Hamdani
Kepala Sekolah SMAN 1 Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin
Email: hamdanihamdani22@gmail.com
Abstract: This research was based on the learning activities by using curriculum
2013 in high school. The learning should produce active students by applying
scientific approaches. The teachers had many problems on leading the scientific
approaches. Flipping Classroom is one of the models which can use to overcome
the problems. This model had been used in State High School 1 Banyuasin II. It
provided the numerous tools on making the learning process effectively. The
research found that the flipping classroom could motivate the students to learn
actively. This model had been applied by Jacob Lowell Bishop, Utah State
University and Dr. Matthew A Veliger, Embry-Riddle Aeronautical Univesity of
Daytona Beach.
Keywords: Flipper Classroom Model, Scientific Approach, Global Education
1. Pendahuluan
Page 1 of 15
Kemampuan siswa pada ketrampilan proses masih kurang.3.Waktu yang tersedia
tidak mencukupi.4.Siswa kurang disiplin dan kurang termotivasi.
Page 2 of 15
Banyuasin II Kabupaten Banyuasin pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas X
dalam rangka mencari solusi terbaik dalam pembelajaran scientific (ilmiah) pada
kurikulum 2013.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitzpatrick, Berrett (2012) and Mazur
(2009) dalam menggunakan Flipper Classroom, “students gain first exposure to
new material outside of class, usually via reading or lecture videos, and then use
class time to do the harder work of assimilating that knowledge, perhaps through
problem-solving, discussion, or debates by using flipping the classroom.”
Page 3 of 15
2. Model Pembelajaran Flipper Classroom
Page 4 of 15
pengetahuan di luar kelas menggunakan kerja otak yang lebih tinggi seperti:
penerapan, analisa, sintesa dan mengevaluasi materi pembelajaran di dalam kelas.
Dengan kata lain bahwa pada flipper classroom, pembelajaran ilmiah lebih dulu
dilakukan yaitu dengan analisa individu kemudian asimilasi pengetahuan.
Sedangkan Bloom, memahami terlebih dahulu (asimilasi), kemudian baru analisis
melalui flipper.
John Bransford, Ann Brown, and Rodney Cocking, reports three key
findings about the science of learning, two of which help explain the success of the
flipped classroom.
Then, to develop competence in an area of inquiry, students must: a) have
a deep foundation of factual knowledge, b) understand facts and ideas in the context
of a conceptual framework, and c) organize knowledge in ways that facilitate
retrieval and application” (p. 16).
Dengan flipper classroom semua siswa di beri kesempatan yang sama untuk
mencari dan mengkaji (analisis) materi pembelajaran melalui video pembelajaran
atau tutorial sehingga siswa mendapatkan pengetahuan faktual secara garis besar
sebelum mendiskusikannya di kelas bukan ceramah guru.
Pengetahuan melalui kajian video atau tutorial tentunya masing-masing
siswa berbeda, maka metacognitive siswa akan terus berkembang dan proses
pembelajaran sebenarnya sedang berlansung.
John Bransford, “A ‘metacognitive’ approach to instruction can help
students learn to take control of their own learning by defining learning goals and
monitoring their progress in achieving them” (p. 18)
Secara umum model flipper classroom dapat di lihat seperti bagan di bawah
ini:
Page 5 of 15
Pada bagan bagian sebelah kiri menggambarkan kegiatan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan tradisional di mana guru sebagai pusat belajar
(teacher’s centre). Semua siswa mengikuti materi pembelajaran secara tertib di
ruangan kelas, selanjutnya penekanan materi pembelajaran dilakukan di rumah
secara individu.
Page 6 of 15
Bermamn and Sams,”Students gain control of the learning process through
studying course material outside of class, using reading, pre-recorded video
lectures (using technology), or research assignments. During class time, instructors
become facilitators (students ‘Centre) of the learning process by helping students
work through problems individually and in groups (active learning activities.
Active learning activities, merupakan tujuan pokok proses pembelajaran.
Active learning memerlukan berperan aktif bukan hanya duduk diam. Strategi
pembelajaran dapat berupa tanya jawab, diskusi antar teman dan pemecahan
masalah. Strategi pembelajaran lain dapat pula denga menggunakan puzzle atau
game.
Page 7 of 15
atau dikenal dengan PR, dilakukan secara bersama-sama dengan guru. Cara ini
dilakukan untuk pengembangan tugas dan pemecahan masalah melalui
pembelajaran cooperative. F. Flipper + Problem Based Learning. Problem Based
Learning (PBL) adalah sebuah model yang diperkenalkan oleh apple untuk
digunakan dalam pendidikan tinggi. Model ini adalah bentuk model pembelajaran
terstruktur yang memiliki dasar dalam strategi metodologi induktif. Bukan menya-
jikan siswa dengan suatu masalah untuk
dipecahkan, CBL menawarkan konsep-
konsep umum yang siswa mendapatkan tantangan.
Flipper Classroom Model sangat mudah dilakukan dalam pembelajaran
aktif dimana pusat pembelajaran terletak pada siswa (students’ centre learning).
Flipper Classroom model sangat membantu kurikulum 2013 dengan pendekatan
scientific.
Berikut adalah langkah-langkah Flipper Classroom Model: 1. Siapkan
Video Pembelajaran. Video pembelajaran pada materi pelajaran dapat di buat oleh
guru atau dengan cara mendownload dari berbagai sumber belajar. Selain video
dapat pula dengan menampilkan youtube materi pembelajaran. Video atau youtube
pembelajaran telah banyak tersedia baik secara online atau cd pembelajaran.
Carilah video pembelajaran yang memuat materi contextual teaching, bukan
imajinasi. 2. Share (bagikan) Video/ youtube. Pada saat video atau youtube tentang
materi pembelajaran telah dibuat atau di download, bagikan tautan tersebut kepada
siswa.Siswa kemudian menonton tayangan video atau youtube
pembelajaran di rumah, sebelum belajar di kelas.Kegiatan ini memberikan mereka
kebebasan tentang bagaimana, kapan dan dimana mereka akan belajar dan
memungkinkan mereka terlibat dengan isi tayangan video dengan cara yang cocok
untuk mereka. Mereka dapat menonton sendiri, dengan teman atau orang tua
dengan menggunakan perangkat yang mereka pilih seperti; iPode, computer,
laptop. Mereka dapat berhenti atau istirahat sebentar, menonton kembali atau
mengulang. Siswa kemudian datang ke kelas pada materi yang sesuai dengan
pengetahuan, pertanyaan dan hasil pengamatan serta ide-ide yang baru yang
mendukung pembelajaran tersebut. Kegiatan siswa periode ini telah mengikuti
Page 8 of 15
pendekatan pembelajaran dengan prinsip 5M. 3. Menghabiskan waktu di kelas.
Para siswa telah menonton tayangan video di rumah, para siswa dapat menerapkan
hasil pengamatan, pemahaman, dan analisis materi pembelajaran di dalam kelas.
Kelas dapat di bentuk secara individu atau kelompok-kelompok kecil. Kegaiatan
ini dapat berupa diskusi, debat atau tanya jawab. Guru sebagai fasilitator dan
motivator. Kegiatan ini sampai pada kesimpulan akhir oleh siswa dengan arahan
dan masukan guru. Kegaiatan ini dapat pula dengan prinsip, “Learn and DO,”
apabila materi pembelajaran menghendaki.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif induktif, dimana
penelitian ini di mulai dari banyaknya permasalahan yang diahapi guru dalam
menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan pembelajaran scientific. Cresswell
(2008)”an inductive approach aimed at reducing the data into a manageable
number of themes that addressed the concerns of the study”.
Peneliti berusaha ingin mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada
dalam penerapan pendekatan scientific pada kurikulum 2013 melalui penelitian
kualitatif. Qualitative research has the natural setting of the direct source of data
and the research of the key instrument; 2) qualitative research is descriptive;
3) Qualitative researches are concerned with process rather than simply with
outcomes or product; 4) qualitative research tend the analyze their data
inductively, 5 “meaning” is the essential concern to the qualitative approach,
Bogdan dan Biklen (1982).
Peneliti mencari pemecahan permasalahan pendekatan scientific dengan
melakukan penelitian perpustakaan dari berbagai sumber sehingga pada saatnya
nanti hasil penelitian atau kajian ini dapat digunakan oleh para guru atau pendidik
dalam rangka menyukseskan kurikulum 2013. Peneliti juga melakukan studi
literature serta hasil wawancara dari para peneliti terdahulu.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data wawancara dalam
penelitian ini, dan didukung hasil penelitian dan teori-teori terkait. Esternberg
(dalam Sugiono, 2007: 231) mendefenisikan wawancara sebagai berikut:” a
meeting of two person to exchange information and idea through question and
Page 9 of 15
responses, resulting in communication and join construction of meaning about a
particular topic,”
Pada penelitian ini peneliti berusaha menelaah proses pembelajaran di
SMAN 1 Banyuasin II, pada mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas X dengan
menggunakan model Flipper Classroom. Data observasi tersebut menjadi data awal
atau primer pada penelitian ini. Sugiyono (2007:2013), Observasi sebagai tehnik
pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik dibandingkan dengan teknik lain.
Objek pengumpulan data pada penelitian ini adalah siswa kelas X mata
pelajaran Bahasa Inggris pada SMAN 1 Banyuasin II, Kecamatan Banyuasin II,
Kabupaten Banyuasin. Selain peneliti melakukan observasi dokumen, juga
melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran. Peneliti melakukan studi
dokumen dengan cara melihat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) guru. Hadari (2005) studi dokumen, “cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan perubahan atas kurikulum 2006
atau KTSP. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
scientific dengan harapan bahwa proses pembelajaran akan menjadi faktual bukan
imajinasi. Pendekatan tersebut meminta siswa untuk dapat melakukan; mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan menyajikan (5M). Dalam pendekatan 5 M
memerlukan pengetahuan yang cukup dalam pemilihan model pembelajaran
berbasis siswa. Model pendekatan yang dapat diguanakan seperti: Discovery
Learning, inquiry learning, problem based sovling dan tentunya flipper classroom.
Flipper classroom adalah model pembelajaran berbasis blended learning
dengan menggunakan video atau youtube dalam pembelajarannya. Flipping the
classroom is a “pedagogy-first” approach to teaching. In this approach in-class
time is “re-purposed” for inquiry, application and assessment…….Bergmann and
Sams (2012)
Mazur (2009); “flipping the classroom” berarti semua siswa diminta
mencari materi pembelajaran di luar jam sekolah, biasanya melalui membaca, video
Page 10 of 15
pembelajaran, youtube dan bahan pendukung lainnya, setelah itu pendalaman
matreri pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan diskusi, debat atau tanya
jawab.
Page 11 of 15
Dari uraian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan flipper classroom model sangat membantu guru dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran scientific dalam kurikulum 2013.
Berikut adalah hasil penelitian dan kajian tentang flipper classroom model:
Page 12 of 15
good thing." But he says lecturing, even at a leisurely pace, is still bad
pedagogy. "It's just kind of 'Lecture 2.0.
Flipping the classroom, she says, has made her students more independent,
less-stressed learners, because for many students, the hardest part is
applying the lesson to problem sets.
5. Kesimpulan
Kerja keras adalah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk
dapat memperoleh model atau strategi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat di capai dan dapat mensejajarkan diri dengan guru di Negara lain.
Daftar Pustaka
Page 13 of 15
Ananda, R. (2013). Pendekatan Kurikulum 2013 dan Implematasinya.
Unisa.Univ, 4.
Bragman and Sam. (2012). Collaborative Learning. Baltimore: The John Hopkins
University Pres.
Page 14 of 15
Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
University.
Patrick, M. (2012). Classroom Lecture go to digital. The New York Times, 24.
Page 15 of 15