Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan. Secara statistik, angka kematian dan kesakitan pada
neonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab utama adalah
BBLR (Puspitasari,2011). Ada beberapa faktor penyebab dari BBLR, misalnya
faktor maternal dari ibu. Contoh dari faktor maternal adalah usia, paritas, status
gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, dan riwayat prematur
sebelumnya.Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR)/prematur menyumbang
angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia.

Kelahiran BBLR/prematur merupakan penyebab kematian nomor dua pada


bayi baru lahir usia 0-7 hari (kematian perinatal) yaitu sebesar 32,3% (Depkes,
2008). Usia BBLR 7 hari pertama merupakan periode kritis dimana bayi harus
melalui berbagai penyesuaian kehidupan di luar kandungan. Penatalaksanaan
segera setelah lahir yang akan memberikan rasa aman, meningkatkan kemampuan
dalam merawat diri dan bayinya, dan mempromosikan kesejahteraan ibu dan bayi,
dengan memperhatikan keyakinan, nilai, tradisi, budaya yang dianut keluarga
(Straight, 2001) dan dapat meningkatkan kepercayaan diri orang tua pada saat
bayinya akan pulang dari rumah sakit (Cooper, et al., 2007).

Setelah bayi pulang dari RS, bayi masih dihadapkan pada berbagai masalah
kesehatan. Ketidakmampuan orang tua dalam merawat bayi, dan terputusnya
asuhan dari rumah sakit ke komunitas menyebabkan kesehatan bayi tidak dapat
terpantau secara optimal. BBLR mengalami rawat ulang pada dua minggu pertama
pasca pulang dari rumah sakit disebabkan karena aspirasi, diare, dan sepsis
(Rustina, 2005). Hal ini berarti bahwa apabila orang tua dilibatkan dalam asuhan
selama bayi dirawat dapat meningkatkan kepercayaan diri orang tua dalam
merawat bayinya di rumah. Asuhan keperawatan lanjutan di komunitas juga
penting dilakukan untuk deteksi dini masalah yang timbul pada BBLR dan
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pengembangan Model
Pelayananasuhan Keperawatan pada BBLR dengan ruang lingkup di rumah sakit
dan komunitas menjadi penting untuk mengurangi risiko rawat ulang pada BBLR.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari BBLR?

2. Apa teologi dari BBLR ?

3. Apa faktor resiko dari BBLR?

4. Apa faktor pencetus dari BBLR?

5. Bagaimana patofisiologi pada BBLR?

6. Apa saja manifestasi klinis pada BBLR?

7. Bagaimana hasil pemeriksaan diagnostik pada BBLR?

8. Bagaimana penatalaksaan pada BBLR?

9. Apa saja pemberian obat pada BBLR?

10. Bagaimana kolaborasi diet dengan ahli gizi?

11. Bagaimana kolaborasi dengan tim medis lain?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR

2. Untuk mengetahui etiologi BBLR

3. Untuk mengetahui faktor resiko pada BBLR


4. Untuk mengetahui faktor pencetus pada BBLR

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis BBLR

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada BBLR

9. Untuk mengetahui pemberian obat pada BBLR

10. Untuk mengetahui kolaborasi diet dengan ahli gizi

11. Untuk mengetahui kolaborasi dengan tim medis lain


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram. Menurut Saputra
(2014) definisi dari BBLR adalah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan.
Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia / IDI ( 2014), BBLR yaitu bayi berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi dengan catatan berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.

Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)


dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat
kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir
2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).

B. Etiologi

Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan


kurang bulan (premature), bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi
keduanya.
Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37 minggu.
Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup diluar kandungan dan mendapatkan
kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya
agar tetap hangat.( Depkes RI, 2009).

1. Faktor Ibu
a. Usia Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan
yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO
yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi,
hamil dan melahirkan.

b. Parietas Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak


empat atau lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu
dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma
fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan
menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.

c. Gizi kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi
kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat
dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.

d. Jarak kehamilan Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran


< 2 tahun berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di
bandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu
dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak
melakukan pemeriksaan dengan rutin.

e. Pola hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan
menurunkan aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan
mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.

2. Faktor kehamilan

a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
b. Ketuban pecah dini.

c. Perdarahan Antepartum.

3. Faktor janin

a. Cacat bawaan (kelainan kongenital).

b. Infeksi dalam rahim.

c. kehamilan kembar/ ganda

d. premature

4. Faktor lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain: tinggal di tempat daratan tinggi, radiasi,
sosio ekonomi dan paparan zat zat racun.

C. Patofisiologi

Menurut Maryanti (2012) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR


terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi
dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan.
Menurut Maryanti (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor
janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih
dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada
kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena
pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi
dan sering terjadi persalinan prematur menurut Amirudin & Hasmi (2014). Menurut
Saifuddin dalam Amirudin & Hasmi (2014) kelainan kongenital atau cacat bawaan
merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Menurut Mahayana (2015) BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena
sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin
menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke
janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan
sebelumnya.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu
hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke
jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan
mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya
persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama
untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan menurut
Cunningham (2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti plasenta
previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai
perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga meningkatkan
risiko untuk terjadi perdarahan antepartum menurut Prawirohardjo (2008). Apabila
perdarahan banyak dan kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasi
kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan
tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014) mekanisme
pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta dengan beberapa
mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik
hydrokarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Carbonmonoksida mempunyai
afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin, yang
menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin
menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi
penghambat pertumbuhan janin.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian
BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan
mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra
kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil menurut
Amalia, (2011). Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan
dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan
karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran
darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga
menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan
terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga
terjadi BBLR menurut Hapisah( 2010)

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

a. Prematuritas murni

a. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

b. Masa gestasi < 37 minggu


c. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan
licin.Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,
pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura
lebar.Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.

d. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna

e. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

f. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik

g. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

h. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering

mengalami apnea, otot masih hipotonik

i. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna

b. Dismaturitas

a. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,

b. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

c. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat

d. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Darah

Parameter Nilai Nilai Normal Satuan


HB 16 14 – 24 g/dl

Hematokrit 43,1 44 – 64 %

Leukosit 28,04 4 - 10,5 /uL

Trombosit 77 150 – 450 /Ul

Eritrosit 4,30 4,8 – 7,1 /Ul

MDV 11,1 6,5 – 12 FL

PDW 17,3 9 – 12 %

PCT 0,1 0,108 – 0,282 %

2. Pemeriksaan Glukosa Darah


Bayi BBLR mengalami Hipoglikemiad jika kadar glukosa darah <45 mg/dl

G. Komplikasi
Menurut Potter (2005) BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami masalah
kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko,
semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan semakin besar
risikonya. Masalah-masalah BBLR antara lain:
Asfiksia: BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia. BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
Gangguan napas: gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan
adalah penyakit membrane hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah
aspirasi meconium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus segera dirujuk
ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.
Hipotermi: terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kangguru dengan kontak kulit
dengan kulit membantu BBLR tetap hangat.
Hipoglikemi: karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir
dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin seteah lahir dan minum
sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
Masalah pemberian ASI: karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. BBLR sering mendapatkan ASI
dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
tetapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥35 minggu dan berat lahir ≥2000 gram
umumnya bisa langsung menyusu.
Infeksi: karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Bayi memerlukan
antibiotik jika terdapat tanda-tanda leukosit tinggi pada saat pemeriksaan darah
lengkap. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan
tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi): karena fungsi hati belum matang. BBLR
menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hiperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
b. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan
c. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Tatalaksana pengendalian suhu
1) Di ruang bersalin:
a) Memberikan lingkungan hangat.
b) Keringkan neonatus segera.
c) Kontak kulit ibu dan bayi segera akan berperan sebagai sumber panas.
Dengan cara ini, biasanya suhu tubuh bayi dapat dipertahankan antara
36,5-37,5oC (suhu aksiler). Cara melakukan skin to skin contact adalah
meletakkan kulit bayi pada kulit ibu/orang lain, diusahakan bayi dalam
keadaan telanjang menempel kulit ibu, suhu ruangan minimal 25oC.
ukur suhu tubuh bayi dua jam setelah dilakukan kontak kulit.
d) Pemakaian pemancar panas jika tidak memungkinkan kontak
kulit.Prosedur pemberian pemancar panas pada BBLR, adalah sebagai
berikut:
i. Hangatkan ruangan (minimal 22oC).
ii. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum
bayi diletakkan di bawah pemancar panas.
iii. Nyalakan alat dan atur suhu antara 36-37oC. Bila alat bisa disipakan
sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan kain
pengalas dan matras terlebih dahulu.
iv. Sebelum bayi lahir/datang, sebaiknya hangatkan selimut bayi di
bawah pemancar panas agar bayi tidak kedinginan. Hendaknya bayi
dibungkus/diberi pakaian, kecuali akan dilakukan tindakan, biarkan
bayi telanjang/setengah telanjang.
v. Bila bayi mendapat infus, hitung jumlah cairan infus (beri tambahan
10%) untuk mengganti cairan yang hilang.
vi. Pindahkan bayi ke ibu segera bila tidak ada tindakan/pengobatan.
2) Di dalam inkubator
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR, antara lain adalah:
i. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan.
ii. Tutup matras dengan kain bersih.
iii. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya
dan menyerang bayi).
iv. Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi:
 BB kurang dari 1500 gram
Umur 1-10 hari: 35oC, umur 11-3 minggu: 34oC, umur 3-5 minggu:
33oC, umur lebih dari 5 minggu: 32oC.
 BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari: 34oC, umur 11hari-4 minggu: 33oC, umur lebih dari
4 minggu: 32oC.
 BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari: 34oC, umur 3 hari-3 minggu: 33oC, umur lebih dari 3
minggu: 32oC.
 BB lebih dari 2500 gram
Umur 1-2 hari: 33oC, umur lebih dari 2 hari: 32oC.
v. Hangatkan inkubator sebelum digunakan.
vi. Bila memerlukan, pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar,
lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah
pengamatan/terapi selesai.
vii. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar
inkubator tetap hangat.
viii. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.
ix. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang, dan ukur suhu bayi
per aksila setiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
x. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lakukan
manajemen penanganan suhu tubuh abnormal.
xi. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit.
b. Tatalaksana Pemberian Asupan
Memberikan nutrisi yang cukup pada bayi merupakan suatu tantangan.
Dukungan nutrisi dapat dicapai secara enteral, parental atau kombinasi
keduanya.
Kapasitas lambung 15-30 cc dan akan meningkat dalam minggu-
minggu pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung belum matang sehingga
gumoh lazim terjadi. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi namun pada hari
ke-10 hampir tidak ada asam lambung oleh karena itu rentan terhadap terjadinya
infeksi. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim emilase
dan lipase terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi sehingga bayi kesulitan
dalam mencerna lemak dan karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera
terjadi peristaltik cepat sehingga masukan makanan sering disertai
pengosongan lambung.
1) Pemberian minum bayi:
a) Pemberian minum dilakukan segera bila kondisi memungkinkan,
umumnya saat bayi mulai mendapat PMK.
b) Bayi < 30 minggu, umumnya perlu diberikan minum melalui pipa NGT.
c) Bayi 30-32 minggu dapat diberikan minum melalui gelas kecil. Bayi >32
minggu sudah dapat menyusu pada ibu.

2) Kontraindikasi Pemberian ASI Sangat Dini:


a) Depresi atau asfiksia neonatus dengan nilai apgar 3-5 pada menit ke 5
atau kejang.
b) Gawat napas dengan respirasi >60x/menit atau retraksi dada.
c) Hipotermia.
d) Hipotensi, perfusi buruk dan sepsis.

3) Alur Pemberian Asupan:


Pemberian langsung ke dalam lambung:
a) Indikasi:
i. Bayi kurang bulan <32 minggu usia kehamilan
ii. Bayi dengan cacat neurologis
iii. Bayi dengan residual respiratory distress
iv. Pemberian asupan ke transpilorik
b) Indikasi:
i.Bayi dengan refleks parah atau tertundanya pengosongan lambung.
ii.Dapat digunakan secara rutin pada bayi dengan Berat Lahir Sangat
Rendah (BBLSR) (<1000 gram).
4) Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama
2 menit sebelum masuk ke tempat rawat bayi.
b) Mencuci tangan dengan zat antuseptik setiap sebelum dan sesudah
memegang bayi.
c) Melakukan tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada makanan bayi
dan semua benda uang berhubungan langsung dengan bayi.
d) Mencegah kontaminasi udara sekitar bayi.
e) Mencegah jumlah bayi yang terlalu banyak dalam satu ruangan.
f) Membatasi kontak langsung dan tidak langsung dengan petugas
ruangan dan bayi lainnya.
g) Melarang petugas yang terkena infeksi masuk ke perawatan bayi.

3. Pelaksanaan Metode Kangguru


Setiap tahun, diperkirakan sekitar 20 juta bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR). Sebagian besar penyebab BBLR di negara berkembang adalah
gangguan pertumbuhan intrauterin. Intervensi yang efektif masih sangat terbatas
akibat terbatasnya jumlah fasilitas dan tenaga yang terampil.Akibatnya angka
morbiditas dan mortalitas bayi BBLR menjadi tinggi.
Perawatan dengan metode kangguru (PMK) merupakan salah satu cara yang
sederhana dan terbukti efektif untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar
bayi. Cara ini juga mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin
antara ibu dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara keseluruhan.
PMK adalah perawatan untuk bayi denga melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin-contact). Prinsip metode ini adalah
menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam inkubator dengan meniru
kangguru. Ibu bertindak seperti ibu kangguru yang mendekap bayinya dengan
tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Metode ini dihentikan jika
bayi telah mencapai bobot badan minimal 2500 gram, suhu tubuh bayi optimal,
dan bayi bisa menyusu kuat.
Kriteria bayi untuk dilakukan perawatan metode kangguru antara lain
bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram, tidak ada kelainan atau penyakit yang
menyertai, refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik, perkembagan
selama di inkubator baik, kesiapan dan keikutsertaan orang tua sangat
mendukung dalam keberhasilan.
Hal yang penting dalam upaya melakukan PMK adalah :
a. Kontak badan langsung antara ibu dan bayi secara berkelanjutan.
b. Pemberian ASI ekslusif.
c. Dimulai dilakukan di rumah sakit dan dilanjutkan di rumah.
d. Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
e. Setelah di rumah, ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
f. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun
efektif untuk menghindari bayi prematur.
Masa untuk memulai PMK bergantung pada kondisi ibu dan bayi.
 IBU:
1) Kemauan ibu untuk melakukan PMK.
2) Tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan.
3) Kesehatan ibu harus stabil.
4) Ibu dianjurkan menetap di RS sampai bayi diap dipulangkan.
5) Dukungan keluarga.
6) Dukungan masyarakat.
 BAYI :
1) Bayi dengan keadaan sakit berat harus disembuhkan terlebih dahulu.
2) Keadaan stabil, bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.
3) Kemampuan minum dan menelan bukan syarat utama.
a. Posisi Kangguru
1) Bayi diposisikan di antara payudara dalam posisi tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu.
2) Bayi perlu dijauhkan dari kontak kulit langsung hanya pada saat :
mengganti popok, perawatan tali pusat, dan pemeriksaan klinis.
3) Ibu tidur bersama bayinya dalam posisi berbaring atau setengah
terlentang dalam posisi kangguru.
4) Kontak kulit langsung dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke PMK yang terus menerus.
5) Anggota keluarga yang lain dapat menggantikan ibu bila diperlukan.
6)

Gambar Posisi Metode Kangguru

b. Pemulangan dan perawatan di rumah


1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik.
2) Bayi minum dengan baik, menyusu ekslusif.
3) Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 gram/hari selama
minimal 3 hari berturut-turut).
4) Suhu stabil dalam posisi PMK.
5) Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow up.
c. Penimbangan Berat Badan dengan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat. Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-
cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur
tanpa baju.
Kenaikan berat badan bayi yang berat lahirnya kurang dari 2100 gram harus
cukup baik bila diberikan ASI atau susu yang mendekati komposisi ASI, yang
mengandung 40% kasien dan 60% whey dengan masukan protein sebanyak
2,25-2,75 jam.6

d. Pemulangan bayi
Sebelum pulang bayi harus sudah mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupun dengan putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar
antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa. Bayi harus tidak
menderita apneu atau bradikardia, dan tidak memerlukan oksigen atau obat
yang diberikan melalui pembuluh darah.
Bila ada dugaan bayi menderita anemia, kadar hemoglobin dan
hematocrit harus diperiksa. Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat
badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi. Selanjutnya
bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangannya serta menemukan kelainan yang mungkin timbul kemudian
serta mengobati/mencegah berlanjutnya proses penyakit yang dideritanya.
Sebelum pulang, ketika ibu di rawat di rumah sakit, sudah harus diajarkan
cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan, merawat tali pusat,
mengganti popok, memberi ASI/PASI. Jika mungkin petugas sosial yang
berpengalaman dalam merawat bayi, mengunjungi rumah bayi tersebut
sekurang-kurangnya 1 kali untuk melihat dari dekat bagaimana ibu merawat
bayinya dan jika perlu memberi nasihat mengenai kesalahan atau kekurangnnya.
Pengkajian Keperawatan Anak

Anda mungkin juga menyukai