Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. FAKTA MASALAH
Pemukiman dengan kondisi sanitasi dan hygiene yang masih kurang memberikan
peluang untuk kontak langsung dengan beragam mikroorganisme yang lebih
banyak. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh mikrorganisme yakni
amebiasis. Berdasarkan organisasi kesehatan dunia (WHO), 10% penduduk di
dunia terjangkit Amebiasis. Amebiasis terjadi pada wanita dan pria di segala
umur. Penyakit amebiasis ini merupakan infeksi usus besar yang disebabkan oleh
parasit bersel tunggal yakni entamoeba histolityca selain itu Penyebab amebiasis
adalah kontak langsung dengan tinja yang terinfeksi, air atau tanah yang tercemar
parasit entamoeba histolityca dan biasanya terjadi di daerah tropis, terlebih di
daerah tempat tinggal yang tidak bersih.

B. PERTANYAAN MASALAH
1. Bagaimana morfologi dari entamoeba histolityca
2. Bagaimana siklus hidup dari entamoe bahistolityca
3. Bagaimana proses penularan dari entamoeba histolityca
4. Bagaimana cara mencegah penularan entamoeba histolityca

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui morfologi dari entamoeba histolityca
2. Untuk mengetahui siklus hidup dari etamoeba histolityca
3. Untuk mengetahui proses penularan dari entamoeba histolityca
4. Untuk mengetahui cara mencegah penularan entamoeba histolityca
BAB II PEMBAHASAN

A. TABEL REKAP HASIL PENELITIAN DAN


DESKRIPSI/KESIMPULAN TABEL

N NAMA/NIM PEntamoeba Histolityca Aspek Kesehatan Keterangan


O Masyarakat
1 Syahri Morfologi : Penularan
wahynui/K0118100 1. Trophozoite  Makana
7  Ukurannya 10-60 dan
mikro minuman
 Sitoplasma yang
bergranular tercemar
 Aktif bergerak dan oleh kista
mudah mati diluar amoeba
tubuh  Penularan
 Terdapat satu buah tidak
inti entamoeba, terjadi
ditandai dengan melalui
kromosom padat bentuk
yang terletak tropozoite
ditengah inti serta  Penularan
kromatin yang dapat
tersebar berlangsu
dipinggiran inti ng melalui
2. Pra-kista hubungan
 Berisi vakuola seksual
glikogen besar dan terutamap
dua batang ada pria
kromatid homo
seksual
 Penularan
3. Kista dapat
 Bentuk memadat terjadi
mendekati bulat. melalui
 Tahan hidup ~2 jalan
bulan di air aliran
 Kista matang darah
memiliki empat (hematoge
buah inti n)
2 Miftahul entamoeba
Jannah/K01118100  Tidak bergerak,
5
3 Nurul ukuran 5-20
Hikma/K01118100 mikron
4  Tahan terhadap
des infektan • Pada
feses tahan ~12 hr
 Kista yang belum
matang memilki
glikokgen
(cromatoidal
bodies) berbentuk
seperti cerutu
namun biasanya
menghilang
setelah kista
matang

4 Sri Anugrah Siklus hidup Cara pencegahan


Yani/K011181006 trophozoite
5 Siti (btkvegetatif)-prakista- Menjaga
Nurhalisa/K011181 kista (1-2 inti)metakista kebersihan
001 (4 inti)-metatrophozoite perorangan dan
lngkungan
Menghindari
penggunaan
pupuk tinja untuk
tanaman
Memperhatikan
kebersihan supply
air minum (jarak
jamban dari
sumur)
Hal-hal yang
berhubungan
dengan fecal-
borne infection
6 Annisa Meilani
Ali/K011181002
7 Tryfena Febry
Parubak/K0111810
03
Kesimpulan Tabel

Entamoeba histolytica adalah sejenis parasit golongan protozoa usus, yang sering
hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di jaringan usus besar
manusia, namun pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan.menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi. Kelainan yang ditimbulkan bervariasi tergantung lokasi
dan beratnya infeksi.

A. Morfologi
Entamoeba histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit
(bentuk histolitika dan bentuk minuta) dan stadium kista.
Bentuk histolitika bersifat patogen dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan bentuk minuta. Bentuk histolitika memiliki diameter 12-60
mikron. Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak
mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah.
Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel.
Terdapat pseudopodium yang dibentuk oleh ektoplasma memudahkan
Entamoeba histolytica untuk bergerak secara cepat. Bentuk ini berkembang
biak dengan pembelahan biner dalam jaringan yang ditempatinya dan
bersifat merusak jaringan sekitarnya melalui sekresi enzim protainase.
Bentuk minuta merupakan bentuk pokok (esensial) dalam daur hidup
Entamoeba histolytica. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron, memiliki
inti entamoeba dengan endoplasma berbutir-butir halus. Pada bagian
endoplasmanya tidak terdapat sel darah merah tetapi mengandung bakteri
serta sisa makanan. Pseudopodium yang ada dibentuk secara perlahan-lahan
sehingaa pergerakannya relatif lambat.
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, ukurannya 10-20 mikron,
dengan bentuk bulat hingga lonjong, mempunyai dinding kista sebagai
pelindung diri, dan berinti entamoeba. Dalam tinja, bentuk ini biasanya
memiliki inti sebanyak 1,2, atau 4. Pada endoplasma terdapat benda
kromatoid berukuran besar yang sebenarnya merupakan kumpulan ribosom.
Selain itu juga terdapat vakuol glikogen sebagai penyimpan cadangan
makanan. Pada kista yang lebih matang, benda kromatoid dan vakuol
glikogen biasanya sudah tidak terdapat lagi. Bentuk kista memiliki viabilitas
yang tinggi, yakni dapat bertahan hingga 3 bulan pada lingkungan yang
sesuai.

B. Siklus Hidup
Entamoeba histolytica memiliki 2 stadium yaitu : Tropozoit atau bentuk
vegetatif yang aktif dan kista yang tidak aktif. Tropozoit adalah satusatunya
bentuk yang terdapat dalam jaringan, dan juga ditemukan dalam cairan tinja
waktu disentri ameba. Selanjutnya tropozoit akan melakukan pemadatan
berbentuk bulat (prakista), yang kemudian akan dibentuk dinding tipis
sekeliling kista immatur. Akhimya kista akan menjadi matang (kista berinti
4). Proses pembentukan kista ini terjadi hanya di dalam usus dan tidak
diluar usus. Stadium kista matang ini merupakan bentuk infektif, sehingga
dap_a1 ditularkan dari satu hospes ke hospes lainnya.'''-'

C. Penularan
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara langsung (melalui
tangan) maupun tidak langsung (melalui makanan atau minuman yang
tercemar). Penularan dapat terjadi melalui beberapa cara, misalnya;
pencemaran makanan dan air minum, penggunaan kotoran manusia sebagai
pupulq juru masak yang terinfeksi (food handlers), vektor lalat dan kecoa,
serta kontak langsung seksual oral-anal pada homoseksual.l'2'a Sumber
infeksi terpenting adalah penderita menahun yang mengeluarkan kista atau
pengandung kista tanpa geiala. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang
mengandung kista ameba yang berasal dari carrier (cyst passer).

D. Upaya Pencegahan
Kondisi higiene perorangan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor
utama pencegahan disentri amuba. Selain itu faktor perilaku dari individu
dalam menjalani pola hidup bersih dan sehat merupakan hal penting dalam
menghindari infeksi amebiasis intestinal. Pada prinsipnya pencegahan
penyebaran infeksi amebiasis adalah terputusnya rantai penularan dari
sumber infeksi (tinja) ke manusia. Ada dua aspek utama pencegahan yaitu
dari aspek higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Higiene perorangan
lebih terfokus dalam hal perilaku individu dalam upaya memutus rantai
penularan. Sedangkan sanitasi lingkungan fokus pencegahan terletak dalam
hal rekayasa lingkungan dalam mengisolir sumber infeksi. Pencegahan
terhadap aspek higiene perorangan adalah :
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan
sebelum menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum
air yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya
diperhatikan tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel
dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum dimasak.
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang akan dikonsumsi.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur
dan menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas,
cangkir) dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan udara. Jika
menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum bayi/anak-anak dan merendam
dalam air mendidih sebelum digunakan.
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, katering) menerapkan aturan
yang ketat dalam penerimaan terhadap calon penjamah makanan (food
handler) yang akan bekerja dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja
terhadap kemungkinan adanya carrier atau penderita asimptomatik pada
para calon penjamah makanan. Selama para penjamah makanan tersebut
bekerja, minimal 6 bulan sekali dilakukan pemeriksaan tinja.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan
tidak membuangnya secara sembarangan.
11. Segera berobat ke petugas kesehatan jika frekuensi buang air meningkat,
sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan terdapat
darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum cairan elektrolit guna
mencegah timbulnya kekurangan cairan tubuh.

Pencegahan terhadap aspek sanitasi lingkungan adalah:


1. Pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat. Prinsip
pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat adalah tinja yang
dibuang terisolir dengan baik sehingga tidak dihinggapi serangga (lalat,
kecoa), tidak mengeluarkan bau, dan tidak mencemari sumber air.
2. Menggunakan air minum dari sumber air bersih yang sanitair (air ledeng,
pompa sumur dangkal atau dalam, penampungan air hujan).
3. Menghindari pemupukan tanaman dengan kotoran manusia dan hewan.
Jika menggunakan pupuk kandang dan kompos, pastikan bahwa kondisi
pupuk kandang atau kompos tersebut benar-benar kering.
4. Menutup dengan baik makanan dan minuman dari kemungkinan
kontaminasi serangga (lalat, kecoak), hewan pengerat (tikus), hewan
peliharaan (anjing, kucing) dan debu.
Gambar

B. FAKTOR PENYEBAB DAN ASPEK KESEHATAN


Kurangnya kesadaran masyarakat terkait masalah hygiene &sanitasi lingkungan
sehingga makanan ataupun minuman yang mereka konsumsi dengan mudah
terkontaminasi oleh beberapa vector seperti lalat rumah (Muscadomestica), kecoa
(Blattaorientalis, B. germanica, Perplanetaamericana). Selain itu, dalam hal hygiene
seperti cara cuci tangan yang baik sesudah defekasi, cara pembuangan tinja ,dll.

C. SOLUSI
Sebagai tenaga kesehatan masyaraakat adapun solusi yang kami tawarkan untuk
meminimalisisr terjadinya penularan entamoeba histolityca yakni dengan
memperbanyak minum air untuk menghindari dehidrasi dan diare, hindari meminum
minuman yang beralkohol, mengomsumsi makanan yang sehat dan bergizi (gizi
seimbang), rajin mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih untuk mengcegah
terinfeksi parasite.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai