Biomedik Iii
Biomedik Iii
A. FAKTA MASALAH
Pemukiman dengan kondisi sanitasi dan hygiene yang masih kurang memberikan
peluang untuk kontak langsung dengan beragam mikroorganisme yang lebih
banyak. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh mikrorganisme yakni
amebiasis. Berdasarkan organisasi kesehatan dunia (WHO), 10% penduduk di
dunia terjangkit Amebiasis. Amebiasis terjadi pada wanita dan pria di segala
umur. Penyakit amebiasis ini merupakan infeksi usus besar yang disebabkan oleh
parasit bersel tunggal yakni entamoeba histolityca selain itu Penyebab amebiasis
adalah kontak langsung dengan tinja yang terinfeksi, air atau tanah yang tercemar
parasit entamoeba histolityca dan biasanya terjadi di daerah tropis, terlebih di
daerah tempat tinggal yang tidak bersih.
B. PERTANYAAN MASALAH
1. Bagaimana morfologi dari entamoeba histolityca
2. Bagaimana siklus hidup dari entamoe bahistolityca
3. Bagaimana proses penularan dari entamoeba histolityca
4. Bagaimana cara mencegah penularan entamoeba histolityca
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui morfologi dari entamoeba histolityca
2. Untuk mengetahui siklus hidup dari etamoeba histolityca
3. Untuk mengetahui proses penularan dari entamoeba histolityca
4. Untuk mengetahui cara mencegah penularan entamoeba histolityca
BAB II PEMBAHASAN
Entamoeba histolytica adalah sejenis parasit golongan protozoa usus, yang sering
hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di jaringan usus besar
manusia, namun pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan.menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi. Kelainan yang ditimbulkan bervariasi tergantung lokasi
dan beratnya infeksi.
A. Morfologi
Entamoeba histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit
(bentuk histolitika dan bentuk minuta) dan stadium kista.
Bentuk histolitika bersifat patogen dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan bentuk minuta. Bentuk histolitika memiliki diameter 12-60
mikron. Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak
mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah.
Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel.
Terdapat pseudopodium yang dibentuk oleh ektoplasma memudahkan
Entamoeba histolytica untuk bergerak secara cepat. Bentuk ini berkembang
biak dengan pembelahan biner dalam jaringan yang ditempatinya dan
bersifat merusak jaringan sekitarnya melalui sekresi enzim protainase.
Bentuk minuta merupakan bentuk pokok (esensial) dalam daur hidup
Entamoeba histolytica. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron, memiliki
inti entamoeba dengan endoplasma berbutir-butir halus. Pada bagian
endoplasmanya tidak terdapat sel darah merah tetapi mengandung bakteri
serta sisa makanan. Pseudopodium yang ada dibentuk secara perlahan-lahan
sehingaa pergerakannya relatif lambat.
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, ukurannya 10-20 mikron,
dengan bentuk bulat hingga lonjong, mempunyai dinding kista sebagai
pelindung diri, dan berinti entamoeba. Dalam tinja, bentuk ini biasanya
memiliki inti sebanyak 1,2, atau 4. Pada endoplasma terdapat benda
kromatoid berukuran besar yang sebenarnya merupakan kumpulan ribosom.
Selain itu juga terdapat vakuol glikogen sebagai penyimpan cadangan
makanan. Pada kista yang lebih matang, benda kromatoid dan vakuol
glikogen biasanya sudah tidak terdapat lagi. Bentuk kista memiliki viabilitas
yang tinggi, yakni dapat bertahan hingga 3 bulan pada lingkungan yang
sesuai.
B. Siklus Hidup
Entamoeba histolytica memiliki 2 stadium yaitu : Tropozoit atau bentuk
vegetatif yang aktif dan kista yang tidak aktif. Tropozoit adalah satusatunya
bentuk yang terdapat dalam jaringan, dan juga ditemukan dalam cairan tinja
waktu disentri ameba. Selanjutnya tropozoit akan melakukan pemadatan
berbentuk bulat (prakista), yang kemudian akan dibentuk dinding tipis
sekeliling kista immatur. Akhimya kista akan menjadi matang (kista berinti
4). Proses pembentukan kista ini terjadi hanya di dalam usus dan tidak
diluar usus. Stadium kista matang ini merupakan bentuk infektif, sehingga
dap_a1 ditularkan dari satu hospes ke hospes lainnya.'''-'
C. Penularan
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara langsung (melalui
tangan) maupun tidak langsung (melalui makanan atau minuman yang
tercemar). Penularan dapat terjadi melalui beberapa cara, misalnya;
pencemaran makanan dan air minum, penggunaan kotoran manusia sebagai
pupulq juru masak yang terinfeksi (food handlers), vektor lalat dan kecoa,
serta kontak langsung seksual oral-anal pada homoseksual.l'2'a Sumber
infeksi terpenting adalah penderita menahun yang mengeluarkan kista atau
pengandung kista tanpa geiala. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang
mengandung kista ameba yang berasal dari carrier (cyst passer).
D. Upaya Pencegahan
Kondisi higiene perorangan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor
utama pencegahan disentri amuba. Selain itu faktor perilaku dari individu
dalam menjalani pola hidup bersih dan sehat merupakan hal penting dalam
menghindari infeksi amebiasis intestinal. Pada prinsipnya pencegahan
penyebaran infeksi amebiasis adalah terputusnya rantai penularan dari
sumber infeksi (tinja) ke manusia. Ada dua aspek utama pencegahan yaitu
dari aspek higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Higiene perorangan
lebih terfokus dalam hal perilaku individu dalam upaya memutus rantai
penularan. Sedangkan sanitasi lingkungan fokus pencegahan terletak dalam
hal rekayasa lingkungan dalam mengisolir sumber infeksi. Pencegahan
terhadap aspek higiene perorangan adalah :
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan
sebelum menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum
air yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya
diperhatikan tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel
dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum dimasak.
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang akan dikonsumsi.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur
dan menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas,
cangkir) dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan udara. Jika
menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum bayi/anak-anak dan merendam
dalam air mendidih sebelum digunakan.
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, katering) menerapkan aturan
yang ketat dalam penerimaan terhadap calon penjamah makanan (food
handler) yang akan bekerja dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja
terhadap kemungkinan adanya carrier atau penderita asimptomatik pada
para calon penjamah makanan. Selama para penjamah makanan tersebut
bekerja, minimal 6 bulan sekali dilakukan pemeriksaan tinja.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan
tidak membuangnya secara sembarangan.
11. Segera berobat ke petugas kesehatan jika frekuensi buang air meningkat,
sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan terdapat
darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum cairan elektrolit guna
mencegah timbulnya kekurangan cairan tubuh.
C. SOLUSI
Sebagai tenaga kesehatan masyaraakat adapun solusi yang kami tawarkan untuk
meminimalisisr terjadinya penularan entamoeba histolityca yakni dengan
memperbanyak minum air untuk menghindari dehidrasi dan diare, hindari meminum
minuman yang beralkohol, mengomsumsi makanan yang sehat dan bergizi (gizi
seimbang), rajin mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih untuk mengcegah
terinfeksi parasite.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA