengahantar, dan faktor usia peralatan.
1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang diamati dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Berapa rugi – rugi daya Distribusi 20kv di PLN Cabang Kotamobagu

2. Menganalisa Pertumbuhan beban di Kotamobagu dan Perbaikan

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengalisa rugi – rugi daya
dan menganalisa pertumbuhan beban serta perbaikan

1.4. Batasan Masalah


1. Study kasus ini dilakukan untuk menganalisa rugi-rugi daya distribusi
20kv
2. Perkiraan permintaan kebutuhan energi listrik per sektro pemakai yang
digunakan di Kotamobagu dan perbaikan
1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui berapa rugi-rugi daya
di PLN Cabang Kotamobagu dan mengetahui pertumbuhan beban di
Kotamobagu dan perbaikannya.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Distribusi energi Listrik

Sistem distribusi adalah semua bagian peralatan tenaga listrik yang


mendistribusikan energy listrik dari gardu induk ke kWh meter pada
konsumen melalui jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah
dalam jumlah daya yang cukup serta waktu penggunaan yang tidak beraturan
namun harus dapat di andalkan kualitas serta keamanan penyalurannya.

System distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi dengan tegangan
menengah 20 kV yang berasal dari gardu induk sampai ke titik dimana
tegangan diturunkan oleh trafo penurun tegangan ke tingkat tegangan
konsemen.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder adalah jaringan distribusi dengan tegangan rendah
380 V / 220 V yang bermula dari trafo distribusi melewati penghantar
tegangan rendah hingga sampai ke kWh meter konsumen.

Fungsi utama dari suatu system distribusi adalah menyalurkan energy


listrik dari sumber enegri listrik sampai ke pusat beban atau konsumen pada
tingkat tegangan yang di perlukan serta harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang telah ditetapkan.

Sistem distribusi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan


antara lain sebagai berikut :

a. Jatuh tegangan setelah melalui pengantar tidak bole terlalu besar


atau melampui harga-harga tertentu.
b. Gangguan pada pelayanan tidak bole terlalu sering terjadi.
c. Gangguan pada pelayanan tidak bole terlalu lama serta harus
dibatasi pada daerah yang sekecil mungkin.
d. Memiliki sistem pemeliharaan dan perbaikan yang mudah
e. Memiliki biaya yang murah dalam hal pemasangan dan
pemeliharaan

2.2 bagian-bagian Sistem Distribusi

Bagian-bagian dari sistem distribusi adalah sebgai berikut :

a. Gardu Induk Distribusi


Gardu indul distribusi berfungsi untuk menurunkan tengangan
subtransmisi menjadi tegangan distribusi primer dari daerah tersebut.
b. Jaringan Primer
Jaringan primer menghubungkan sisi tegangan rendah gardu induk dengan
sisi primer gardu distribusi yang berada dipusat beban.
c. Gardu Distribusi atau Gardu Trafo
Gardu distribusi untuk menurunkan tegangan primer ke tegangan sekunder
yaitu tegangan yang digunakan oleh konsumen
d. Jaringan Sekunder
Jaringan sekunder merupakan saluran yang keluar dari sisi tegangan
rendahtrafo distribusi menuju ke konsumen.

Pada gambar 2.1 dilihat masing-masing bagian sistem distribusi pada suatu sistim
tenaga listrik

Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistim Tenaga Listrik

2.3 Gardu Indik


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan
dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan
 Fungsi Gardu Induk
Mentransformasikan daya listrik :
· Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
· Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70
KV).
· Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20 KV).
· Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).

Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari


sistem tenaga listrik. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu
induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi,
setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang
(feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk. Untuk
sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.

2.4.1 Jaringan Primer Sistem Distribusi


Distribusi primer adalah sistem jaringan distribusi dengan tegangan menengah
20 kV yang berasal dari gardu induk sampai dimana titik tegangan di turunkan
oleh trafo penurun tegangan ke tingkat tegangan lebih rendah atau tegangan
sesuai kebutuhan konsumen.
 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik.
Menurut jenis/tipe konduktornya:
Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang)
dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
– Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
– Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable).
Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable).

2.4.1 Tipe-tipe Jaringan Distribusi Listrik

- Sistem jaringan radial


Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan
murah biaya investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar
adalah yang paling dekat dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam
penyaluran energi listrik kurang handal karena bila terjadi
gangguan pada penyulang maka akan menyebabkab terjadinya
pemadaman pada penyulang tersebut.
- Sistem jaringan loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua
tipe jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT.
Pada keadaan normal tipe ini bekerja secara radial dan pada saat
terjadi gangguan PMT dapat dioperasikan sehingga gangguan
dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam penyaluran tenaga
listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih mahal.
- Sistem jaringan spindle
Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari
struktur radial yang ujung-ujungnya dapat disatukan pada gardu
hubungdan terdapat penyulang ekspres. Penyulang ekspres
(express feeder) ini harus selalu dalam keadaan bertegangan, dan
siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya system dalam
menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan
atau pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi
secara radial.
- Sistem Mesh
Struktur jaringan distribusi primer ini dibentuk dari beberapa
Gardu Induk yang saling dihubungkan sehingga daya beban
disuplai oleh lebih dari satu gardu Induk dibandingkan dengan dua
tipe sebelumnya, tipe ini lebih handal dan biaya investasi lebih
mahal.

2.5 Klasifikasi Beban Listrik


Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, ragam
beban dapat diklasifikasikan ke dalam :
- Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa
lampu untuk penerangan, alat rumah tangga, seperti kipas angin,
pemanas air,lemari es, penyejuk udara, mixer, oven, motor pompa air
dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanya memuncak pada malam
hari.
- Beban komersial, pada umumnya terdiri atas penerangan untuk
reklame, kipas angin, penyejuk udara dan alat – alat listrik lainnya yang
diperlukan untuk restoran. Beban hotel juga diklasifikasikan sebagi
beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran. Beban ini secara
drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan dan
menurun di waktu sore.
- Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala
kecil banyak beropersi di siang hari sedangkan industri besar sekarang
ini banyak yang beroperasi sampai 24 jam.
- Beban Fasilitas Umun
2.6 Karakter Beban
Tujuan utama dari sistem distribusi tenaga listrik ialah mendistribusikan
tenaga listrik dari gardu induk atau sumber ke sejumlah pelanggan atau
beban. Suatu faktor utama yang paling penting, dalam perencanaan sistem
distribusi adalah karakteristik dari berbagai beban.
Karakteristik beban diperlukan agar sistem tegangan dan pengaruh
thermis dari pembebanan dapat dianalisis dengan baik. Analisis tersebut
termasuk dalam menentukan keadaan awal yang akan di proyeksikan dalam
perencanaan selanjutnya.
Penentuan karakteristik beban listrik suatu gardu distribusi sengat
penting artinya untuk mengevaluasi pembebanan gardu distribusi tersebut,
ataupun dalam merencanakan suatu gardu distribusi yang baru.
Karakteristik beban ini sangat memegang peranan penting dalam
memilih kapasitas transformator secara tepat dan ekonomis. Di lain pihak
sangat penting artinya dalam menentukan rating peralatan pemutus
rangkaian, analisa rugi-rugi dan menentukan kapasitas pembebanan dan
cadangan tersedia dan suatu gardu.
Karakteristik beban listrik suatu gardu sangat tergantung pada jenis
beban yang dilayaninya. Hal ini akan jelas terlihat dan hasil pencatatan kurva
beban suatu interval waktu. Berikut ini beberapa faktor yang menentukan
karaktristik beban.

2.7 Pengertian Rugi-rugi Daya listrik


Susut daya atau rugi daya listrik adalah berkurangnya pasokan daya yang
dikirimkan oleh sumber pasokan (PLN) kepada yang diterima dalam hal ini
konsumen, artinya daya yang hilang akibat susut daya merupakan daya
yang dibangkitkan namun tidak terjual. Dalam hal ini pihak penyedia daya
listrik (PLN), menderita kerugian akibat membangkitkan daya dengan biaya
yang cukup besar tetapi tidak mendapatkan keuntungan finansial dari hasil
penjualan daya tersebut. Susut daya jaringan listrik yang biasa terjadi pada
sistem transmisinya dinyatakan dengan persamaan :

Saluran pendek

PL=3 I2 RL

Saluran panjang/ jarak jauh


Rugi-rugi daya menurut perumusan Conen (1987) adalah:
PL = 3 RxL ( I2 – I IC sin Qr + IC2 )
di mana :
PL = Hilang daya (watt)
R = Tahanan kawat per fasa (Ω/ Km)
L = Panjang saluran (Km)
Cos Qr= Faktor – daya beban / ujung penerima
I = Arus beban (A)
IC = Arus pemuat pada titik pengiriman (A)

Sedangkan untuk mengetahui besar nilai susut daya listrik dinyatakan


dengan Persamaan:
PL = P S – PR

Persentase antara daya yang diterima dan daya yang disalurkan dinyatakan
dengan persamaan :
PL% = …
dengan :

PR = Daya yang dipakai (KW)


PS = Daya yang dikirimkan (KW)
PL = Hilang/ Susut daya (KW)

Ada beberapa persoalan yang menyebabkan terjadinya penyusutan daya


antara lain penyusutan daya listrik secara teknis dan penyusutan daya listrik
secara non teknis.
 Penyusutan Daya Secara Teknis
Penyusutan secara teknis biasanya disebabkan adanya kesalahan pada sistem
kelistrikannya antara lain :
a. Adanya kerusakan pada peralatan mekanik listrik yang berada di
Pembangkit ataupun PLN antara lain :
- Kerusakan yang terjadi pada peralatan mekanik yang berada di pusat
pembangkit seperti: kerusakan pada generator, turbin, kincir air dan
sebagainya.
- Kerusakan yang terjadi pada jaringan Transmisi seperti terlalu jauhnya
jarak pembangkit dari konsumen dan terjadi kerusakan pada saluran
kabelnya.
- Adanya pemakaian peralatan dan konstruksi jaringan (komponen) yang
tidak memenuhi syarat atau sudah berumur sehingga menimbulkan
kerusakan pada peralatan.
- Kerusakan pada peralatan komponen pendukung jaringan seperti
kerusakan pada alat ukur.
b. Kesalahan manusia atau human error.
- Kesalahan yang terjadi pada PLN yaitu kesalahan dalam
pembacaan alat ukur.
- Kurangnya perhatian terhadap hasil pekerjaan penyambungan
kawat penghantar atau penyadapan dan pemasangan sepatu kabel
yang kurang baik, dimana nilai tahanan (R) pada titik sambungan
atau penyadapan dan sepatu kabel menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya.
- Kurangnya perhatian terhadap hasil pekerjaan pemasangan atau
pemeliharaan jaringan yang kurang baik. Kondisi penghantar,
isolator, tiang listrik, jarak aman dan sebagainya tidak sesuai
dengan standar yang ditetapkan sehingga kemungkinan terjadinya
kebocoran arus, korona yang melebihi batas standar sampai
terhentinya pasokan tenaga listrik akan menjadi cukup besar
- Adanya pemakaian bahan alat listrik yang kurang baik atau tidak
memenuhi standar sehingga memudahkan alat yang dipergunakan
cepat rusak atau dapat menimbulkan impedansi yang lebih tinggi.
- Adanya pemakaian konstruksi jaringan dan peralatannya
(komponen) yang tidak memenuhi syarat sehingga dapat
menimbulkan kerugian.

 Penyusutan Daya Secara Non Teknis

Penyusutan daya secara non teknis disebabkan oleh adanya kesalahan di luar
sistim kelistrikannya antara lain :

- Bencana alam seperti : Banjir, gempa, angin topan dll


- Kondisi fisik, psikis dan religi SDM
- Kondisi sarana dan prasarana pekerjaan
- Kondisi pengetahuan dan ketrampilan
- Adanya kesalahan yang dilakukan oleh konsumen seperti pencurian daya
dan penggunaan energi listrik secara sembarangan.

2.8 Pertumbuhan Beban


Pertumbuhan beban pada suatu daerah pelayanan akan selalu
di temui sepanjang tahun. Hal ini akanmemerlukan studi khusus
dalam memperkirakan pertumbuhan beban dari daerah pelayanan
yang di rencanakan ruang lingkupnya dapat mencakup perencanaan
mendapatkan beban yang di butuhkan beberapa tahun mendatang.
Kecepatan pertumbuhan beban di masa lampau perlu di analisa untuk
kemudian di rencanakan di masa mendatang. Ada 3 faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan beban di masa mendatang yaitu :

- Adanya perbaikan mutu tegangan


- Adanya pertumbuhan jumlah konsumen
- Adanya pertumbuhan dari konsumen lama

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan beban


pada gardu distribusi untuk konsumen kecil umumnya mengikuti pola
pertumbuhan sebagai berikut :

Tahap pertama ketika seluruh komponen pendukung


penyaluran listrik ke konsumen di bangun dengan estimasi 100 %
konsumen di angap akan menyambung listrik, namun pada
kenyataannya setelah instalasi listrik di operasikan hanya 30-50 %
dari jumlah seluruh konsumen yang langsung menyambung.
Sedangkan sisanya akan tersambung seluruhnya setelah 5-10 tahun
kemudian.

Pada tahap dua setelah seluruh konsumen menyambung


pertumbuhan beban cenderung kecil 1-5 %
2.9 Perbaikan Dengan Penggantian Kabel Peyulang 20kv

Pada metode ini perbaikan kualitas tegangan dilakukan dengan


mengganti kabel penyulang yang telah ada dengan kabel penyulang baru.
Kabel penyulang yang akan digunakan untuk mengganti kabel lama
merupakan kabel penyulang yang nilai impedansinya lebih kecil. Kabel
yang akan digunakan sebagai kabel pengganti merupakan kabel tipe XLPE
(N2XSEYBY/NA2XSEYBY) dengan luas penampang 300 mm2.

2.9.1 Langkah-langkah perbaikan dengan penggantian kabel penyulang 20


kV
Proses perbaikan akan dilakukan dengan dua langkah penggantian
kabel, yaitu :

 Penggantian kabel pada satu penyulang


 Penggantian kabel pada dua penyulang

Pada percobaan yang pertama, penggantian kabel hanya dilakukan


pada satu penyulang saja. Dimana kabel yang telah ada diganti dengan
kabel tipe XLPE 300 mm2. Setelah dilakukan penggantian kabel
sepanjang satu penyulang, barulah dilakukan simulasi menggunakan
perangkat lunak ETAP 4.0.0. Dari hasil simulasi tersebut akan
didapatkan data berupa nilai tegangan pada masing-masing bus dan
rugi-rugi daya yang terjadi pada sistem.
Pada percobaan yang pertama, penggantian kabel hanya dilakukan
pada satu penyulang saja. Dimana kabel yang telah ada diganti dengan
kabel tipe XLPE 300 mm2. Setelah dilakukan penggantian kabel
sepanjang satu penyulang, barulah dilakukan simulasi menggunakan
perangkat lunak ETAP 4.0.0. Dari hasil simulasi tersebut akan
didapatkan data berupa nilai tegangan pada masing-masing bus dan
rugi-rugi daya yang terjadi pada sistem.
Dengan membandingkan data hasil simulasi dari kedua metode
tersebut, akan diketahui metode yang paling optimal dalam
memperbaiki kualitas tegangan pada jaringan distribusi. Metode yang
paling optimal merupakan metode yang dapat memperbaiki nilai
tegangan pada masing-masing bus semaksimal mungkin. Serta dapat
meminimalkan rugi-rugi daya yang terjadi pada jaringan distribusi.

2.9.2 Uji kehandalan penggantian kabel penyulang 20 kV


Metode perbaikan yang paling optimal harus diuji kehandalannya
pada berbagai tingkat pembebanan. Tingkat pembebanan yang akan
diberikan pada metode tersebut nilainya bervariasi, yaitu 60% dan
110% dari beban puncak. Sebelum dilakukan simulasi dalam perangkat
lunak ETAP 4.0.0, masing-masing beban pada jaringan distribusi harus
diatur terlebih dahulu sesuai dengan tingkat pembebanan yang
diinginkan.
Dari hasil simulasi tersebut akan didapatkan data berupa nilai
tegangan pada masing-masing bus pada berbagai tingkat pembebanan.
Metode perbaikan yang tidak mengalami tegangan berlebih
(overvoltage) pada saat kondisi beban ringan (60%) serta memberikan
perbaikan tegangan yang optimal pada saat beban tinggi (110%)
merupakan metode perbaikan yang akan dipilih.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri dari :

1. Mencari dan mengumpulkan referensi data ( informasi) yang berkaitan


dengan analisa.
2. Mengumpulkan data di PT.PLN Cabang Kotamobagu dan Badan Pusat
Statistik (BPS)
3. Melakukan analisa pertumbuhan beban dan perhitungan rugi-rugi daya
distribusi serta perbaikan
4. Membuat laporan
3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian disajikan dalam bentuk diagram alir seperti pada gambar

Mulai

Pengumpulan data dari buku-buku


Pedoman Jaringan Distribusi Tenaga
listrik, internet serta referensi
lainnya dari engineer di PT.PLN
sebagai bahan tolak ukur.

Pengambilan data di BPS dan PT.PLN


(persero) Cabang Kotamobagu

Parameter Perhitungan dan Mengnalisis


rugi-rugi daya jaringan distribusi serta
perbaikan dan peramalan beban.

Melakukan pengelompokan dan


pengolahan data yang diperoleh

Penulisan TA

Selesai
Penjelasan Bagan Diagram alir :

1. Memulai pernelitian
2. Pengumpulan data dari buku-buku Pedoman Jaringan Distribusi Tenaga
listrik, internet serta referensi lainnya dari engineer di PT.PLN sebagai
bahan tolak ukur.
3. Pengambilan data spesifikasi jaringan distribusi 20 kv di PT.PLN cabang
Kotamobagu yaitu tipe dan ukuran konduktor, data penyulang, data
jumlah pelanggan, data penghantar penyulang, beban puncak, data beban
per-tahun serta pengambilan data di Badan Pusat Statistik (BPS)
Kotamobagu yaitu data profil kota, luas kota, data jumlah penduduk.
4. Jatuh tegangan (Voltage Drop)
𝐸 = 𝑉 + ∆𝑉
dimana :
E : tegangan pada pangkal pengiriman (sending end)
V : tegangan pada ujung penerimaan (receiving end)
∆V : jatuh tegangan (voltage drop)
Jatuh tegangan selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (E)
Dan tegangan pada ujung penerimaan (V) tenaga
lsitrik.
Pada sistem tenaga listrik bolak-balik besarnya tergantung dari Z
(impedansi) dan Y (admitansi) jaringan serta pada beban dan factor daya
( 𝑐𝑜𝑠 𝜑). Jatuh tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan (voltage
regulation), dan dinyatakan oleh rumus :
𝐸−𝑉
𝑉𝑅 = 𝑥 100 %
𝑉
Dimana :
E : tegangan pada pangkal pengiriman (sending end)
V : tegangan pada ujung penerimaan (receiving end)
Untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa
% saja), tetapi untuk jarak sedang dan jauh dapat mencapai 5% ÷ 15%
5. Melakukan pengelompokan dan pengolahan data yang diperoleh,
berdasarkan hal ini ditinjau kembali atau ada feedback terhadap sumber
data literatur atau referensi yang diambil yang akan digunakan sebagai
bahan Analisa rugi-rugi pada jaringan distribusi tenaga listrik di
Kotamobagu dan perbaikan.
6. Setelah melaksanakan penulisan tugas akhir telah dianggap selesai dan
memenuhi persyaratan setelah disetujui oleh dosen pembimbing yang
bersangkutan.
7. Selesai.

3.3 Estimasi Waktu Penelitian

Waktu (Bulan)
No JenisKegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Studi Literature
Pembuatan Proposal
2 Penelitian
3 Seminar Proposal
4 Melakukan Penelitian
5 Analisa Data Penelitian
6 PenyelesaianTugasAkhir
7 Seminar Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Markoni 2018, Operasi sistem & Pemeliharaan Jaringan distribusi tenaga listrik,
TEKNOSAIN

SMKTeknik-Distribusi-Tenaga-Listrik-Jilid-ISuhadi

SMKTeknik-Distribusi-Tenaga-Listrik-Jilid-IISuhadi

SMKTeknik-Distribusi-Tenaga-Listrik-Jilid-IIISuhadi

Anda mungkin juga menyukai