OLEH :
KELOMPOK 7
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Aset tetap merupakan aset berwujud yang ditandai dengan keberadaan atau
substansi fisik. Hal inilah yang membedakan aset tetap dengan aset tidak
berwujud seperti paten atau goodwill. Tidak seperti bahan baku, aset tetap tidak
secara fisik menjadi bagian untuk produk yang akan dijual kembali.
2. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar: Jumlah revaluasian = nilai wajar
(pada tanggal revaluasi) - Akumulasi penyusutan dan Akumulasi rugi penurunan nilai asset
(yang terjadi setelah tanggal revaluasi).
Revaluasi adalah penyesuaian yang dibuat agar nilai Aset Tetap sesuai dengan nilai wajar
atau nilai pasar yang berlaku di waktu sekarang. Ketika pertama kali membeli suatu Aset
Tetap, pencatatan nilai Aset Tetap tersebut selalu sesuai dengan harga perolehannya. Namun,
nilai Aset Tetap tersebut jika ditinjau dari nilai pasar akan selalu berubah dari waktu ke waktu.
Dengan revaluasi, nilai dari Aset Tetap Anda akan ter-update sesuai dengan nilai pasar Aset
Tetap terkait di waktu sekarang.
Ketika hasil revaluasi menunjukkan angka positif, di mana nilai buku Aset Tetap
terapresiasi akibat penyesuaian terhadap nilai pasar, kenaikan nilai tersebut tidak boleh dicatat
dalam laporan laba rugi (Income Statement). Kenaikan tersebut harus dikreditkan di akun
khusus dalam laporan ekuitas. Nama akun tersebut adalah Revaluation Surplus. Di dalam akun
ini terkandung segala kenaikan tiap nilai Aset Tetap akibat revaluasi sampai Aset Tetap
tersebut dijual, disumbangkan, atau dibuang.
Namun sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai (impairment), penurunan tersebut harus
didebit di akun Revaluation Surplus. Jika penurunan atau kerugiannya melebihi nilai surplus,
maka harus dicatat pada akun impairment loss. Nilai Aset Tetap yang sudah direvaluasi
kemudian menjadi nilai dasar baru untuk didepresiasi. Depresiasi masih terus dilakukan pada
Aset Tetap dengan nilai buku yang baru, di umur ekonomis yang masih tersisa.
Contoh:
Perusahaan Maju Jaya membeli sebuah mesin pada tanggal 1 Januari 2018 dengan harga
perolehan Rp200.000.000. Perusahaan Maju Jaya menggunakan metode depresiasi garis lurus
dan tidak ada nilai sisa. Umur ekonomis mesin tersebut terhitung 20 tahun. Maka terhitung
depresiasi per tahunnya Rp10.000.000 (R 200.000.000/20). Pada tanggal 1 Januari 2020, mesin
tersebut direncanakan akan direvaluasi. Sebagai informasi, nilai buku mesin tersebut di tanggal
1 Januari 2020 adalah Rp180.000.000 (Rp200.000.000 (harga perolehan) – Rp20.000.000
(depresiasi akumulasian)). Setelah direvaluasi, ternyata nilai mesin tersebut di tanggal 1
Januari 2020 adalah Rp190.000.000. Ada perbedaan Rp10.000.000 antara nilai buku dengan
nilai hasil revaluasi. Maka pencatatan jurnal kenaikan nilai mesin akibat revaluasi tersebut
adalah:
Mesin Rp. 10.000.000
Revaluation Surplus Rp. 10.000.000
Contoh:
PT X membeli sebuah mesin pada bulan Januari 2017 dari China, dikirim ke Indonesia dengan
menggunakan kapal dan memakan waktu kurang lebih15 hari untuk sampai ke Indonesia di
pelabuhan Tanjung Perak. Dari pelabuhan, mesin harus terlebih dahulu melewati proses
administrasi cukai, kemudian ada pengecekan mesin (testing), pemasangan dan pengkondisian
mesin hingga siap digunakan. Mesin tersebut baru siap digunakan pada bulan Maret 2017.
Menurut PSAK 16, mesin tersebut disusutkan mulai bulan Maret 2017, namun menurut
ketentuan perpajakan, mesin harus disusutkan sejak bulan Januari, karena sudah dilakukan
pengeluaran terkait mesin tersebut.
Selain aspek pengenaan pajak seperti diuraikan di atas, hal lain yang juga diatur dalam
ketentuan PMK No. 79 tahun 2008 adalah perlakuan revaluasi aset tetap menurut fiskal harus
diterapkan pada seluruh aset tetap. Ketentuan ini berbeda dengan menurut akuntansi/komersil
yang menetapkan revaluasi dapat dilakukan hanya pada kelompok aset yang ingin diterapkan
model revaluasi tersebut. Selain itu, jangka waktu revaluasi menurut fiskal dapat dilakuan
kembali setelah 5 tahun terhitung dari jangka waktu terakhir aset direvaluasi, sedangkan
menurut akuntansi dalam PSAK 16 jangka waktu revaluasi aset tetap tergantung perbedaan
nilai wajar asset tetap yang direvaluasi dengan jumlah tercatatnya. Jika perubahan nilai wajar
signifikan, maka revaluasi aset tetap perlu dilakukan setiap tahun, namun jika tidak signifikan
revaluasi bisa dilakukan setiap 3 atau 5 tahun sekali.
Hubungan Revaluasi Aset Tetap untuk Tujuan Pajak dan Akuntansi
Revaluasi aset tetap untuk tujuan pajak sesuai dengan PMK 191/2015 sebagaimana telah
diubah dengan PMK 233/2015, yang mengatur sebagai berikut:
1) Revaluasi aset tetap tidak dapat dilakukan kembali sebelum 5 tahun.
2) Dapat dilakukan untuk sebagian aset atau seluruh aset.
3) Masa manfaat aset tetap setelah revaluasi disesuaikan kembali menjadi manfaat penuh
untuk kelompok aset tersebut.
4) Dasar penyusutan aset tetap adalah nilai pada saat revaluasi aset tetap.
Revaluasi aset tetap untuk tujuan akuntansi mengikuti ketentuan PSAK 16 "Aset Tetap"
sebagai berikut:
1) Revaluasi aset tetap dilakukan untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara
signifikan dengan nilai wajar.
2) Jika suatu aset direvaluasi maka seluruh kelompok aset tetap dalam kelas yang sama
direvaluasi.
Tarif Revaluasi Aset khusus tahun 2015 dan 2016 itu sebagai berikut:
• 3% (tiga persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian kembali
aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, dan melunasi Pajak
Penghasilan sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;
• 4% (empat persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian
kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, dan melunasi Pajak
Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan
tanggal 30 Juni 2016;
• 6% (enam persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian
kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, dan melunasi Pajak
Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1 Juli 2016 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2016
Keuntungan bagi Wajib Pajak yang melakukan revaluasi berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan nomor 191/PMK.010/2015 ini adalah :
1. Diskon tarif PPh menjadi lebih kecil yaitu, 3%, 4% atau 6% saja;
2. Sisi aktiva Neraca perusahaan akan naik sebesar nilai lebih dan dicatat dalam akun
“Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Wajib Pajak Tanggal …. “. Akun ini
disusutkan sesuai masa manfaat aktiva Tetap. Artinya, tahun-tahun setelah revaluasi
penghasilan neto fiskal akan tergerus oleh penyusutan selisih lebih revaluasi.
3. Sisi ekuitas Neraca akan muncul “saham baru” baik berupa saham bonus atau saham
baru tanpa penyetoran. Saham baru ini bukan objek PPh sesuai Pasal 2 huruf b Peraturan
Pemerintah nomor 94 tahun 2010. Secara umum, penambahan saham tanpa setoran,
apapun namanya, dianggap dividen. Bisa dicek bagian penjelasan Pasal 4 (1) huruf g UU
PPh.
Jika entitas melakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan akuntansi dan pajak, maka pajak
kini dan tangguhan di penghasilan komprehensif lain atau laba rugi, tergantung pada peristiwa
yang menyebabkan timbulnya konsekuensi pajak kini dan tangguhan tersebut. secara
akuntansi, kenaikan nilai tercatat aset akibat revaluasi diakui di penghasilan komprehensif lain.
Saat entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka:
a. Jumlah pajak yang telah dibayar diakui di penghasilan komprehensif lain dan
terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
b. Jumlah tercatat suatu aset tetap yang direvaluasi secara pajak dan akuntansi akan menjadi
sama dengan dasar pengenaan pajaknya, sehingga tidak terdapat perbedaan temporer atas
aset yang direvaluasi tersebut. Jika sebelum tanggal persetujuan otoritas perpajakan
entitas memiliki aset atau liabilitas pajak tangguhan, maka peristiwa ini mengakibatkan
pembalikan perbedaan temporer yang sebelumnya timbul. Pembalikan perbedaan
temporer tersebut diakui dalam laba rugi.
c. Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menentukan perbedaan temporer yang
mungkin timbul atas nilai tercatat aset dalam laporan keuangan dan dasar pengenaan
pajaknya. Entitas mengakui konsekuensi pajak kini dan tangguhan yang timbul atas aset
tetap yang direvaluasi, termasuk pembalikan perbedaan temporer yang mungkin timbul
pada masa depan, bergantung pada peristiwa yang menyebabkan timbulnya konsekuensi
pajak tersebut sesuai dengan PSAK 46 paragraf 58.