Anda di halaman 1dari 6

Dermatitis Okupasional Et Causa Dermatitis alergi

Fadhil Satria1. Hervina2.3


1
Faculty of Medicine Batam Unversity, Indonesia
2
Faculty of Medicine Muhammadiyah Suamatra Utara, Indonesia
3
Departement Of Dermatology and Venerology RSUD DR RM Djoelham
Binjai Sumatra Utara, Indonesia

ABSTRAK
Dermatitis okupasional ialah suatu penyakit kulit di mana paparan terhadap bahaya
fisik, kimia, ataupun biologi di tempat kerja menjadi penyebab atau faktor kontribusi utama
dalam perkembangan penyakitnya. Jenis pekerjaan yang paling sering menyebabkan
dermatitis okupasional yaitu: Juru masak/koki, Penata rambut/ahli kecantikan, Dokter/dokter
gigi/perawat/dokter hewan, Petani/tukang kebun, Tukang sapu/tukang cuci, Pelukis,
Mekanik/montir, Tukang cetak, dan Konstruksi. Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Perbedaan prinsip antar keduanya
adalah dermatitis kontak iritan terjadi karena adanya penurunan kemampuan kulit dalam
melakukan regenerasi sehingga mudah teriritasi oleh bahan-bahan tertentu. Sementara pada
dermatitis kontak alergi, paparan bahan kimia menimbulkan rangsangan tertentu pada
imunitas tubuh. Rangsangan ini akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas dan peradangan
kulit disini hanya terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat hipersensitif (mudah terkena
alergi). Dermatitis Alergi dapat dijumpai Eritema numular sampai dengan plakat, papula dan
vesikel berkelompok disertai erosi numular hingga plakat. Dan terkadang hanya berupa
makula hiperpigmentasi dengan skuama halus. Penatalaksanaan diberikaan obat topikal
kortikosteroid dan untuk obat sistemik dapat diberikan antihistamin

ABSTRACT

Occupational dermatitis is a skin disease in which exposure to physical, chemical, or


biological hazards in the workplace is the main cause or contributing factor in the
development of the disease. The most common types of occupations that cause occupational
dermatitis are: cook / chef, hairdresser / beautician, doctor / dentist / nurse / veterinarian,
farmer / gardener, janitor / washerman, painter, mechanic / mechanic, printman , and
Construction. There are two types of contact dermatitis namely irritant contact dermatitis and
allergic contact dermatitis. The principle difference between the two is that irritant contact
dermatitis occurs due to a decrease in the skin's ability to regenerate so that it is easily
irritated by certain ingredients. While allergic contact dermatitis, exposure to chemicals
cause certain stimuli to the body's immunity. This stimulus will cause hypersensitivity
reactions and skin inflammation here only occurs in someone who has hypersensitive
properties (susceptible to allergies). Allergic dermatitis can be found from numular erythema
to placards, papules and grouped vesicles accompanied by numular erosion to placards. And
sometimes it's just hyperpigmented macules with a fine scale. Management is given topical
corticosteroid drugs and for systemic drugs can be given antihistamines
PENDAHULUAN vesikel, skuama, likenifikasi) dan
Dermatitis akibat kerja/Dematitis keluhan gatal.4
okupasional adalah proses patologis kulit
yang timbul pada waktu melakukan
pekerjaan dan pengaruh – pengaruh yang
terdapat di dalam lingkungan kerja. Dari
batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit
akibat kerja ini boleh disebut sebagai
gejala sampingan usaha manusia atau
sebagai buatan manusia. Oleh karena itu 2. ETIOLOGI
manusia dituntut untuk mencegah atau Penyakit ini disebabkan oleh alergen,
memperkecil kemungkinan terjadinya biasanya berupa bahan logam berat,
dengan menerapkan tekonologi
kosmetik (lipstik, deodoran, cat
pengendalian. Dermatitis kontak dapat
berupa iritan, alergi ataupun keduanya. rambut), bahan perhiasan (kacamata,
Perbedaan prinsip antar keduanya adalah jam tangan, anting-anting), obat-obatan
dermatitis kontak iritan terjadi karena
(obat kumur, sulfa, penisilin), karet
adanya penurunan kemampuan kulit dalam
melakukan regenerasi sehingga mudah (sepatu, BH) dan lain-lain.1
teriritasi oleh bahan-bahan tertentu.
Sementara pada dermatitis kontak alergi, 3. Epidemologi
paparan bahan kimia menimbulkan Di Indonesia prevalensi dermatitis
rangsangan tertentu pada imunitas tubuh. kontak sangat bervariasi. Menurut
Jenis pekerjaan yang paling sering
menyebabkan dermatitis okupasional Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit
yaitu: Juru masak/koki, Penata rambut/ahli kulit akibat kerja merupakan dermatitis
kecantikan, Dokter/dokter kontak, baik iritan maupun alergik.
gigi/perawat/dokter hewan, Petani/tukang
Penyakit kulit akibat kerja yang
kebun, Tukang sapu/tukang cuci, Pelukis,
Mekanik/montir, Tukang cetak, dan merupakan dermatitis kontak sebesar
Konstruksi.1 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit
1. DEFINI DERMATITIS KONTAK
dan 2,1% penyakit kulit karena sebab
ALERGI
Dermatitis kontak alergik adalah lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia
suatu dermatitis (peradangan kulit) memperlihatkan bahwa 97% dari 389
yang timbul setelah kontak dengan
kasus adalah dermatitis kontak, dimana
alergen melalui proses sensitasi, hal
ini terjadi sebagai respons terhadap 66,3% diantaranya adalah dermatitis
pengaruh faktor eksogen maupun kontak iritan dan 33,7% adalah
faktor endogen yang selanjutnya dermatitis kontak alergi.2
akibat peradangan menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul,
4. FAKTOR RISIKO/PENCETUS memori.8 Sel-sel ini kemudian tersebar
Umur : Dapat mengenai semua umur3 melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga
Bangsa/ras: Dapat mengenai semua ras3 sistem limfoid, sehingga menyebabkan
Jenis kelamin : Frekuensi yang sama keadaan sensitivitas yang sama di seluruh
pada pria dan wanita3 kulit tubuh.8 Fase saat kontak pertama
Daerah: Semua daerah tidak alergen sampai kulit menjadi sensitif
berpengaruh signifikan3 disebut fase induksi atau fase sensitisasi.8
Kebersihan: Yang kebersihan kurang Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3
mempermudah timbulnya penyakit3 minggu.8 Pada umumnya reaksi sensitisasi
Lingkungan: Memiliki pengaruh yang ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan
besar terhadap timbulnya penyakit, individu, sifat sensitisasi alergen
seperti pekerjaan dengan lingkungan (sensitizer), jumlah alergen, dan
yang basah, tempat-tempat lembab atau konsentrasi.10 Sensitizer kuat mempunyai
panas, pemakaian alat dan bahan fase yang lebih pendek, sebaliknya
tertentu (logam, karet, kimia cair, kimia sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang
padat dan lain-lain)5 dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada
5. PATOGENESIS umumnya kelainan kulit pertama muncul
 Fase sensitisasi setelah lama kontak dengan bahan
Sebelum seorang pertama kali menderita tersebut, dalam waktu 2-3 minggu.8
dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
 Fase elisitasi
akan terjadi perubahan spesifik reaktivitas
Setelah seorang individu tersensitisasi
pada kulitnya.8 Perubahan ini terjadi
oleh antigen, sel T primer atau memori
karena adanya kontak dengan bahan kimia
dengan antigen-TCR spesifik meningkat
sederhana yang disebut hapten yang akan
dalam jumlah dan beredar melalui
terikat dengan protein, membentuk antigen
pembuluh darah kemudian masuk ke
lengkap.8 Antigen ini ditangkap dan
kulit.10 Ketika antigen kontak pada kulit,
diproses oleh makrofag dan sel
antigen akan diproses dan
Langerhans, selanjutnya dipresentasikan
dipresentasikan dengan HLA-DR pada
ke sel T.8 Setelah kontak dengan yang
permukaan sel Langerhans. Kompleks
telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar
akan dipresentasikan kepada sel T4
getah bening regional untuk
spesifik dalam kulit (atau kelenjar, atau
berdeferensiasi dan berproliferasi
keduanya), dan elisitasi dimulai.10
membentuk sel T efektor yang
Kompleks HLA-DR-antigen berinteraksi
tersensitisasi secara spesifik dan sel
dengan kompleks CD3-TCR spesifik 6. DIAGNOSIS
untuk mengaktifkan baik sel Langerhans  Lokasi/Predileksi
maupun sel T. Ini akan menginduksi Lokasi predileksi dapat mengenai
sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan seluruh area tubuh.6 Pengetahuan
menghasilkan IL-2 dan produksi IL-2R mengenai penyebab dermatitis kontak
oleh sel T. Hal ini menyebabkan alergi pada area tubuh yang berbeda-beda
proliferasi sel T.10 Sel T yang teraktivasi sangat penting dalam penegakan
akan mensekresi IL-3, IL-4, interferon- diagnosis.3,6 Beberapa bagian tubuh lebih
gamma, dan granulocyte macrophage mudah tersensitisasi dibandingkan bagian
colony-stimulating factor (GMCSF).10 yang lainnya, yaitu diantaranya: kedua
Kemudian sitokin akan mengaktifkan sel tangan, area wajah (kelopak mata, telinga,
Langerhans dan keratinosit. Keratinosit pipi), leher, dan alat genital.3.10
yang teraktivasi akan mensekresi IL-1,  EFLORESENSI
kemudian IL-1 mengaktifkan Eritema numular sampai dengan plakat,
10
phospolipase. Hal ini melepaskan asam papula dan vesikel berkelompok disertai
arakidonik untuk produksi prostaglandin erosi numular hingga plakat. Dan
(PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT terkadang hanya berupa makula
menginduksi aktivasi sel mast dan hiperpigmentasi dengan skuama halus.11
pelebaran pembuluh darah secara  UJI TEMPEL
langsung dan pelepasan histamin yang Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah
10
melalui sel mast. Karena produk dermatitisnya sembuh (tenang), bila
vasoaktif dan chemoattractant, sel-sel dan memungkinkan setelah 3 minggu.2 Tempat
protein dilepaskan dari pembuluh darah.4 melakukan uji tempel biasanya di
Keratinosit yang teraktivasi juga punggung, dapat pula di bagian luar lengan
mengungkapkan intercellular adhesion atas.2 Bahn uji diletakkan pada sepotong
molecule-1 (ICAM-1) dan HLA-DR, kain atau kertas, ditempelkan pada kulit
yang memungkinkan interaksi seluler yang utuh, ditutup dengan bahan
langsung dengan sel-sel darah. Hal ini impermeabel, kemudian ditrekat degan
umumnya berlangsung antara 24-48 jam.8 plester.2
Setelah 48 jam dibuka.2 Reaksi dibuka
setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72
jam atau 96 jam.2 Untuk bahan tertentu
bahkan baru memebrri reaksi setelah satu
minggu.2 Hasil positif dapat berupa biasanya hiperpigmentasi, dan
eritema dengan urtika sampai vesikel atau likenifikasi
bula.2,4 Penting dibedakan, apakah reakssi 8. Penatalaksanaan
karena alergi kontak atau krena iritasi,  Terapi topikal.
reaksi akan menurun setelah 48 jam( reksi Pada pengobatanlesi kronik (dalam
tipe decresendo), sedangkan reaksi alergik kasus), diberikan salep kortikosteroid
kontak makin meningkat.2 potensi tinggi atau sangat tinggi
sebagai terapi initialnya. Untuk terapi
rumatan dapat digunakan
kortikosteroid potensi rendah.9
Diberikan juga emolien, seperti
gliserin, urea 10%, atau preparat ter
7. DIAGNOSIS BANDING untuk lesi yang likenifikasi dan
 Dermatitis Kontak Iritan : Merupakan kering. Pada kondisi likenifikasi yang
dermatitis yang disebabkan bahan berat, pemberian kortikosteroid
iritan tanpa melewati proses sensifitas, intralesi dapat memberikan manfaat.8,9
dapat mengenai semua umuru,  Terapi sistemik
disebabkan oleh Iritan primer seperti Untuk mengurangi rasa gatal dan
asam dan basa kuat, serta pelarut peradangan yang moderate dapat
organik, gejala berupa gatal, panas diberikan antihistamin.9
dan nyeri, efloresnsi Berupa eritema 9. Edukasi dan komunikasi
numular sampai dengan plakat, papula Menghindari pajanan.9
dan vesikel berkelompok disertai erosi 10. Komplikasi
numular hingga plakat. Terkadang Terjadi infeksi skunder.9
hanya berupa makula hiperpigmentasi 11. Prognosis
dengan skuama halus. Prognosis baik bila dapat
 Dermatitis atopik : dermatitis yang menghindari pajanan sehingga
disebabkan penyakit atopik seperti penyakit tidak berulang.9
renitis alergi dan asma bronkial, dapan 12. Profesionalisme
mengenai semua umur, disebabkan Untuk membantu menjaga dan
oleh faktor keturunan gajala yang mengobati pasien dengan dosis
timbul berupa gatal, gelisah, yang tepat dan apabila tidak
efloresensi berupa Eritema berbatas sembuh maka pasien bisa di
tegas, vasikel miliar disertai erosi, rujuk9

Anda mungkin juga menyukai