Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Menurut buku Ilmu Kesahatan Anak II FK Unair Surabaya, 1989 : 257 mengatakan bahwa
Hyperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang biasanya diserta
dengan ikterus. Kadar bilirubin normal adalah 0 – 1 mg/%.
Sedangkan menurut Wong Dounal and Whaley Lucille, 1990 : 1236 mengatakan
hyperbilirubiemia ( joundace) pada bayi baru lahir adalah timbunan dari serum bilirubin melebihi
batas normal ( 5 – 7 mg/100 dl)
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus dibedakan pada bayi menjadi 3, yaitu :
a. Ikterus Fisiologik
Disebut Ikterus fisiologik bila :
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) kedua bilirubin indirek tidak melampaui 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan 12,5
mg % pada neonatus kurang bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % per hari
4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg %
5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologi
b. Ikterus Patologik
Disebut ikterus patologik bila :
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2) kedua bilirubin indirek melampaui 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg
% pada neonatus kurang bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg % per hari
4) Ikterus menetap sesudah 2 pertamamg %
5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg %
6) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi berat atau
keadaan patologik lain yang telah diketahuikeadaan patologi
c. kern-ikteus
adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunanbilirubin tak
terkonjugasi dalam sel-sel otak. Kerusakan ini terjadi pada korpus striatus, thalamus, nucleus
subtalamus, hypokampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar ventrikulus ke IV.. Gejala
Kern Ikterus pada permulaan kurang jelas, dapat berupa mata yang berputar, letargi, kejang,
tak mau makan, tonus otot meningkat, leher kaku dan akhirnya epistotonus (purnawan
Junaidi, dkk, 1982 : 548)

2. Etiologi
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi sebagai berikut :
a. Produksi yang berlbihan yang melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya. Terdapat
pada hemolisis yang meningkat akibat inkompetibleitas golongan darah. (Rh, ABO
antagonis, atau defisiensi ensim G6PD)
b. Gangguan pada proses pengambilan dan kenjugasi hepar dapat disebabkan oleh imaturasi
hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, hypoksia, dan gangguan fungsi hepar
dan infeksi
c. Gangguan dalam transportasi. Untuk dapat diangkut ke hepar bilirubin diikat oleh albumin
terlebih dahulu. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banayak bilirubin indirek bebas
dalam darah yang mudah melekat pada otak
d. Gangguan dalam sekresi dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar, akibat
penyakit hepar bawaan, infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. (ngastiyah, 1997 :
199)
3. Patofisologi
 Produksi berlebihan
 Gangguan konjugasi hepar
 Gangguan transportasi
 Gangguan ekskeresi

Hyperbilirubinmia

Bil Indirek bebas dalam Ikterus pada kulit Bilirubin dalam darah
darah  terikat albumin
Gatal
Mudah melekat pada sel Defisiensi albumin
otak Resiko gangguan
integritas kulit
Kerusakan otak Defisiensi immunology
(kernikterus)

Resiko infeksi
Letargi
Kejang Resiko gangguan jalan
nafas
Tak mau m,engisap Resiko kurang nutrisi
Tonus otot 
Epistotonus Resiko aspirasi

4. Penatalaksanaan
a. mempercepat proses konjugasi misalnya dengan pemberian fenobarbital.
Fenobarbitaal dapat bekerja sebagai enzim induser sehingga konjugasi dapat dipercepat
b. menambah substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi sseperti pemberian
albumin untuk mengikat bilirubin bebas
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan terapi sinar yang dapat menurunkan kadar
bilirubin dengan cepat. Terapi sinar mengubah senyawa 4 Z, 15 Z – bilirubin menjadi
senyawa bentuk 4 Z, 15 E Bilirubin yang merupakan bentukisomer yang mudah larut dalam
plasma sehingga mudah disekresi oleh hati kedalam empedu. Dari empedu dilepas ke usus
untuk kemudian diskresi bersama faeses.
Photo terapi dilakukan pada keadaan :
1) Kenaikan bilirubin indirek yang sangat cepat ( 0,4 mg/kg/jam), atau kadar
bilirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi dalam keadaan hemolisis ditandai dengan ikterus
pada hari I
2) Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah tranfusi tukar
Photo terapi tidak dilakukan pada bayi dengan ganguan motilitas / peristaltic usus. (obstruksi,
enteristis)
d. Tranfusi tukar dengan indikasi :
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek kurang dari 20 mg %
2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat ( 0,3 – 1 mg 5 / jam)
3) Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda – tanda dekompensasi
jantung
4) Bayi dengan kadar Hb talipusat kurang dari 14 mg %, bilirubin lebih dari 5
mg % dan test coombs direk yang positif
5. Pemgkajian Keperawatan
a. Anamnese orang tua/keluarga
Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal
ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO, incompatibilitas
lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau
ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan enzim darah merah.
Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan kaena pengaruh pregnanediol.
b. Riwayat kelahiran
 Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan
merupakn predisposisi terjadinya infeksi
 Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan
mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat
konjugasi bilirubn.
 Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya (hypoksia)
, acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
 Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ
tubuh (hepar).

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
2) Kepala leher
 Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada
mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung
pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning)
 Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
3) Dada
 Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda
peningkatan frekuensi nafas.
 Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus
yang disebabkan oleh adanya infeksi
4) Perut
 Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal
ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan
Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
 Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubun enterohepatik
 Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis
bacterial, tixoplasmosis, rubella
5) Urogenital
 Urine kuning dan pekat.
 Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur
merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
6) Ekstremitas
Menunjukkan tonus otot yang lemah
7) Kulit
 Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas
menurun.
 Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
8) Pemriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lainmenunjukkan adanya tanda –
tanda kern - ikterus
d. Pemerksaan Penunjang
1) Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
2) Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
3) Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan
4) Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll
5) Skreening ikterus melalui matode kremer.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi , imaturyti hati
b. Gangguan integrritas kulit berhubungan dengan jaondase
c. Perubahan temperatur tubuh berhubunga dengan phototerapi
d. Perubahan volume cairan berhubungan dengan intake rendah dan efek fototerapi
e. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan kemampuan menghisap menurun

7. Rencana intervensi
a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati
Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi
Criteria hasil
1. tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur, dan
kerusakan kulit
2. Bayi terlindung dari sumber cahaya

Intervensi
1) Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus
R/ menhindari kontak langsung mata dengan sinar
2) Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)
R/ mencegah keterlambatan penanganan
3) Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan perlindungan mata dan kemaluan
R/ Pencahayaan maksimum dan merata serta organ vital terlindungi dari kerusakan
4) monitor temperatur aksila
R/ pemaparan panas dengan sinar memungkinkan terjadinya ketidakstabilan suhu
badan
5) pastikan intake cairan adequate
R/ Pemaparan panas meningkatkan penguapan yang harus segera diganti dengan
intake cairan
6) jaga bersihan perianal
R/ Menekan resiko ieritasi kulit
b. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adequate sekunder kemapuan
menghisap turun
Tujuan : tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
Kriteria hasil
1) Porsi minum habis
2) BB naik
3) Menghisap kuat
Intervensi
1) berikan nutrisis secara adequate
2) Berikan minum tepat waktu dan sesuai ukuran dan kebutuhan
R/ menganti cairan dan nutrisi yang hilang akibat terapi sinar
3) observasi kemampuan menghisap
R/ pemasukan nutrisi adequate bila kemampuan mengisap baik
4) Kpasang Sonde bila kemampuan mengisap turun
R/ mningkatkan intake melalui sonde karena gagal melalui mulut
5) Timbang BB setiap hari
R/ memantau perkembangan kebutuhan nutrisi
6) Kolaborasi ahli gizi
Asuhan Keperawatan Bayi Ny “T” Dengan Diagnosa
HYPERBILIRUBIN Di Ruang NICU RSUD Umbu Rara Meha
Waingapu
I. IDENTITAS
Nama : By Temu Tgl. MRS : 22 – 7 - 2017
Umur : 12 hari Diagnosa : NA + Ikterus Neonatorum
Jenis kelamin : Laki
BB MRS : 2700 mg PB : 48 cm
Identitas orang tua
Nama Ayah : Supri
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ny temu
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kampung Baru
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : Ikterus dan post sepsi
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a. Pre Natal : dan tidak pernah minum obat/jamu selain yang
diberikan dokter. Selama hamil tidak pernah ada keluhan yang berarti dari kehamilannya
b. Natal : Lahir pada tanggal 12 Juli 2017 di RSUD URM
dengan SC. Letak lintang. Ketuban pecah dini 1 jam 27 menit sebelum bayi lahir dengan
warna jernuh. Apgar Score 357, BBL = 2700 PB 48 cm, LK = 34 cm, LD = 31 cm. Lahir
dengan aspiksia berat dn ikterus
c. Post natal : bayi dikirm ke neonatology karena ikterus dan
asfiksia berat.
3. Riwaat keperawatan saat ini
Saat ini dalam perawatan diruang neonatology , sedang dalam terapi sinar. Reflek mengisap
membaik, O2 terus terpasang 1 l/mnt,.Menangis kuat. Bayi masih kelihatan lemah. Kuning
diseluruh tubuh masih kleihatan. Bayi dipasang infus D 10 % 250 cc/ 24 jam. Sementara
dipuasakan

III. Pemeriksaan fisik


K/u lemah, reflek menggenggam lemah, reflek mengisap kuat, reflek menangis kuat, reflek
moro ( +) Tonus otot cukup. Tanda vital : Nadi : 140 x/mnt, RR = 44 x/mnt, suhu = 36 ,7 C
Kepala
Rambut hitam, tipis, chepal hematom (- ) Caput sedanium (-), muka bentuk oval, simetris .
Ikterus ( + )
Mata
Kemerahan (-) Iktrus (+) selama foto terapi mata ditutup dengan kaca mata hitam
Hidung
Skret ( - ) , gerakan cuping hidung ( - ), terpasang O2 pernasal
Mulut
Bibir merah, lidah bersih, cianosis ( -) . Mengisap ( minum) kuat . Menangis kuat. Moniliasis
(-)
Telinga : Tak dijumpai kelainan
Leher: Tak ditemukan kelainan
Dada : Bentuk simetris, Rhonci / wheezing ( - / - ). Retraksi (- ) , ikterus ( + ) kulit dada
banyak mengelupas.
Abdomen
Talip usat belum kering, triplede diberikan ( + ) Kembung ( -)peristaltic ( +) gerakan seirama
nafas, hepar tak teraba, ikterus ( + )
Genetalia
Tak ditemukan kelainan. Skrotum sudah turun, selam terapi sinar selalu di tutup dengan popok
BAK kekuningan 5-6 x/hari
Rectum
Tak ditemukan kelainan.
Ekstremitas
Reflek menggenggam lemah, reflek moro ( +) Tonus otot cukup.Pergerakan lemah, iktrus
( + ). Akral hangat
Pemeriksaan neurologis
Kejang ( - ), epistotonus ( - )
Integumen
Turgor cukup, kelelmbaban cukup, lesi ( - ) ikterus ( + ) kremer 3

IV. Pemeriksaan Penunjang Tgl 23 Juli 2017


Hasil Laboratorium tgl 21 Juli 2017 Bilirubin total = 18
Bilirubin total = 22 mg mg% Tgl 25 juli 2017
GDA = 70 Bilirubin total = 14
Hb = 18.4 mg %
Leukosit = 74000 V. Terapi yang diperoleh
SE = 65 Infus D 10 % 250 cc/24 jam
Gol Darah =O Sementara dipuasakan
CRP = 0,6 ( negatif) O2 terpasang 1 ltr/mnt
Head up kepala Termoregulasi
Fdoto terpi 24 jam Meronem 3 x 30 mg iv
ANALISA DATA

N DATA KEMUNGKINAN MASALAH


O PENYEBAB
1. S:- Foto terapi Resiko tinggi
O : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg% perubahan suhu
mulai jam 00 WIB dilakukan foto Pemajanan badan
terapi. Posisi terlentang. Suhu badan langsungpanas/sinar
36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650 gr.
Resiko Panas tubuh
meningkat
Melebihi batas normal
2 S:- Foto terapi Resiko injury
O : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg%
mulai jam 00.00 WIB dilakukan foto Pemajanan
terapi. Posisi terlentang. Kedua mata langsungpanas/sinar
ditutup dengan kaca mata hitam serta
kemaluan di kenakan popok. Suhu Cedera mata/genetlia
badan 36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650
gr. Posisi tidakpernah dirubah selama
foto terapi
3 S;- Ikterus Resiko
O : : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg% Phototerapi kerusakan
Suhu badan 36.5 0 C. turgor cukup. BB (bil. Kult  ) intgeritas kulit
2650 gr. Kulit dada tampak banyak
mengelupas Gatal kulit
kering

Integritas berubah/rusak

4 S:- Foto terapi Resiko devisit


O : Sementara dipuasakan. Infus d10% volume cairan
250 cc/24 jam. Turgor cukup. Tx Pemajanan tubuh
Photo terapi I sedang berjalan langsungpanas/sinar
dimulai jam 00.00 . Suhu badan
36.7 C. Nadi 120 x/mnt Peningkatan Penguapan

Kehilangan volume cairan


berlebihan

Intake tidak seimbang (puasa)

Devisit volume cairan


Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati
2. Resiko devisit volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan penguapan
sekunder foto terapi
3. Resiko perubahan suhu badan (Peningkatan suhu badan) berhubungan dengan
pemajanan sinar yang lama seknder foto terapi
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan denga peningkatan bilirubin dikulit
dan efek foto terapi

Rencana Keperawatan
Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati
Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi
Criteria hasil
1. tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur,
dan kerusakan kulit
2. Organ vital bayi terlindung dari sumber cahaya

Intervensi
1) Pertahankan proteksi mata dan genetalia dengan fiksasi yang memadai
R/ kontak langsung mata dangenetalia dengan sinar ultra violet dalam jangka panjang berakibat fatal
2) Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)
R/ mencegah keterlambatan penanganan
3) Pastikan lampu dalam kondisi siap pakai
R/ Keruakan lampu (pecah, strum meneybar ke box) dapat menimbulkan cedera baru pda bayi
4) Observasi tadna vital klien, tanda dehidrasi, tanda hypertermi
R/ peningkatan penguapan akibat pemaparan panas terus menerus dapat berakibat dehidrasi dan
hypertermi

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemajanan sinar (panas) yang lama
sekunder foto terapi
Tujuan : selama tindakan foto terapi tidak terjadi kekurangan cairan
Kriteria hasil
Tidak ada tanda dehidrasi
 Turgor baik
 Kelembaban kulit baik
 Mata tidak cwong
 Mukosa tidak kering

Rencana intervensi
1. Observasi tanda dehidrasi setiap jam selama fototerapi
2. Observasi tanda vital
3. berikan minum PASI 8 x 40 cc/ 24 jam 9 k/p ekstra
4. Observasi intake cairan dar infus. Pertahankan kelancaranannya
5. Observasi output urine

Resiko Perubahan suhu tubuh ( Peningkatan suhu badan) berhubungan dengan pemajanan panas
yang lama sekunder foto terapi
Tujuan ; Perubahan suhu dalam batas normal
Criteria hasil
Suhu badan dalam batas 36.5 0 C – 37.5 0 C

Intervensi
1) Kontrol / obsevasi suhu badan setiap jam selama foto terapi berlangsung
R/ Perubahan suhu dapat terjadi dengan cepat akibat pemaparan sinar yang juga sebagi sumber
panas.
2) Ubah posisi bayi setiap 2 jam
R/ Pemajanan yang merata dan bergantian mengurangi resiko tidak efektifnya pusat suhu badan
3) Hentikan/istirahatkan foto terapi bilashu diatas 38 C.
R/ Semakin lama pemajanan semakin tinggi kemungkinan perubahan suhu banan
4) Kompres basah bila suhu meningkat
R/ Pemberian kompres mengurangi / sebagai media konduksi pembuangan panas
5) Kolaborasi dokter bila panas tidak / sulit turun/ terlalu tinngi untuk mendapatkanantipiretik

IMPLEMENTASI
Dx Tgl Jam Kegiatan
1,2 22/7/17 08.00 - Mengkaji gejala kardinal ( suhu 36 20 C, Nadi 124 x/mnt)
- Menyiapkan pemeriksaan bilirubin total ( H v/d B)
10.00 - Memberikan susu perspeen 40 cc habis
- Memberikan posisi terlentang
1,2,3 12.00 - Mengobservasi tanda dehidrasi
- Mempertahankan foto terapi
- Memperhatikan kelancaran cairan infus ( mengobservasi tetes infus)
- Mengobservasi tanda vital ( suhu 370 C, Nadi 128 x/mnt)

1.,2 23/7/17 13.30 - Mengkaji gejala kardinal ( suhu 37 20 C, Nadi 120 x/mnt)
- Memberikan susu perspeen
- Mengatur posisi klien tengkurap
15.00 - Memperhatikan dan menjaga kelancaran cairan infus
- Memandikan bayi
- Memberikan injeksi meronem
24/7/20 15.00 Memandikan bayi dan mengganti baju
Observasi gejala kardinal
Membrikan susu per sepeen
Melepas infus
Sementara foto terapi stop/istirahat

Catatan perkembangan ( Evaluasi )

Tgl 23/7/17 Tgl 26/7/17


S :- S :-
O : Suhu : 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt O : Suhu : 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt
A : Tidak terjadi peningkatan suhu badan diatas A : Tidak terjadi peningkatan suhu badan diatas
normal normal
P : planing dipertahankan P : planing dipertahankan

Tgl 24/7/17 Tgl 27/7/17


S :- S :-
O : suhu 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi O : suhu 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi
mata dan perubahan /tanda injury tak ada mata dan perubahan /tanda injury tak ada
A : Tidak terjadi injury selama foto terapi A : Tidak terjadi injury selama foto terapi
P : planing dipertahankan P : planing dipertahankan

Tgl 25/7/17 Tgl 28/7/17


S :- S :-
 Tak ditemukan tanda dehidrasi  Tak ditemukan tanda dehidrasi
 Mukosa basah  Mukosa basah
 Turgor cukup baik  Turgor cukup baik
 Kelembaban cukup  Kelembaban cukup
 BAK lancar 5 – 6 x/24 jam, tidak pekat,  BAK lancar 5 – 6 x/24 jam, tidak pekat,
warna masih kuning warna masih kuning
A : Tidak terjadi dehidrasi selama foto terapi A : Tidak terjadi dehidrasi selama foto terapi
P : planing dipertahankan P : planing dipertahankan
Asuhan Keperawatan Bayi Ny “T” Dengan Diagnosa
HYPERBILIRUBIN Di Ruang NICU RSUD
Umbu Rara Meha Waingapu

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ESTI VIRANA SANTI LAHAL., AMd.Kep
NO NIRA : 53020421925

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


KABUPATEN SUMBA TIMUR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Bayi Ny “T” Dengan Diagnosa


HYPERBILIRUBIN Di Ruang NICU RSUD
Umbu Rara Meha Waingapu

Waingapu, 29 Juli 2017


Mengetahui
Kepala Ruangan NICU

Kolrika Martina., S.Kep., Ns


NIP : 19700206 199102 2 001

Anda mungkin juga menyukai