Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS NORMAL, BAYI BARU LAHIR,


DAN RAWAT GABUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Maternitas
di Ruang 10 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

OLEH:
Reza Fitra Kusuma Negara
NIM. 0910720010

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
RAWAT GABUNG

A. DEFINISI
Rawat gabung atau rooming in merupakan suatu cara perawatan di mana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Ada dua jenis rawat gabung:
1. Rawat gabung continue
Bayi tetap berada di samping ibu selama 24 jam
2. Rawat gabung parsial
Ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam seharinya
Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, misalnya hanya siang hari
saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan
dan tidak dipakai lagi.

B. TUJUAN RAWAT GABUNG


Tujuan rawat gabung adalah:
1. Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi
2. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan
3. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang
dilakukan oleh petugas
4. Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di
rumahs akit
5. Ibu memperoleh bekal ketrampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah
pulang dari rumah sakit
6. Mencegah terjadinya infeksi silang
7. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

C. MANFAAT RAWAT GABUNG


Dalam rawat gabung suami dan keluarga dapat membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu akan mendapatkan
kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat
dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.
Rooming in akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena dalam tubuh
ibu menyusui ada hormon oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan
emosi ibu. Jika ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon
ini akan meningkat dan ASI pun cepat keluars ehingga bayi lebih puas mendapatkan
ASI. Manfaat rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur
dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung di dekap ibu
sehingga bayi akan tenang mendengrakan detak jantung ibu.
Adanya rawat gabung sangat menguntungkan bagi ibu karena dapat menurunkan
angka kesakitan pada bayi seperti ibu dapat memberi ASI eksklusif kepada bayinya
yang dapat memberikan system kekebalan tubuh pada bayi. Rooming in juga akan
membantu menurunkan angka kematian ibu, dengan dilakukannya rooming in akan
menurunkan terjadinya perdarahan post partum yaitu dengan cara ibu memberikan ASI
eksklusif.
Dalam sumber lain juga disebutkan manfaat rawat gabung baik bagi ibu, bayi,
keluarga dan petugas, yaitu:
1. Bagi ibu
a. Aspek psikologi
• Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
• Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya
• Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan
rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa
sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal
ini akan memperlancar produksi ASI.
b. Aspek fisik
• Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi
kontraksi rahim yang baik
• Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi
2. Bagi bayi
a. Aspek psikologi
• Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
• Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar
bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
b. Aspek fisik
• Bayi segera mendapatkan ASI yang dapat memberikan kekebalan/antibodi
• Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
• Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
• Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
• Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
• Alergi terhadap susu buatan berkurang
3. Bagi keluarga
a. Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support
pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi
b. Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak
menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi petugas
1. Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat
melakukan pekerjaan lainnya.
2. Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh
ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan

D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


1. Keuntungan
• Menggalakkan penggunaan ASI
• Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
• Ibu segera dapat melaporkan masalah-masalh yang timbul pada bayi
• Ibu dapat belajar merawat bayi
• Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan dan perawat
• Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi
• Berkurangnya infeksi silang
• Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan
2. Kerugian
• Ibu kurang istirahat
• Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain
• Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
E. RAWAT GABUNG YANG IDEAL
1. Bayi
• Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
• Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
• Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
2. Ibu
• Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
• Tinggi 90 cm
3. Ruang
• Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
• Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)
4. Sarana
• Lemari pakaian
• Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
• Tempat cuci tangan ibu
• Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
• Ada sarana penghubung
• Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada
bayi dengan bahasa yang sederhana
• Perlengkapan perawatan bayi
5. Petugas
• Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
• Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG
6. Model pengaturan rawat gabung
• Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
• 4-5 orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yg lain bersebelahan dan
bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
• Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yg kedap
udara
• Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
• Bayi di tempat tidur yang letaknya di samping ibu

F. SYARAT RAWAT GABUNG


1. Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau bokong
2. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi
cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, rawat gabung
dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk) misalnya 4-6
jam setelah operasi.
4. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
8. Bayi dan ibu sehat

G. KONTRAINDIKASI RAWAT GABUNG


Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
1. Ibu
• Penyakit jantung derajat III
• Pasca eklamsi
• Penyakit infeksi akut, TBC
• Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
• Karsinoma payudara
2. Bayi
• Bayi kejang
• Sakit berat pada jantung
• Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
• Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu
BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Pengertian
• Menurut Saifuddin (2002), bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran.
• Menurut Donna L. Wong (2003), bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia
4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
• Menurut Dep. Kes. RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram.
• Menurut M. Sholeh Kosim (2007), bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara
2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat.

B. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya
tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen
dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis.
Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan
adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di
dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli
akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan
diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu
30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan sirkulasi darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk
ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh
yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen
ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat.
3. Saluran pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban
terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat
dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas
mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu
kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin
tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti
yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu
kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin
dengan kontak secara langsung.
7. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk
sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan cairan dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang
dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap baru
terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada
traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig
D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif
dari kolostrum dan ASI.
11. Sistem integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur
kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan
erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak
sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem hematopoesis
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar
80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan
5% pada minggu ke 20.
13. Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan
sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak
yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat
mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari
tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
C. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
• Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
• Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
D. APGAR Score

TANDA 0 1 2
1. Appearance/ Seluruh tubuh biru Badan merah, Seluruh tubuh
warna kulit atau putih tangan dan kaki kemerahan
biru

2. Pulse/ bunyi Tidak ada < 100 > 100


jantung

3. Grimace/ Tidak ada Perubahan mimik Bersin, batuk,


Reflek menangis kuat

4. Activity/ Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan aktif,


aktivitas flexi ekstremitas flexi

5. Respiratory/ Tidak ada Lambat, tidak Menangis keras


pernapasan teratur atau kuat
NIFAS FISIOLOGIS

A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, et al.,, 2005). Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu (Mochtarr, 1998):
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir kala tiga persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 jari di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sacralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama dengan
besarnya pada usia kehamilan 16 minggu dengan berat sekitar 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilicus. Beberapa hari kemudian, involusi berlangsung lebih cepat. Fundus
turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 post partum, fundus akan
berada pada pertengahan umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak dapat
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post partum. Pada 1 minggu post
partum, berat uterus yaitu sekitar 500 gram, kemudian berkurang menjadi 350
gram pada 2 minggu post partum, dan menjadi 50-60 gram pada minggu ke-6
post partum (Bobak, et al., 2005). Perubahan-perubahan normal pada uterus
selama masa post partum dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Lusa, 2009).

Involusi Uteri TFU Berat Uterus Diameter Uterus


Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
Pertengahan pusat
Satu minggu 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
Dua minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
Enam minggu Normal 60 gram 2,5 cm

b) Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauteri. Kontraksi uterus mempunyai peran untuk keseimbangan oleh
penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah Selama 1 sampai 2 jam
pertama post partum, intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan tidak teratur.
Suntikan oksitosin (Pitosin) secara intravena atau intramuscular biasa diberikan
segera setelah plasenta lahir untuk mempertahankan kontraksi uterus.
c) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara
dan dapat menimbulkan nyeri yang bertahan selama masa awal puerperium.
Menyusui dan pemberian oksitosin biasanya meningkatkan nyeri karena
keduanya merangsang kontraksi uterus (Bobak, et al., 2005).
d) Tempat Plasenta
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan, konstriksi
vascular dan thrombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dengan nodul yang irregular. Pelepasan jaringan-jaringan nekrotik
diikuti dengan pertumbuhan endrometrium untuk mencegah pembentukan scar.
Proses ini memungkinkan endrometrium untuk segera memulai siklusnya seperti
biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan berikutnya.
Regenerasi endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post partum
kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat pelepasan placenta
sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu setelah persalinan.
e) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Terdapat beberapa jenis lochea, yaitu (Lusa, 2009):
Lochea Waktu Warna Ciri
Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman
lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah
Putih bercampur
Sanguilenta 3-7 hari Sisa darah bercampur lendir
merah
Lebih sedikit darah dan lebih
Kekuningan/ banyak serum, juga terdiri
Serosa 7-14 hari
kecoklatan dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta
Mengandung leukosit,
Alba >14 hari Putih selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati
Lochea disekresikan dalam jumlah banyak pada awal jam postpartum yang
selanjutnya akan berkurang. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita
postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas ketika berbaring dan kemudian akan
mengalir keluar jika berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea sekitar
240 ml-270 ml. gangguan pada pengeluaran lochea disebut dengan lochiastasis.
Jika lochea tetap berwana merah setelah 2 minggu, mungkin terdapat sisa
plasenta yang tertinggal atau karena involsi yang kurang sempurna. Lochea
yang berbau busuk dan seperti nanah disebut lochea purulenta.
f) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam post partum,
serviks memendek dan konsistensinya lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang
menonjol ke vagina) terlihat memar dan terdapat sedikit laserasi. Muara serviks,
yang berdilatasi 10 cm pada saat melahirkan, menutup secara bertahap. Muara
serviks eksterna akan terlihat memanjang seperti suatu celah dan tidak dapat
berbentuk lingkaran seperti pada saat sebelum melahirkan.
g) Vagina dan Perineum
Segera setelah persalinan, vagina masih dalam keadaan meregang disertai
oedem dan memar pada area episiotomy (Sari, 2006). Dalam satu atau dua hari
oedem vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus dengan
ukuran yang lebih luas dari biasanya. Ukurannya akan mengecil dengan
terbentuknya kembali ruggae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) pada 3
minggu setelah persalinan. Vagina akan berukuran sedikit lebih besar dari
ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Latihan untuk mengencangkan
otot perineum akan memulihkan tonus vagina. Selaput dara yang robek akan
sembuh dengan terbentuknya parut dan meninggalkan beberapa jaringan bekas
ujung yang dinamakan myrtiform caruncles (carun culae myrtiform). Abrasi dan
lacerasi vulva dan perineum dapat sembuh dengan mudah termasuk laserasi-
laserasi yang memerlukan jahitan (Sari, 2006).
h) Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ – organ pelvis,
payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika laktasi
disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula–mula
lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.
2. Sistem Gastrointestinal
a) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan karena banyaknya
energi yang telah dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan. Selain itu, ibu
juga akan merasa haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang
keluar selama proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih
dan pernafasan.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot-otot pada traktus
gastrointestinal menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Pemberian analgesic dan anastesi yang berlebih dapat memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c) Defekasi
Defekasi dapat tertunda selama 2 atau 3 hari setelah ibu melahirkan. Hal
ini terjadi karena tonus otot usus menurun selama masa persalinan dan pada
awal masa postpartum, penurunan tekanan intra abdominal, nyeri akibat luka
perineum, serta hemoroid.
3. Sistem Kardiovaskular
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, seperti banyaknya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler (edema fisiologis). Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir,
volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum hamil.
b) Tanda-tanda vital
Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C disebabkan
oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila suhu lebih dari 38 0C setelah 24 jam pertama
sampai dengan hari ke-10, kemungkinan terjadi infeksi.
c) Bradikardi, dengan frekuensi 50 – 70 kali/menit normal untuk 6–10 jam pertama,
hal ini mungkin disebabkan Karena penurunan aliran darah dari jantung.
d) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan persalinan lama
atau sulit.
4. Sistem Endokrin
Beberapa perubahan terjadi pada sistem endokrin selama masa puerperium,
seperti penurunan hormon estrogen dan progesterone, peningkatan prolaktin.
Hormone prolaktin mengalami peningkatan sehingga merangsang pengeluaran air
susu. Bila ibu tidak menyusui, maka akan lebih cepat mengalami menstruasi, yaitu
kurang lebih 12 minggu post partum, hormon estrogen akan meningkat dan akan
terjadi ovulasi. Bila ibu menyusui bayinya, menstruasi akan terjadi lebih lama, yaitu
kurang lebih 36 minggu post partum dan tidak terjadi ovulasi.
5. Sistem Hematologi
Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali pada
keadaan semula. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3.
Selama10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan
25.000/mm3. ( Bobak, 2001). Haemoglobin dan nilai eritrosit bervaraiasi selama
masa nifas dini, tetapi harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum.
6. Sistem Muskuloskeletal
Menurut Lusa (2009), perubahan sistem musculoskeletal pada masa nifas
antara lain :
a) Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali
dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri
dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit dan abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
c) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
d) Perubahan ligament
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala.
7. Sistem Neurologis
Perubahan pada sistem neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari adaptasi
menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah proses melahirkan.
Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah
wanita melahirkan.
8. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan berlalu.
Terjadinya hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin akan hilang setelah
melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada yang menetap pada daerah – daerah
tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang abnormal akan menimbulkan nyeri,
kemerahan dan epulis, yang merupakan respon dari penurunan estrogen setelah
selesai melahirkan. Namun tanda nyeri pada wanita ada yang menetap dan ada
yang hilang.
9. Sistem Imun
Ig A merupakan antibodi yang terdapat pada colostrums dan air susu yang berfungsi
imunitas mukosa.
10. Sistem Urinaria
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan akan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Segera setelah
melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung dan hipotonik
dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak
sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila dilakukan kateterisasi.
Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan
menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Sari, 2006). Setelah proses
persalian akan terasa pedih saat buang air kecil, kemungkinan disebabkan iritasi
pada uretra sebagai akibat dari persalinan, sehingga ibu dapat merasa takut buang
air kecil.
Diuresis yang normal terjadi segera setelah persalinan sampai hari kelima
setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per harinya. Hal
ini merupakan salah satu cara tubuh untuk menghilangkan peningkatan cairan
ekstraseluler (cairan interstisial) yang merupakan bagian normal dari kehamilan.
Selain itu, juga didapati adanya keringat yang hanya pada beberapa hari pertama
setelah persalinan (Sari, 2006).

C. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas


Menurut Rubin (1997), perubahan psikologis pada masa nifas dibagi menjadi 3
yaitu :
1. Fase Ketergantungan (Taking in)
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya
b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
c. Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan daripada
dilakukan sendiri. Ketergantungan ini terjadi karena ketidaknyamanan fisik yang
dirasakan ibu karena jahitan pada perineum, afterpain, haemorroid, kelelahan
setelah persalinan
d. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur
e. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi
ibu tidak berlangsung normal.
f. Dalam fase ini yang diperlukan oleh ibu adalah informasi tentang bayinya bukan
cara merawat bayi
2. Fase Ketergantungan dan Ketidaktergantungan (Taking hold)
a. Berlangsung mulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima. Ibu menjadi
perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap bayi
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c. Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan diri
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari bidan karena
ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3. Fase Saling Ketergantungan (Letting go)
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Bisa mendefinisikan perannya yang baru
c. Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan
d. Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya
e. Fase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun
f. Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya
g. Perkembangan parental yang positif
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu
yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan
karena parental love hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak
berkembang melalui atau dalam beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan,
mendengar konfirmasi kehamilan, merasakan gerakan janin, melahirkan, melihat
bayinya, menyentuh bayi dan merawat anak.

D. Penatalaksanaan
1. Tujuan Perawatan Masa Nifas
a. Memulihkan kesehatan umum penderita
1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2) Mengatasi anemia
3) Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
memperlancar peredaran darah
b. Mempertahankan kesehatan psikologis
c. Mencegah infeksi dan komplikasi
d. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal

2. Perawatan Pasca Melahirkan


a. Perawatan Vulva atau Perineum
Perineum ibu yang baru melahirkan umumnya mengalami peregangan,
lebam, dan trauma. Efek fisiologis yang dapat ditimbulkan dapat terasa ringan,
bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum
robek atau disayat dengan pisau bedah. Seperti semua luka baru, area
episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7-10
hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali
jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan
dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah
perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area
perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan.
Kompres hangat, duduk di dalam air hangat, atau menggunakan lampu pemanas
selama 20 menit sebanyak 3x sehari juga dapat digunakan untuk meredakan
ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring
miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu
mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah
melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum,
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau
vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu
selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum
dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan
kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk tetap dari arah depan ke
belakang.
b. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau penyembuhan luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi
dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Hal ini
berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea). Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu
dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari
ranjang.
c. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil.
Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan
dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein,
buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi
protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu
rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk
mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi. Saat menyusui kebutuhan
nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan
yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui yaitu
sebanyak 500 kkal tiap hari.
d. Miksi
Kebanyakan wanita mengalami kesulitan BAK selama 24 jam pertama
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau
lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah
penuh tidak mampu untuk mengirim sinyal agar mengosongkan isinya. Nyeri
pada perineum bisa menyebabkan ketegangan pada uretra sehingga BAK
menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu BAK. Memperbanyak
minum, bangun dari tempat tidur, dan berjalan segera setelah melahirkan akan
membantu mengosongkan kandung kemih.
Sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering BAK
dalam jumlah banyak karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai
dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu
mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih.
e. Defekasi
Menurut Mochtar (1998), pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari
setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini terjadi
karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltik usus.
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang
gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan usus juga akan aktif
dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-
jalan.
f. Perawatan Payudara
Pada 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan
mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu
pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2
sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan
nyeri) yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan
interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau
membantu meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan hal
yang sangat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari
selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini dilakukan untuk
membersihkan kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah
akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting susu maupun ke mulut bayi.

3. Penatalaksanaan Medis
a. Analgetik
Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan oleh
episitomi.
b. Antipiretik.
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal dari
tanda-tanda infeksi.
c. Antibiotik
Digunakan bila ada inflamasi dan infeksi.
d. Pengobatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita, infus dan transfusi
darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. Pemeriksaan yang
lain dilakukan pada masa nifas atau post partum, yaitu hemoglobin dan
hemotrokit. Selain itu, dilakukan juga pemerikasaan urin pada ibu post partum
yang mengalami infeksi pada saluran kemih.
e. Obat uterotonik
Obat ini digunakan pada penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia
(tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan
dalam masa nifas, subinvolusi

(mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk asal),


lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).
E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur, tidak terlalu asin , pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin
serta bahan pengawet atau pewarna. Di samping itu harus mengandung :
a. Sumber tenaga (energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembakaran jaringan baru, penghematan energi.
Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung
terigu dan ubi
b. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diambil
c. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjuran ibu untuk minum setiap kali
habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasanya diperoleh dari
semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Jenis-jenis mineral penting:
a. Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya: susu, keju, kacang-kacangan dan
sayuran berwarna hijau.
b. Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya : susu,
keju, dan daging.
c. Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan
untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (Hb)
sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara
lain: kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran
hijau.
d. Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan
fisik yang serius, sumbernya: minyak ikan, ikan laut dan garap beryodium.
e. Kalsium
Ibu menyusui membutuhan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak, sumbernya:
susu dan keju.
Jenis-jenis vitamin:
a. Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel , jaringan, gigi, dan tulang, perkembangan
syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber:
kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna
kuning (wortel, tomat, dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga mendapat
tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU)
b. Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja saraf dan jantung normal, membantu metabolisme
karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu
proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya: hati, kuning telur, susu,
kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar.
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,
pencernaan, system urat syaraf, jaringan kilit dan mata. Sumber : hati, kuning
telur, susu, keju, kacang-kacangan,dan sayuran berwarna hijau.
d. Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan
kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging,
kaldu daging, hati, daging ayam, kacang-kacangan beras merah, jamur dan
tomat.
e. Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan
gusi. Sumber: gandum jagung, hati dan daging.
f. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan
saraf. Sumber: telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan kerang laut.
g. Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukan sel darah merah dan
produksi inti sel. Sumber: hati,daging, jeroan, dan sayuran hijau.
h. Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat ( untuk
penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap
infeksi serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber: jeruk,
tomat, melon, brokoli, jambu, mangga, pepaya, dan sayuran.
i. Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, serta
penyerapan kalsium dan fosfor. Sumber: minyak ikan, susu, margarin, dan
penyinaran kulit dengan sinar matahari sebelum pukul 09 00.
j. Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah
normal. Sumber vitamin kuning telur, hati, brokoli, asparagus, dan bayam.
Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada 6 bulan pertama kira-kira 700
kkal/hari dan 6 bulan kedua 500kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang
berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400kkal/ hari. Tabel perbandingan angka
kecukupan energi dan zat gizi wanita dewasa dan tambahannya untuk ibu hamil
dan menyusui :

No. Zat Gizi Wanita Dewas Ibu Hamil Ibu Menyusui


0-6 bulan 7-12 bulan
1. Energi (kkal) 2200 285 700 500
2. Protein (g) 48 12 16 12
3. Vitamin A (RE) 500 200 350 300
4. Vitamin D (mg) 5 5 5 5
5. Vitamin E (mg) 8 2 4 2
6. Vitamin K (mg) 6,5 6,5 6,5 6,5
7. Tiamin (mg) 1,0 0,2 0,3 0,3
8. Riboflavin (mg) 1,2 0,2 0,4 0,3
9. Niasin (mg) 9 0,1 3 3
10. Asam Folat (mg) 150 150 50 40
11. Piidoksin (mg) 1,6 0,6 0,5 0,5
12. Vitamin B12 (mg) 1,0 0,3 0,3 0,3
13. Vitamin C (mg) 60 10 25 10
14. Kalsium (mg) 500 400 400 400
15. Fosfor (mg) 450 200 300 200
16. Besi (mg) 26 20 2 2
17. Seng (mg) 15 5 10 10
18. Yodium (mg) 150 25 50 50
19. Selenium (mg) 55 15 25 20

Petunjuk untuk mengolah makanan sehat :


a. Pilih sayur –sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar
b. Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan
c. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong-potong
d. Masak sayuran sampai layu
e. Olah makanan sampai matang
f. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin)
g. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai
h. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan . jika dikemas dalam
kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok atau karatan.
i. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman
j. Jangan biarkan binatang berkeliaran di dapur.
2. Ambulasi Dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk
selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan early ambulation
adalah:
a. Klien merasa lebih baik, lebih kuat dan lebih sehat.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengejari ibu untuk merawat atau
memelihara anaknya, memandikan dll selama ibu masih dalam perawatan.
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal apabila dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan
dengan tindalkan:
1). Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
2). Mengkompres air hangan di atas simpisis
Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi. Karena
prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saliran
kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post
partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam.
b. Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari
ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan
minum air hangat. Agar buang air besar secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat,
olah raga.
4. Kebersihan Diri
Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar
mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan
perawatan perineum.
a. Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar atau buanga air kecil perineum dibersihkan
secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali
sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas,
juga merasa sakit sehingga pineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan
sabun atau sejenisnya sebaiknya di pakai setelah buang air kecil atau buang
air besar.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
Ibu diberi tahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
samapai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberi tahu tentang jumlah, warna, dan
bau locea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah memebersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka
episiotomy atau laserasi sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.
b. Perawatan payudara
1). Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama ptting susu dengan
menggunakan BH yng menyokong payudara.
2). Apabila puting susu lecet oleskan kolosterum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
3). Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selam 24 jam, ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
4). Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol satu tablet
setiap 4-6 jam.
5. Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru
akan cemas apakan ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini
mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban
kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok
yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Anjurkan ibu supaya istirahat cukup
untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada
kegiatan rumah tangga secara berlahan-lahan serta untuk tidur siang atau
beristirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
6. Seksual
Apabila perdarahan telah berhentidan episiotomi sudah sembuh maka
coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan
pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun
akan menurun ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah
masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh
(proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri.
7. Latihan Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik
seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar
panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan
agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun
dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk
kembali kebentuk semula.
a. Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
1) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena
dapat mengurangi sakit punggung
2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap,
misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
3) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
b. Tujuan senam nifas
Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan
4) Memperlancar pengeluaran lochea
5) Membantu mengurangi rasa sakiit pada otot-otot setelah melahirkan
6) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan
7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dan lain-lain.
c. Manfaat senam nifas
Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki
sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis
dan peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul
dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
d. Kapan harus dilakukan senam nifas?
Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak
ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan
umumnya tidak baik merupakan kontraindikasi dilakukannya senam nifas
misalnya hipertensi, pasca kejang, demam. Untuk itu bila senam nifas
didampingi oleh bidan/tenaga kesehatan sebelumnya dilakukan senam nifas
sebaiknya perikasa dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi
ibu baik dan bisa melakukan geraakan-gerakan senam nifas. Akan tetapi tidak
menutup kemumgkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di rumah
setelah kondisi ibu pulih.
Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan
senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut
masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat lapar, ibu tidak mempunyai
tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.
Ada berbagaai versi gerakan senam nifas. Meskipun demikian tujuan
dan manfaatnya sama. Perkembangan dunia oleh tubuh sudah menciptakan
berbagai pilihan bagi ibu untuk berolahraga seperti pilates, yoga, body
language.
e. Persiapan senam nifas
Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
yaitu sebagaiberikut.
1) Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga.
2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih.
3) Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.
4) Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya
dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut
nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang
normal adalah 60-90 kali per menit.
5) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan.
6) Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendapingi ibu untuk
melakukan senam nifas : perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-
keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindiksi dan periksa
tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu
tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan
sebelum dan sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama
senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan.
Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.
f. Latihan senam nifas
1) Hari pertama :
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan
perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut
dan tahan hingga hitungan ke-5 kemudian keluarkan nafas pelan-pelan
melalui mulut sambil mengkontrasikan otot perut ulangi sebanyak 8 kali.
2) Hari kedua :
Sikap tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua
tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu kemudian
turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar
dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar
tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi sebanyak 8 kali.
3) Hari ketiga :
Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut
ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian diturunkan kembali. Ingat
jangan menghentak ketika menurunkan pantat. Gerakan dilakukan 8 kali.
4) Hari keempat :
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping
badan, tangan kanan diatas perut dan lutut di tekuk. Angkat kepala
sampai dagu menyentuh dada sambil mengerut otot sekitar anus dan
mengkontrasikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan keposisi semula
sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut.
Jangan lupa untuk mengatur pernafasan.Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
5) Hari kelima :
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama mengangkat
kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri
yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan
kontraksikan perut ketika mengangkatkepala. Lakukan perlahan dan atur
pernafasan saat melakukan gerakan. Lakukan gerakansebanyak 8 kali.
6) Hari keenam :
Posisi tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan disamping
badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Janganmenghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perrlahan tapi bertenaga.Lakukan gerakansebanyak 8 kali.
7) Hari ketujuh :
Tidur terlentang kaki lurus kedua tangan di samping badan.
Angkat kedua kaki secara bersama dalam keadaan lurus sambil
mengkontrasikan perut kemudian turunkanperlahan. Atur pernafasan,
lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakandiri. Gerakan dapat
diulang 8 kali.
8) Hari kedelapan :
Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus
dan tahan 5-10detik. Saat anus dikerutkan ambil nafas kemudian
keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengendurkan anus. Lakukan
sebanyak 8 kali.
9) Hari kesembilan :
Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan,
angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90° kemudian turunkan
kembali pelan-pelan.Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur
nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat diulang
sebanyak 8 kali.
10) Hari kesepuluh :
Tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan di
belakang kepala kemudian bangun sampai posisi duduk kemudian
perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan sebanyak 8
kali. Ingat, kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua
tangan yang ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk
duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan
perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.

F. Kunjungan Nifas
Menurut Eni Ambarwati, (2008)
1. Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencagah perdarahan masa nifas karena antonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila
perdarahan
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaiman
mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan ibu dan bayi (bounding Attachement)
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi
2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi berjalan normal : uterus berkontraksi fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan kepada ibu mengenai penyulit-penyulit ibu dalam merawat bayi
b. Memberikan konseling KB secara dini.

G. Tanda Bahaya Masa Nifas


1. Demam
Suhu tubuh ibu yang baru saja melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi
dibanding suhu normal, khususnya jika cuaca sangat panas, namun jika suhu ibu
lebih dari 380C dalam 2 hari lebih itu kemungkinan terjadi infeksi. Penanganan
awal yaitu (Prawirohardjo, 2002) :
a. Istirahat, berbaring
b. Perbanyak minum
c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d. Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok,
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk
dengan cepat.
2. Perdarahan Aktif
Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan
yang sama banyaknya seperti ketika menstruasi. Darah yang keluar seharusnya
tampak seperti darah menstruasi, berwarna tua dan gelap. Darah merembes
sedikit-sedikit saat rahim berkontraksi atau ketika ibu batuk, bergerak atau
berdiri.
Perdarahan setelah persalinan dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
a. Perdarahan primer, yaitu terjadinya dalam 24 jam pertama pasca persalinan
b. Perdarahan sekunder, yaitu terjadinya setelah 24 jam pertama pasca
persalinan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba
merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
3. Keluar banyak bekuan darah
Jika ibu mengalami perdarahan lebih dari gumpalan dalam satu jam, ibu
bisa mengalami perdarahan yang hebat. Ingatkan ibu untuk menggosok rahimnya
untuk membantu berkontraksi dan segera bawa ibu ke rumah sakit.
4. Bau busuk dari vagina
Bau busuk dari vagina dapat disebabkan karena infeksi vagina. Tanda-
tanda awal adalah :
a. Ibu akan merasa sakit di daerah vagina,
b. Keluar nanah dan bau tidak sedap,
c. Kulit vagina yang membengkak dan memerah.
d. Keluarnya cairan dari vagina
e. Disertai dengan demam hingga 380 C
Penanganan awalnya yaitu jagalah selalu kebersihan vagina dengan baik,
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan.
5. Pusing yang terus-menerus
6. Lemas luar biasa
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, di mana
keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan
kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Kurang istirahat akan
mempengaruhi produksi ASI.
Penanganan awalnya yaitu :
a. Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
b. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
7. Keadaan Abnormal Pada Payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah:
a. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae
bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
b. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan
mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
8. Nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
9. Keadaan Abnormal Pada Psikologis
a. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan
variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke
12 setelah melahirkan. Pada 0-3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada
pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat
melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu
mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur di malam
hari.
Pada 3-10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya
muncul biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya
berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima.
Postnatal blues adalah suatu kondisi di mana ibu memiliki perasaan
khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya
sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi
dirinya atau bayinya.
Pada 1-12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik
dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota
keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin
cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
b. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan
dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini
berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama
1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi
terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab
yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan
menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu
karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang orang terdekat
terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi,
terutama pada ibu primipara.
H. Manajemen Laktasi
1. Pengertian
a. Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan
(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit
(perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2
tahun (postnatal) (Perinasia, 2007).
b. Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan
keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009).
2. Langkah-langkah Kegiatan Manajemen Laktasi
a. Masa Kehamilan (Antenatal).
1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat
dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga
serta cara pelaksanaan management laktasi.
2) Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Di
samping itu, perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil
selama kehamilan.
4) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk
mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu
ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-
2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk
kebutuhan gizi ibu hamil.
5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula
perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil
untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya bahwa
kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.
b. Saat segera setelah bayi lahir.
1) Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi
agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai
menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka
terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu
secara naluriah.
2) Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan
rasa aman dan kehangatan.
c. Masa Neonatus
1) Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum
apapun.
2) Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
3) Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
4) Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik
dan benar.
5) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus
tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk
mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar.
6) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
kurang dari 30 hari setelah melahirkan.
d. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).
1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia
bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman
lainnya.
2) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-
hari. Ibu menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-
6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari.
3) Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan
pikiran dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi
ASI tidak terhambat.
4) Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
5) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak
mau menyusu, puting lecet, dll ).
6) Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi
berumur 6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya secara bertahap.
3. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan
2) Mudah dicerna dan diserap, mengandung enzim pencernaan (maka
sering merasa lapar)
3) Mengandung zat penangkal penyakit
4) Selalu berada dalam suhu yang tepat
5) Tidak menyebabkan alergi
6) Mencegah maloklusi / kerusakan gigi
7) Mengoptimalkan perkembangan
8) Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
9) Menjadi orang yang percaya diri
10) Mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik di kemudian hari
(DM, jantung, penyakit keganasan)
b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan
2) Mempercepat involusi uterus
3) Mengurangi anemia
4) Mengurangi resiko Ca Ovarium & payudara
5) Memberikan rasa dibutuhkan
6) Mempercepat kembali ke berat semula
7) Sebagai metode KB sementara
Syarat :
a) Bayi berusia belum 6 bulan dan
b) Ibu belum haid kembali dan
c) Bayi diberi ASI eksklusif
c. Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Menghemat biaya
2) Anak sehat, jarang sakit
3) Mudah pemberiannya
d. Manfaat ASI bagi Negara
1) Mengurangi devisa dalam pemberian susu formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Dengan memberikan
ASI maka dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar/ tahun yang
seharusnya dipakai membeli susu formula.
2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Rawat gabung akan memperpendek lama perawatan ibu dan bayi di
rumah sakit sehingga mengurangi subsidi/biaya rumah sakit. Selain itu,
mengurangi infeksi nosokomial, mengurangi komplikasi persalinan dan
mengurangi biaya perawatan anak sakit di rumah sakit.
3) Mengurangi morbiditas & mortalitas anak
Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di dalam ASI
yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi menjadi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
4) Menghasilkan SDM yang bermutu
Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal
sehingga akan menjamin kualitas generasi penerus bangsa.
4. Jenis-jenis ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).
Menurut waktu pengeluarannya, ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu kolostrum, Air Susu Peralihan dan Air Susu Matur:
a. ASI Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari pertama sampai hari keempat (Purwanti, 2004). Cairan
sifatnya kental dan berwarna kekuningan karena mengandung beta karoten
dan dibutuhkan oleh bayi baru lahir (Bobak, 2000). Kolostrum berwarna
kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel
hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI (Bobak, 2000). Hal ini menyebabkan
bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feces
berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap
melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan
protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan
protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi
Kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa
kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.
Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibanding
ASI matur. Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih
sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Total kalori dalam
kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum. Mineral terutama natrium,
kalium, dan klorida dalam kolostrum lebih tinggi dibanding susu matur.
Vitamin yang larut di air lebih sedikit. Lemak kolostrum lebih banyak
mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih
mengolah kolestrol. Kolestrol ini di dalam tubuh bayi membangun enzim
yang mencerna kolestrol. Karena adanya tripsin inhibitor, hidrolisis protein
di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini sangat
menguntungkan karena dapt melindungi bayi. Bila ada protein asing yang
masuk akan terhambat sehingga tidak menimbulkan alergi. Kekebalan bayi
bertambah dengan volume kolostrum yang meningkat, akibat isapan bayi
baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera
setelah lahir diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke payudara,
agar bayi dapat sesering mungkin menyusui.
b. ASI Peralihan
ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh.
Komposisi ASI Peralihan memiliki protein makin rendah, sedangkan lemak
dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat.
Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktvitas bayi yang mulai aktif
karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini,
pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri
pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan
adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.
c. ASI Matur
Air susu matur disekresi dari hari kesepuluh sampai seterusnya. Air
Susu Matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Air Susu Matur merupakan
cairan yang berwarna kekuning-kuningan yang diakibatkan warna garam
dan kalsium caseinat, riboflavin dan karoten. Air Susu Matur ini
mengandung antibodi, enzim, hormon dan memiliki sifat biokimia yang
khas yaitu kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
Pathway Post partum

Perubahan Fisiologis Perubahan Psikologis

Sistem Sistem Sistem Endokrin Sistem Sistem GI Taking in Taking Letting go


Reproduksi Kardiovaskular Integumen hold
Tonus otot Ibu pasif &
v Involusi dan Estrogen ↓ Peregangan kulit usus ↓ tergantung Adaptasi Mampu
Penurunan
kontraksi uterus akibat kehamilan perubahan menjadi
volume darah
peran orang tua
Produksi prolaktin Sistem
Pelepasan Perubahan Striae muskuloskeletal Kurang penge- Perubahan
jaringan perfusi jaringan gravidarum tahuan tentang menjadi
endometrium Produksi ASI orang tua
Ketegangan perawatan bayi
Kurang Perubahan
Pelepasan postural akibat Ansietas
pengetahuan ttg body image
lochea posisi persalinan
manajemen
laktasi ASI tidak
Volume cairan Isapan bayi Isapan bayi Nyeri
menurun adekuat tidak adekuat keluar
Sistem urinaria
Afterpain Nyeri Oksitosin ↑ Pembendung- Risiko keti-
an ASI dakadekuat
an proses Penekanan uretra oleh
Kontraksi
Luka laserasi laktasi bag terbawah janin
duktus&
alveoli Payudara saat persalinan
Port de entry Risiko bengkak
Edema uretra Retensi urine
bakteri infeksi Gangguan rasa
ASI keluar
nyaman, Nyeri
I. Asuhan Keperawatan Nifas
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian data dasar pasien
Setelah menyelesaikan periode pemulihan awal sekitar satu sampai dua jam
setelah bayi dilahirkan, ibu biasanya ditransfer ke unit nifas. Hal penting yang
harus diperoleh saat ibu diterima di unit post partum adalah laporan yang
komprehensif tentang peristiwa yang terjadi selama periode intrapartum.
Identitas:
- Identitas klien meliputi: Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat
rumah.
- Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku.
b. Riwayat Kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain: Keluhan utama saat masuk rumah sakit,
faktor – faktor yang mungkin mempengaruhi. Sedangkan data yang berkaitan
dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan tekanan darah,
eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan, edema, pusing, sakit
kepala, diplopia, nyeri episgastrik.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, informasi yang dibutuhkan adalah para
dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil atau
antenatal care (ANC) dan imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
Sedangkan untuk mengetahui riwayat persalinan, data yang harus dikaji
adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan,
analgetik, masalah selama melahirkan jahitan perineum dan perdarahan.
d. Pengalaman menyusui
e. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
f. Pemeriksaan Fisik
• Rambut.
Kaji kekuatan rambut klien  klien dengan diet yang baik selama masa
hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.
• Wajah
Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak
mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.
• Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati normal,
sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika
konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
• Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kaji
kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.
• Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut. Palpasi
juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
• Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang
keluar dari baunya.
• Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan
adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen
bagian bawah.
• Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi
sinus inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau kemerahan,
echymosis atau perdarahan bawah kulit, edeme atau bengkak, discharge
atau perubahan lochea, approximation atau pertautan jaringan).
• Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
• Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah
selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
g. Pemeriksaan Penunjang
• Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/Ht): mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan evaluasi efek dari kehilangan darah
pada pembedahan.
• Urinalis : Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut.
b. Gangguan rasa nyaman
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus
d. Perubahan menjadi orang tua.
e. Risiko infeksi
f. Perubahan eliminasi urine
g. Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
dirasakan pasien berkurang
Kriteria hasil :
• tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 –
88x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 360C.
• klien melaporkan nyeri berkurang
• klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
• klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan intervensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, selanjutnya
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada
ketidaknyamanan klien
Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk Dukungan dari keluarga dapat
mencari dan menemukan dukungan membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non Teknik non farmakologi yang benar
farmakologi: napas dada, relaksasi, akan membuat klien rileks dan
distraksi, kompres hangat/dingin nyaman sehingga dapat mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang
Kolaborasi: Penggunaan agens-agens
Berikan analgetik untuk mengurangi farmakologi untuk mengurangi atau
nyeri, seperti menghilangkan nyeri

Diagnosa 2: Perubahan menjadi orang tua


Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien
menunjukkan perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi
Kriteria Hasil :
• Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
• Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
• Berbicara pada bayi
• Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI RASIONAL
Pantau “reaksi orangtua baru” Kekecewaan yang muncul dapat
terhadap bayi, observasi untuk mengurangi rasa tanggung jawab
perasaan jijik, takut atau kecewa orangtua dalam memelohara bayi
dalam masalah jenis kelamin
Tentukan pengetahuan orangtua Pengetahuan yang dimiliki orangtua
terhadap kebutuhan perawatan dasar kan menentukan perawatan yang
bayi/anak dan berikan informasi diberikan orangtua kepada anak
perawatan anak yang tepat, sesuai
indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi Orangtua baru biasanya masih
yang dilahirkan dan diisolasi memiliki rasa takut dan khawatir
ketika akan menyentuh bayinya
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
setelah kelahiran meningkatkan kelekatan antara ibu
dan bayi
Berikan kesempatan kepada ayah Meningkatkan pelekatan antara ayah
untuk memegang anak di area dan bayi
pelahiran
Berikan penghilang nyeri untuk ibu Nyeri yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses pelekatan antara
ibu dan bayi
Berikan privasi keluarga selama Privasi yang diberikan dapat
melakukan interaksi dengan bayi baru membuat keluarga merasa nyaman
lahir berinteraksi dengan BBL
Dukung orangtua untuk menyentuh Pemberian stimulasi berupa
dan bicara kepada bayi baru lahir rangsangan dan sentuhan akan
membuat bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik

Diagnosa 3: Risiko infeksi


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi
tidak menjadi actual
Kriteria hasil :
• Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
• Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas normal
• Klien menunjukkan perilaku hidup sehat
• Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda/gejala infeksi Mengetahui tanda infeksi secara dini
(missal.suhu tubuh, denyut jantung, memungkinkan pencegahan terhadap
pembuangan, penampilan luka, infeksi dan mengurangi keparahan
sekresi, penampilan urin, suhu kulit, infeksi yg mungkin sudah terjadi
lesi kulit, keletihan, malaise)
Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap mengakibatkan infeksi berkembang
imun rendah, dan malnutrisi) leboh cepat
Pantau hasil laboratorium (DPL, Perubahan hasil laboratorium
hitung granulosit absolut, hasil-hasil mengidentifikasikan adanya infeksi
yg berbeda, protein serum, dan
albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan Cuci tangan dengan benar dapat
yg benar mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada pasien dan Perubahan hasil laboratorium dapat
keluarganya tanda/gejala infeksi dan mengindikasikan adanya infeksi
kapan harus melaporkannya ke pusat
kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila Mencegah infeksi
diperlukan

Diagnosa 4: Konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali. Keluhan saat
BAB tidak ada.
Rencana tindakan:
1) Auskultasi bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal.
2) Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
3) Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi sesuai toleransi.
4) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan
5) kolaborasi pemberian laktasif, pelunak feses, suppositoria atau enema.

Diagnosa 5: Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek –efek


hormonal, trauma mekanik dan edema jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan eliminasi
urine
Kriteria hasil: Berkemih tidak dibantu dalam waktu 6–8 jam setelah melahirkan.
Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.
Rencana tindakan:
1) Kaji masukan cairan dan keluar urine terakhir.
2) Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan likasi serta julah aliran lochea.
3) Perhatikan adanya edema atau laserasi episiotomy dan jenis anastesi yang
digunakan.
4) Anjurkan berkemih dalam 6 – 8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam
setelahnya, bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan kekamar mandi.
5) Anjurkan klien untuk minum 6 sampai 8 gelas cairan setiap hari.
6) Kateterisasi sesuai indikasi.

Diagnosa 6: Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi


berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan: Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai
manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan perawatan
dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan kembali mengenai informasi
yang telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan
informasi.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali
pusat dan perawatan payudara.
3) Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4) Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5) Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksannaan strategia dan kegiatan sesuai dengan
rencana keperwatan. Dalam melaksanankan implementasi seorang perawat
harus mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi mencakup
pengkajian ualang kondisi klien. Memvalidasi rencana keperawatan yang telah
disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan,
melaksanankan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di dalam melakukan asuhan keperawatan,
khususnya pada klien post partum dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus mampu berkerja sama dengan klien, keluarga serta anggota tim
kesehatan yang terkait, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat
optimal dan komprehensif.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang tela
dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya ikatan keluarga,
berkurangnya nyeri, terpenuhinya kebutuhan psikologi, mengekspresikan
harapan diri yang positif, komplikasi tercegah / teratasi, bebas dari infeksi, pola
eliminasi optimal, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi,
dipahamin kebutuhan pasca partum (Doenges, 2005).
Daftar Pustaka

Ambarwati EW, Dyah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005. Keperawatan
Maternitas.Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documentating
Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-
muskuloskeletal/
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1).
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-reproduksi-
part-1/
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta.
EGC.
Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas Tribuana
Tunggadewi
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. YBPSP.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai